Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang
obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka
menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Namun, sebagian besar penderita
merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu
biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral. Jika
pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat
yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.
Untuk mengetahui kadar gula normal harus benar-benar dilakukan secara intensif
dan teratur. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mandiri melalui alat tes kadar gula di
rumah ataupun dilakukan di laboratorium. Terapi diabetes melitus ini meliputi
pemertahanan berat badan (bobot), banyak melakukan olahraga dan diet makanan
secara teratur.
Seseorang yang mempunyai berat badan yang diatas rata-rata (obesitas) ketika
mereka menderita diabetes maka pengobatannya bisa dilakukan dengan cara
menurunkan berat badan dan melakukan olahraga secara teratur. Namun demikian,
bukan berarti penderita obesitas bisa dengan mudah mengobati penyakit
diabetesnya mengingat bukanlah hal yang mudah untuk menurunkan berat badan
(apalagi dalam tempo yang singkat). Oleh karena itu, biasanya selalu diberikan jenis
terapi insulin untuk menurunkan kadar gula dalam darah secara oral.
Jenis Terapi
Ada dua pembagian terapi farmakologi yang bisa dilakukan untuk melakukan terapi
diabetes melitus, yakni
obat hipoglikemik oral. Golongan yang termasuk sulfonilurea memang dalam banyak
kasus selalu bisa menurunkan kadar gula dalam darah khususnya pada penderita
diabetes II, namun demikian tidak efektif pada penderita diabetes tipe I. Obat ini
memiliki cara kerja menurunkan kadar gula pada darah dengan cara merangsang
pelepasan insulin di pankreas dan lebih meningkatkan efektifitasnya.
Obat yang lainnya, yakni metformin bisa meningkatkan respons tubuh untuk
insulinnya sendiri bukan memberikan pengaruh dalam pelepasan insulin. Cara
kerjanya dengan menunda penyerapan (absorbsi) di dalam usus. Obat ini sangat
tergantung pada keadaan si pasien dalam mengkonsumsinya. Kadang sehari dua
kali, bahkan juga sehari tiga kali. Jika obat ini tak mampu mengontrol keadaan kadar
gula dalam darah maka langkah berikutnya yang perlu diambil yakni memberikan
suntikan formalin.
Terapi Insulin
Terapi ini dilakukan jika pengobatan pertama melalui pemberian hipoglikenik gagal
dan tidak memberikan efek yang signifikan. Pada penderita diabetes tipe I, pada
pankreasnya tidak bisa menghasilkan insulin sendiri sehingga mengharuskannya
mencari insulin penggantinya. Dan pemberian insulin ini hanya bisa diberikan
melalui suntikan tidak bisa melalui oral (mulut).
Penyuntikan insulin biasanya dilakukan di bagian lengan, dinding perut atau lengan,
dan menggunakan jarum yang sangat kecil sehingga tidak akan merasakan sakit.
Pengertian
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel
khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa.
Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya,
obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit ini
lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti
kebutaan dan stroke.
Defek sekresi insulin berperan penting bagi munculnya DM. Pada hewan
coba, jika sel-sel Beta pankreas normal, resistensi insulin tidak akan menimbulkan
hiperglikemia karena sel ini memiliki kemampuan meningkatkan sekresi insulin
sampai 10 kali lipat. Hiperglikemia akan terjadi sesuai dengan derajat kerusakan sel
Beta yang menyebabkan turunnya sekresi insulin. Pelepasan insulin dari sel Beta
pankreas sangat tergantung pada transpor glukosa melewati membran sel dan
interaksinya dengan sensor glukosa yang akan menginduksi peningkatan glukokinase.
Induksi glukokinase akan menjadi langkah pertama serangkaian proses metabolik
untuk melepaskan granul-granul berisi insulin. Kemampuan transpor glukosa pada
DM sangat menurun sehingga kontrol sekresi insulin bergeser dari glukokinase ke
sistem transpor glukosa. Defek ini dapat diperbaiki oleh sulfonilurea.
Organ target utama insulin adalah otot, hati dan jaringan lemak. Resistensi
insulin disinonimkan dengan terganggunya pembuangan glukosa yang distimulasi
insulin. Untuk mencapai normoglikemia dibutuhkan kadar plasma insulin yang lebih
tinggi sehingga terjadi hiperinsulinemia yang menjadi penanda resistensi insulin. Pada
otot dan jaringan lemak ditemukan kelainan kaskade sinyaling insulin yang berakibat
gangguan aktivitas transporter glukosa yang diregulasi insulin (GLUT-4). Selain itu
pada beberapa kasus didapatkan penurunan aktivitas tirosin kinase dan IRS-1 (Insulin
Receptor Substrat-1). Hiperglikemia kronik dan asam lemak bebas yang tinggi turut
berperan dalam munculnya resistensi insulin melalui glukotoksisitas dan
lipotoksisitas.