Nim : 0403183149
Kelas : IAT V D
HADIS KE 1
ٰ
ب َم ِن ِ يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا: صلَّى اللّـهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ِ قَا َل لَنَا َرسُو ُل هللا، َض َي هللاُ َع ْنه ِ ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد َر
ُصوْ ِـم فَإِنَّهُ لَه ِ ْصنُ لِ ْلفَر
َّ َو َم ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْـع فَ َعلَ ْي ِه بِال،ج َ ْص ِر َوأَح
َ َ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِ ْلب، ْا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَزَ َّوج
ِو َجاء
Dari ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada kami, “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan
untuk menikah, maka menikahlah! Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan
lebih membentengi farji (kemaluan).Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia
shaum (puasa) karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”
TAKHRIJ HADIS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh An-Nasa-i (VI/56, 57); Ibnu Majah (no. 1845); Ad-
Darimi (II/132); Al-Baihaqi (VII/77).
SYARAH HADITS
Perkataan ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu , (“ )لَنَاKepada kami,” yaitu kami
para pemuda, sekumpulan para shahabat yang masih belia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengkhususkan para pemuda karena mereka memang butuh untuk diarahkan
dan terkadang para pemuda juga memiliki pemikiran pendek, syahwat mereka lebih besar
daripada orang yang sudah tua.
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa makna al-istithâ’ah (kemampuan) di sini yaitu
kemampuan harta saja, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ( ْ“ )فَ ْليَتَزَ َّوجMaka menikahlah,” ini merupakan
jawaban dari (“ ) َم ْنBarangsiapa”, oleh karena itu, kalimat falyatazawwaj diawali dengan
dengan huruf fa’.
Yaitu pernikahan itu sangat membantu untuk bisa menundukkan pandangan. Masalah ini
telah teruji, bahwa seseorang jika sudah menikah, maka ia akan menundukkan
pandangannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya. Adapun sebelum menikah,
maka dikhawatirkan ia akan terus melihat kepada wanita, karena Allâh Azza wa Jalla
memberikan tabiat seperti itu kepada mereka. Tetapi jika ia memiliki iman yang kuat,
maka itu akan mencegahnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka.Sungguh, Allâh
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [an-Nûr/24:30]
Dinamakan ُ( اَ ْل ِحصْ نbenteng) karena pernikahan bisa menjaga yang ada di dalamnya dari
perkara-perkara yang haram, serta mencegah manusia dari berbuat keji. Karena itulah jika
seseorang melihat wanita yang membuat ia menjadi takjub, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan kepadanya untuk mendatangi isterinya.1
yang pertama yaitu untuk menyalurkan naluri seksual. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia
memiliki naluri seksual yang lebih besar dibandingkan binatang. Karena binatang hanya
mempunyai nalri seksual tinggi disaat musim kawinnya saja sedangkan manusia hampir
sepanjang hari bisa melampiaskan nafus nya tersebut. Jadi anjuran menikah ini sangat
berguna buat etika dan moral agama.
Yang kedua yaitu untuk mempunyai keturunan. Karena fitrahnya manusia memiliki
kecnderungan untuk memiliki keturunan dansehingga memiliki sikap tanggung jawab.
Yang ketiga yaitu untuk memenuhi naluri sebagai orang tua. Tidak sedikit orang rela
melakukan adopsi anak untuk memenuhi naluri ke orang tuaan. Dan itu juga termasuk sebuah
fitrah terhadap manusia untuk itu.
Yang keempat yaitu mempererat hubungan kekeluargaan. Seperti bersatunya dua keluarga
besar dalam pernikahan sehingga menimbulkan dampak positif dalam kehidupan
bermasyarakat
1
Fat-hu Dzil Jalâli wal Ikraam bi Syarh Bulûghil Marâm (XI/6-8), Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
Yang kelima yaitu untuk memperpanjang umur. Maksudnya perkawinan atau pernikahan
disini memperpanjang umur dengan cara bersilaturahmi karena semakin banyak nya
keluarga untuk didatangi.
Yang keenam yaitu pastinya untuk ibadah. Karena banyaknya ibadah yang dilakukan untuk
sepasang suami istri.
Yang ketuju yaitu terhindar dari maksiat. Pernikahan dapat menyalurkan dan mengendalikan
syahwat sesuai
HADIS KE 2
Orang Muslim Adalah Orang Yang Menyelamatkan Orang Islam Dari Lisan Dan Tangannya
Dari Abdullah bin Amru RA dari Nabi SAW bersabda, "Orang muslim itu adalah orang yang
menyelamatkan semua orang Islam dari bencana akibat ucapan dan perbuatan tangannya.
Dan orang muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah. "
Keterangan Hadits:
Al Khaththabi mengatakan bahwa muslim yang paling utama adalah muslim yang mampu
melaksanakan semua kewajibannya untuk memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak sesamanya.
Mungkin juga maksud bab ini adalah untuk menunjukkan kriteria seorang muslim yang dapat
menunjukkan keislamannya, yaitu mampu menyelamatkan kaum muslimin dari bencana
akibat ucapan lidah dan perbuatan tangannya. Atau mungkin juga merupakan dorongan bagi
seorang muslim untuk berlaku dan berbudi pekerti yang baik kepada Tuhannya, karena
apabila seorang muslim berlaku baik terhadap sesamanya, maka sudah barang tentu ia
berprilaku baik kepada Tuhannya.
Ada pengecualian dalam hadits di atas, yaitu memukul dengan tangan untuk melaksanakan
hukuman terhadap orang muslim yang berhak menerimanya, sebagaimana yang ditentukan
oleh syariat.
Lain halnya dengan ucapan yang mengandung ejekan atau menguasai hak orang lain secara
paksa, kedua prilaku tersebut termasuk bencana lidah dan tangan yang harus dihindari oleh
seorang muslim.
1. Hijrah zhahirah, yaitu pergi meninggalkan tempat untuk menghindari fitnah demi
mempertahankan agama.
2. Hijrah bathinah, yaitu meninggalkan perbuatan yang dibisikkan oleh nafsu amarah dan
syetan.
Seakan-akan orang-orang yang berhijrah diperintahkan seperti itu, agar hijrah yang mereka
lakukan tidak hanya berpindah tempat saja, tetapi lebih dari itu, mereka benar-benar
melaksanakan perintah syariat dan meninggalkan larangannya. Memang orang yang
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah berarti ia telah melaksanakan hakikat hijrah.
Analisis
Hadis ini menjelaskan bahwa jika ingin menjadi orang muslim secara benar yaitu dengan
menjaga tangan dan ucapannya. Jangan sampai kita menyakiti hatinya secara individu apalagi
sampai menyakiti dia dengan perlakuan kotor di masyarakat yang akan mengakibatkan
kerugian yang besar.
Jika dari segi sosial kita diajarkan untuk saling menghargai hak masing masing antar individu
dan kelompok
Dari segi keimanan jika kita dapat menahan nafsu untuk berbuat kejahatan maka iman kita
semakin kuat dan kita tidak akan mudah goyah.
Dari segi kesehatan sama seperti kita sedang berpuasa menahan. Karena sejatinya dosa dari
mulut atau ucapan dan dari tangan atau perbuatan termasuk banyak.