Anda di halaman 1dari 75

KAJIAN PEMANFAATAN TANAMAN AGROFORESTRI

SUREN (Toona sureni Merr) OLEH MASYARAKAT SEKITAR


DANAU TOBA, KECAMATAN PEMATANG SIDAMANIK

SKRIPSI

Oleh :
TOGI NASIB R TAMBA
Manajemen Hutan
131201151

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

TOGI NASIB R TAMBA : Kajian Pemanfaatan Tanaman Agroforestri Suren


(Toona sureni Merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau Toba, Kecamatan Pematang
Sidamanik. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut., M.Si dan
SITI LATIFAH, S.Hut., M.Si., Ph.D

Masyarakat Kecamatan Pematang Sidamanik melakukan pola agroforestri yang


memadukan tanaman kehutanan: pohon suren, dengan berbagai tanaman pertanian dan
perkebunan. Data mengenai pola agroforestri, budidaya dan teknik pemanfaatan suren
oleh masyarakat tersebut belum ada. Sehingga diperlukan suatu kajian agar dapat dikelola
dan dikembangkan lebih efisien. Penelitian ini secara khusus meneliti pola penanaman,
budidaya dan pemanfaatan suren untuk hasil kayu dan non-kayunya. Metode
pengumpulan data dengan teknik wawancara, pengolahan data dengan metode analisis
deskriptif kualitatif. Hasil studi menunjukkan Pola agroforestri suren yang dilakukan oleh
masyarakat setempat sebanyak 10 pola dengan tanaman kehutanan: suren dipadukan
dengan tanaman pertanian dan semusim, yaitu: cengkeh, kemiri, kopi, mangga, coklat dan
kunyit. Teknik budidaya pohon suren baik perbanyakan, pemeliharaan sampai
pemanenannya masih sederhana, begitu pula alat budidaya yang digunakan. Teknik
pemanfaatan pohon suren meliputi: pemanfaatan batang pohon sebagai bahan baku
bangunan (papan dan broti), bahan baku kapal dan sampan, pemanfaatan buah sebagai
pembibitan dan pemanfaatan daun sebagai obat gatal gatal, pestisida/insektisida organik
dan lalapan.
Kata kunci: Suren (Toona sureni Merr), Pola Aroforestri, Teknik Pemanfaatan, Sekitar
Danau Toba.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

TOGI NASIB R TAMBA : Review of Utilization Agroforestry Suren (Toona


sureni Merr) by the Community Around Lake Toba, Pematang Sidamanik.
Subdistrict. Guided by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut., M.Si and SITI LATIFAH,
S.Hut., M.Si., Ph.D
The community of Pematang Sidamanik sub-district performs an
agroforestry pattern that combines forestry crops: suren trees, with various
agricultural crops and plantations. Information on the pattern of agroforestry,
cultivation and utilization techniques suren by these communities do not yet exist.
So we need a study to be managed and developed more efficiently. This research
specifically examines the pattern of cultivation, cultivation and utilization of suren
for timber and non-timber products. Information collection method with interview
technique, data processing with qualitative descriptive analysis method. The
results of the study show the pattern of agroforestry suren conducted by the local
community as many as 10 patterns with forest crops: suren combined with
agricultural crops and seasonal, namely: cloves, candlenuts, coffee, mango,
chocolate and turmeric. Suren tree cultivation techniques both propagation,
maintenance until harvesting is still simple, as well as cultivation tools used.
Suren tree utilization techniques include: utilization of tree trunks as raw
materials of buildings (boards and broti), raw materials of ships and canoes,
utilization of fruit as nursery and utilization of leaves as itchy itching,
pesticides/organic insecticides and vegetables.
Keywords: Suren (Toona sureni Merr), Aroforestry Pattern, Engineering
Utilization, Around Lake Toba.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Bonian 17 juni 1995, anak dari Bapak Mudiono

Tamba dan Ibu Lamria Br. Sihombing Penulis Merupakan anak pertama dari lima

bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Pendidikan Dasar di SD Swasta Santo

Yosef Sidikalang pada tahun 2007, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama

di SMP Swasta Santo Paulus Sidikalang pada tahun 2010, menyelesaikan Sekolah

Menengah Atas di UPT SMA NEGERI 2 Sidikalang pada tahun 2013. Pada tahun

2013 penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN.

Penulis juga mengikuti kegiatan organisasi yaitu: Diterima dalam

keanggotaan UKM KMK dalam KK (Kelompok Kecil) pada 2013, Rain Forest

Kehutanan USU pada 2013, keanggotaan HIMAS Kehutanan USU pada 2014.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDT) Aek Nauli pada tahun 2014.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPH Sukabumi pada

tanggal 1 Februari 2017 sampai 2 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan

rahmat, Penyertaan serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Kajian Pemanfaatan Tanaman Agroforestri Suren

(Toona sureni Merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau Toba, Kecamatan

Pematang Sidamanik”.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si dan Siti Latifah, S.Hut., M.Si

selaku Komisi Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap penulisan

skripsi ini.

2. Kedua orang tua, Ayahanda Mudiono Tamba. Dan Ibunda Lamria

Br Sihombing yang meberikan kasih sayangnya serta dukungan moril

maupun materil. Setiap dukungan dan pengorbanannya merupakan

kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan karya besar yang pertama bagi

penulis.

3. Masayarakat Desa Pamatag Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan,

Kecamatan Pematang Sidamanik yang sudah mendukung dalam kegiatan

wawancara dalam pengumpulan data dan informasi dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara


4. Rekan tim bimbingan (Mastiur Tinambunan, Jawanri Saragih, Muhammad

Evin, Fahrul Rozi) yang telah memberikan semangat dan kerjasama dan

memberikan masukan masukan serta bantuan dalam bagi penulis.

5. Rekan tim PKL ( Mariana, Rio, Eva, Friski, Muammar, Aidul) yang

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis.

6. Teman teman yang memberikan bantuan bagi penulis (Muhammad

Sayful, Iqbal).

7. serta teman-teman angkatan 2013 Fakultas Kehutanan khususnya

Program Studi Manajemen Hutan 2013.

8. Yang terakhir rekan-rekan yang tak dapat disebutkan satu persatu

namanya yang selalu mendoakan dan membantu selama penyelesaian

skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................ i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix

LAMPIRAN.............................................................................................. xi

PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................ 1
Rumusan masalah ............................................................................ 3
Tujuan penelitian ............................................................................. 4
Manfaat penelitian ........................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian agroforetri ..................................................................... 5
Bentuk-bentuk agroforestri .............................................................. 5
Jenis suren di Indonesia ................................................................... 8
Deskripsi suren (T. sureni Merr) ...................................................... 8
Morfologi suren (T. sureni Merr) ..................................................... 9
Penyebaran dan habitat suren (T. sureni Merr) .................................. 11
Teknik pemanfaat suren (T. sureni Merr).......................................... 11

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan tempat............................................................................ 13
Alat dan bahan ................................................................................ 13
Prosedur penelitian .......................................................................... 13
Pengambilan sampel ................................................................. 13
Metode pengambilan sampel ..................................................... 15
Metode pengumpulan data ........................................................ 15
Jenis data yang diperlukan......................................................... 16
Pengolahan data ........................................................................ 17

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum lokasi penelitian ....................................................... 18
Karakteristik responden ................................................................... 19
Agama dan suku ..................................................................... 19
Umur responden ..................................................................... 19
Tingkat pendidikan responden................................................. 19
Luas lahan .............................................................................. 20
Distibusi masyarakat terhadap pemanfaatan Suren ................... 21
Penilaian ekonomi masyarakat terhadap suren ......................... 22
Analisis data.................................................................................... 22
Pola agroforestri dengan tanaman kehutanan pohon suren ........ 22
Suren dan kopi............................................................... 23
Suren, kopi dan cengkeh ................................................ 25
Suren, kopi dan kemiri ................................................... 26
Suren, kemiri dan cengkeh ............................................. 27
Suren, cengkeh, kopi dan kemiri..................................... 29
Suren, kopi, cengkeh dan kunyit ..................................... 30
Suren dan coklat ............................................................ 31
Suren, mangga dan coklat .............................................. 32
Suren, kopi, mangga dan cengkeh................................... 33
Suren, mangga dan cengkeh ........................................... 34
Teknik budidaya pohon suren.................................................. 36
Penyediaan bibit ............................................................ 36
Pemeliharaan ................................................................. 37
Pemanenan .................................................................... 38
Teknik pemanfaatan pohon suren ............................................ 38
Batang pohon suren ....................................................... 39
Daun suren .................................................................... 41
Buah suren .................................................................... 42

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .................................................................................... 47
Saran.............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Karakterisik responden menurut umur...................................................... 19

2.Tingkat pendidikan responden .................................................................. 20

3. Luas lahan responden ..........................................................................................20

4. Pola agroforestri suren ............................................................................ 35

5. Teknik pemanfaatan suren masyarakat Desa Pematang Tambun .............. 45


Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Gambar pohon suren ............................................................................ 9

2. Wawancara responden........................................................................... 16

3. Peta administrasi Kecamatan Pematang Sidamanik ................................ 18

4. Grafik jumlah pemanfaatan suren berdasarkan bagian-bagian pohon ....... 21

5. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren dan kopi ................ 24

6. Pola penanaman agroforestri suren dan kopi .......................................... 24

7. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi dan ............... 25
cengkeh

8. Pola penanaman agroforestri suren suren, kopi dan cengkeh ................... 26

9. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi dan ............... 26
kemiri

10. Pola penanaman agroforestri suren, kopi dan kemiri ............................... 27

11. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kemiri dan ............ 28
cengkeh.
12. Pola penanaman agroforestri suren, kemiri dan cengkeh ......................... 28

13. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, cengkeh, kopi ....... 29
dan kemiri.
14. Pola penanaman agroforestri suren, cengkeh, kopi dan kemiri ................ 30

15. Pola penanaman agroforestri suren, kopi, cengkeh dan kunyit................. 30

16. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren dan coklat .............. 31

17. Pola penanaman agroforestri suren dan coklat ........................................ 32

18. Pola penanaman agroforestri suren, mangga dan coklat .......................... 33

19. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi, mangga dan.. 33
cengkeh.

20. Pola penanaman agroforestri suren, kopi, mangga dan cengkeh .............. 34

Universitas Sumatera Utara


21. Pola penanaman agroforestri suren, mangga dan cengkeh ....................... 35

22. Pengolahan suren sebagai bahan bangunan ............................................ 39

23. Pemanfaatan suren dipergunakan sebagai bahan baku kapal ................... 40

24. Pemanfaatan buah suren ........................................................................ 43

25. Diagram alur pemanfaatan suren............................................................ 46

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuisoner penelitian ................................................................................. 52

2. Dokumentasi wawancara ......................................................................... 56

3. Karakteristik responden Desa Pematang Tambun Raya ............................ 58

4. Karakteristik responden Kelurahan Sipolha Horisan ................................. 59

5. Budidaya dan agroforestri suren responden Pematang Tambun Raya ........ 61

6. Budidaya dan agroforestri suren responden Kelurahan Sipolha ................. 63


Horisan

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar belakang

Hutan Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan baik luas

maupun kualitas yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu alih

fungsi lahan. Widianto (2003) menjelaskan bahwa alih fungsi lahan hutan adalah

perubahan fungsi pokok hutan menjadi kawasan non hutan, seperti: pemukiman,

areal pertanian dan perkebunan. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu

sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih fungsikan menjadi

lahan usaha lain.

Dalam Sudomo et al (2013) menjelaskan bahwa Agroforestri diperlukan

dalam rangka mengembalikan fungsi hutan dan lahan kritis agar dapat bermanfaat

secara ekologi bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat. Hal ini

disebabkan pengelolaan hutan lestari hanya dapat tercapai jika dapat

mengakomodir ketiga fungsi tersebut. Agroforestri sebagai salah satu teknik dan

pola penggunaan lahan diharapkan mampu memecahkan berbagai permasalahan

yang disebabkan oleh alih fungsi lahan dengan mengoptimalkan penggunaan

lahan.

Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan berkelanjutan dan

mampu meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi

produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutan

dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dilaksanakan pada satu

bidang lahan (King, 1979 dalam Alim et al, 2003).

Aroforestri sebagai suatu model usahatani memiliki peran yang makin

signifikan, terutama bagi para petani yang memiliki luas lahan garapan yang relatif

Universitas Sumatera Utara


terbatas (sempit). Oleh karena itu, dengan menerapkan agroforestri akan

memberikan kemungkinan bagi pemilik untuk meningkatkan intensitas panen.

Pada akhirnya mampu memberikan tambahan output, baik berupa hasil fisik

maupun finansial (Andayani, 2008).

Kontribusi masyarakat merupakan hal penting yang perlu diperhatikan

dalam keberhasilan kegiatan agroforestri. Pengetahuan dan pengelolaan yang

baik, akan menghasilkan efek yang baik pula bagi penggunaan lahan maupun

sosial ekonomi. Pola agroforestri di suatu wilayah pastinya berbeda dengan

wilayah lain. Selain dipengaruhi oleh keadaan alam yang menjadi syarat tumbuh

tanaman, juga dipengaruhi oleh sosial budaya setempat.

Masyarakat Kecamatan Pematang Sidamanik sebagian besar merupakan

petani, dimana para petani banyak menggunakan pola agroforestri yang

memadukan tanaman kehutanan dan pertanian. Masyarakat di Kecamatan

Pematang Sidamanik memadukan pohon suren dengan berbagai tanaman

pertanian dan perkebunan.

Pemanfaatan dan pengolahan pohon suren yang dilakukan oleh masyarakat

Kecamatan Pematang Sidamanik belum teridentifikasi. Identifikasi dilakukan

untuk mencari, menemukan, mengumpulkan dan mendaftarkan berbagai data dan

informasi. Data mengenai teknik pemanfaatan suren dapat meningkatkan nilai

guna suren, meningkatkan harga pasar serta menambah perekonomian

masyarakat. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan indentifikasi pemanfaatan

suren di Kecamatan Pematang Sidamanik.

Universitas Sumatera Utara


Rumusan masalah

Masyarakat manusia sebagai bagian dari mahluk hidup, memegang

peranan yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem

(Manan, 1998). Masyarakat merupakan bagian dari ekosistem lingkungan hidup

yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dan mempengaruhi

manfaat yang dipeoleh dari program program pelestarian dan peningkatan

sumberdaya, interaksi yang dilakukan oleh masyatrakat dapat memberikan

peningkatan nilai guna bagi tanaman tersebut.

Sebagian besar masyarakat desa di Kecamatan Pematang Sidamanik

bermata pencaharian sebagai petani, baik yang berlahan sempit maupun berlahan

luas. Suren merupakan tanaman kehutanan yang dipergunakan sebagai tanaman

agroforestri. Selain berfungsi mengoptimalkan penggunaan lahan dengan sistem

agroforestri, tanaman suren memiliki potensi dimana setiap bagiannya dapat

ditingkatkan nilai gunanya melalui pemanfaatan yang efektif, sefisien, dan

berkesinambungan.

Belum ada data mengenai pola agroforestri, budidaya dan teknik

pemanfaatan Suren oleh masyarakat Kecamatan Pematang Sidamanik. Oleh

karena itu, diperlukan suatu kajian tentang pemanfaatan tanaman suren berbasis

agroforestri, sehingga dapat dikelola secara lestari dan pemanfaatan suren dapat

dikembangkan lebih efisien.

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian yang berjudul Kajian Pemanfaatan Tanaman

Agroforestri Suren (Toona sureni Merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau Toba,

Kecamatan Pematang Sidamanik ini adalah:

1. Mengkaji pola agroforestri pohon suren oleh masyarakat sekitar Danau

Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik.

2. Mengkaji teknik budidaya pohon suren oleh masyarakat sekitar Danau

Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik.

3. Identifikasi teknik pemanfaatan pohon suren oleh masyarakat sekitar

Danau Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik untuk hasil kayu dan non-

kayunya.

Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah;
1. Memberikan informasi pola agroforestri, teknik budidaya dan teknik

pemanfaatan pohon suren (Toona sureni Merr) yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar Dananu Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik

disamping fungsinya sebagai tanaman agroforestri.

2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian di lokasi yang sama.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian agroforestri

Agroforestri merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan

lestari, dengan mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit

pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik,

sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta (Anonymous, 1990).

Agroforestri merupakan suatu istilah baru dari praktek-praktek

pemanfaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-unsur :

1) Penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia

2) Penerapan teknologi

3) Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau hewan

4) Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu

5) Ada interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi

(Hairiah et al, 2003)

Dalam Roshetko et al (2002) menjelaskan bahwa Konsep agroforestri

yakni sistem pertanian berbasis pepohonan dengan tujuan meningkatkan

pendapatan petani serta mempertahankan kelestarian alam, yang merupakan suatu

alternatif paling sesuai menjawab tantangan mencapai pembangunan

berkelanjutan. Sistem agroforestri memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi

dan menghasilkan jenis produk yang beragam baik kayu maupun non kayu.

Bentuk-bentuk agroforestri

Dalam Hairiah et al (2003) mengemukakan beberapa model agroforestri

yang dapat dikembangkan, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


1) "Agrisilvopastura ",

Agrisilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan)

dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit

manajemen lahan yang sama.

2) "Sylvopastoral system ",

Sylvopastural system adalah sistem agroforestri yang meliputi komponen

kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (binatang

ternak/pasture)

3) "Agrosylvicultural system ",

Agrosilvikultural system adalah sistem agroforestri yang

mengkombinasikan komponen kehutanan dengan komponen pertanian.

4) "Multipurpose forest ",

Multipurpose forest adalah sistem pengelolaan dan penanaman berbagai

jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan

dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia, ataupun

pakan ternak.

Selain 4 bentuk agroforestri diatas, Nair (1993) dalam Hairiah et. al

(2003) menambah sistem-sistem lainnya yang dapat dikategorikan sebagai bentuk

agroforestri:

1) Silvofishery

Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan perikanan.

2) Apiculture

Pembudidayaan lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan atau

komponen kehutanan.

Universitas Sumatera Utara


Dari segi ekologi dan ekonominya, model agroforestri lebih kompleks jika

dibandingkan sistem monokultur. Sistem agroforestri juga bersifat lokal, karena

harus cocok dengan kondisi ekologi dan sosial ekonomi setempat. Konsep

agroforestri memberikan harapan baru dalam sistem pengelolaan lahan yang lebih

optimal (Triwanto et al, 2012).

Sistem budidaya petani dalam menerapkan agroforestri dipengaruhi oleh

budaya dan sosial ekonomi setempat. Keragaman pohon penaung memberi

dampak ketersediaan hara akibat kemampuan masing-masing tanaman dalam

penyerapan hara. Sumbangan serasah penaung sangat berpengaruh pada aktivitas

mikroorganisme dalam tanah. Jumlah mikroorganisme sangat berpengaruh pada

ketersediaan jumlah serasah organik dan faktor lingkungan yang mendukung,

karena jumlah serasah yang dihasilkan oleh tanaman penaung menjadi sumber

energi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (Harsani, 2017).

Suren merupakan tanaman kehutanan yang paling banyak ditanam oleh

masyarakat Kecamatan Pematang Sidamanik. Selain karena mudah tumbuh, suren

juga sudah menjadi tanaman yang ditanam turun temurun oleh masyarakat, dan

bisa dijumpai hampir di seluruh lahan pertanian milik masyarakat setempat. Kayu

suren juga menjadi bahan andalan dalam pembangunan rumah oleh masyarakat.

Karena sifatnya yang tahan terhadap serangan rayap, dan tampilan kayunya yang

tidak kalah menarik dibanding kayu kehutanan lain. Hal ini yang menjadi faktor

utama digunakannya suren dalam pola agroforestri oleh masyarakat setempat.

Suren merupakan jenis tanaman kehutanan yang memiliki berbagai

manfaat. Pohon suren tergolong pohon besar dengan bentuk batang lurus bisa

mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang 25 m dan diameter 100 cm.

Universitas Sumatera Utara


Suren merupakan salah satu komoditi kehutanan yang menghasilkan kayu bernilai

ekonomi tinggi dan memiliki sifat kayu yang baik (Mandang dan Pandit, 1997).

Pohon suren memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, diantaranya di

daerah sunda disebut Kibeureum atau Suren, di daerah Kerinci disebut Ingu, di

Madura disebut Soren, di Sumba disebut Horeni atau Linu. Di Halmahera orang

mengenalnya dengan nama Huru. Kayu suren berbau harum sehingga tahan

terhadap serangan rayap. Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan

ketinggian 600-2.700 mdpl dengan temperatur sekitar 22 ºC (Djam’an 2002).

Jenis suren di Indonesia

Dalam Darmawanti (2003) menyatakan di Indonesia dikenal dua jenis

genus Toona yaitu Toona sinensis dan Toona sureni. Kedua jenis tersebut sangat

sulit untuk dibedakan. Tetapi jika dilihat secara jeli terdapat perbedaan pada daun

dan buahnya. Tulang daun pada Toona sinensis terdapat bulu-bulu halus.

Sedangkan pada Toona sureni tidak terdapat bulu-bulu halus. Buah dari Toona

sinensis terdapat pada ujung ranting, sedangkan Toona sureni terdapat pada

batangnya. Putri, 2012 menyampaikan Jarak antar nodul pada T.sinensis adalah

antara 0,2 – 0,5 cm sedangkan jarak antar nodul pada T.sureni adalah antara 5 -

10 cm.

Deskripsi suren (Toona sureni Merr)

Dalam Setiawati et al (2008) menyatakan suren yang memiliki nama daerah

surian dan surian amba dari suku Meliaceae dan bangsa Sapindales memiliki ciri-ciri:

tumbuh dengan tinggi 35 sampai 40 m dengan diameter hingga mencapai 100 cm,

berbanir, permukaan kayu biasanya pecah-pecah dan berserpihan, keputihan, coklat

keabu-abuan atau coklat muda dengan aroma kuat ketika ditebang. Sistematika

Universitas Sumatera Utara


tumbuhan jenis surian atau suren menurut Departemen Kehutanan (2002)

diklasifikasikan kedalam:

Super Divisi :Spermatophyta

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Sub Kelas :Rosidae

Ordo :Sapindales

Famili :Meliaceae

Genus :Toona

Spesies :Toona sureni (Blume) Merr. Gambar 1. Pohon suren (Toona sureni)

Pohon suren dikenal memiliki 6 jenis yaitu : Toona sureni, Toona sinensis,

Toona febribuga, Toona ciliata, Toona australis, dan Toona calanthas. Di

Indonesia dikenal dua jenis yaitu Toona sureni dan Toona sinensis. Pohon suren

menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi

Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Papua.

Sifat pohon suren dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan

mendapatkan cahaya langsung (<1200 m dpl). Pohon suren termasuk jenis yang

tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam, dan

berakar cabang banyak (Departemen Kehutanan, 2002).

Morfologi suren (Toona sureni Merr)

Pohon suren memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila

bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Suren

merupakan jenis pohon intoleran yaitu suatu jenis pohon yang tidak mampu

Universitas Sumatera Utara


bertahan dibawah naungan (Siahaan Andi et al, 2015). Dalam Djam’an (2002)

menyampaikan ciri ciri dari pohon suren, yaitu :

1. Batang

Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon

dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit

buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.

2. Daun

Daun pohon suren berbentuk oval dengan panjangnya 10-15 cm, letak

daunnya duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon

berdiameter 1-2 m.

3. Bunga

Kedudukan bunga adalah terminal, dimana keluar dari ujung batang pohon.

Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter.

4. Buah

Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-

September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian

bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk

oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah

masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua

kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang.

5. Benih

Warna benih coklat, panjang benih 3-6 mm, lebarnya 2-4 mm dan pipih,

bersayap pada satu sisisehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Berbunga

Universitas Sumatera Utara


2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.

Penyebaran dan habitat suren

Jenis ini menyebar di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Indo-China, Cina

Selatan, Thailand dan sepanjang Malaysia hingga barat Papua Nugini. Di

Indonesia menyebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang beriklim A-C (Schmidt

dan Ferguson). Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan

banyak tumbuh di hutan pedesaan (Djam’an, 2002).

Tanaman ini sering tumbuh pada tanah-tanah yang berlempung dalam,

lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang basa. Suren termasuk

jenis tanaman yang cepat tumbuh. Dan pada umur 12-15 tahun, pohon suren

sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna et al, 1998).

Teknik pemanfaatan suren

Pohon suren dapat dimanfaatkan hasil kayu maupun non kayunya, banyak

literatur yang menjelaskan berbagai pemanfaatan bagian-bagian dari pohon suren,

pada berbagai daerah di indonesia, diantaranya:

1. Pengolahan kayu sebagai bahan baku pertukangan. Kholibrina (2009)

menyatakan, di Danau Toba kayu suren digunakan untuk bahan baku

kapal kayu, perumahan, dan perabotan.

2. Penyulingan. Sutisna (1998) menyatakan, kulit batang dan buah suren

dapat disulingkan menjadi minyak essensial.

3. Kulit dan akar pohon suren dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat

diare, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida,

(Sutisna et al, 1998).

Universitas Sumatera Utara


4. Dalam Hua (2008) menjelaskan kulit batangnya dijadikan obat kelat dan

penjernih, tepung dari akarnya digunakan sebagai penyegar dan diuretik,

dan daun mudanya digunakan sebagai obat kembung.

5. Kulit batang pohon suren sering digunakan petani di Jawa Barat untuk

mengendalikan walang sangit pada tanaman padi (Prijono, 1999).

6. Bagian kulitnya digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit,

misalnya oleh suku Rejang Lebong (Bengkulu) untuk mules, suku Jawa

untuk demam, suku Bali untuk kencing manis (diabetes mellitus) dan

digunakan oleh suku Samawa (NTB) untuk menyembuhkan penyakit

gondok (Sangat et al, 2000).

7. Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus,

dengan melaburkan ramuan ujung daun suren pada luka yang mengalami
pembengkakan (Hua et al, 2008).
8. Pohon suren dapat berperan sebagai pengusir serangga (repellant) dan

dapat digunakan dalam keadaan hidup (insektisida hidup), selain itu suren

dapat berfumgsi sebagai tanaman hias dan pengusir nyamuk dengan

meletakkannya di ujung ruangan (Rauf, 2011)

Universitas Sumatera Utara


METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian yang berjudul Kajian Pemanfaatan Tanaman Agroforestri Suren

(Toona sureni Merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau Toba, Kecamatan Pematang

Sidamanik ini dilakukan di Kecamatan Pematang Sidamanik pada Desa Pamatang

Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan. Penelitian ini dilakukan pada

bulan April 2017-Mei 2017.

Alat dan bahan

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera yang digunakan

sebagai dokumentasi. Alat tulis yang digunakan mencatat informasi penting dari

para narasumber yang memberikan penjelasan tentang pengolahan suren.

Kuisoner yang akan diisi guna mendapatkan data dan informasi.

Prosedur penelitian

1. Pengambilan sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal

di Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan, Kecamatan

Pematang Sidamanik. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat pemilik

maupun yang bukan pemilik lahan yang menggunakan agroforestri suren dan

memanfaatkan tanaman suren, baik kayu maupun non kayunya. Metode

penentuan jumlah responden pada populasi masyarakat yang tinggal di Desa

Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan berdasarkan rumus

Slovin (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000) yaitu:

Universitas Sumatera Utara


𝑁𝑁
𝑛𝑛 =
1 + 𝑁𝑁𝑁𝑁 2

Dimana :

n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi h

e = Batas ketidaktelitian (Persentasi kelonggaran ketidak telitian karena

kesalahan dalam pengambilan sampel)

Jumlah total kepala keluarga (KK) Kecamatan Pematang Sidamanik

sebanyak 4.414 dengan rataan 441 kk setiap desa (BPS Simalungun, 2015). Maka

jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 responden

untuk Desa Pematang Tambun Raya dan 24 responden untuk Kelurahan Sipolha

Horisan dengan jumlah total 48 responden. Secara sistematis cara memperoleh

jumlah sampel adalah sebagai berikut:

𝑁𝑁
𝑛𝑛 =
1 + 𝑁𝑁𝑁𝑁 2

441
𝑛𝑛 =
1 + 441 (0,22 )

441
𝑛𝑛 =
18,64

𝑛𝑛 = 24

n keseluruhan = 24+24= 48

Dimana jumlah responden tersebut sudah dapat menggambarkan/mewakili

masyarakat Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan.

Universitas Sumatera Utara


2. Metode pengambilan sampel

Ada beberapa metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti.

Yang bertujuan untuk memperjelas dan mengefektifkan data dan informasi yang

diperoleh dalam pengambilan data, diantaranya:

1. Metode pengambilan atau penentuan sampel purposive sampling, yang

merupakan metode pengambilan responden dengan disengaja berdasarkan

tujuan penelitian. Purposive sampling merupakan metode pengambilan

sampel responden yang didasari oleh pengetahuan dan anggapan atau

pendapat (judgement) peneliti bahwa responden yang dipilih dapat

memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan

penelitian (Malo dan Trisnoningtias, 2001).

2. Teknik sampling snowball, adalah suatu metode untuk mengidentifikasi,

memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai

hubungan yang menerus. Peneliti memilih responden melalui responden

sebelumnya yang memiliki keterkaitan dalam pemanfaatan suren.

3. Metode pengumpulan data

a. Teknik wawancara

Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada masyarakat

Kecamatan Pematang Sidamanik, Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan

Sipolha Horisan. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuisoner) yang telah disiapkan dan diisi oleh peneliti sewaktu

melakukan wawancara terhadap responden.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Wawancara responden

Jenis data yang diperlukan

a. Data primer

Data primer yang dikumpulkan adalah data bentuk pengelolaan pohon

suren, dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Pengumpulan

data primer yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pola agroforestri berbasis pohon suren (Toona sureni Merr) yang

dilakukan oleh masyarakat.

2. Teknik budidaya pohon suren (Toona sureni Merr).

3. Karakteristik pemanfaatan suren (Toona sureni Merr) yaitu: umur, bagian

tanaman yang dimanfaatkan, tujuan dan teknik pemanfaatan.

b. Data sekunder

Selain data primer, untuk penelitian kajian pemanfaatan tanaman suren

(Toona sureni Merr) diperlukan juga data sekunder. Data sekunder adalah data

yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat, dan

data lain yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara


1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi: letak dan keadaan fisik

lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan penduduk: umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan,

jumlah penduduk dan sebagainya.

4. Pengolahan data

Karena penelitian ini menggunakan metode pengamatan dengan teknik

wawancara dan pengisian kuisoner, yang bertujuan mengkaji dan menganalisa

bentuk dan teknik pemanfaatan dari tanaman suren. Sehingga bentuk pengolahan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif.

Data yang terkumpul dari hasil kuisioner akan disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram yaitu:

1. Data karakterisitk responden yang berupa umur, mata pencaharian, jumlah

anggota keluarga dan pendidikan serta data pengolahan, berapa luas lahan,

dan sistem kepemilikan lahan.

2. Pola agroforestri berbasis pohon suren dan teknik budidaya pohon suren.

3. Jenis teknik pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Danau

Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik dan menghubungkan karakteristik

tanaman (umur, tinggi tanaman), bagian bagian tanaman yang dimanfaatkan,

dan teknik pemanfaatannya.

4. Diagram bagan alur teknik pemanfaatan tanaman suren oleh masyarakat

sekitar Danau Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik berdasarkan bagian

bagian tanaman yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi umum lokasi penelitian

Pematang Sidamanik sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten

Simalungun, letaknya diapit oleh 5 Kecamatan yaitu: Sebelah Utara dengan

Kecamatan Sidamanik dan Kecamatan Panei, sebelah Selatan dengan Danau

Toba, sebelah Barat dengan Kecamatan Dolok Pardamean dan sebelah Timur

dengan Kecamatan Jorlang Hataran dan Girsang Sipangan Bolon.

Menurut topografi, Kecamatan Pematang Sidamanik dapat dibagi dalam 2

bagian pada ketinggian di atas permukaan laut, yaitu 501-1000 m dan 1001-1500

masing-masing dengan luas 2.352 ha. Kecamatan Pematang Sidamanik mencakup

1 Kelurahan dan 9 Nagori, dengan Jumlah penduduk 16.436 jiwa dan jumlah

kepala keluarga (KK) sebanyak 4.414 Kepala Keluarga ( KK).

Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Pematang Sidamanik

Universitas Sumatera Utara


B. Karakteristik responden

a. Agama dan suku

Seluruh responden di Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan

Sipolha Horisan, Kecamatan Pematang Sidamanik memiliki agama Kristen

Protestan dan Katolik. Suku masyarakat yang menjadi responden terdiri dari

Batak Simalungun, Batak Toba dan Batak Karo.

b. Umur responden

Umur sangat erat hubungannya dengan kemampuan dan pengalaman

seseorang dalam melakukan kegiatannya. Umur menjadi data yang penting karena

umur dapat memberikan gambaran kondisi seseorang.

Karakteristik responden pada Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan

Sipolha Horisan dapat dilihat dari tabel 1

Tabel 1. Karakteristik Responden menurut umur


No Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)
1 30-39 11 22,9
2 40-49 12 25
3 50-59 8 16,65
4 60-69 9 18,8
5 70-79 8 16,65
Jumlah 48 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 48 responden, frekuensi

terbesar responden berdasarkan umur adalah pada umur 40-49 yaitu sebanyak 12

orang dengan persentase 25%, dan frekuensi terkecil adalah pada umur 50-59

tahun dan 70-79 tahun yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase 16,65%.

c. Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan berperan penting dalam menunjukkan pola

pikir seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang pernah

Universitas Sumatera Utara


ditempuh oleh responden. Tabel 2 menyajikan tingkat pendidikan responden pada

Desa Pematang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Responden


No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Sekolah - -
2 SD 12 25
3 SMP 16 33,3
4 SMA 18 37,5
5 SPG 2 4,2
6 Perguruan Tinggi - -
Jumlah 48 100
Sumber: Hasil pengolahan Data

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

dengan frekuensi terbesar terdapat pada tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak

18 0rang dengan persentase 37,5%.

d. Luas lahan

Luas lahan kemungkinan mempengaruhi pengelolaan yang efektif. Lahan

dengan agroforestri suren yang luas menambah jumlah pengelolaan oleh

masyarakat dan menambah jumlah pohon suren yang dimiliki. Berikut disajikan

luas lahan agroforestri suren responden pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Lahan Responden


No Luas Lahan ( Rantai) Frekuensi Persentase (%)
1 2-9 25 52,07
2 10-17 13 27,08
3 18-24 3 6,25
4 25-31 3 6,25
5 32-38 1 2,08
6 ≥39 3 6,25
Jumlah 48 100
Keterangan: 1 Rantai = 400 m
Sumber: Hasil pengolahan Data

Lahan yang dimiliki responden di Desa Pamatang Tambun Raya dan

Kelurahan Sipolha Horisan adalah lahan yang termasuk rendah. Seperti yang

terdapat pada Tabel 3, frekuensi terbanyak terdapat pada lahan seluas 2-9 rantai

(800-3600 m) yaitu 25 responden dengan persentase 52,07%.

Universitas Sumatera Utara


e. Distibusi masyarakat terhadap pemanfaatan pohon suren

Distribusi masyarakat menggambarkan tingkat pemanfaatan yang

dilakukan pada tiap bagian dari pohon suren, baik batang daun maupun buahnya.

Bagian pohon mana yang paling banyak digunakan dalam pemanfaatannya oleh

masyarakat Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan.

Sehingga diketahui bagian yang paling sering dimanfaatkan dan yang paling

sedikit dimanfaatkan. Grafik 1 menyajikan ditribusi responden, pada Desa

Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan terhadap pemanfaatan

pohon suren.

Responden
60

50

40

30
Responden
20

10

0
Batang Daun Buah/ Biji

Gambar 4. Grafik jumlah pemanfaatan suren berdasarkan bagian bagian pohon.

Pada Grafik 1, diketahui bahwa seluruh responden mengetahui dan

mengaplikasikan pemanfaatkan batang dari suren. Sedangkan untuk pemanfaatan

daun, hanya sebanyak 8 responden yang mengaplikasikannya, untuk buah

jumlah responden yang mengaplikasikannya sebanyak 14 responden.

Universitas Sumatera Utara


Penilaian ekonomi masyarakat terhadap suren

Penilaian ekonomi suren oleh masyarakat setempat, berfungsi sebagai

tanaman tabungan yang akan berguna di masa tua. Dari hasil pemanenan

kayunya, yang tidak menggangu tanaman semusim sehingga masyarakat tidak

terganggu dalam mengelola tanaman pertanian. Masyarakat juga dapat melakukan

pemanfaatan baik biji dan daun suren selama pertumbuhan suren. Dalam

Hardjanto (2001) menyatakan dengan sistem agroforestri petani akan lebih intens

dalam mengelola lahannya. Sebab petani tidak hanya merawat tanaman berkayu

yang daurnya cukup lama, namun juga merawat tanaman semusim yang waktu

panennya pendek. Sehingga disamping hasil dari tanaman berkayu, petani juga

bisa memperoleh hasil dari tanaman semusim setiap musimnya.

C. Analisis data

Setelah melakukan wawancara langsung kepada narasumber, yaitu

masyarakat Pematang Sidamanik yaitu Desa Pamatang Tambun Raya dan

Kelurahan Sipolha Horisan. Peneliti memperoleh data sebagai berikut

A. Pola agroforestri dengan tanaman kehutanan pohon suren

Masyarakat di Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha

Horisan menanam pohon suren disetiap pinggir ladang dan di tengah-tengah

ladang. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan naungan pada tanaman

pertanian/tanaman semusim yang ditanami. Selain itu juga menghasilkan unsur

hara bagi tanaman semusim. Disaat pemupukan tanaman semusim, pohon suren

juga akan mendapat asupan unsur hara, dimana pupuk yang diberikan akan dapat

pula diserap pohon suren sehingga mempercepat pertumbuhan. Dalam Yuliprianto

(2010) menyatakan bahwa keberadaan pohon dalam pola tanam agroforestri

Universitas Sumatera Utara


berpengaruh terhadap produktivitas tanaman bawah. Pengembalian serasah bekas

pangkasan tanaman kayu, daun dan batang sisa panen tanaman bawah dapat

dikembalikan ke tanah agar terdekomposisi menjadi humus untuk memperbaiki

sifat fisik dan kimia tanah. Ashari dan Henny (2011) menyatakan sistem

agroforestri yang diatur dengan baik dapat meningkatkan kesuburan lahan yang

akan berdampak pada peningkatan kualitas tanaman.

Besarnya pengaruh naungan pohon dalam agroforestri manyebabkan tidak

semua jenis tanaman dapat ditanam bersama pepohonan. Oleh karena itu,

pemilihan jenis tanaman yang toleran terhadap naungan dalam agroforestri sangat

diperlukan. Pohon yang pertumbuhannya cepat memberikan seresah yang banyak

sebagai mulsa (Triwanto et al, 2012).

Para petani melakukan model agroforestri yang mencampurkan tanaman

kehutanan dan tanaman pertanian (agrosilvikultural) dimana tanaman pertanian

dan semusim yang mendominasi yaitu : cengkeh, kemiri, kopi, mangga, dan

coklat. Hampir seluruh petani bermata pencaharian dari hasil kopi dan cengkeh

yang nilai finansialnya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut pola

agroforestri suren yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pamatang Tambun Raya

dan Kelurahan Sipolha Horisan:

a. 1. Suren dan kopi

Rata-rata petani di Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha

Horisan, bermata pencaharian dari bertani kopi. Panen kopi cukup menambah

perekonomian para petani, karena pemanenan yang dapat dilakukan secara intens

tiap minggunya. Harga kopi juga cukup menjanjikan sebagai sumber mata

pencaharian petani. Suren dipergunakan sebagai pemberi naungan kepada kopi,

Universitas Sumatera Utara


dan jika tajuk suren sudah terlalu lebar maka akan dilakukan pemangkasan.

Gambar5. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren dan kopi

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren dan kopi

Dalam pola agroforestri yang dilakukan oleh masyarakat, pohon suren

ditanam dipinggiran dan ditengah tengah lahan. Untuk pohon suren yang ditanam

dipinggiran lahan jarak penanamannya 4x4 m, dan untuk yang ditengah lahan

penanamannya ada yang tidak teratur dan yang teratur dengan jarak tanam 4x4 m.

Gambar 6. Pola penanaman agroforestri suren dan kopi

Universitas Sumatera Utara


a. 2. Suren, kopi, dan cengkeh

Selain kopi, petani juga menanam cengkeh sebagai sumber mata

pencahariaannya, proses pemanenan cengkeh yang mudah yaitu memetik,

menyortir dan menjemur menjadi alasan cengkeh adalah komoditi jitu yang

menambah sumber pendapatan.

Lahan pertanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: kopi dan cengkeh dengan tanaman kehutanan yaitu

suren. Dimana untuk pemanenan intens pada komoditi kopi sambil menunggu

rotasi pemanenan cengkeh. Suren dimanfaatkan sebagai pohon naungan, untuk

pemanfaatan bagian-bagian tanaman saat masih muda, dan juga pemanenan kayu.

Gambar 7. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi dan

cengkeh.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kopi dan cengkeh

Pohon suren ditanam dipinggiran dan ditengah tengah lahan namun

diselangi dengan pohon cengkeh. Jarak penanaman untuk suren dan cengkeh

adalah 4x4 atau 5x5 m dan untuk yang ditengah jarak penanamannya 5x5 m .

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Pola penanaman agroforestri suren, kopi dan cengkeh.

a. 3. Suren, kopi dan kemiri

Pola agroforestri yang menggabungkan suren, kopi dan kemiri terbilang

efisien dalam pengembalian unsur hara pada tanah dan mempercepat pertumbuhan

kopi. Dari sisi pemanenan petani dapat memanen kemiri dan kopi secara rutin.

Memanfaatkan suren sebagai pengusir serangga/hama pada kopi. untuk

pemanfaatan bagian-bagian tanaman saat masih muda, dan juga pemanenan kayu.

Gambar 9. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi dan kemiri.

Universitas Sumatera Utara


- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kopi dan kemiri

Suren dan kemiri ditanami pada bagian luar lahan. Jarak penanaman antar

pohon 5x5 m. Pada pola ini pohon kemiri lebih mendominasi dibandingkan

pohon suren. Kopi ditanam dibagian dalam lahan dengan jarak penanaman 3x3

atau 4x4 m.

Gambar 10. Pola penanaman agroforestri suren, kopi dan kemiri

a. 4. Suren, kemiri dan cengkeh

Pada pola agroforestri ini, lahan petanian dikelola dengan menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: kemiri dan cengkeh. Dengan tanaman kehutanan yaitu:

suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens berfokus pada kemiri dan cengkeh.

Untuk tanaman cengkeh, selang waktu untuk setiap pemanenannya

terbilang lama. Pohon suren dimanfaatkan sebagai pohon naungan, untuk

pemanfaatan bagian-bagian tanaman saat masih muda dan untuk pemanenan kayu.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kemiri dan

cengkeh.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kemiri dan cengkeh

Suren, cengkeh dan kemiri dipadukan, ditanam berselang seling dengan

jarak tanam antar pohon 5x5 m. Pada pola agroforestri ini kemiri dan cengkeh

lebih mendominasi.

Gambar 12. Pola penanaman agroforestri suren, kemiri dan cengkeh.

Universitas Sumatera Utara


a. 5. Suren, cengkeh, kopi dan kemiri.

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: kopi, kemiri dan cengkeh. Dengan tanaman kehutanan

yaitu suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens lebih berfokus pada kopi dan

kemiri. Untuk cengkeh selang waktu/rotasi untuk setiap pemanenannya terbilang

lama. Suren dimanfaatkan sebagai pohon naungan, untuk pemanfaatan bagian-

bagian tanaman saat masih muda, dan untuk pemanenan kayu.

Gambar 13. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, cengkeh, kopi

dan kemiri.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, cengkeh, kopi dan kemiri

Suren, cengkeh dan kemiri dipadukan di bagian luar lahan dengan jarak

tanam 4x4 atau 5x5 m. Kopi ditanam di bagian dalam dengan jarak tanam antara

3x3 atau 4x4 m, dimana cengkeh juga ditanam di bagian tengah lahan yang

ditanami kopi.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 14. Pola penanaman agroforestri suren, cengkeh, kopi dan kemiri.

a. 6. Suren, kopi, cengkeh dan kunyit

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: kopi, cengkeh dan kunyit. Dengan tanaman kehutanan

yaitu suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens lebih berfokus pada kopi dan

cengkeh. Kunyit untuk pemanenan total. Pohon suren dimanfaatkan sebagai

pohon naungan, untuk pemanfaatan bagian-bagian tanaman saat masih muda, dan

untuk pemanenan kayu.

Gambar 15. Pola penanaman agroforestri suren, kopi, cengkeh dan kunyit

Universitas Sumatera Utara


- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kopi, cengkeh dan kunyit

Suren dan cengkeh dipadukan di bagian luar lahan dengan jarak tanam

4x4 m ataupun 5x5 m. Kopi ditanam di bagian dalam lahan dengan jarak tanam

antar pohon 3x3 m atau 4x4 m. Untuk tanaman kunyit ditanam di sela-sela

tanaman kopi.

a. 7. Suren dan coklat

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: coklat. Dengan tanaman kehutanan yaitu: suren. Pada

pola ini untuk hasil panen intens pada tanaman coklat, yang juga membutuhkan

pemeliharaan yang cukup intens dan pemupukan yang rutin.

Sedangkan untuk pohon suren, dimanfaatkan sebagai pohon naungan.

Untuk pemanfaatan bagian-bagian tanaman saat masih muda, dan untuk

pemanenan kayu.

Gambar 16. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren dan coklat.

Universitas Sumatera Utara


- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren dan coklat

Pohon suren ditanami di bagian luar dan tengah lahan dengan jarak tanam

antar pohon 5x5 atau 4x4 m. Coklat ditanam di bagian dalam lahan. Jarak

penanaman yang digunakan untuk coklat adalah 4x4 m.

Gambar 17. Pola penanaman agroforestri suren dan coklat.

a. 8. Suren, mangga dan coklat

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: mangga dan coklat. Dengan tanaman kehutanan yaitu:

suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens pada mangga dan coklat. Untuk

suren dimanfaatkan sebagai pohon naungan, untuk pemanfaatan bagian-bagian

tanaman saat masih muda, dan untuk pemanenan kayu.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kemiri dan cengkeh

Pohon suren ditanam pada bagian luar lahan dan pada bagian tengah lahan,

ditanam dengan jarak tanam antar pohon 5x5 m. Coklat dan mangga ditanam di

bagian dalam lahan, dengan jatrak tanam 4x4 m atau 5x5 m.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 18. Pola penanaman agroforestri suren, mangga dan coklat

a. 9. Suren, kopi, mangga dan cengkeh

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: kopi, mangga dan cengkeh. Dengan tanaman kehutanan

yaitu suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens diperoleh pada kopi dan

mangga. Sedangkan cengkeh membutuhkan rotasi panen yang lama.

Gambar 19. Lahan yang ditanami dengan pola agroforestri suren, kopi, mangga

dan cengkeh.

Universitas Sumatera Utara


Untuk suren dimanfaatkan sebagai pohon naungan, untuk pemanfaatan

bagian-bagian tanaman saat masih muda. Dan untuk pemanenan kayunya saat

telah memenuhi syarat panen.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, kopi, mangga dan

cengkeh

Suren dan mangga ditanam pada bagian luar lahan, dengan jarak tanam

antar pohon 5x5 m. Suren juga ditanami di bagian tengah lahan dengan fungsi

pemberi naungan. Kopi dan cengkeh ditanam di bagian dalam lahan, dengan

jatrak tanam 4x4 m atau 5x5 m.

Gambar 20. Pola penanaman agroforestri suren, kopi, mangga dan cengkeh.

a. 10. Suren, mangga dan cengkeh

Lahan petanian dikelola dengan pola agroforestri yang menggabungkan

tanaman pertanian yaitu: mangga dan cengkeh. Dengan tanaman kehutanan yaitu

suren. Pada pola ini untuk hasil panen intens pada mangga, untuk cengkeh

membutuhan rotasi pemanenan yang terbilang lama. Suren dimanfaatkan sebagai

pohon naungan, untuk pemanfaatan bagian-bagian dari pohon saat masih muda,

Universitas Sumatera Utara


dan untuk pemanenan kayunya.

- Struktur dan jarak penanaman agroforestri suren, mangga dan cengkeh

Suren dan cengkeh ditanam pada bagian luar lahan dan pada bagian tengah

lahan, dengan jarak tanam antar pohon 4x4 atau 5x5 m. Mangga ditanam di

bagian dalam lahan dengan jarak tanam 4x4 m atau 5x5 m.

Gambar 21. Pola penanaman agroforestri suren, mangga dan cengkeh.

Berikut disajikan tabel pola agroforestri suren oleh responden pada Desa

Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan :

Tabel 4. Pola agroforestri suren


No Bentuk Agroforestri Frekuensi Persentase (%)
1 Suren+Kopi 15 31,25
2 Suren+Kopi+Cengkeh 17 35,42
3 Suren+Kopi+Kemiri 7 14,58
4 Suren+kemiri+cengkeh 2 4,17
5 Suren+cengkeh+Kopi+kemiri 2 4,17
6 Suren+Kopi+Cengkeh+Kunyit 1 2,08
7 Suren+Coklat 1 2,08
8 Suren+mangga+Coklat 2 4,17
9 Suren+Kopi+Mangga+Cengkeh 2 4,17
10 Suren+Mangga+Cengkeh 1 2,08
Jumlah 48 100
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa responden secara umum

menanam kopi, cengkeh dan kemiri, dan dapat diketahui bahwa pola yang paling

Universitas Sumatera Utara


banyak diterapkan adalah Suren+Kopi+Cengkeh, dengan frekuensi sebanyak 17

dan persentase 35,42%. Untuk pola tanam yang paling sedikit diterapkan adalah

Suren+Kopi+Cengkeh+Kunyit, Suren+Coklat, Suren+Mangga+Cengkeh, dengan

frekuensi 1 dan persentase 2,08.

Pohon suren lebih sering ditanam pada bagian luar lahan ditujukan sebagai

pembatas lahan dan dibagian tengah lahan yang berfungsi sebagai pemberi

naungan dan menghambat serangan hama terhadap tanaman pertanian di bagian

dalam lahan. Penerapan pola agroforestri pada Desa Pamatang Tambun Raya dan

Kelurahan Sipolha Horisan hampir sama dengan masyarakat di Kecamatan

Lumbung, yang melakukan sistem agroforestri kompleks. Yaitu agroforestri yang

tersusun dari berbagai jenis tanaman berkayu, tanaman perkebunan, tanaman

buah-buahan, tanaman bawah tahunan dan tanaman bawah semusim dengan jarak

tanam yang tidak teratur (Ruhimat, 2015).

B. Teknik budidaya pohon suren


Teknik budidaya pohon suren yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan, Kecamatan Pematang

Sidamanik. Meliputi penyediaan bibit, pemeliharaan dan pemanenan. Berikut

dijelaskan teknik budidaya yang dilakukan:

a. Penyediaan bibit

Untuk penyediaan bibit masyarakat masyarakat setempat menggunakan 2

cara yaitu:

1. Bibit diambil dari bawah pohon

Bibit yang akan ditanam diambil langsung dari bawah pohon suren yang

Universitas Sumatera Utara


tingginya belum mencapai 10 cm. Hal ini dimaksudkan agar saat pencabutan tidak

merusak akar. Bibit suren yang putus atau terganggu pengakarannya dapat

mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat. Selain itu jika proses pengambilan

bibit tidak baik. Dapat mengakibatkan suren mengalami busuk dibagian tengah.

Bibit yang diambil dapat dipindahkan terlebih dahulu kedalam polybag atau

langsung ditanam ketempat penanaman.

2. Persemaian

Untuk persemaian yang dilakukan, tidak ada perlakuan khusus. Biji yang

telah matang dilakukan penyortiran dengan menampi terlebih dahulu, untuk

membuang biji yang kurang baik/bopong. Setelah itu disebarkan pada tempat

persemaian yang telah digemburkan terlebih dahulu dan dicampur dengan

≥5 cm, maka dipi


kompos. Setelah tumbuh dengan tinggi mencapai ndahkan

kedalam polybag yang telah diisi dengan topsoil dan tanah kompos dengan

komposisi 60:40, menunggu ukurannya 10-20 cm dan ditanam ke lokasi

penanaman. Dalam literatur Irianto, 2014 menyatakan bahwa, bibit suren dengan

ketinggian > 25 cm dapat dicapai dalam waktu tiga bulan di persemaian.

Dari kedua teknik tersebut, masyarakat lebih banyak menggunakan cara

pertama yaitu mengambil langsung bibit yang tumbuh dari bawah pohon suren.

Alasan masyarakat lebih banyak melakukannya karena sifat bibit yang lebih

tahan. Bibit tersebut sudah sesuai dengan lokasi penanaman yang tidak jauh dari

tempat pengambilan bibit, sehingga memperbesar peluang pertumbuhan yang

opt imal.

b. Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan suren masyarakat tidak melakukan pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara


yang cukup berarti, dimana tidak adanya penjarangan, wiwil, maupun penyiangan.

Pemeliharaan yang dilakukan hanya sekedar pemantauan agar pohon suren

tidak terkena api ataupun benda tajam baik parang maupun cangkul yang dapat

mengakibatkan busuk pada batang. Masyarakat hanya melakukan pemangkasan

seadanya pada cabang jika cabang telah menutupi tanaman pertanian, baik kopi

maupun tanaman lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan. Untuk

pemupukan, masyarakat tidak melakukan pemupukan pohon suren. Jika pupuk

untuk tanaman pertanian lebih maka akan dipergunakan untuk pohon suren.

c. Pemanenan
Untuk pemanenan pohon, masyarakat menyewa jasa pemotongan pohon

menggunakan mesin gergaji kayu. Mesin gergaji juga dipergunakan dalam

pengolahan batang pohon sebagai bahan rumah, berupa papan dan broti.

Meskipun hasil pengolahannya kurang efisien, namun biaya yang murah menjadi

alasan utama dalam penggunaannya.

Hal yang paling diperhatikan oleh masyarakat setempat saat pemanenan

adalah: harus pada saat pohon gugur daun ataupun pada saat pergantian daun.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat hal ini ditujukan agar

batang tidak membengkok setelah dilakukan pemanenan dan pengolahan menjadi

papan, broti maupun bahan kapal.

C. Teknik pemanfaatan pohon suren

Pemanfaatan pohon suren yang efektif dapat menambah pendapatan

maupun nilai guna dari pohon suren tersebut, disamping fungsinya sebagai

pengoptimalan penggunaan lahan. Teknik pemanfaatan bagian-bagian pohon

suren yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pamatang Tambun Raya dan

Universitas Sumatera Utara


Kelurahan Sipolha Horisan, memanfaatkan bagian batang, daun dan buah pohon

suren, berikut dijelaskan teknik pemanfaatannya:

c.1. Batang pohon suren

Masyarakat Desa Pematang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha

Horisan, Kecamatan Pematang Sidamanik memanfaatkan batang pohon suren

menjadi bahan baku rumah, bahan kapal dan sampan, berikut dijelaskan teknik

pemanfaatannya:

c.1.1. Sebagai bahan baku rumah (papan dan broti)

Masyarakat setempat secara umum memakai hasil kayu ataupun panen

batang suren untuk diolah menjadi papan dan broti. Dan dibentuk sebagai pintu,

jendela, tiang rumah, dinding rumah untuk pembangunan rumah sendiri.

Pemanenan dilakukan dengan mesin gergaji pohon pada saat musim gugur atau

pergantian daun. Setelah pemanenan, kayu langsung diolah menjadi papan atau

broti.

(a) (b)

Gambar 22. Pengolahan suren sebagai bahan bangunan, (a) pemanenan suren, (b)
pembentukan batang suren menjadi papan
Hampir seluruh rumah yang ada di Desa Pamatang Tambun Raya dan

Kelurahan Sipolha Horisan, Kecamatan Pematang Sidamanik menggunakan kayu

Universitas Sumatera Utara


suren sebagai bahan bakunya. Hal ini karena sifat kayu suren yang tahan terhadap

air dan serangan rayap, yang dapat meningkatkan nilai guna dan ketahanannya.

Jayusman (2006) menyatakan bahwa suren memiliki kandungan bahan surenon,

surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan

terhadap larva serangga. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant

(pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. Selain itu motif dari kayu

suren pun bagus, sehingga masyarakat hanya perlu menambah vernis dalam

pembuatannya.

c. 1. 2. Sebagai bahan baku kapal dan sampan

Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rumah, pohon suren

dijual kepada pengerajin kapal sebagai bahan baku kapal dan pembuatan sampan.

Bapak Manatar Silalahi merupakan pengerajin kapal yang membeli pohon suren

dari masyarakat, beliau menyampaikan bahwa alasan memilih kayu suren karena

sifatnya yang tahan terhadap air dan tidak mudah membusuk, disamping pohon

suren merupakan pohon yang umum ditanam oleh masyarakat sehingga

penyediaannya pun mudah dilakukan.

Gambar 23. Pemanfaatan suren sebagai bahan baku pembuatan kapal.

Universitas Sumatera Utara


c. 2. Daun Suren

Masyarakat juga memanfaatkan daun dari suren, meskipun

pemanfaatannya masih tergolong sedikit dan baru, adapun daun dimanfaatkan

sebagai: obat gatal-gatal, pestisida/insektisida organik dan lalapan. Berikut

dijelaskan teknik pemanfaatannya:

c. 2. 1. Obat Gatal-gatal

Daun dimanfaatkan sebagai obat tradisional alami untuk gatal gatal. Daun

suren yang berwarna hijau direbus hingga mendidih, didinginkan hingga hangat

kuku lalu dimandikan. Obat ini dapat dipakai untuk manusia dan hewan.

c. 2. 2. Pestisida/insektisida Organik

Pemanfaatan ini masih tergolong baru dan masyarakat yang

memanfaatkannya pun masih tegolong sedikit. Dalam pemanfaatannya teknik

yang digunakan masih sederhana dan menggunakan alat-alat sederhana. Daun

suren dicampur dengan daun mindi dan daun jihor dengan perbandingan 1:1:1.

Lalu direndam didalam sebuah ember berukuran sedang selama 2 hari. Setelah

perendaman, air disiram di sekitar tanaman.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Suhaendah et al, 2007

dijelaskan bahwa perlakuan larutan daun suren terhadap ulat kantong

menunjukkan tingkat kematian 100%, hal ini menunjukkan bahwa daun suren

mempunyai sifat insektisida. Dalam Kurniawan, 2013 dijelaskan bahwa larutan

daun suren tidak sepenuhnya langsung dapat membunuh, tetapi mempunyai sifat

menghambat daya makan ulat kantong yang pada akhirnya berakibat pada

kematian.

Universitas Sumatera Utara


Dalam Lestari, 2014 menyampaikan bahwa mortalitas dan kematian pada

larva yang di semprot ekstrak suren, ditandai dengan perubahan warna ulat yaitu

dari hijau segar menjadi kekuningkuningan. Perubahan warna tersebut seiring

dengan perubahan perilaku ulat yaitu ulat cenderung tidak aktif / tidak bergerak,

Aktivitas makan pun mulai menurun.

Ekstrak daun suren terdapat senyawa -senyawa metabolit sekunder yang

beracun bagi serangga, yaitu alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, dan saponin.

Proses pembuatan larutan daun suren mudah dilakukan serta tidak memiliki

dampak negatif berupa pencemaran lingkungan (Kurniawan, 2013).

c. 2. 3. Lalapan.

Daun dimanfaatkan sebagai lalapan dimana daun yang dipergunakan

adalah daun yang masih muda, yang berada pada ujung cabang pohon suren.

Dalam pemanfaatan ini, yang melakukannya adalah masyarakat pendatang yang

memang telah mengetahui dari daerah Tanah Karo. Daun yang akan dikonsumsi

dapat direndam air panas dahulu ataupun dapat dikonsumsi langsung. Berdasarkan

informasi narasumber, rasa daun suren sama seperti jengkol.

Komponen fitokimia yang terdapat dalam daun suren di antaranya

alkaloid, triterpenoid, flavonoid, tanin, fenol, dan steroid. Asam galat adalah

salah satu komponen fenolik yang merupakan senyawa bioaktif terbesar dalam

daun suren. Senyawa ini memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan.

(Falah Syamsul, 2015)

c. 3. Buah Suren

Untuk pemanfaatan buah suren, dimanfaatkan dalam proses

pembibitan/perbanyakan baik oleh masyarakat sebagai perbanyakan dalam

Universitas Sumatera Utara


penanaman dilahan sendiri ataupun pengusaha pembibitan. Buah suren

dimanfaatkan oleh bapak Manontu Damanik dalam usaha pembibitannya, dimana

bibit akan dijual ke luar daerah dan kepada pihak kehutanan Aek Nauli.

(a) (b)

Gambar 24. Pemanfaatan buah suren, (a) buah suren, (b) bibit Suren

Persemaian bibit suren dilakukan oleh beliau di halaman/pekarangan

rumah. Petak semai yang digunakan berukuran 1x5 m. Beliau menyampaikan

bahwa, pada saat musim kemarau benih untuk persemaian diambil dari buah yang

telah masak di pohon suren. Karena buah suren ringan dan mudah diterbangkan

angin, sehingga sulit mengumpulkan buah dari bawah pohon pilihan, yaitu pohon

suren yang pertumbuhannya cepat dengan batang lurus.

Beliau menyampaikan ciri ciri buah suren masak, yaitu warnanya coklat

tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jayusman (2006) yang menyampaikan

bahwa, buah suren yang telah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah

dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti

Universitas Sumatera Utara


bintang. Jika pohon suren beliau tidak memiliki buah saat ada pemesanan bibit.

Buah akan dibeli oleh beliau dari masyarakat pemilik pohon suren, dengan harga

Rp. 50.000/karung, dan diambil sendiri oleh beliau.

Pada saat musim penghujan, buah akan menjadi berat dan jatuh kebawah

pohon. Sehingga dapat diambil langsung dari bawah pohon yang pertumbuhannya

baik. Adapun teknik yang digunakan sama dengan persemaian yang dilakukan

oleh petani.

Pada tabel 5 disajikan teknik pemanfaatan pohon suren oleh masyarakat

Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan. Gambar 25

menyajikan diagram alur pemanfaatan suren oleh masyarakat Desa Pamatang

Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Teknik pemanfaatan Suren
No Bagian Tujuan Spesifikasi Harga Pengolahan
Tanaman Pemakaian
1 Batang Papan, Broti Umur 10 Tahun 300-500 rb/ 1.pemanenan
( Bahan Diameter 25 cm phn dilakukan pada saat
Bangunan) Umur 20 Tahun musim gugur atau
Diameter 35 cm 600-700 rb/ pergantian daun
phn 2.setelah pemanenan
langsung dibentuk
menjadi papan atau
broti
Bahan Kapal Umur 25 Tahun 800 rb – 1 jt/ 1.pemanenan
Diameter 45 cm phn dilakukan pada saat
musim gugur atau
pergantian daun
2.setelah pemanenan
langsung dibentuk
menjadi bagian kapal
Sampan Umur ≥35 tahun 4 jt/ pohon 1.pemanenan
Diameter ≥ 70 dilakukan pada saat
cm musim gugur atau
pergantian daun
2.setelah pemanenan
langsung dibentuk
sampan
2 Biji/ Buah Persemaian Biji yang sudah 1 Karung 1.Biji disemaikan pada
matang 50.000 tanah yang
( biji yang jatuh digemburkan
ketanah) 2.setelah tumbuh
dengan ukuran <10 cm
dilakukan pemindahan
ke polybag atau
ketempat penanaman
3 Daun Obat Gatal Daun suren yang 1. Daun suren direbus
Gatal berwarna hijau sebanyak 20- 30 helai
dengan Air sebanyak 1
ember
2. air didinginkan suhu
hangat kuku
3. dimandikan
Untuk hewan cukup di
oleskan pada bekas
gatal

Pestisida/ Daun suren yang 1.Daun suren , daun


insectisida berwarna hijau Jihor dan daun Mindi
organik (resse) direndam
selam 2 hari
2.air rendaman
disiram disekeliling
tanaman
Lalapan Daun yang masih Pucuk daun yang
muda pada ujung masih muda bisa
ranting langsung dimakan
( berwarna ataupun direndam
merah muda) terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara


Pemanfaatan Suren

Batang Buah/ Biji Daun

Dijual Kepada Diolah Petani/ Dijual Kepada Oleh Masyarakat/


pengerajin Kapal Masyarakat Pengusaha Petani

Bahan Kapal Obat Gatal Gatal


Persemaian

Sampan Pestisida/insektisida
organik

Bahan Bangunan

Lalapan
Papan, broti (Jendela, Pintu, Kursi)

Gambar 25. Diagram alur pemanfaatan suren

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian yang berjudul kajian

pemanfaatan tanaman agroforestri suren (Toona sureni Merr) oleh masyarakat

sekitar Danau Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik, yang dilakukan di Desa

Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan, yaitu:

1. Pola agroforestri suren yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pamatang

Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan sebanyak 10 pola yaitu: suren

dan kopi; suren, kopi dan cengkeh; suren, kopi dan kemiri; suren, kemiri

dan cengkeh; suren, kopi, kemiri dan cengkeh; suren, kopi, cengkeh dan

kunyit; suren dan coklat; suren, mangga dan coklat; suren, kopi, mangga

dan cengkeh; suren, mangga dan cengkeh. Tanaman pertanian yang menjadi

perpaduan agroforestri adalah: kopi, cengkeh, mangga, coklat dan kunyit.

2. Teknik budidaya pohon suren masyarakat di Desa Pamatang Tambun Raya

dan Kelurahan Sipolha Horisan. Baik perbanyakan, pemeliharaan sampai

pemanenannya masih bersifat sederhana, begitu pula alat budidaya yang

digunakan.

3. Teknik pemanfaatan pohon suren oleh masyarakat meliputi: pemanfaatan

batang pohon sebagai bahan baku bangunan (papan dan broti), dan bahan

baku kapal dan sampan, pemanfaatan buah sebagai pembibitan dan

pemanfaatan daun sebagai obat gatal gatal, pestisida/insektisida organik dan

lalapan.

Universitas Sumatera Utara


Saran

Diperlukan penelitian lanjutan yang membandingkan tingkat pendapatan

masyarakat dari masing masing pola, sehingga diketahui pola mana yang paling

tinggi nilai ekonominya.

Penelitian lanjutan tentang proses pemanenan suren oleh masyarakat di

Desa Pamatang Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Horisan, yaitu pemanenan

dilakukan pada saat musim gugur atau pada saat pergantian daun, sehingga

diketahui secara ilmiah hal yang mempengaruhinya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alim, L, Y., Pulungan, Deddy, B, D., Ginting, Chamidun. 2003. Sistem


Agroforestry di Permukiman Transmigrasi Sebagai Alternatif
Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Makalah Pengantar Falsafah Sains.
Institut Pertanian Bogor.

Andayani, W. 2005. Ekonomi Agroforestri. Debut Press. Yogyakarta.

Andayani, W. 2008. Modul Mata Kuliah Pengelolaan Agroforestri (Aspek


Ekonomi. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Ashari, Mayrowani. 2011. Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung


Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 29 No.2 : 83-96.

Badan Litbang Kehutanan. 2010. Cadangan Karbon Pada Berbagai Tipe Hutan
dan Jenis Tanaman di Indonesia. Kementrian Kehutanan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Bahruni. 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor: Fakultas


Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

BPS Kabupaten Simalungun. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Simalungun. BPS dan
BPPD Kabupaten Simalungun. Pematang Raya. 2015.

Darmawati, F, D. 2002. Informasi Singkat Benih. Bogor: Balai Penelitian dan


Pengembangan Tegnologi Pembenihan.

Departemen Kehutanan. 2002. Pedoman Pembuatan dan Pengukuran Petak Ukur


Permanen (PUP) untuk Pemantauan Pertumbuhana dan Riap Hutan Alam
Tanah Kering Bekas Tebangan. Badan Penelitian Dan pengembangan
Kehutanan. Jakarta.

Djam’an, D, F. 2002. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan.


Peter Ochsner, IFSP. Bogor.

Falah Syamsul., Haryadi Didit., Kurniatin Asri., Syaefudin. 2015. Komponen


Fitokimia Ekstrak Daun Suren (Toona sinensis) serta Uji Sitotoksisitasnya
terhadap Sel Vero dan MCF-7. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol.
13, No. 2: 174-180.

Fauzi, A. 1999. Metode valuasi ekonomi dampak lingkungan. Seminar the role of
economic valuation in EIA . PPSML universitas indonesia. Jakarta. 18
november 1999.

Universitas Sumatera Utara


Hairiah, K, M., A. Sardjono dan Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestry.
ICRAF. Bogor.

Hardjanto. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga


di Sub DAS Cimanuk Hulu. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VII

Harsani. 2017. Analisis Ketersediaan Nitrogen Pada Lahan Agroforestri Kopi


Dengan Berbagai Pohon penaung. Jurnal Galung Tropika Vol. 6 No.1:
hlmn 60 – 65.

Hua, P., Edmonds, J, M. 2008. Toona Meliaceae. Diakses dari


http://hua.huh.harvard.edu/china/mss/volume11/Meliaceae.pdf. 11:114 [27
Maret 2017].
Irianto. 2014. Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Terhadap
Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr). Jurnal Pendidikan Hutan
dan Konservasi Alam Vol. 11 No.3: 315-323.

Jayusman. 2006. Mengenal dan Membudidayakan Surian Jenis dengan Spektrum


Pemanfaatan Luas. Yogyakarta. Departemen Kehutanan Badan Penelitian
dan Pengembangan Hutan Tanaman.
Kholibrina, C. 2009. [agronomia] Menanam Ingul/Suren. Diakses dari
https;//mail-archive.com. Pada tanggal 24 Maret 2017. Pukul 16.30 WIB.

Kurniawan, N., Yuliani., Rachmadiart, F. 2013. Uji Bioaktivitas Ekstrak Daun


Suren (Toona sinensis) terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella pada
Tanaman Sawi Hijau. Lentera Bio Vol. 2 No.: 203–206.

Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000, Metode Penelitian dalam Bidang


Kepariwisataan, Jakarta: PT Gramedia Pusataka Utama.

Lestari, F., Darwiati, W. 2014. Uji Efikasi Ekstrak Daun dan Biji Dari Tanaman
Suren, Mimba dan Sirsak Terhadap Mortalitas Hama Ulat Gaharu. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman Vol. 11 No. 3: 165-171

Malo dan Trisnoningtias. 2001. Metode Penelitian Masyarakat. Pusat antar


Universitas Ilmi-ilmu Sosial. Universitas Indonesia. Jakarta.

Manan, S. 1998. Hutan Rimbawan dan Masyarakat. IPB Press. Bogor

Mandang, V, I dan Pandit. 1997. Pedoman Indentifikasi Jenis Kayu di


Lapangan. Pusat Diklat Pegawai dan Sumber Daya Manusia Kehutanan.
Yayasan PROSEA Indonesia. Bogor.

Putri, I, A dan Jayusman. 2012. Inisiasi Tunas Aksiler Serta Kalus Toona sinensis
dan Toona sureni Dengan Sumber Bahan Stek Cabang. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan Vol 6 No. 3: 167 – 180.

Universitas Sumatera Utara


Prijono, D. 1999. Penuntun Praktikum Pengujian Insektisida. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Ruhimat, S, I. 2015. Tingkat Motivasi Petani Dalam Penerapan Sistem


Agroforestry. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12
No. 2 Hal. 1-11.

Sangat, H, M., Zuhud, E, A, M., Damayanti, E, K. 2000. Kamus Penyakit dan


Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika). Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N Dan Rubiati, T. 2008. Tumbuhan


Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT): Agro Inovasi.

Siahaan Andi., Indriyanto., dan Setiawan Agus. 2015. Densitas Pohon DEWASA
dan Permudaan Pulai (Alstonia scholaris) dan Suren (Toona sureni) Dalam
Blok Koleksi Tumbuhan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 3 No. 1: 91—102.

Sofyan, A., Islam, S. Pengaruh Umur Semai Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren
Di Persemaian. Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian :
Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.

Sudomo, Aris., Devy Priambodo Kuswantoro., Endah Suhaendah., Nugraha


Firdaus., Sanudin dan Tri Sulistyati Widyaningsih. 2013. Status Riset
agroforestri di Indonesia. ISBN: 978-602-17616-0-1 Balai Penelitian
Teknologi Agroforestri.Ciamis.

Sugiyono. 2012. Mendalami penelitian kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Suhaendah Endah., Hani Aditya dan Dendang Benyamin. 2007. Uji Ekstrak Daun
Suren dan Beauveria Bassiana Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada
Tanaman Sengon. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1 No 1. Balai
Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Sutisna, U., Titi K., dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di
Indonesia (Seri Manual). Yayasan PROSEA. Bogor.

Triwanto, J., Syarifuddin, A dan Mutaqin, T. 2012. Aplikasi Agroforestry di Desa


Mentaraman Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Dedikasi Vol 9:
Hal 13 – 21.
Widianto, Hairiah., Suharjito., Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri.
World Agroforestry Centre (Icraf). Bogor.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaanya. Graha Ilmu.


Edisi Pertama. Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Kuisioner Penelitian

Kajian Pemanfaatan Tanaman Agroforestri Suren


(Toona sureni merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau Toba,
Kecamatan Pematang Sidamanik

Dengan Hormat,
Saya yang bernama Togi Nasib R Tamba, mahasiswa Kehutanan
Universitas Sumatera Utara, sedang mengadakan penelitian dalam rangka
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) / Skripsi dengan judul “Kajian Pemanfaatan
Tanaman Agroforestri Suren (Toona sureni merr) oleh Masyarakat Sekitar Danau
Toba, Kecamatan Pematang Sidamanik”
Besar harapan saya Bapak/Ibu/Saudara dapat berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan cara memberikan jawaban atas pertanyaan dengan
sesuai/tepat berdasarkan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Identitas Bapak/Ibu/Saudara
dijamin kerahasiaannya. Atas partisipasinya diucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Togi Nasib R Tamba


(131201151)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


I. Karakteristik Umum Responden (Identitas Responden)
1. Nama : :
2. Jenis kelamin
o Perempuan
o Laki-laki
3. Umur :
4. Agama :
5. Suku Bangsa
o Batak
o Jawa
o Lainnya
6. Pendidikan
o Tidak Pernah Sekolah
o SD
o SMP
o SMA
o Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan Utama :
8. Pekerjaan Sampingan :

Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Agroforestri suren


1.1 Luas Lahan dan pola agroforestri
1. Apakah lahan pertanian yang di tanami agroforestri suren (Toona sureni
Merr) milik saudara?
a. Ya
b. Tidak
2. Berapa luas lahan yang saudara miliki dan tanaman apa yang menjadi
kombinasi agroforestri saudara?

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimana pola tanam dan struktur penanaman yang saudara terapkan ?
(Jarak tanam, Susunan)

1.2 Budidaya
4. Apakah tanaman suren ini saudara tanam sendiri?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika ya, darimana saudara memperoleh bibit suren saudara ?

6. sudah berapa lama tanaman suren saudara?


7.
8. Apakah saudara melakukan pemeliharaan tehadap tanaman suren saudara,
apa sajakah itu?

9. Untuk proses pemanenan kayu, bagaimana proses pemanenan yang saudara


lakukan?

1.3 Harga
10. Berapa harga dari panen/ bagian tanaman suren jika saudara jual?

11. Kemana saudara menjual tanaman suren?


a. Masyarakat
b. Pedagang besar
c. Lainnya

Universitas Sumatera Utara


1.4 pemanfaatan
12. Apa tujuan dan pemanfaatan suren yang saudara lakukan ?

13. Bagaimana karakteristik bagian tanaman suren (umur, jumlah dll) pada
setiap pemanfaatan (Berdasarkan bagian yang dimanfaatkan) ?

14. Bagaimana proses pengelolaan / teknik pemanfaatan tanaman suren yang


saudara lakukan?

15. Darimana saudara mendapatkan pengetahuan teknik pemanfaatan suren


tersebut?

II. Pendapatan dan Pandangan ekonomi terhadap suren


16. Apakah penghasilan dari suren cukup ampuh untuk menambah
perekonomian saudara ?
a. ya
b. Tidak
c. Lainnya

17. Bagaimana pendapat saudara terhadap Nilai ekonomi Pohon suren?

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik responden Desa Pematang Tambun Raya
No Nama Umur Agama Suku Bangsa Pendidikan Mata Luas lahan & Status lahan
(Thn) pencaharian jumlah pohon
suren
1 Salman 48 Kristen Batak Toba SMA Utama : 10 Ra (40000m) Milik sendiri
Silalahi Protestan Petani 70 Pohon
Sampingan: -
2 Rado Siadari 36 Kristen Batak Toba SMA Utama : 10 Ra (4000m) sewa
Protestan Petani 50 Pohon
Sampingan:
Pedagang
3 Mansen 32 Kristen Batak Toba SMA Utama : 3 Ra (1200m) Milik sendiri
Lubis Protestan Petani 10 Pohon
Sampingan :
4 Sarulim 64 Kristen Batak Toba SD Utama : 15 Ra (6000m) Milik sendiri
Siadari Protestan Petani 20 Pohon
Sampingan:
5 Kardinus 65 Kristen Batak SMP Utama : 10 Ra (4000m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani 50 Pohon
Sampingan: -
6 Tumpak M 46 Katolik Batak Toba SD Utama : 1 Ha 5 Ra Milik sendiri
Siadari Petani (11000m)
Sampingan: 180 pohon
7 Pak Sarma 63 Katolik Batak SMP Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri
Purba Simalungun Petani 20 Pohon
Sampingan:
8 Pak Mika 70 Katolik Batak Toba SD Utama : 2 Ha (20000m) Milik sendiri
Siadari Petani 600 Pohon
Sampingan:
9 Abdi 35 Kristen Batak SMA Utama : 20 Ra (8000m) Milik sendiri
Sidabutar Protestan Simalungun Petani 30 Pohon
Sampingan:
10 Pak Roni 62 Katolik Batak Toba SMP Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri
Siadari Petani 15 Pohon
Sampingan:
Kedai Kopi
11 Pak Josua 53 Kristen Batak Toba SMA Utama : 6 Ra (2400m) Milik sendiri
Ambarita Protestan Petani 50 Pohon
Sampingan:
12 Op. Aurel 68 Kristen Batak SMP Utama : 15 Ra (6000m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Pensiunan PNS 40 Pohon
Sampingan:
Petani
13 Elva Sinaga 37 Kristen Batak Toba SMA Utama : 3 Ra (1200m) Milik sendiri
Protestan Petani 10 Pohon
Sampingan:
14 Meriahda 54 Katolik Batak SD Utama : 10 Ra (4000 m) Milik sendiri
Sinaga Simalungun Petani 20 Pohon
Sampingan:
15 Lusdin 62 Katolik Batak Toba SMP Utama : 2 Ha (20.000 m) Milik sendiri
Siadari Petani 400 Pohon
Sampingan:
16 O Silalahi 72 Kristen Batak Toba SMP Utama : 6 Ra (2400 m) Milik sendiri
Protestan Petani 40 Pohon
Sampingan:
17 J. Tarigan 57 Katolik Batak Karo SMA Utama : 1 Ha (10.000 m) Milik sendiri
Sederajat Petani 50 Batang

Universitas Sumatera Utara


Sampingan:
Tukang
18 Candro R 38 Kristen Batak SMP Utama : 15 Ra (6000 m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani 50 Pohon
Sampingan:
Kolang Kaling
19 B. 70 Kristen Batak SPG Utama : 7 Ra (2800m) Milik sendiri
Simarmata Protestan Simalungun Pensiun PNS 70 Pohon
Sampingan:
Petani
20 J Simarmata 78 Kristen Batak SD Utama : 1 Ha (10.000 m) Milik sendiri
Protestan Simalungun Petani 200 Pohon
Sampingan:
21 R Turnip 42 Kristen Batak SMA Utama : 6 Ra (2400m) Milik sendiri
Protestan Simalungun Petani 30 Pohon
Sampingan:
22 Rio 33 Kristen Batak SMA Utama : 3 Ra (1200m)] Milik sendiri
Sidabutar Protestan Simalungun Petani 30 Pohon
Sampingan:
Tempel Ban
23 J 42 Kristen Batak Toba SD Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri
Situmorang Protestan Warung Nasi 40 Pohon
Sampingan:
Petani
24 Pak Rado 48 Kristen Batak Toba SMA Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri
Silalahi Protestan Petani 30 Pohon
Sampingan:

Karakteristik responden Kelurahan Sipolha Horisan


No Nama Umur Agama Suku Bangsa Pendidikan Mata Luas lahan & Status lahan
(Thn) pencaharian jumlah pohon
suren
1 Manontu 55 Kristen Batak SMP Utama : 10 Ra ( 4000 m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani 50 pohon
Sampingan:
Pembibitan
Suren
2 Labora 47 Kristen Batak Toba SMP Utama : 3 Ra (1200 m) Milik sendiri
Manalu Protestan Petani 16 pohon n
Sampingan: -
3 Niar 65 Katolik Batak SD Utama : 8 Ra ( 3200 m) Milik sendiri
Sidabutar Simalungun Petani 20 pohon
Sampingan: -
4 Enti 41 Kristen Batak Toba SMP Utama : 3 Ra ( 1200 m) Milik sendiri
Ambarita Protestan Petani 15 Pohon
Sampingan :
Pekerja Harian
5 Ani 39 Kristen Batak SMA Utama : 4 Ra (1600 m) Milik sendiri
Sidabutar Protestan Simalungun sederajat Petani 30 pohon
Sampingan:
Pekerja harian
6 Eva Sitio 30 Kristen Batak SMA Utama : 10 Ra (4000 m) Milik sendiri
Protestan Simalungun Petani 30 pohon
Sampingan: -
7 Lindo 47 Kristen Batak SD Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri

Universitas Sumatera Utara


Damanik Protestan Simalungun Petani 24 Pohon
Sampingan:
Pekerja Harian
8 Manatar 44 Kristen Batak Toba SMA Utama : 10 Ra (4000 m) Milik sendiri
Silalahi Protestan Pengerajin 70 pohon
Kapal
Sampingan:
Petani
9 Op.Gabriel 70 Kristen Batak Toba SMP Utama : 12 Ra (4800 m) Milik sendiri
Turnip Protestan Petani 70 Pohon
Sampingan:
10 Op.Yohana 76 Katolik Batak Toba SD Utama : 2 Ha (20.000 m) Milik sendiri
Sidabalok Petani 150 Pohon
Sampingan:
11 Hotman 39 Kristen Batak SMA Utama : 5 Ra (2000 m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Pedagang 13 pohon
Sampingan:Peta
ni
12 Elfrida 47 Kristen Batak SMA Utama : 7 Ra (2800m) Milik sendiri
Purba Protestan Simalungun Petani 80 pohon
Sampingan:
13 H. Sidabutar 38 Kristen Batak SMA Utama : 10 Ra (4000m) Milik sendiri
Protestan Simalungun Petani 50 pohon
Sampingan:
14 Mangidup 53 Kristen Batak SMP Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani 20 Pohon
Sampingan:
15 Asran 58 Kristen Batak SMP Utama : 1ha 2 Ra Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani (10.800m)
Sampingan: 75 Pohon
16 Dolter 35 Kristen Batak Toba SMP Utama : 3 Ra (1200m) Milik sendiri
L.Tobing Protestan Petani 13 Pohon
Sampingan:
kede Tuak
17 Monang 55 Kristen Batak Toba SMA Utama : 20 Ra (8000 m) Milik sendiri
Aritonang Protestan Petani 30 Pohon
Sampingan:
18 Abet Silalahi 40 Katolik Batak Toba SMP Utama : 11 Ra (4400m) Milik sendiri
Petani 70 Pohon
Sampingan:
Warung
19 Akim 61 Kristen Batak SD Utama : 5 Ra ( 2000m) Milik sendiri
Sidabutar Protestan Simalungun Petani 25 Pohon
Sampingan:
20 Perry Manik 44 Kristen Batak Toba SMA Utama : 7 Ra (2800m) Milik sendiri
Protestan Petani 70 Pohon
Sampingan:
21 Akdun 62 Kristen Batak SD Utama : 3 Ra (1200m) Milik sendiri
Simarmata Protestan Simalungun Petani 12 pohon
Sampingan:
22 Makdin 76 Kristen Batak SMP Utama : 10 Ra (4000m) Milik sendiri
Damanik Protestan Simalungun Petani 70 Pohon
Sampingan:
23 Patiaman 52 Kristen Batak Toba SD Utama : 2 Ra (800m) Milik sendiri
Siadari Protestan Petani 10 Pohon
Sampingan:
24 Geltaria 74 Kristen Batak SPG Utama : 5 Ra (2000m) Milik sendiri

Universitas Sumatera Utara


Saragih Protestan Simalungun Pensiunan PNS 40 Pohon
Sampingan:
Petani

Budidaya dan agroforestri suren responden Pematang Tambun Raya


No Nama Penyediaan Pola agroforestri Pemanfaatan Pandangan ekonomi
Bibit terhadap suren

1 Salman Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Silalahi dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
2 Rado Siadari Bibit di pindah Agrosilvikultur: suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai Pembibitan
3 Mansen Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Lubis dari bawah Kopi, Cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah : Sebagai Pembibitan
4 Sarulim Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah Kopi, Cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon, sampan.
disemaikan
5 Kardinus Bibit di pindah Agrosilvikultur: suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, Cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
6 Tumpak M Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah Kopi, Cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
7 Pak Sarma Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Purba dari bawah Kopi , dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon Kemiri sampan.
Buah: Sebagai Pembibitan
8 Pak Mika Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah Kopi, dijual sebagai bahan kapal dan Bahan utama Pembuatan
pohon sampan. Kapal
9 Abdi Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sidabutar dari bawah Kopi, Mangga, dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon Cengkeh sampan.
Buah; Sebagai Pembibitan
10 Pak Roni Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai pembibitan
11 Pak Josua Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Ambarita dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
12 Op. Aurel Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
13 Elva Sinaga Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
14 Meriahda Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sinaga dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.

Universitas Sumatera Utara


15 Lusdin Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah Kopi, kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
16 O Silalahi Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon, sampan.
disemaikan Daun: Sebagai obat gatal gatal
17 J. Tarigan Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, kemiri, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
18 Candro R Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, Mangga, dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon Cengkeh sampan.
Daun : Sebagai Pestisida
Organik
19 B. Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Simarmata dari bawah Kopi, kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon, sampan.
disemaikan Buah: Sebagai pembibitan
20 J Simarmata Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai Pembibitan
21 R Turnip Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
22 Rio Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sidabutar dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai pembibitan
23 J Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Situmorang dari bawah Kopi, kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai pembibitan
24 Pak Rado Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Silalahi dari bawah mangga, coklat dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.

Budidaya dan agroforestri suren responden Kelurahan Sipolha Horisan


No Nama Perbanyakan Pola agroforestri Pemanfaatan Pandangan ekonomi
terhadap suren

1 Manontu Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tanaman yang menjanjikan
pohon sampan. untuk masa tua/
Buah : Sebagai Pembibitan mendatang,
2 Labora Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Manalu dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
3 Niar Bibit di pindah Agrosilvikultur: suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sidabutar dari bawah kemiri, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
4 Enti Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Ambarita dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
5 Ani Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai

Universitas Sumatera Utara


Sidabutar dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
6 Eva Sitio Bibit di pindah Agrosilvikultur: suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Coklat dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
7 Lindo Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
8 Manatar Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Silalahi dari bawah Kopi sebagai bahan kapal dan Bahan utama Pembuatan
pohon sampan. Kapal
9 Op.Gabriel Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Turnip dari bawah Kopi ,kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
10 Op.Yohana Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sidabalok dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
11 Hotman Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah : Sebagai pembibitan.
12 Elfrida Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Purba dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
13 H. Sidabutar Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.]
Buah : Sebagai pembibita
14 Mangidup Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun: Sebagai Lalapan.
Buah: Sebagai Pembibitan.
15 Asran Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun: sebagai pestisida Organik
16 Dolter Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
L.Tobing dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun: Sebagai pestisida organik
17 Monang Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Aritonang dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun : Sebagai Lalapan
18 Abet Silalahi Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Kopi dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun: Sebagai Lalapan
19 Akim Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Sidabutar dari bawah Kopi, kemiri dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
20 Perry Manik Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
dari bawah Mangga, Cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Daun : sebagai lalapan
Buah: Sebagai Pembibitan

Universitas Sumatera Utara


21 Akdun Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Simarmata dari bawah Kopi, dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
22 Makdin Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Damanik dari bawah Kopi, cengkeh dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
23 Patiaman Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Siadari dari bawah mangga, coklat dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.
Buah: Sebagai pembibitan.
24 Geltaria Bibit di pindah Agrosilvikultur: Suren, Kayu: sebagai bahan rumah, Penanaman suren sebagai
Saragih dari bawah Kopi, Cengkeh, Kunyit dijual sebagai bahan kapal dan tabungan masa mendatang
pohon sampan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai