Pada abad ke 3 H atau 10 M Islamisasi di Malaysia tidak lepad dari peranan raja-raja
Melaka. Sultan Muhammad Syah, adalah orang pertama kali masuk Islam. Kejayaan Malaka
dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti
Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerinthaannya dari kampar Johor (semenanjung
Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan johor yang pertam dan negeri Johor
semakin bertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang. Sampai sekarang
perkembangan agama Islam di Malaysia makin bertambah maju pesat dengan bukti
banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam peyelenggaraan ibadah haji
jamaahnya yang menunai haji selalu banyak.
Dari beberapa data yang ditemukan, Malaysia merupakan daerah kawasan Asia
Tenggara yang berpenduduk dengan beragam etnis dan agama. Menurut sensus tahun 1991,
etnis melayu berjumlah 50% dari jumlah penduduk sebesar 23 juta jiwa. Sedangkan etnik
bumiputra sebesar 10,6% dan sisanya terdiri dari 28,1% adalah Cina, 7,9% India, dan 3,4
etnik lainnya. Dari berbagai etnik tersebut penduduk yang beragama Islam hanya 58,6% dan
sisanya adalah penganut Budha, Kristen, dan Hindu.
Selain itu, pemerintahan yang dipimpin oleh partai UMNO (United Malay Nation
Organization) menerapkan banyak sekali aturan agama Islam dalam rangka mendukung
pelaksanaan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan kaum muslim. Berbagai factor mengapa
perkembangan islam di Malaysia lebih terlihat dibandingkan dengan Negara lainnya di asia
tenggara termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh factor sejarah perkembangan islam
yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan perkembangan politik melayu sejak
masa kesultanan malaka. Namun demikian, hal ini hanya dapat difahami secar holistic dan
realistis jika dihubungkan dengan factor lain yang telah memperkuat pengaruh islam dalam
berbagai fase sejarah Malaysia. Berikut in akan diuraikan secara garis besar tentang factor-
faktor dalam fase-fase sejarah Malaysia mulai dari kedatangan islam hingga perkembangan
islam masa kontemporer yang turut menyumbang bagi kuatnya kesadaran islam di Malaysia.
Sejak periode awal, islam di Malaysia telah ikatan erat dengan politik dan masyarakat
melayu. Islam bagi masyarakat melayu bukan hanya sebatas keyakinan tetapi juga sudah
menjadi identitas mereka dan menjadi dasar dari kebudayaan melayu (Esposito, 1980:164).
Pakaian tradisional melayu misalnya telah disesuaikan dengan anjuran islam, bahkan cirri
khas yang menjadi identitas melayu dan islam di Malaysia dapat dilihat dari pakaian mereka.
Hal ini menandakan bahwa adat, tradisi, dan budaa melayu telah diwarnai oleh ajaran-ajaran
islam.
Selain itu, hokum yang diberlakukan di berbagai kesultanan melayu seperti malaka, johor,
Pahang, kedah dan kesultanan lainnya di Malaysia adalah hokum yang bernafaskan islam.
Menurut salah seorang pakar sejarah, R.O Winstedt bahwa malak adalah kerajaan melayu
pertama yang menyusun perundangan dengan unsure-unsur syari’at islam dan juga
merumuskan kitab hokum yang isinya banyak merujuk kepada kitab hokum konun malaka.
Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa hokum yang diberlakukan di kesultanan-
kesultanan tersebut juga adalah hokum yang sebagian isinya berlandaskan pada ajaran islam.
Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang
dipengaruhi oleh ajaran al-Qur’an. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis hindu-
budha sebelum kedatangan islam telah digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh al-
Qur’an dan sumber-sumber sah islam lainnya. Sebagai contoh, bila sebelum dating islam,
terkenal dengan slogan ‘pantang melayu mendurhaka!’ karena ketaatan orang-orang melayu
ayang membuta pada para penguasa mereka sebagai akibat dari pandangan mitologis
terhadap raja, begitu mereka menerima islam, mereka memberikan persyaratan tertentu bagi
loyalitas mereka terhadap penguasa. Sehingga slogan melayu yang sudah dikenal luas itu
diubaha pepatah: raja adil raja disembah, raja dzalim raja disanggah. (ahmad, 1968). Ini
berarti bahwa kekuasaan raja atau sultan melayu bukan tanpa batas. Dalam islam, batas
kepatuhan kepada para penguasa, telah didefinisikan secara jelas dalam banyak ayat al-
Qur’an yang membawa pesan ‘tidak ada ketundukan kepad makhluk jika hal itu
menyebabkan keingkaran kepada khalik’.
Singkatnya, kuatnya etos islam di Malaysia dewasa ini, bukan tanpa benih, melainkan telah
punya akar sejak masa paling awal kedatangan islam di Malaysia, oleh karena itu, tidak
menherankan bila islam dianggap sebagai komponen untuk budaya melayu. Hanya saja,
colonial inggris dengan kebijakan dan peraturan yang diberlakukannya kepada bangsa
melayu, telah menjauhkan bangsa dari agama islam. (fadil, 1979:7). Namun demikian
berbagai perkembangan setelah kemerdekaan, secar tidak langsungtelah mengembalikan
kesadaran bahwa agama islam bukan hanya sebatas keyakinan dan agama mereka tetapi juga
telah menjadi unsur utama budaya melayu. Oleh karena itu, di Malaysia, melayu di anggap
indentik dengan islam. Sehingga dewasa ini bila orang yang masuk islam dikatakan masuk
melayu. Lebih jauh, jugaa muncul kesadaran akan identitas islam ini membuat orang melayu
terus berupaya untuk mengamalkan islam untuk menjaga identitas mereka sebagai melayu
muslim, bukan hanya melalui pelestarian budaya, tetapi juga melalui sector politik.