Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

STERILISASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Mikrobiologi

Dosen Pengampu: Ukit, M.Si.

Disusun oleh:

Andini Mutiara Rahman (1182060015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
PRAKTIKUM STERILISASI

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami sterilisasi secara umum.
2. Untuk mengenal persiapan dan pengerjaan teknik sterilisasi alat secara umum.
3. Mampu melakukan pencucian alat-alat yang akan disterilisasi secara benar sesuai
langkah kerja.
4. Untuk memahami salah satu metode dalam sterilisasi yaitu metode sterilisasi fisik
(pemanasan basah).
5. Mengkomunikasikan dalam bentuk gambar cara-cara sterilisasi dan hasil pengamatan
menggunakan tabel pengamatan.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa sterilisasi dapat mematikan mikroorganisme?
2. Apakah alat yang telah disterilisasi sudah terjamin kesterilannya?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses sterilisasi?
C. Teori Dasar

Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang hidup.


adanya pertumbuhan mikro menyatakan bahwa pertambahan bakteri masih berlangsung
dan tak sempurnanya proses sterilisasi. jika prosessterilisasi berlangsung sempurna, maka
spora bakteri yang merupakan bentuk paling resikan dari kehidupan mikroba tak akan
terlihat lagi. Sterilisasi merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersihkan
dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya.Mikroorganisme
sangat berbeda, dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba
(Suriawiria, 2005 ).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target
suatu metode inaktvasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismennya, yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen
kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2008).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika
ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik.
Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri
(Fardiaz,1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung
sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan
mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Cara
sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium Mikrobiologi ialah dengan
pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi
panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering
(Ammi, dkk., 2013).
Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
1. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah
diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15
menit. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang
dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu
yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara
ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang
dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
 Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari
ruang sterilisator;
 Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu
kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya;
 Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap;
 Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC dan
dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
2. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan
langung sampai merah, meayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan
udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium. Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet,
tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan
yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya
dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari
oven. Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu membungkus
alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu
oven menjadi 160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.
Menurut Ratna (1993), berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu yang biasa digunakan
untuk sterilisasi panas kering dengan oven:

Suhu (oC) Waktu (jam)


170 1,0
160 2,0
150 2,5
140 3,0
3. Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini
mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi
bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan
yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini,
karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri tidak membentuk spora. Temperatur suhu
titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya,
suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk
vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran
spora, dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi,
dari 20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan
pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama,
uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada
inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam bentuk
vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua.
Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif
selama masa istirahat.

4. Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan
larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-
pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam
larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan
asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai
10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum
digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang
biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan
bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik.
Ada beberapa macam filter, yaitu:
 Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari
lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter
swinny dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada
spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan
pada sal spoit.
 Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan ukurannya. Setelah potongan dibentuk,
potongan disegel dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong buhcner.
 Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun
dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
 Filter Selas
Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
 Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.

5. Sterilisasi dengan desinfektan


Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia yang banyak
digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta
alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang
sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan
antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan
daripada bakteri yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh
desinfetan merupkan faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.
6. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membnih
mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk
sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida
alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan
kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat sterilisasi gas antara lain:
 Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa
bahan kimia yang digunakan;
 Daya bahan bakar yang bersangkutan;
 Persyaratan peralatan;
 Biaya pelaksanaan.

7. Sterilisasi dengan radiasi


Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga
digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya
terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi.

D. Alat Dan Bahan


1. Tabel Alat
No. Nama Alat Jumlah Dokumentasi
1. Gelas 1 buah

2. Panci 1 buah

3. Kompor 1 buah

4. Tissue Secukupnya
5. Spons cuci

2. Tabel Bahan
No. Nama Bahan Jumlah Dokumentasi
1. Air Secukupnya

2. Sunlight Secukupya
E. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Cuci terlebih dahulu gelas yang akan disterilisasi dengan


menggunakan sabun pencuci (sunlight), lalu letakkan dulu di atas tissu.

3. Siapkan panci berisi air di atas kompor, lalu masukkan gelas yang akan disterilkan
dan tunggu sampai air mendidih.

4. Setelah sekitar 3-7 menit air akan mendidih, lalu matikan kompor dan diamkan
gelas di dalam panci hingga dingin. Gelas pun sudah steril.
F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu :

No. Jenis Alat Alat Suhu Waktu Hasil Dokumentasi


Sterilisasi yang yang
Diguna Disteril
kan kan
1. Sterilisasi Kompor Gelas Air 3-7
basah dan mendidih menit
panci (100˚C)

G. Pembahasan
Sterilisasi adalah proses yang dilakukan untuk mencapai keadaan steril. Secara umum
sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu sterilisasi panas kering, basah,
penyaringan, kimiawi dan sebagainya. Pada praktikum sterilisasi yang dilakukan di rumah,
yaitu dengan menggunakan alat seadanya dan juga hanya menggunakan satu metode
sterilisasi yaitu metode sterilisasi basah dengan menggunakan alat berupa kompor dan
panci, adapun alat yang disterilkannya yaitu sebuah gelas. Proses sterilisasi ini berlangsung
kurang lebih 3-7 menit.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan
muatan,volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan
tempat dan mendekati kedap air memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di
dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua pertiga tinggi wadah. Wadah sterilisasi
yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin mensterilkan 5
liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masing berisi satu liter media
daripada menggunakan satu labu yang berisi lima liter media. Volume yang lebih kecil
memerlukan waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus
disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah.
Prinsip kerja sterilisasi basah merupakan suatu proses sterilisasi yang menggunakan
uap air. Uap air tersebut didapat dari proses pemanasan air. Sterilisasi basah tersebut dapat
membunuh jasad renik atau mikroorganisme karena menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim di dalam sel.
Menurut (Budi et al., 2010), sterilisasi basah menggunakan cawan petri dilakukan
dengan dua tahap, pertama cawan petri direbus dalam air hingga mendidih kemudian
ditiriskan di bawah sinar matahari hingga kering, selanjutnya cawan petri dibungkus
dengan koran. Tahap kedua cawan petri dimasukkan ke dalam open dengan suhu 180ºC
selama tiga jam. Sterilisasi media untuk peremajaan cendawan dilakukan dengan cara
sterilisasi panas-lembab yaitu menggunakan autoclavedengan uap air jenuh bertekanan 1
atm selama 15 menit pada suhu 121ºC. Sterilisasi alat-alat seperti jarum inokulasi dilakukan
dengan cara pembakaran atau bisa juga dengan merendam terlebih dahulu dalam alkohol
70%.
Berbeda dengan kegiatan praktikum di rumah yang menggunakan peralatan seadanya,
kita hanya melakukan sterilisasi pada gelas dengan cara merebusnya hingga air mendidih
(sekitar 3-7 menit). Setelah mendidih, gelas tersebut dibiarkan terlebih dahulu pada panci
hingga airnya mulai dingin. Setelah itu, gelas sudah steril dan dapat digunakan.

H. Daftar Pustaka
Ammi, Yanti dan Kusnadi, 2013. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. IPBexpres: Bogor.
Budi, Sri Wilarso., Erdy Santoso dan Akhmad Wahyudi. 2010. Identifikasi Jenis-jenis
Fungi yang Potensial terhadap Pembentukan Gaharu dari Batang Aquilaria spp. Jurnal
SILVIKULTUR Tropika. Vol. 1 (1).
Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Lay dan Hatowo, 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Pratiwi, 2008. General Microbiologi Seventh Edition. Cambrige University Press: USA.
Ratna, 1993. Mikrobiologi Dasar. Gramedia: Jakarta.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai