Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

(Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa)

 
DOSEN PENGAMPU :

Sri Endriyani, S.kep, Ns, M.Kep


 

DISUSUN OLEH :

MAUDINA PO.71.20.1.19.056
 
 

TINGKAT 2 B
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................4
A. Konsep Dasar....................................................................................................4
1. Pengertian.........................................................................................................4
1. Rentang Respon................................................................................................5
2. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri..........................................5
3. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri....................................................................7
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatn Diri...........................................................7
5. Dampak Defisit Perawatan Diri........................................................................8
6. Mekanisme Koping...........................................................................................9
BAB II........................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS..............................................................11
7. Pengkajian Keperawatan................................................................................11
8. Pohon Masalah...............................................................................................15
Effect isolasi sosial...........................................................................................15
Care Problem defisit perawatan diri....................................................................15
Causa Harga diri rendah kronis........................................................................15
Gambar 2.3 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri...................................................15
9. Masalah Keperawatan.....................................................................................15
B. Intervensi Keperawatan...............................................................................16
10.Tindakan keperawatan pada pasien.......................................................................23
11.Tindakan keperawatan pada keluarga....................................................................24
1.) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan
diri. Beri pujian...........................................................................................................25
2.) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.............................................25
3.) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.....................25
12.Implementasi........................................................................................................25
13.Evaluasi.................................................................................................................25
14.Dokumentasi.........................................................................................................26
BAB III......................................................................................................................27
PENUTUP.................................................................................................................27
1
KESIMPULAN....................................................................................................27
SARAN.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang  telah memberikan kesehatan dan kekuatan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula shalawat beserta salam kepada
seseorang yang telah berjasa bagi dunia, yang tidak lain adalah Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita semua dari alam yang tidak berilmu dan berakhlak menuju
ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan berakhlak seperti yang  kita rasakan saat
ini.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang diamanatkan oleh dosen pembimbing. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini  banyak sekali kekurangannya baik
dalam cara penulisan  maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah  ini, untuk menambah
pengetahuannya. Terima kasih.

Palembang, 18 Maret 2021

                                                          Penulis

3
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi

kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan

terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri

sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2011).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry,

2005 dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja,

2011) menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang

tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan diri

adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas

perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting.

Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan

dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi

secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas

dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu

masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa

kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini

4
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan

baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).

1. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada
saat stress
Gambar 2.1 Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

2. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit
perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.

5
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5) Budaya

6
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis

defisit perawatan diri terdiri dari:

a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan


Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi / kebersihan
diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah
gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas
berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan
kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan.

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatn Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.

7
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di
sembaraang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :


a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak-acakan.
2) Bdan dan pakaian kotor dan bau.
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor.
5) Kuku panjang dan tidak terawat.

5. Dampak Defisit Perawatan Diri


Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygiene ialah :
a. Dampak fisik

8
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai
dan mencinti, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut:

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan


perilaku kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak
atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan
yang tak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu,
yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti
menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat
dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
b. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber
infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
c. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena
beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan,
diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena

9
kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya”
atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk,
2015)

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

7. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang
dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang
diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
(TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.

11
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau
perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.

c.) Peran

Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/


kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
c) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap
lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap penyakitnya
d) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak
sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang
lain.
e) Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena
penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien.
Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
f) spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna tidak
menghirauan lagi dirinya.

12
2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien menglami
gangguan jiwa.
g) Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara berpakaian, dan
penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering terhenti/bloking, apatisserta
tidak mampu memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya,
rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien berubah-ubah,
kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung,
kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal kebersihan
diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan yang
membuat pasien tidak mau membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial, kadang
tangensial, kehilangan asosiasi,

13
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
h) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta pasien tidak
memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa menggunakan
pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, tidak
mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat tidur dan
pasien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun
setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
i) Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga karena
pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan, pasien tidak
mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.

14
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan
pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif
sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
j) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan
sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.

8. Pohon Masalah

Effect isolasi sosial

Care Problem defisit perawatan diri

Causa Harga diri rendah kronis

Gambar 2.3 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

9. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah

15
c. Isolasi sosial

B. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018):
Tabel 2.1
MASALAH
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
(SDKI)
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Dukungan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian
dari kamar mandi Definisi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
bersiram diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan
- Mencuci badan tipe terkait bantuan

16
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, dan
area perineum asesoris lain yang
- Mengeringkan diperlukan di tepi
badan tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas
kulit pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12.Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13.Berikan bantuan
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri

Memandikan
Aktivitas-aktivitas :

17
- Bantu memandikan

18
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi

Defist perawatan diri Perawatan diri : Dukungan Berpakaian


: berpakaian berpakaian/berdandan Definisi : memilih,
Kriteria hasil : memakaikan, dan
- Memilih pakaian melepaskan pakaian
- Mengambil pakaian seseorang yang tidak
dari lemari bisa melakukan sendiri
- Mengambil pakaian Aktivitas-aktivitas :
dari lemari dinding 1. Identifikasi area
- Mengambil pakaian dimana pasien
- Memakai pakaian membutuhkan
bagian atas bantuan dalam
- Memakai pakaian berpakaian
bagian bawah 2. Monitor kemampuan
- Mengancingkan baju pasien untuk
- Menggunakan ikat berpakaian sendiri

19
pinggang 3. Pakaikan pasien
- Menutup resleting setelah
- Memakai kaos kaki membersihkan diri
- Memakai sepatu diselesaikan
- Memasang tali sepatu 4. Dukung pasien untuk
- Membuka baju bagian berpartisipasi dalam
atas pemilihan pakaian
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
bawah perangkat perawatan
diri dengan tepat
6. Pakaikan pakaian
yang tidak ketat,
dengan tepat
7. Ganti pakaian pasien
pada saat waktu tidur
8. Tawari untuk
mencuci pakaian, bila
perlu
9. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya mampu
memikul tanggung
jawab untuk
berpakaian sendiri
Defist perawatan diri Perawatan diri : makan Dukungan perawatan
: makan/minum Kriteria hasil : diri: pemberian makan
- Menyiapkan makanan Definisi : membantu
yang akan disantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup
makanan Aktivitas-aktivitas :
- Menggunakan alat 1. Monitor kemampuan
makan pasien untuk menelan
- Menaruh makanan 2. Identifikasi diet yang
pada alat makan disarankan
- Mengambil cangkir 3. Atur meja dan
atau gelas nampan makanan
- Memasukkan makanan agar terlihat menarik
ke mulut dengan jari 4. Ciptakan lingkungan
- Memasukkan makanan yang menyenangkan
ke mulut dengan selama waktu makan
sendok 5. Pastikan posisi pasien
- Memasukkan makanan yang tepat untuk
ke mulut dengan memfasilitasi
peralatan (makan) mengunyah dan
- Minum dengan gelas menelan
atau cangkir 6. Berikan bantuan fisik,
- Menaruh makanan di sesuai kebutuhan
mulut 7. Berikan penurunan

20
- Memanipulasi nyeri yang cukup
makanan di mulut sebelum makan,
- Mengunyah makanan dengan tepat
- Menelan makanan 8. Berikan kebersihan
- Menelan minuman mulut sebelum makan
- Menghabiskan 9. Makanan disajikan
makanan dengan tepat dalam
nampansesuai
kebutuhan, misalnya
daging yang sudah
dipotong atau telur
yang telah dikupas
10. Buka bungkusan
makanan
11. Jangan meletakkan
makanan pada sisi
dimana pandangan
seseorang tidak dapat
melihat
12. Gambarkan lokasi
dari makanan yang
ada di nampan untuk
seseorang yang
memiliki gangguan
penglihatan
13. Posisikan pasien
dalam posisi makan
yang nyaman
14. Berikan pengalas
makanan
15. Berikan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau sesuai
keinginan
16. Berikan makanan
dengan suhu yang
paling sesuai
17. Sediakan makanan
dan minuman yang
disukai, dengan tepat
18. Monitor berat badan
pasien dengan tepat
19. Monitor status hidrasi
pasien dengan tepat
20. Dukung pasien untuk
makan di ruang
makan, jika tersedia
21. Sediakan interaksi

21
sosial dengan tepat
22. Berikan alat-alat yang
bisa memfasilitasi
pasien untuk makan
sendiri
23. Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar, jika
diperlukan
24. Gunakan alat makan
dan gelas yang tidak
mudah pecah dan
tidak berat, sesuai
kebutuhan
25. Berikan penanda
sesering mungkin
dengan pengawasan
ketat, dengan tepat

Defist perawatan diri Perawatan diri : Dukungan perawatan


: elminasi eliminasi diri: eliminasi
Kriteria hasil : Definisi : membantu
- Merespon saat kandung dalam eliminasi
kemih penuh dengan
tepat waktu Aktivitas-aktivitas :
- Menanggapi dorongan 1. Pertimbangkan
untuk buang air besar budaya pasien saat
secara tepat waktu mempromosikan
- Masuk dan keluar dari aktivitas perawatan
kamar mandi diri
- Membuka pakaian 2. Pertimbangkan usia
- Memposisikan diri di pasien saat
toilet atau alat bantu mempromosikan
eliminasi aktivitas perawatan
- Sampai ke toilet antara diri
dorongan atau hampir 3. Lepaskan baju yang
keluarnya urin diperlukan sehingga
- Sampai ke toilet antara bisa melakukan
dorongan sampai eliminasi
keluarnya feses 4. Bantu pasien ke toilet
- Mengosongkan atau tempat lain
kandung kemih untuk eliminasi pada
- Mengosongkan usus interval waktu
- Mengelap sendiri tertentu
setelah buang urin 5. Pertimbangkan
- Mengelap sendiri respon pasien
setelah buang air besar terhadap kurangnya
- Berdiri setelah privasi

22
eliminasi atau berdiri 6. Beri privasi selama
dari kursi bantu untuk eliminasi
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan
- Merapikan pakaian toilet setelah
setelah ke kamar mandi menyelesaikan
eliminasi
8. Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi
9. Siram
toilet/berdihkan alat-
alat untuk eliminasi
(kursi toilet/commode,
pispot)
10. Buatlah jadwal
aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat
11. Instruksikan pasien
atau yang lain dalam
rutinitas toilet
12. Buatlah kegiatan
eliminasi, dengan tepat
dan sesuai kebutuhan
13. Sediakan alat bantu
(misalnya, kateter
eksternal atau urinal),
dengan tepat
14. Monitar integritas kulit
pasien

Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan pada
sisi/bantalan disisi
ruangan yang sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat tidur

23
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan

10.Tindakan keperawatan pada pasien


Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit
perawatan diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP). Strategi pelaksanaan tersebut adalah :
SP 1 pasien :
• Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
• Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
• Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
• Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, potong kuku.
• Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku (satu
kali per minggu).

24
SP 2 Pasien
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.

SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.

SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri
pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air kecil.

11.Tindakan keperawatan pada keluarga


SP 1 keluarga :
• Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
• Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
• Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
• Latih cara merawat : kebersihan diri.
• Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

25
SP 2 keluarga :
1.) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan
diri. Beri pujian.
2.) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.
3.) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

SP 3 keluarga :

1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan


diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien kebersihan
diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.

12.Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah
dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan.

13.Evaluasi

Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai


efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:
Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai


berikut

26
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien
yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat
diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan
keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self- reinforcement (Prabowo,
2014).
14.Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan hendaknya
tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik
keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan formulir yang sama seperti
dokumentasi proses keperawatan di unit rawat jalan. Gawat darurat, rehabilitasi
(Direja, 2011).

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses keperawatan,


karenanya dokumentasi asuhan dalam keperawatan jiwa berupa dokumentasi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

27
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Defisit perawatan diri
Kurang keperawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Wartonah, 2009).
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi
2. Faktor presipitasi

SARAN
Dengan terbentuknya makalah ini, mahasiswa sebagai calon perawat dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri ini dengan baik, baik teori
maupun praktik di lapangan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.


Keliat, B. A,dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., dkk. 2009. Model praktek Keperawatan Profesional : JIWA. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Nurjannah, 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Wartonah, H (2009) Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

29

Anda mungkin juga menyukai