Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV/ AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Di
Indonesia masalah AIDS cukup mendapat perhatian mengingat Indonesia adalah
negara terbuka, sehingga kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan
sulit dihindari. Sampai Mei 2020 tercatat sebanyak 388.724 jiwa penduduk
Indonesia terinfeksi HIV.

HIV (Human Immunodefienciency Virus) merupakan pathogen yang menyerang


system imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+
dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. Karena berkurangnya nilai CD4
dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeki yang masuk kedalam tubuh
manusia. Pada orang yang system kekebalannya baik, nilai CD4 berkisar antara
1400-1500. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan suatu
kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, serta manifestasi neorologis tertentu akibat infeksi HIV
(Kapita Selekta, 2014).

Penyakit syaraf sering terjadi pada seseorang yang terinfeksi HIV. Penelitian
di Jakarta mendapatkan hasil bahwa 90% penderita HIV/AIDS mengalami kelainan
pada sistem syarafnya. Kondisi tersebut terjadi karena dua hal, yakni infeksi
opportunistik, dan serangan HIV pada system syaraf. Infeksi opportunistic ini pada
Sistem syaraf dapat menyerang otak ( Toxoplasmosis, Cryptococcal)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Febriani didapatkan data


dari rekam medik RSUD Dr. Kariadi Semarang periode Maret 2010-Juli 2010, dari
67 sample yang memenuhi kriteria inklusi ada sekitar 69% penderita HIV dengan
keluhan nyeri kepala, 25% penurunan kesadaran dan 6% kelemahan anggota gerak.

1
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan,
dan bekerja. Aktifvitas fisik yang kurang memeadai menyebabkan berbagai
gangguan pada system musculoskeletal seperti artrofi otot, sendi menjadi kaku, dan
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarti, Wartonah
2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk
menjaga kinerja otot dan memepertahankan postur.
Gangguan aktivitas dan Latihan adalah keadaan dimana individu mengalami
ketidakcukupan energy fisiologis dan psikologis untuk menahan atau memenuhi
kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari .
Berdasarkan analisa dari latar belakang di atas, maka kelompok tertarik
untuk membahas lebih jauh terhadap kondisi kelemahan anggota gerak yang terjadi
pada penderita HIV/AIDS. Oleh karena itu, dalam pembuatan makalah ini
kelompok mengambil judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. M dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aktivitas Dan Latihan di Ruang Sekatung
Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
pembuatan makalah ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aktivitas dan Latihan pada
penderita HIV di Ruang Sekatung Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aktivitas dan

2
Latihan pada penderita HIV di Ruang Sekatung Rumkital Dr. Midiyato
Suratani Tanjungpinang

2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan latihan.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan latihan
3. Mampu merumuskan rencana tindakan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan latihan
4. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan latihan
5. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas
dan latihan

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok menggunakan metode deskriptif dan
dalam mengumpulkan data, kelompok menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan di sajikan dalam bentuk narasi. Adapun tehnik
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Interview atau wawancara
Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien, keluarga
klien, dokter atau yang lain yang ikut merawat dan mengobati klien selama
melakukan perawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan selama
melakukan asuhan keperawatan.

3
3. Pemeriksaan fisik
Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan kepada klien mulai
dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki (head to toe).
4. Studi Dokumentasi
Metode penyelidikan untuk memperoleh keterangan atau informasi dari catatan
tentang gejala atau peristiwa yang lalu.
5. Studi Kepustakaan Dengan mempelajari buku-buku atau literature-literatur yang
berkaitan dengan judul makalah selama pembuatan makalah.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pemahaman bagi penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar aktivitas
dan latihan.

2. Bagi Institusi
Mengetahui tingkat kemampuan dan sebagai cara untuk mengevaluasi
materi yang telah diberikan kepada mahasiswa, dan sebagai bahan refrensi
untuk dapat diterapkan di pendidikan dalam memberikan Asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar aktivitas dan
latihan.
3. Bagi Tempat Praktek
Hasil Pembahasan dari tindakan yang dilakukan ini dapat di jadikan
sebagai masukan untuk perawat dalam mengaplikasikan dan mengupdate
ilmu keperawatan yang semakin berkembang.
4. IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi)
Manfaat IPTEK sendiri dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang kesehatan, sebagai modalitas perawat
untuk

4
menyelesaiakan problem kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dengan
tetap
beracuan pada keterampilan dasar dari praktek dan perkembangan
ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.

F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas pada penyusunan Makalah ini,
kelompok menggunakan sistematika, metode, dan teknik penulisan, serta
sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab yaitu :
1. BAB I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisa, Manfaat Penulisan dan
Sistematika Penulisan.
2. BAB II adalah Tinjauan Teoritis (Konsep Dasar Medik dan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan).
3. BAB III adalah Laporan Kasus yang membahas tentang kasus pasien yang
meliputi Pengkajian, Pemeriksaan Fisik, Laboratorium dan Diagnostic,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasionalisasi, serta Implementasi dan
Evaluasi.
4. BAB IV adalah Pembahasan kasus yang merupakan pembanding antara teori
dan sesungguhnya.
5. BAB V adalah Penutup yang mengemukakan kesimpulan dan saran yang dapat
di pergunakan sebagai bahan pemikiran bersama untuk masa yang akan datang.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian.

HIV (Human Immunodefienciency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang system imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. Karena berkurangnya
nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih
atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeki yang masuk
kedalam tubuh manusia. Pada orang yang system kekebalannya baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
merupakan suatu kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta manifestasi neorologis tertentu
akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan berbagai
gejala [enyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV
(Hasdinah dkk, 2014).
Klasifikasi
1. Fase 1
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri-ciri infeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes
darah. Pada fase ini antybody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
2. Fase II

6
Umur infeksi 1-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan
pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala –gejala ringan, seperti flu (
biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)

3. Fase III
Mulai muncul gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala-gejala
yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare
terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flue yang tidak sembuh-
sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan
terus berkurang. Pada fase ini system kekebalan tubuh mulai berkurang.
Termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama dari sebulan, infeksi
bakteri parah, dan tuberculosis.
4. Fase IV
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang
disebut disebut infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang
menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker kanker kulit
atau sarcoma kaposi, sariawan , infeksi usus yang menyebabkan diare parah
berminggu-minggu. Dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental
dan sakit kepala serta gangguan neurologis lainnya (Hasdianah & Dewi,
2014)..
Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasadengan terkonfirmasi
HIV menurut WHO:
1. Stadium 1 (asimtomatis)
 Asimtomatis
 Limfadenopati generalisata
2. Stadium 2 (ringan)
 Penurunan berat badan < 10%

7
 Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitisseboroik,
prurigo,onikomikosis,ulkus oral rekurens, keilitis ngularis, erupsi popular
pruritik.
 Infeksi herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran nafas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis media.
3. Stadium 3 (lanjut)
 Penurunan BB >10% tanpa sebab jelas
 Diare tanpa sesab jelas>1 bulan
 Demam berkepanjangan intermiten/konstan)> 1 bulan
 Kandidiasis oral persisten
 Oral hairy leukoplakia
 Tuberculosis paru
 Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiosiitis, empyema, infeksi tulang/sendi,
meningitis, bacteremia
 Stomatitis /gingivitis/periodentis ulseratifnekrotik akut
 Anemia , neutropenia, trombositopeniakronis tanpa sebab yang jelas
4. Stadium 4 (berat)
 HIV Wasting syndrome
 Pneumonia
 Toksoplasmosis serebral
 Limfoma atau tumor : sarcoma Kaposi, ensefalopati HIV, meningitis,
isosporiasis
 Nefropati HIV simtomatis atau kardiomiopati terkatit HIV simtomatis ( Kapita
Selekta,2014).

Komplikasi
1. Oral lesi
2. Neurologic

8
a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian , kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek
sakit kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.
c) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endocarditis
d) Neuropaty karena inflamasi diemilinasi serangan HIV
3. Gastrointestinal
a) Diare
b) Hepatitis
c) Penyakit anorektal karena abses dan fistula
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Cranii, cytomegalovirus, virus influenza
5. Dermatologic
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simplex dan zoster, dermatitis
6. Sensorik
a) Pandangan: Kebutaan
b) Pendengaran : Otitis external akut dan Otitis Media

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun pada manusia


System imun adalah suatu system kompleks yang memberikan respon imun
(humoral dan seluler) untuk menghadapi agens asing spesifik sperti bakteri, virus,
toksin, atau zat lain yang dianggap oleh tubuh “bukan bagian diri”. System imun
dapat membedakan berbagai zat asingdan responnya terutama jika dibutuhkan.
Menurut Sloane 2004 :255-257 mrenyatakan ada beberapa komponen dari system
imun yaitu antigen dan atibodi
a. Antigen

9
Antigen adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun spesifik. Antigen
biasanya berupa zat dengan berat molekul besar dan juga kompleks zat kimia
seperti protein dan poliakarida.
b. Antibody
Antibody adalah suatu protein yang dihasilkan system imun sebagai respon
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen
tersebut.

Struktur system imun


Jaringan organ yang merupakan system imun berserakan di seluruh tubuh.
Pada manusia dan mamalia lain, organ-organ pusat system tersebut adalah
sumsum tulang belakang dan timus. Sumsum tulang mengandung sel-sel batang
yang menghasilkan seluruh sel darah. Kelima macam sel darah putih masing-
masing memainkan sedikit peranan dalam imunitas. Tetapi peranan utama diambil
oleh monosit (yang berkembang dalam jaringan menjadi makrofag) dan
khususnya limfosit ( kimballl.2005:542).
Limfosit merupakan kumpulan sel yang amat beragam, terdiri atas T limfosit
dan B limfosit. Sel limfosit T memulai hidupnya di dalam sumsum tulang, tetapi
segera meninggalkannya dan masuk ke dalam aliran darah ke timus.
Salah satu tugas utama system imun tersebut adalah membentuk pertahanan
terhadap bahan-bahan asing, yang dinamai antigen yang memasuki tubuh.
Sebelum memulai kerjanya baik B limfosit maupun T limfosit tersebar dari
sumsum tulang dan timus menjadi kelompok jaringan limfosit yang dibagikan ke
seluruh tubuh. System ini terdiri atas limpa, tonsil, apendiks, dam sarang sel-sel
yang tersebar dimana-mana.
Interaksi antara antibody dengan antigen
1. Fiksasi komplemen, terjadi jika bagian molekul antibody mengikat
komplemen.
2. Netralisasi terjadi saat antibody menutup sisi toksisk antigen dan
menjadikannya tidak berbahaya.

10
3. Aglutinasi (penggumpalan) terjadi jika antigen adalah molekul partikulat,
seperti bakteri atau sel-sel merah.
4. Presipitasi terjadi bila antigen dapat larut.

Sel-sel yang terlibat dalam respon system imun


1. Sel B
Fungsi sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons
antigen tertentu. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma non-proliferasi yang
menyintesis dan mensekresi antibody. Aktivasi sel B menyebabkan respons
humoral yang kuat: sebuah sel B yang teraktivasi memunculkan klona dari
ribuan sel plasma, masing-masing meyekresi 2.000 molekul-molekul antibody
setiap detik selama rentang hidup sel 4 hingga 5 hari.
a) Respon imun primer, berlangsung dengan lambat karena pada awalnya
hanya sedikit sel yang memiliki molekul antibody permukaan atau reseptor sel
T untuk merespon antigen.
b) Respon sekunder, pada pajanan terhadap antigen yang berikutnya
berlangsung lebih cepat dan lebih kuat karena tiruan tambahan dari sel B
memori berkembang dan sel T dapat meresponnya
2. Sel T
Fungsi sel T juga menunjukkan spesifitas antigen dan akan berproliferasi jika
ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibody.
a) Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T,
yaitu protein permukaan sel terikat membrane dan analog dengan antibody.
b) Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut limkofin.
Subtype limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit mengatur respon imun.

11
Setiap reseptor sel T untuk suatu antigen terdiri dari dua rantai polipeptida
yang berbeda.
Protein yang dikodekan oleh MCH kelas I dan kelas II penting dalam aktivitas
sal T. Sel sel T , seperti sel B berasal dari sel batang precursor dalam sumsum
tulang. Setiap individu memiliki suatu susunan khas tanda protein permukaan
sel antigen)yang dikelola oleh gen yang disebut sebagai kompleks
histokompatibilitas mayor ( major histocompability complex(MHC)). Protein
dikodekan oleh MHC kelas I dan kelas II penting dalam aktivasi sel T.
 Antigen dikodekan MHC kelas I diproduksi pada permukaan semua sel
bernukleus dalam tubuh
 Antigen dikodekan MHC kelas 2 hanya ditemukan pada permukaan sel B dan
makrofag.
Selama masa kehidupan awal, antigen dikodekan MHC sudah tertanam dal sel
T pada kelenjar timus. Dengan demikian sel T akan mengenali setiap MHC
pengkode antigen lain sebagai benda asing. Suatu protein yang disebut CD4
ditemukan pada permukaan sebagian besal sel T penolong, beikatan ke
molekul MHC kelas II tersebut. CD4 membantu menjaga agar sel T Penolong
dan sel penyaji antigen tetap bergabung.
Jenis imunitas
1. Imunitas aktif, didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau
toksin sehingga tubuh memproduksi antibodynya sendiri.
 Imunitas aktif dapatan secara alami, terjadi jika sesorang terpapar suatu
penyakit dan system imun memproduksi antibody serta limfosit khusus.
Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau sementara
( pneumonia pneumokokal,gonore).
 Imunitas aktif dapatan secara buatan ( terinduksi) merupakan hasil
vaksinasi. Vaksin dibuat dari patigen yang mati atau dilemahkanatau toksin
yang telah dirubah. Vaksin ini dapat merangsang respon imun ,tetapi tidak
menyebabkan penyakit.

12
2. Imunitas pasif, terjadi jika antibody dipindah dari satu individu ke individu
lain.
 Imunitas pasief alam
 Imunias pasif buatan

Gangguan Sistem Imun


a) Alergi
Adalah respon yang berlebihan (hypersensitive) terhadap antigen-antigen
tertentu yang disebut allergen
b) Penyakit autoimun
Pada beberapa orang , system kekebalan menyerang molekul-molekul tertentu
dalam tubuh menyebabkan penyakit autoimun.
c) Penyakit imudefisiensi
Gangguan kelainan atau ketidakmampuan system kekebalan tubuh untuk
melindungi tubuh terhadap pathogen disebut imunodefisiensi , misalnya pada
AIDS,

3. Patofisiologi (Web of Causation / Pathway) dari Penyakit


Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit
CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetic mereka
dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reserve
transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi
imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan
respon imun yang progresif.
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan
viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini,
virus tersebar luas keseluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini
terjadi penurunan jumlah sel-T CD4.respon imun terhadap HIV terjadi 1

13
minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel
CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara
sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun.selama masa
ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 miliyar
partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus
dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari.
Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena
cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reserve transcriptase HIV
yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari ganom HIV
mungkin bermutasi kedalam basis harian.
Akhirnya pasien menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis
yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Infeksi oportunistik
dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh
sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis
mikroorganisme dapat enyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan
mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas.

Hubungan seksual dengan pasangan Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas ibu hamil
Yang berganti-ganti dengan yang terinfeksi HIV penderita HIV menderita HIV
terinfeksi HIV

Virus masuk kedalam peredaran darah lewat sel target Hospes

T Helper / CD4 Makrofag Sel B

Terjadi perubahan pada struktur sel diatas akibat transkripsi RNA Virus + DNA sel sehingga
terbentuknya provirus

14
Sel penjamu ( T Helper, Limfosit B, Makrofag) mengalami kelumpuhan

Menurunnya system kekebalan tubuh

Infeksi opportunistik

System GIT Integumen System Reproduksi System respiresi Sistem Neurologi

Virus HIV herpes zoster candidiasis micobakterium kriptococus


Salmonella herpes simplex TB

Menginvasi dermatitis ulkus genital PCP Meningitis


Mukosa sal serebroika perubahan status
Cerna mental, kejang,
kakukuduk, lemah
anggota gerak
,pusing,mual,

peningkatan ruam, difus, bersisik demam,


peristaltic folikulitas, kulit kering batuk, sesak

Diare Psoriasis

MK: MK : MK MK
-Perubahan resiko kerusakan - hipertermi intoleransi aktv
Eliminasi BAB integritas kulit -bersihan jalan risiko tinggi
-Ggn.nutrisi nyeri nafas cidera
Kurang dari -pola nafas tdk gangguan nutrisi
Keb.tubuh efektif
Resiko
Kekurangan
cairan

15
4. Gangguan / Masalah Kebutuhan Dasar Manusia
Dari judul di atas maka masalah kebutuhan dasar manusia yang terganggu
Adalah Konsep pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.
a. Pengertian aktivitas
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktifvitas fisik yang kurang
memeadai menyebabkan berbagai gangguan pada system
musculoskeletal seperti artrofi otot, sendi menjadi kaku, dan
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarti,
Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan
untuk menjaga kinerja otot dan memepertahankan postur.
Gangguan aktivitas dan Latihan adalah keadaan dimana individu
mengalami ketidakcukupan energy fisiologis dan psikologis untuk
menahan atau memenuhi kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-
hari
b. System tubuh yang berperan dalam kebutuhan Aktivitas
 Tulang
 Otot dan tendon
 Ligament
 System syaraf
 Sendi
c. Fisiologi pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari
system skeletal, otot skelet, dan system syaraf. System skeletal
berfungsi menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang
lunak, sebagi tempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber
mineral, dan berperan dalam proses hematopoiesis ( proses
pembentukan dan perkembangan sel-sel darah). Sedangkan otot
berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk pada postur tubuh,
dan memproduksi panas melalui aktivitas kontraksi otot. (Potter dan
Perry, 2005).
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disedari
(volunteer) dan gerak yang tidak disadari (involunter) atau yang
disebut dengan reflex. Proses gerak yang disadari mekanismenya
melalui jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik
kemudian dibawa ke otak untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respon
yang akan dibawa oleh saraf motoric,dan efektor.sedangkan reflex
atau involunter berjalan sangat cepat dan respon terjadi secara
otomatisterhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari otak.
(Tarwoto dan Wartonah,2006).
d. Kebutuhan mobilitas dan immobilitas
 Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
 Immobilitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas).
Jenis immobilitas:
1) Imobilitas fisik
2) Immobilitas intelektual
3) Immobilitas emosional
4) Immobilitas sosial
e. Jenis aktivitas dan latihan
 Jenis aktivitas
1) Aktivitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motoric volunteer dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motoric dan sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dijumpai pada kasus cedera atau patah
tulang dengan pemasangan traksi, paraplegi karena kehilangan
control motoric dan sensorik.
Ada 2 jenis yaitu:
 Aktivitas sebagian temporer , merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara, disebabkan oleh trauma reversible pada
system musculoskeletal contohnya adanya dislokasi
sendi dan tulang
 Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap,
disebabkan oleh rusaknya system syaraf yang
reversible, contohnya terjadi hemiplegi karena stroke ,
paraplegi,piomiolitis karena terganggunya system
syaraf motoric dan sensorik.
 Jenis latihan
1) Latihan fleksibilitas, seperti regang kisaran gerakan otot
dan sedi
2) Latihan aerobic, seperti berjalan dan berlari
3) Latihan anaerobic, seperti angkat besi menambah kekuatan
otot

f. Factor yang mempengaruhi aaktivitas dan latihan


 Gaya hidup
 Proses penyakit / cidera
 Kebudayaan
 Tingkat energy
 Usia dan satus perkembangan

g. Teknik mobilisasi
1) Nilai aktivitas latihan
Rentang gerak rentang nilai normal kategori kemampuan aktivitas
fisik menurut (Gunawan, Adi, 2001), yaitu:

Tingkat mobilitas Aktivitas/kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri
secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak
dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
Nilai Kekuatan Otot

No Nilai Kekuatan Otot Keterangan


1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot
sama sekali ( lumppuh total)
2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran
kontraksi otot tetapi tidak ada
gerak sama sekali
3. 2 ( 25%) Ada gerakan pada sendi tetapi
tidak dapt melawan
gravitasi( hanya bergeser)
4. 3 (50%) Bisa melawan gravitasi tetapi
tidak dapat menahan atau
melawan tahanan pemeriksa
5. 4 (75%) Bisa bergerak melawan tahanan
pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
6. 5(100%) Dapat melawan tahanan
pemeriksa dengan Kekuatan
normal

2) Pelaksanaan pemenuhan aktivitas dan latihan


a. Pengaturan posisi tubuh
Digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot,
dan fleksibilitas sendi. Psosisi-posisi tersebut yaitu:
 Posisi fowler
 Posisi sim
 Pisisi trendelenburg
 Posisi dorsal recumbent
 Posisi lithotomy
b. Ambulasi dini
Digunakan untuk meningkatkan kekuatan serta ketahanan
otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.tindakan ini
bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat
tidur, turun dari tempat tidur , bergerak ke kursi roda, dll.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
d. Latihan isotonic dan isometric
Digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan
otot,dengan cara mengangkat beban ringan lalu beban yang
berat. Latihan isotonic (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan
Latihan Isometric (Statitic Exercise) dapat dilakukan
dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Merupakan tindakan latihan untuk mengurangi kekakuan
pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu:
 Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
 Fleksi dan ekstensi siku
 Pronasi dan supinasi lengan bawah
 Pronasi fleksi bahu
 Abduksi dan adduksi
 Rotasi bahu
 Fleksi dan ekstensi jari-jari
 Infers dan efersi kaki
 Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
 Fleksi dan ekstensi lutut
 Rotasi pangkal paha
 Abduksi dan adduksi pangkal paha.
f. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampai terjadinya
imobilitas.
g. Melakukan postural drainase
Dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret didalam
saluran napas, mempercepat pengeluaran secret. Postural
drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan
vibrasi dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Membantu pasien mengekspresikan kecemasannya,
memberikan dukungan moril, dll

5. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
antara lain:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian
keperawatan mencakup pengumpulan data dari sumber primer (klien),
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
1) Riwayat kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dimasa lalu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas
3) Riwayat kesehatan keluarga kemampuan mobilitas
Ada tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
4) Kemampuan mobilitas
5) Kemampuan rentang gerak
6) Perubahan intoleransi aktivitas
7) Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
8) Perubahan psikologis
9) Pola kesehatan
a. Tingkat aktivitas sehari-hari
 Pola aktivitas sehari-hari
 Jenis, frekuensidan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
 Aktivitas yang membuat lelah
 Riwayat sesak napas
c. Gangguan pergerakkan
 Penyebab gangguan pergerakkan
 Tanda dan gejala
 Efek dari gangguan pergerakkan
d. Pemeriksaan fisik
 Tingkat kesadaran
 Postur atau bentuk tubuh
 Extermitas

6. Diagnosa Keperawatan Analisa Data


Diagnosa keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yaitu:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
b. Keletihan berhubungan dengan menurunnya produksi metabolisme
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN RASIONAL TINDAKAN
(HASIL YANG
KEPERAWATAN
DIHARAPKAN &
KRITERIA EVALUASI)
1. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Monitor keterbatasan aktivitas dan 1. Merencanakan intervensi
penurunan kekuatan otot kelemahan saat aktivitas dengan tepat
tindakan keperawatan
Ditandai dengan 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Pasien dapat memilih dan
Ds: - klien mengatakan lemah maka diharapkan : aktivitas sendiri merencanakannya sendiri
- Klien mengatakan sesak 3. Catat tanda vital sebelum dan 3. Mengkaji sejauh mana
- Kelemahan berkurang
napas sesudah aktivitas perbedaan peningkatan
- Klien mengatakn kesulitan - Berpartisipasi dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dan selama aktivitas
dalam bergerak
perawatan diri fisioterapi dalam latihan aktivitas 4. Meningkatkan kerja sama tim
DO: - klien tampak lemah - Mempertahankan 5. Lakukan istirahat yang adekuat dan perawatan holistic
- Kesulitan dalam setelah latihan dan aktivitas 5. Membantu mengembalikan
kemampuan aktivitas 6. Berikan diet yang adekuat dengan energy
pergerakkan
- Nadi dan tekanan darah seoptimal mungkin. kolaborasi ahli diet 6. Metabolisme membutuhkan
terhadap respons akivitas 7. Berikan pendidikan kesehatan energy
yang abnormal. tentang : 7. Meningkatkan pengetahuan
 Perubahan gaya hidup dalam perawatan diri.
untuk menyimpan energy
 Penggunaan alat bantu
pergerakkan

2. Keletihan berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor keterbatasan aktivitas, 1. Merencanakan intervensi yang
menurunnya produksi tindakan keperawatan kelemahan saat beraktivitas tepat
metabolisme diharapkan keletihan 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Pasien dapat memilih dan
berkurang dengan aktivitas sendiri merencanakannya sendiri
kriteria hasil : 3. Catat tanda vital sebelum dan 3. Mengkaji sejauh mana
- Energy meningkat sesudah aktivitas perbedaan peningkatan selama
- Pasien dapat 4. Kolaborasi dengan dokter dan aktivitas
melakukan aktivitas fisioterapi dalam latihan aktivitas 4. Meningkatkan kerjasama tim
sesuai kemampuannya 5. Lakukan istirahat yang adekuat dan perawatan holistik
secara bertahap setelah latihan dan aktivitas 5. Membantu mengembalikan
6. Berikan diet yang adekuat dengan energy
kolaborasi ahli diet 6. Metabolismemembutuhkan
7. Berikan pendidikan kesehatan energi
tentang : 7. Meningkatkan pengetahuan
- Perubahan gaya hidup untuk dalam perawatan diri
menyimpan enegi
- Penggunaan alat bantu
pergerakkan
7. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah
dibuat pada perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas
dan kreativitas dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien akan berbeda,
disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan
oleh klien (Debora, 2017)

8. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan
situasi kondisi klien maka diharapkan klien :
a. Bersihan jalan nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Saluran nafas klien menjadi bersih
2) Klien dapat mengeluarkan secret
3) Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal
b. Pola nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Irama pernafasan dan jumlah pernafasan normal
2) Pasien tidak mengeluh sesak
3) Klien tidak terlihat menggunakan otot tambahan
4) Klien tidak terlihat cemas
c. Perfusi jaringan tubuh normal dengan kriteria hasil :
1) Menurunnya insufisiensi jantung klien
2) Suara pernafasan normal
d. Pertukaran gas klien dapat adekuat dengan kriteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh sesak nafas
2) Klien tidak mengalami penurunan kesadaran
3) Nilai AGD dalam batas normal
4) Tidak terdapat perubahan tanda-tanda vital
5) Klien tidak mengalami sianosis.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. IDENTIFIKASI Lampiran 21
A. KLIEN
Nama (Initial) : Tn. M
Tempat /Tgl. Lahir (Umur) : Yogyakarta/ 10 Agustus 1988 ( 32 th)
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
v
Status Perkawinan : Belum Kawin Belum Kawin
v
Janda/Duda
Jumlah Anak : __-_______________________________________
Agama / Suku : Islam / Jawa
Warga Negara : Indonesia Asing : _______
v
Bahasa yang digunakan : Indonesia
v
Asing : _____________________________
Daerah : Jawa
v
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah : Jln. Pemuda Gg. Karet No.49 Tanjungpinang

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. E
Alamat : Jln. Pemuda Gg. Karet No.49 Tanjungpinang
Hubungan dengan Klien : Istri

C. DATA MEDIK
1. Dikirim Oleh : v UGD Dokter Praktik Rujukan
RS lain.
2. Diagnosa Medik :
Penurunan Kesadaran + Hemiparise sinistra
Saat Masuk :
Saat Pengkajian : Hemiparise sinistra ec. HIV

28
D. KEADAAN UMUM
1. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit : Ringan / Sedang / Berat / Tampak
Tidak Sakit.
Alasan : Tidak bereaksi / berbaring lemah / duduk / aktif / gelisah /
posisi tubuh :________________________________ /
pucat / sianosis / sesak nafas

Penggunaan alat medik : __________________________

Lain – lain : ____________________________________

2. Kesadaran :
V
Kualitatif : Compos mentis Somnolens
Coma Apatis
Sporocomatous

Kuantitatif :
Coma Glasgow Scale : Respon Motorik : 6
15
Respon Bicara : 5 Total :
Respon Membuka Mata : 4
Kesimpulan: saat pengkajian pasien tidak bermasalah pada tingkat
kesadarannya. Pasien dalam kesadaran Compos Mentis
Flaping Tremor / Asterixis : ___________________________________

3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
MAP : 93,33 mmHg.
Kesimpulan : Normal
b. Denyut Nadi : 88x/mnt
c. Pernafasan : Frekuensi : 20x / menit.
Irama : v Teratur Kusmaull
Cheyne Stokes
Jenis : Dada Perut
v
d. Suhu : 37,8 C : Oral Axillar Rectal
v

29
E. PENGUKURAN
1. Lingkar Lengan Atas : ________ Cm
2. Lingkar Kulit Triceps : ________ Cm
3. Tinggi Badan : 160 Cm Berat Badan : 60 Kg.
2
IMT : 23,44 Kg/m
Catatan : normal

F. GENOGRAM

Keterangan:

: pasien
: serumah

G. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN (11 Pola Gordon)


A. Pola Persepsi Kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah dialami :
(Sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan / persalinan,
abortus, transfusi, reaksi alergi)
Kapan : Catatan :
Klien mengatakan 3 bulan
Kecelakaan lalu lintas 3 bln SMRS yang lalu mengalami
kecelakaan lalulintas , klien
menabrak mobil karena
klien tidak konsentrasi dan
merasa badannya saat itu
lemah
Klien mengatakan sejak
2bulan SMRS sudah
mengalami kelemahan
Hemiparise sinistra 2 bulan anggota gerak kiri, Mulut
menyong ke kiri dan
sudah berobat ke dokter
30 syaraf , dan diperiksankan
Klien mengatakan sejak
Kandidiasis oral 2 minggu 2 minggu muncul bintik
putih di lidah dan mulut
seperti sariawan, dan
klien memakai betadine
kumur untuk
mengurangi rasa nyeri
tenggorokannya_______

a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan kondisi tubuh klien selalu sehat, terkadang flue seperti biasa
(3 hari) dan sembuh sendiri.
Klien mengatakan ia adalah seorang gays 2 tahun yang lalu.
Klien mengatakan pernah mengetahui tentang penyakit HIV , dari informasi
media masa dan petugas kesehatan,kemudian klien memeriksakan dirinya untuk
tes HIV , namun hasilnya non reaktif.

2. Keadaan sejak sakit :


 Istri klien mengatakan klien dibawa ke RS karena penurunan kesadaran
sejak 8 jam SMRS, bicara tidak jelas, kejang (-), kelemahan anggota
gerak sebelah kiri, klien tidak bisa makan, nafsu makan menurun.
 Klien mengatakan saat ini masih lemah dan belum bisa menggerakkan
anggota badannya sebelah kiri.
 Klien mengatakan ingin bisa berjalan seperti sediakala, bisa
menggerakkan anggota badannya
 Klien juga mengatakan menggunakan bethadine kumur untuk
mengurangi ketidaknyamanan di mulutnya.
 Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang.

b. Data Obyektif
Keadaan sejak sakit :
 Klien tampak lemah
 Klien tampak tidak bersemangat
 Klien tampak tidak bisa menggerakkan anggota gerak kiri, seperti
mengangkat tangan dan kaki
 Terdapat kandidiasis oral

31
B. Pola Nutrisi – Metabolik.
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
 Klien mengatakan klien makan 3x/sehari, dengan komposisi nasi, lauk
dan sayur.
 Klien mengatakan minum cukup 2 liter /sehari, klien suka minum air
putih dan the manis.
 Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap jenis makanan tertentu.
terkadang klien mengkonsumsi vitamin c bila merasa badannya kurang
fit.

2) Keadaan sejak sakit :


 Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena sakit tenggorokkan,
 Klien mengatakan makan 3x/sehari yang disediakan oleh RS , namun
hanya bisa menghabiskan ½ porsi setiap makan.
 Klien mengatakan minum cukup, dapat menghabiskan 2 liter/sehari,
bahkan lebih apabila klien merasa badannya hangat klien banyak minum
air putih_

b. Data Obyektif
Keadaan sejak sakit :
 Klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan
 Klien minum habis 2 botol Aqua besar dalam 24 jam.
 Mukosa bibir kering
 Turgor kulit tampak sedikit kering dan bersisik
 Peristaltic usus : 16x/mnt
 Terdapat kandidiasis oral, dengan lesi putih
 TD : 120/80 mmHg, S : 37,8Oc, N: 91X/mnt ,RR: 20x/mnt , Spo2: 99%

C. Pola Eliminasi
a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
 Klien mengatakan BAK 5x/hari, berwana kuning jernih.
 Klien mengatakan BAB 1x/hari, berwarna kuning dengan konsistensi
setengah padat, dan tidak ada keluhan

Keadaan sejak sakit :


 Klien mengatakan__BAK 6-7x/sehari tergantung banyak minumnya.
 Klien mengatakan belum ada BAB sejak masuk dirawat

b. Data Obyektif
Keadaan sejak sakit :
 UT : 2000cc/24 jam, warna kuning jernih

32
D. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
 Klien mengatakan aktivitas berjalan di tempat kerja
 Klien mengatakan 3 bulan SMRS mulai merasakan lemah pada anggota
gerak kiri, dan terkadang tidak fokus ( sulit konsentrasi)

Keadaan sejak sakit :


 Klien mengatakan lemah anggota gerak kiri
 Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan anggota gerak kiri karena
terasa berat
 Klien mengatakan mobilisasi dibantu keluarga

b. Data Obyektif
Keadaan sejak sakit
 Klien tampak lemah
 Mobilisasi klien dibantu kelg dan perawat
 Klien belum bisa mengangkat, menggerakkan extermitas kirinya
 Terpasang bed relling
 Rentang gerak : tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain
dan peralatan
 Uji kekuatan otot extermitas kiri/kanan atas : 1/4

E. Pola Tidur dan Istirahat.


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
 Klien mengatakan tidak pernah tidur siang , karena siang berada ditempat
kerja
 Klien mengatakan lama tidur malam 6 jam/hari
 Klien mengatakan tidak ada pola kebiaaan khusus saat tidur

Keadaan sejak sakit :


 Klien mengatakan tidur siang 1 jam

33
 Klien mengatakan tidur malam 6-7 jam

b. Data Obyektif
1) Observasi :
a) Ekspresi wajah : Mengantuk : v Negatif Positif
b) Banyak menguap : v Negatif Positif
c) Palpebrae Inferior : Berwarna gelap : v Negatif Positif

F. Pola Persepsi Kognitif


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan 3 bulan SMRS klien sering tidak fokus atu konsentrasi,
sehingga klien pernah menabrak mobil di jalan karena tdk konsentrasi saat
menyetir.

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan terkadang masih sering tidak konsentrasi dan sering lupa.

Pengkajian Nyeri (PQRST):


1. Provocative / Palliative.
a. Apa penyebabnya :
Adanya kandidiasis oral

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :


Berkumur dengan bethadine

2. Quality.
a. Bagaimana dirasakan :
Klien mengatakan perih pada mulutnya

b. Bagaimana dilihat :
Terdapat lesi putih di mulut

3. Region.
a. Dimana lokasinya :
Mulut dan tenggorokkan
b. Bagaimana penyebarannya :
Disekitar mulut menyebar sampai ke lidah

4. Severity (menganggu aktivitas) : mengganggu makan

5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) :


2 minggu SMRS

34
b. Data Obyektif
Keadaan sejak sakit
Klien tampak diam saja , jarang berbicara, jarang membuka mulutnya.

G. Pola Persepsi dan Konsep Diri


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit selalu merasa percaya diri dan tidak pernah
menutup diri.

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan semenjak sakit merasa tidak ada percaya diri karena segala
aktivitasnya harus dibantu orang lain

b. Data Obyektif
1) Observasi :
a) Kontak Mata : os sering menundukkan pandangannya bila diajak
bicara oleh perawat
b) Rentang Perhatian : cukup
c) Suara dan Cara Bicara: pelan
d) Postur Tubuh : tegap
2) Pemeriksaan Fisik :
Kelainan bawaan yang nyata: -

H. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebagai kepala keluarga dan sebagai warga masyarakat yang
hidup bertetangga dan saling bergotong royong

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan beberapa bulan terakhir sering ijin dari tempat kerja karena
lemah dan sulit berjalan, dan dalam kegiatan bermasyarakat juga tidak bisa ikut .
klien sering di rumah saja

35
b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak lemah
Klien tampak kurang bersemangat

I. Pola Reproduksi – Seksualitas


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
 Klien mengatakan dia seorang gay sejak 2 tahun yang lalu
 Klien mengatakan melakukan anal seks dengan pasangan sejenis

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan sudah menikah 1 tahun yang lalu dan belum dikaruniai
keturunan.

b. Data Obyektif
1) Observasi :
Tidak ditemukan adanya penyakit kelamin

a) Pemeriksaan Laboratorium :-

J. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan bila sedang ada masalah suka mencari kesenangan dengan cara
berkumpul dengan teman-temannya. Dan klien juga pernah ke tempat hiburan
malam bersama teman lelakinya.

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan lebih suka tidur

b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak suka tidur

2) Pemeriksaan Fisik :
a) Tekanan Darah : Berbaring : 120 / 80 mmHg.
Duduk : 128/ 86 mmHg.
Berdiri : __-__ / ____ mmHg.
d) Kesimpulan : Hipotensi Ortostatik : Negatif Positif
v

36
b) Heart Rate : 88 x/menit
c) Kulit : Keringat Dingin : -
Basah :-

K. Pola Sistem Nilai Kepercayaan


a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebagai seorang muslim , dan klien juga selain bekerja sebagai
karyawan swasta juga berprofesi sebagai guru mengaji

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan ingin bisa berdiri kembali agar bisa melaksanakan shalat
dengan benar.

b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak hanya bisa berbaring diatas tempat tidurnya.

PEMERIKSAAN FISIK
1. SISTEM PENGLIHATAN
a. Posisi Mata : (v ) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata : (v ) Normal ( ) Ptosis
c. Pergerakan bola mata : ( ) Normal (v ) Abnormal
d. Konjunctiva : ( v) An Anemis( ) Anemis
e. Kornea : ( v) Jernih ( ) Berkabut
( ) Perdarahan
f. Sklera : ( ) Icterik ( v) Anicterik
g. Pupil : (v ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
h. Otot – otot mata : ( ) Juling (v ) Tidak ada kelainan
( ) Berada di atas
i. Fungsi Penglihatan : (v ) Dapat melihat jelas jarak 30 cm
( ) Kabur
( ) Dua bentuk (Diplopia)
j. Tanda – tanda radang : ( ) Ada ( v) Tidak ada
k. Pemakaian kacamata : ( ) Ya ( v) Tidak
l. Pemakaian lensa kontak : ( ) Ya ( v) Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya (ka/ki): ( v) +/+ ( ) +/- ( ) -/+

37
2. SISTEM PENDENGARAN
a. Daun telinga : (v ) Simetris ( ) Asimetris
( ) Bengkak
( ) Sakit digerakkan

b. Karakteristik cerumen
 Warna : .kuning............................................
 Konsistensi : .lunak........................................
 Bau : ..khas serumen...........................................
c. Kondisi liang telinga : ( ) Ada Lesi ( ) Kemerahan
( ) Ada cairan ( ) Ada darah
( ) Ada nanah
d. Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( v) Tidak
e. Tinitus : ( ) Ya (v ) Tidak

f. Fungsi pendengaran
 Tes dengan Garpu Tala (ka/ki) :
( ) +/+ ( ) +/_ ( ) -/+

 Tuli : ( ) Ya ( v) Tidak

g. Pemakaian alat bantu/protesa : ( ) Ya ( v) Tidak

3. SISTEM WICARA
a. Kesulitan/gangguan wicara : ( ) Ya ( ) Tidak
(v) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia
b. Pemakaian alat medik : ( ) Ya (v) Tidak
( ) Trakeostomi
( ) ETT ( ) dll

4. SISTEM PERNAFASAN
a. Frekuensi pernafasan (RR) : .....20... x / menit
b. Irama : (v) Teratur ( ) Tidak teratur
c. Kedalaman : (v) Dalam ( ) Dangkal
d. Jalan nafas : (v) Bersih ( ) Ada sumbatan
( ) Sputum ( ) Lendir
( ) Ludah ( ) Darah
e. Usaha nafas : ( ) Ya ( ) Tidak
( ) Retraksi costal
( ) Pernafasan cuping hidung

38
( ) dll sebutkan....................
f. Batuk : ( ) Ya (v) Tidak
( ) Produktif ( ) Tidak produktif
g. Warna sputum : ( ) Putih ( ) Kuning ( ) Hijau
h. Konsistensi sputum : ( ) Kental ( ) Encer
( ) Berbuih
i. Hoemaptoe : ( ) Ya (v) Tidak

j. Suara nafas tambahan : ( ) Ya (v) Tidak


( ) Ronchi ( ) Rales
( ) Wheezing

5. SISTEM KARDIOVASKULER
a. Sirkulasi Perifer
 Nadi : ....91... x / menit
 Irama : (v) Teratur ( ) Tidak teratur
 Denyut : ( ) Lemah (v) Kuat
 Tekanan darah (Tensi) : 120/80. mmHg
 Distensi Vena Jugularis
 Kanan : ( ) Ya (v) Tidak
 Kiri : ( ) Ya (v) Tidak
 Temperatur kulit : (v) Hangat ( ) Dingin
 Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis
: ( ) Kemerahan
 Pengisian kalpiler : .3...... / detik
 Oedema : ( ) Ya (v) Tidak
: ( ) Tungkai atas
( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital
( ) Muka
( ) Anasarka
b. Sirkulasi jantung
 Heart Rate (HR) : 91 x / menit
 Irama : (v) Teratur ( ) Tidak teratur
 Bunyi Jantung tambahan : ( ) Ya (v) Tidak
: ( ) Murmur ( ) Gallop
 Sakit dada (chest pain) : ( ) Ya (v) Tidak
 Timbulnya sakit dada : ( ) Aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
 Karakteristik sakit dada : ( ) Seperti terbakar
( ) Seperti ditusuk-tusuk

39
( ) Seperti tertimpa beban berat

6. SISTEM HEMATOLOGI
a. Mengeluh kesakitan : ( ) Ya (v) Tidak
b. Kelainan hematologi : ( ) Splenomegali
( ) Mimisan ( ) Echimosis
( ) Perdarahan susah berhenti
( ) Ptechiae ( ) Purpura
( ) Pucat ( ) Hepatomegali
( ) Gusi mudah berdarah

7. SISTEM SYARAF PUSAT


a. Tingkat kesadaran : (v) Compos Mentis
( ) Somnolen ( ) Apatis
( ) Coma ( ) Soporo coma

b. Glasgow Coma Scale (GCS)


 Respon membuka mata (Eye = E) : 4………
 Respon motoric (Motoric = M) : 6……….
 Respon verbal (Verbal = V) : 5………. +
TOTAL : 15………..
Kesimpulan : normal

c. Peningkatan Tekanan Intra Cranial : ( ) Ya (v) Tidak

d. Kelainan persarafan : ( ) Kejang


( ) Perdarahan telinga/hidung
(v) Kelumpuhan ekstremitas atas/bawah
(v) Mulut mencong
( ) Disorientasi
( ) Bicara pelo

e. Refleks Babinski (kanan/kiri) : ( ) Positif (v) Negatif

f. Refleks Patela (kanan/kiri) : () Positif (v) Negatif

40
g. Uji Saraf Cranial
 Nervus I : baik ……….
 Nervus II : baik……….
 Nervus III – IV - VI : baik……….
 Nervus V Sensorik : baik……….
 Nervus V Motorik : baik…….
 Nervus VII Sensorik : baik….
 Nervus VII Motorik : baik….
 Nervus VIII :

TES KIRI KANAN


RINNE Tidak dilakukan Tidak dilakukan
WEBER Tidak dilakukan Tidak dilakukan
SWABACH Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Nervus IX dan X : baik : ……….


 Nervus XI : baik : ……….
 Nervus XII : baik : ……….

8. SISTEM PENCERNAAN
a. Keadaan mulut
 Gigi : (v) Karies ( ) bersih/tidak ada karies
 Gigi palsu/protese : ( ) Ya ( ) Tidak
 Stomatitis : (v) Ya ( ) Tidak
 Lidah kotor : (v) Ya ( ) Tidak
 Hipersalivasi : ( ) Ya ( ) Tidak

b. Muntah : ( ) Ya (v) Tidak


 Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
 Warna : ( ) Sesuai warna makanan
( ) Kehijauan ( ) Kuning
( ) Coklat ( ) Hitam

c. Mual : (v) Ya ( ) Tidak

d. Nafsu makan : ( ) Tetap (v)Menurun


( ) Meningkat

e. Nyeri daerah perut : ( ) Ya (v) Tidak


 Rasa penuh di perut : ( ) Ya (v) Tidak
 Karakteristik nyeri : ( ) Cramp ( ) Melilit
( ) Panas ( ) Seperti ditusuk
f. Kebiasaan BAB : ....... x / hari

41
 Diare : ....... x / hari
 Konsistensi faeces : ( ) Encer ( ) Berbahan
 Warna faeces : ( ) kuning ( ) hitam
( ) coklat ( ) dempul
 Konstipasi : lamanya 2. hari
 Bising usus : ....16.. x / menit

g. Hepar : ( ) Teraba (v) Tidak teraba


( ) Membesar ( ) Mengecil

h. Keadaan abdomen : ( ) Supel ( ) Kembung/tympani


( ) Ascites ( ) Teraba massa faeces
( ) Tampak bayangan vena

9. SISTEM ENDOKRIN
a. Gula darah : 93 gr%

b. Nafas berbau keton : ( ) Ya (v) Tidak

c. Kelainan endokrin : ( ) Poliuria ( ) Polidipsi


( ) Polineritis ( ) Polip

10. SISTEM UROGENITAL


a. Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Inkontinensia
( ) Nocturia ( ) Tidak tempias
b. Kebiasaan BAK
 Pola rutin : 6 x / hari
: (v) Terkontrol ( ) Tidak terkontrol
 Jumlah/jam : 2000 cc / 24 jam

c. Warna : ( ) Merah (v) Kuning jernih


( ) Putih ( ) Kuning kental
( ) Kuning berkristal

d. Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (v) Tidak

e. Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (v) Tidak

f. Kelainan/penyakit kelamin : ( ) Ya (v) Tidak


( ) Bernanah ( ) Berdarah

42
( ) Ada bercak putih pada kelamin
( ) Ada kiste/polip

11. SISTEM INTEGUMEN


a. Turgor kulit : (v) Elastis ( ) Buruk

b. Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis


( ) kemerahan

c. Keadaan kulit : (v) Bersih ( ) Ada lesi


( ) Ada ulkus( ) Ada luka
( ) Ptechiae ( ) Gatal
( ) Insisi op ( ) Luka bakar
( ) Dekubitus

d. Keadaan rambut
 Tekstur : (v) Lembab ( ) Kering
( ) Bercabang
 Kebersihan : (v) Ya ( ) Tidak

12. SISTEM MUSKULOSKELETAL


Uji Kekuatan otot :
Ektremitas Atas : Kiri :
Kanan :
Ekstremitas Bawah : Kiri :
Kanan

a. Kesulitan dalam pergerakan : (v) Ya ( ) Tidak

b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (v) Tidak

c. Fraktur : ( ) Ya (v) Tidak


Lokasi : ..........................................................

d. Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Skoliosis

( ) Lordosis ( ) Kiposis

43
e. Keadaan tonus otot : (v) Hipotoni ( ) Hipertoni
( ) Atoni

13. SISTEM IMUNITAS/KEKEBALAN TUBUH


a. Suhu : ..37,8..... oC
b. Berat badan sebelum sakit : 60 Kg
c. Berat badan setelah sakit : 58Kg
d. Pembesaran Kelenjar Getah Bening : (v) Ya ( ) Tidak

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG + HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Radiologi)

NO PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


1 MSCT Kepala dengan kontras Acute Infark cerebri di Tidak ditemukan adanya

thalamus kelainan dalam otak

kanan,juxtacortice

lobus temporalis dan

occipitalis kanan
2 Thorax foto AP Cardiomegali Tidak ditemukan adanya

Paru tak tampak kelainan dalam paru-paru

kelainan

(Laboratorium)

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 Hb 15,2 gr% P 14-18 gr%
2 Leukosit 9.200 mm3 4.000-10.000
3 Trombosit 113.000 150.000-400.000 mmm3
4 Hematocrit 46% P 40-48%
5 Erytrosit 5,6 jt 4-6 jt
6 MCV 82 80-100 fL
7 MCH 27 26-34
8 MCHC 33 32-36%

44
9 Basofil 0 0-1%
10 Eosinofil 1 1-4 %
11 Neutropi\fil Stab 1 1-4 %
12 Neutrophil segmen 73 40-70%
13 Limfosit 20 20-40%
14 Monosit 5 2-8%
15 GDS 93 80-100 mg/dl
16 SGOT 29 < 37 U/L
17 SGPT 30 < 42 U/L
18 Asam Urat 6,7 3,4 -7,0 mg/dl
19 Ureum 29 10-50 mg/dl
20 Creatinin 1,0 0,5-1,5 mg/dl
21 Na ( natrium ) 135 135-153 mmol/L
22 K ( Kalium ) 2,9 3,5-5,1 mmol/L
23 Cl (Clorida ) 91 97-111 mmol/L
24 HbsAg Negative Negative
25 HIV Reaktif Nonreaktif

II. PENATALAKSANAAN MEDIK


NO TERAPI / OBAT DOSIS CARA INDIKASI
PEMBERIAN
1 IVFD Nacl 09% 1500cc/24 Intravena Untuk menyeimbangkan cairan dalam
jam tubuh
2 Citicoline 2x500 mg Intravena Untuk suplemen otak
3 Lansoprazole 1x30mg Intravena Untukmengatasi keluhan lambung
4 Ondancentron 3x4mg Intravena Untuk mengatasi mual
5 Aspilet 1x80mg Peroral Untuk thrombus, melancarkan
peredaran darah
6 Bethadine gargle 4x1 Gargle Antiseptic

ANALISA DATA

45
Nama Klien : Tn. M Ruangan / No. Bed : SKTG/ 9

Umur : 32 Th Diagnosa Medis : HIV

N SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM


O
(DATA SUBYEKTIF & (PENYEBAB) (MASALAH)
OBYEKTIF)
1. DS: Gangguan Gangguan mobilitas
neuromuskular fisik
- Klien mengatakan tidak
bisa menggerakkan
anggota badannya
sebelah kiri
- Klien mengatakan
lemah
- Klien mengatakan
beraktivitas (duduk,
berdiri) dibantu
keluarganya

DO:
- Klien tampak
lemah;klien tampak
tidak bersemangat
- Mobilisasi klien dibantu
keluarga dan perawat
- Klien tidak bisa
menggerakkan anggota
badan sebelah kiri
- Rentang gerak : tingkat
3 (Memerlukan
bantuan, pengawasan
orang lain dan
peralatan)
- Kekuatan otot:
5555 1111
KN KR
5555 1111
- Hasil CT scan Kepala :
Acute Infark cerebri di
thalamus
kanan,juxtacortice lobus

46
temporalis dan occipitalis
kanan
DS :
- Klien mengatakan tidak Gangguan menelan Ketidakseimbangan
nafsu makan nutrisi kurang dari
- Klien mengatakan ada kebutuhan tubuh
sariawan dimulutnya
- Klien mengatakan nyeri
menelan
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan BB
sebelum sakit : 60
DO:
- Klien hanya bisa
menghabiskan 5
Sendok makan
makanan yang
diberikan
- Klien tampak lemah
- Terdapat kandidiasis
oral
- BB : 58 kg
3 DS: Kelemahan umum Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan cepat
lelah bila beraktivitas
- Istri klien mengatakan
suaminya mengalami
penurunan dalam
aktivitas sehari-hari,
dikarenakan anggota
gerak sebelah kirinya
tidak bisa digerakkan
sejak 3 bulan terakhir.
-

DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan
dalam pergerakkan
pada anggota gerak kiri
- Abnormal Nadi ,
tekanan darah terhadap
respon aktivitas
- Pada saat istirahat
TD: 120/80 mmHg
N :84x/mnt

47
SPO2: 98%
RR :20x.mnt
- Pada saat aktivitas
TD :140/90 mmHg
N :91x/mnt
RR : 24X/mnt
Spo2 : 93%

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.M Ruangan / No. Bed : SKTG/ 9

Umur : 32 th Diagnosa Medis : HIV

N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O

1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan menelan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


3

48
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.M Ruangan / No. Bed : SKTG /9

Umur : 32 tahun Diagnosa Medis : _HIV


TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
(DS & DO) (HASIL YANG RASIONAL
DIHARAPKAN &
KRITERIA
EVALUASI)
21/9/ Gangguan mobilitas fisik TU: setelah diberikan 1. Pertahankan body aligment dan 1. Mencegah iritasi dan komplikasi
20 berhubungan dengan tindakan keperawatan posisi yang nyaman.
gangguan neuromuscular, selama 3x24 jam
paralisis diharapkan klien dapat 2. Cegah Pasien Jatuh, Berikan Pagar 2. Mempertahankan keamanan pasien
berpartisipasi dalam Pengaman Pada Tempat Tidur
ektivitas mandiri, ditandai
3. Lakukan Latihan Aktiv Maupun
dengan
DS: Pasif
KH: 4. Meningkatkan Sirkulasi dan mencegah
- Klien mengatakan tidak 4. Monitor kulit yang tertekan, amati
- Klien dapat kontraktur
bisa menggerakkan kemungkinan decubitus
anggota badannya melakukan
sebelah kiri rentang gerak 5. Tingkatkan aktivitas sesuai batas 5. Monitor gangguan integritas kulit
- Klien mengatakan dengan benar
toleransi
lemah - Klien dapat 6. Mempertahankan tonus otot
menunjukkan 6. Pertahankan nutrisi yang adekuat
- Klien mengatakan
penggunaan alat dengan kolaborasi ahli diet 7. Nutrisi diperlukan untuk energy
beraktivitas (duduk, bantu yang benar
berdiri) dibantu 7. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
keluarganya
program latihan

49
DO:
- Klien tampak 8. Lakukan pengetahuan kesehatan 8. Kerjasama dalam perawatan holistic
lemah;klien tampak
tentang.
tidak bersemangat
- Mobilisasi klien - pencegahan konstipasi
dibantu keluarga dan
- latihan dan istirahat
perawat 9. Memberikan pengetahuan dan
- Klien tidak bisa perawatan diri dan Meneruskan
menggerakkan anggota perawatan setelah pulang
badan sebelah kiri 9. Lakukan kerjasama dengan
- Rentang gerak : tingkat keluarga dalam perawatan klien
3 (Memerlukan
bantuan, pengawasan
orang lain dan
peralatan)
- Kekuatan otot:
5555 1111
KN KR
5555 1111
- Hasil CT scan Kepala :
Acute Infark cerebri di
thalamus
kanan,juxtacortice lobus
temporalis dan occipitalis
kanan
21/9 DS : TU: setelah diberikan 1. kaji kemampuan untuk 1 lesi mulut, tenggorokan dan
tindakan keperawatan mengunyah, perasakan dan menelan esophagus dapat menyebabkan
- Klien mengatakan tidak selama 3x24 jam disfagia, penurunan kemampuan
nafsu makan diharapkan nutrisi pasien
- Klien mengatakan ada pasien untuk mengolah makanan
terpenuhi, ditandai
sariawan dimulutnya dengan
- Klien mengatakan
nyeri menelan KH:
2 hipermotilitas saluran intestinal

50
- Klien mengatakan mual - Klien dapat 2. auskultasi bising usus umum terjadi dan dihubungkan
- Klien mengatakan BB menghabiskan dengan muntah dan diare yang
sebelum sakit : 60 porsi makanan 3. rencanakan diet dengan orang dapat mempengaruhi pilihan diet
yang diberikan terdekat atau cara makan
- Klien tampak
segar 4. batasi makanan yang
- Menunjukkan menyebabkan mual atau muntah
peningkatan 3 melibatkan orang terdekat agar
fungsi menelan 5. Tinjau ulang pemeriksaan lab tercipta kenyamanan dan
6. penkes: meningkatkan pemasukan makan
pasien
- anjurkan pasien makan makanan 4 rasa sakit pada mulut atau
lunak ketakutan akan mengiritasi lesi
DO: pada mulut mungkin menyebabkan
- makan dalam porsi kecil tapi pasein enggan untuk makan
- Klien hanya bisa
sering 5 mengindikasikan status nutrisi dan
menghabiskan 5
Sendok makan - dorong pasien untuk fungsi organ dan kebutuhan
makanan yang mempertahankan oral hygiene pengganti
diberikan 6 makanan lunak meminimalisir
- Klien tampak lemah gesekan pada mukosa mulut
- Terdapat kandidiasis sehingga mengurangi nyeri
oral 7. berikan obat antiememtic mempertahankan intake adekuat.
- BB : 58 kg 7 mengurangi insiden muntah dan
meningkatkan fungsi gaster.

21 Intoleransi aktivitas TU: setelah diberikan 1. Monitor keterbatasan aktivitas 1. Merencanakan intervensi dengan
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan kelemahan saat aktivitas tepat
-09-
kelemahan umum selama 3x24 jam 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Pasien dapat memilih dan
20
diharapkan klien dapat aktivitas sendiri merencanakannya sendiri
mentoleransi aktivitas
3. Catat tanda vital sebelum dan 3. Mengkaji sejauh mana perbedaan
yang biasa dilakukan
sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas
4. Kolaborasi dengan dokter dan 4. Meningkatkan kerja sama tim dan

51
DS: KH: fisioterapi dalam latihan aktivitas perawatan holistic
5. Lakukan istirahat yang adekuat 5. Membantu mengembalikan energy
- Klien mengatakan - Klien meningkat
dalam aktivitas setelah latihan dan aktivitas 6. Metabolisme membutuhkan
cepat lelah bila
beraktivitas fisik 6. Berikan diet yang adekuat dengan energy.
- Istri klien mengatakan - Menyeimbangka kolaborasi ahli diet 7. Meningkatkan pengetahuan dalam
suaminya mengalami n aktivitas dan 7. Berikan pendidikan kesehatan perawatan diri
istirahat tentang :
penurunan dalam
aktivitas sehari-hari, - Klien dapat  Perubahan gaya hidup
melakukan
dikarenakan anggota aktivitas mandiri untuk menyimpan energy
gerak sebelah kirinya  Penggunaan alat bantu
tidak bisa digerakkan pergerakkan
sejak 3 bulan terakhir.
-

DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan
dalam pergerakkan
pada anggota gerak kiri
- Abnormal Nadi ,
tekanan darah terhadap
respon aktivitas
- Pada saat istirahat
TD: 120/80 mmHg
N :84x/mnt
SPO2: 98%
RR :20x.mnt
- Pada saat aktivitas
TD :140/90 mmHg
N :91x/mnt
RR : 24X/mnt

52
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. M Ruangan / No. Bed : SKTG / 9

Umur : 32 Tahun Diagnosa Medis : HIV

NO HARI/TGL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN (RESPON KLIEN / DS DO) ( SOAP)

1 Senin, 21- 11.00 I,III 1. Melakukan pengkajian tingkat 1. Gangguan Mobilitas Fisik
09-20 kelemahan otot dan tingkat berhubungan dengan gangguan
keterbatasan rentang gerak neuromuskuler, paralisis
Respon :
S:
Rentang gerak : tingkat 3
(Memerlukan bantuan, - Klien mengatakan anggota
pengawasan orang lain dan gerak kiri masih sulit
peralatan) digerakkan
- Klien mengatakan masih
Kekuatan otot: lemah
- Istri klien mengatakan
5555 1111 suaminya masih dibantu
KN KR dalam pemenuhan
aktivitasnya
5555 1111
O:
- Klien tampak lemah
2. Memasang Relling ( Pengaman - Rentang gerak pada tingkat
I 3 (memerlukan bantuan
Tempat tidur)
R: klien mengucapkan pengawasan orang lain dan
terimakasih peralatan)
11.20
3. Observasi TTV
R:
TD: 120/80mmhg, S: 36,80C - Kekuatan otot:
N : 88x/mnt RR: 20x/mnt 5555 1111
Spo2 :99%
KN KR
5555 1111
12.00
- Terpasang relling pengaman
4. Mengkaji membrane mukosa tempat tidur pasien.
II pasien keluhan nyeri menelan
R: A : Masalah belum teratasi
- Terdapat candidiasis oral ,
lesi berwarna putih
- Klien mengatakn nyeri P : Intervensi diteruskan
menelan - Latih ROM aktif pasif
- Bantu Klien dalam
II
Memberi os makan diet lunak pemenuhan ADL
R: Klien mau istrinya yang - Evaluasi rentang gerak dan
menyuapkan makannya kekuatan otot klien.

12.10 5. Menganjurkan klien istirahat


R : klien menganggukkan
kepalanya.
3. DX III
III Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan
12.30 menelan, candidiasis oral

S:
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan
13.30 - Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan nyeri
menelan
I,II - Klien mengatakan BB
menurun

O:
- Terjadi penurunan BB ( BB
sebelum sakit 60kg, BB
sejak sakit 58 Kg)
- Terdapat candidiasis oral
dengan lesi bercak putih
- Klien hanya dapat
menghabiskan 5 sendok
makan dari 1 porsi yang
disediakan
- Klien tampak lemah
-
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Penkes oral hygiene ke klien
- Libatkan istri dan kelg untuk
memotivasi klien makan
- Berikan makanan lunak
TKTP

DX. III
1. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan Kelemahan
S: - Klien masih lemah
- Klien mengatakan masih
mudah lelah bila beraktivitas
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan
dalam pergerakkan pada
anggota gerak kiri
- Abnormal Nadi , tekanan
darah terhadap respon
aktivitas
- Pada saat istirahat
TD: 120/80 mmHg
N :84x/mnt
SPO2: 98%
RR :20x.mnt
- Pada saat aktivitas
TD :140/90 mmHg
N :91x/mnt
RR : 24X/mnt
Spo2 : 93%

A: Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi tingkat
keterbatasan dan kelemahan
klien
- Catat TTV sebelum dan
sesudah latihan
- Bantu klien dalam
pemenuhan ADL

2 Selasa, 22- 08.00 III 1.Melakukan Observasi TTV DX. I


09-20 sebelum latihan
R : TD: 100/60 mmHg Gangguan mobilitas fisik
N : 76x/mnt berhubungan dengan gangguan
RR : 20x/ mnt neuromuskular, paralisis
Spo2 : 97% S:

2.Melatih pasien ROM Aktif dan - Klien mengatakan anggota


08.05 I pasif greak kirinya masih sulit
R: os bersedia ikut berpartisipasi digerkkan
dalam latihan - Klien mengatakan masih
lemah

3. Melakukan obs TTV setelah O:


latihan - Klien tampak lemah
R : TD: 110/70 mmHg - Rentang gerak pada tingkat
N : 84x/mnt S:36,8 3 (memerlukan bantuan
08.20 III
RR : 22x/ mnt pengawasan orang lain dan
Spo2 : 98% peralatan)

- Kekuatan otot:
4. Melakukan injeksi citicoline 5555 1111
500mg/iv
R : obat sudah masuk melalui KN KR
10.00 I intravena, tidak ditemukan 5555 1111
adanya reaksi alergi obat
- Terpasang relling pengaman
tempat tidur pasien.
5. Melakukan penkes tentang - TTV
hygiene oral yang benar TD : 110/70 mmHg
latihan dan istirahat S: 36,80C N: 82x/mnt
R: Klien bersedia melakukan
10.35 II hygiene yang benar dan latihan Spo2 : 99% RR : 22x/mnt
dengan baik
A : Masalah belum teratasi
6. Melakukan Observasi TTV P : Intervensi diteruskan
Hasil: - Latih ROM aktif pasif
TD: 110/70 mmHg - Bantu Klien dalam
S: 36OC pemenuhan ADL
11.30 I,II,II
- Evaluasi rentang gerak dan
N : 82x/mnt
kekuatan otot klien.
RR: 20x/mnt - Libatkan kelg untuk
SPo2: 99% melakukan ROM aktif pasif

7. Melakukan injeksi 2. DX II
ondancentron 4mg/iv Ketidakseimbangan nutrisi
R : Obat sudah di injeksikan
kurang dari kebutuhan
12.00 II melalui intravenous, tidak
berhubungan dengan gangguan
ditemukan adanya reaksi alergi
menelan, candidiasis oral
S:
- Klien mengatakan nafsu
8. Memberikan diet makan siang
makan masih belum enak
R: klien sudah dapat
- Klien mengatakan masih
menghabiskan 7 sendok makan mual
12.00 II makanan yang diberikan - Klien mengatakan nyeri
menelan berkurang
O:
9. Mengganti cairan infus Nacl 0,9 - Terdapat candidiasis oral
% 14 tpm dengan lesi bercak putih
R : tetesan infus lancer - Klien mulai dapat
menghabiskan 7 sendok
makan dari 1 porsi yang
10.Melakukan injeksi citicoline 500 disediakan
mg/iv - Klien tampak lebih
bersemangat dari hari
14.00 I R : tidak ada reaksi alergi obat sebelumnya.

A : Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan
- Motivasi untuk
mempertahankan oral
hygiene ke klien
- Beri pujian atas kemajuan
pasien atas usaha
peningkatan asupan makan
- Berikan makanan kesukaan
pasien yang tidak
bertentangan dengan diit
yang sudah diatur oleh RS

1. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan Kelemahan
S: - Klien masih lemah
- Klien mengatakan masih
mudah lelah bila beraktivitas
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan
dalam pergerakkan pada
anggota gerak kiri
- Abnormal Nadi , tekanan
darah terhadap respon
aktivitas
- Pada saat istirahat
TD: 100/60 mmHg
N :76x/mnt
SPO2: 97%
RR :20x.mnt
- Pada saat aktivitas
TD :110/70 mmHg
N :84x/mnt
RR : 22X/mnt
Spo2 : 98%

A: Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi tingkat
keterbatasan dan kelemahan
klien
- Catat TTV sebelum dan
sesudah latihan
- Bantu klien dalam
pemenuhan ADL

3 Rabu, 23- 15.30 I 1. Mengkaji kekuatan otot dan DX. I


09-20 rentang gerak pasien
R: rentang gerak tingkat 3 DX. II

Kekuatan otot Gangguan Mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan
5555 2222 neuromuskuler, paralisis :
Kn Kr - Klien mengatakan anggota
gerak kiri sudah mulai bisa
digerakkan / digeser
5555 3333 - Klien mengatakan kaki kiri
sudah mulai bisa diangkat
namun belum maksimal
- Klien mengatakan tangan
kiri masih belum bisa di
15.40 III 2. Melakukan observasi TTV angkat namun bisa di geser
sebelum latihan - Klien mengatakan lemah
TD : 110/70mmHg berkurang
N: 84x/mnt
RR : 20 x/mnt
SPo2 : 98% O:
- Klien tampak lemah
- Rentang gerak pada tingkat
15.45 I 3. Melatih ROM Aktif dan pasif 3 (memerlukan bantuan
R: klien dapat berpartisipasi pengawasan orang lain dan
dalam kegiatan peralatan)

4. Melakukan observasi TTV - Kekuatan otot:


16.05 III
setelah latihan 5555 2222
TD : 120/80mmHg
N: 91x/mnt KN KR
RR : 20 x/mnt 5555 3333
SPo2 : 98%
- Terpasang relling pengaman
tempat tidur pasien.
5. Mengkaji membrane mukosa - TTV
17.15 II TD : 110/70 mmHg
mulut pasien dan respon
menelan S: 36,30C N: 84x/mnt
R : Tampak candidiasis oral
dengan lesi putih dan sedikit Spo2 : 99% RR : 20x/mnt
mengecil. Os dapat menelan
makan/minum perlahan

6. Memberi Diit Lunak A : Masalah teratasi sebagian


17.30 II R: os mau makan , dan habis ½
porsi P : Intervensi diteruskan
- Latih ROM aktif pasif
18.00 I,II,III 7. Melakukan observasi TTV - Bantu Klien dalam
TD : 110/70 mmHg pemenuhan ADL
S : 36,3 0C - Evaluasi rentang gerak dan
N: 84 x/mnt kekuatan otot klien.
RR : 20x/mnt - Libatkan kelg untuk
Spo2 99% melakukan ROM aktif pasif
- Berikan pujian atas
kemajuan usaha dan
semangat klien
8. Melakukan injeksi ondansentron
4 mg/ iv
18.05 II Injeksi lansoprazole 30 mg/iv 2. DX II
Injeksi citicoline 500 mg/iv
R: tidak ada reaksi alergi obat. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan
9. Menganjurkan pasien untuk menelan, candidiasis ora
20.30 I,III melakukan oral hygiene sebelum S:
istirahat malam
R : istri klien membantu klien - Klien mengatakan nafsu
melakukan oral hygiene makan masih kurang
- Klien mengatakan masih
mual berkurang
- Klien mengatakan nyeri
10. Menganjurkan klien
menelan berkurang
istirahat malam
R : klien mengatakan sebentar
lagi suster. O:
-Terdapat candidiasis oral
dengan lesi bercak putih
- Klien mulai dapat
menghabiskan 1/2 porsi
makan dari 1 porsi yang
disediakan
- Klien tampak lebih
bersemangat dari hari
sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Motivasi untuk
mempertahankan oral
hygiene ke klien
- Beri pujian atas kemajuan
pasien atas usaha
peningkatan asupan makan
- Berikan makanan kesukaan
pasien yang tidak
bertentangan dengan diit
yang sudah diatur oleh RS

DX III
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan Kelemahan
S: - Klien masih lemah
- Klien mengatakan kaki kiri
sudah mulai bisa diangkat ,
namun tangan masih belum
kuat untuk diangkat

O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sudah mulai
bisa mengangkat kaki
kirinya, namun belum untuk
tangan kirinya
- Pada saat istirahat
TD: 100/60 mmHg
N :76x/mnt
SPO2: 97%
RR :20x.mnt
- Pada saat aktivitas
TD :110/70 mmHg
N :84x/mnt
RR : 22X/mnt
Spo2 : 98%
A: Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi tingkat
keterbatasan dan kelemahan
klien
- Catat TTV sebelum dan
sesudah latihan
- Bantu klien dalam
pemenuhan ADL
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus yang ditemukan dilapangan didapatkan hasil bahwa


terdapat kesesuaian antara teoritis dan fakta dilapangan bahwa pada pasien dengan HIV/AIDS
terjadi infeksi opportunistic yang menyerang system syaraf dan berakibat salah satunya pada
kelemahan anggota gerak pada pasien. Komplikasi neurologis yang terkait dengan infeksi
opportunistik pada penderita HIVmeliputi infeksi system syaraf pusat , neoplasma,
komplikasi vascular, neuropati perifer, dan miopati.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Febriani didapatkan data dari
rekam medik RSUD Dr. Kariadi Semarang periode Maret 2010-Juli 2010, dari 67 sample
yang memenuhi kriteria inklusi ada sekitar 69% penderita HIV dengan keluhan nyeri kepala,
25% penurunan kesadaran dan 6% kelemahan anggota gerak. Begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh oleh Rahmayanti, 2016 dengan 115 sampel menunjukkan sebanyak 65%
subjek memiliki manifestasi neurologis berupa toxoplasma cerebri, 20% subjek dengan
keluhan kelemahan anggota gerak ( hemiparise 12,5 %, paraparesis 5%, tetraparesis 2,50%) ,
5% mengeluh nyeri menelan, 10% kejang.
Gangguan neurologis terkait HIV bisa muncul lebih awal, diantaranya berhubungan
dengan reaksi autoimun. Pada kasus ditemukan bahwa pasien Tn. M menderita hemiparise
sinistra dengan komorbid HIV.pada gambaran Ct Scan Kepala dengan kontras ditemukan
adanya acut infark cerebri thalamus kanan ,juxtacortis lobus temporalis dan occipitalis kanan.
Pada pengkajian didapatkan rentang gerak tingkat 3 yaitu memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain dan peralatan, ditemukan juga kekuatan otot dengan 1(satu ) untuk extermitas
sebelah kiri atas dan bawah, sementara nilai 5(lima pada extermitas sebelah kanan atas dan
bawah.
Berdasarkan data yang diperoleh maka kelompok menganalisis diagnosis keperawatan
yang prioritas pada Tn. M adalah gangguan mobilitas fisik menjadi prioritas , kemudian
diikuti dengan diagnosis ketidakseimbangannutrisi kurang dari kebutuhan dan intoleransi
aktivitas.
Adapun tindakan yang dilakukan kelompok terkait diagnosis ini dituangkan dalam
rencana keperawatan yang komprehensif,. Pada Pemenuhankebutuhan Akititas Dan Latihan ,
maka kelompok melakukan tindakan ROM (Range Of Motion) pada Tn. M.
Sejalan dengan penelitian Marlina,2011 yang meneliti tentang pengaruh Latihan ROM
pada penderita hemiparese, hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kekuatan otot sebelum
latihan ROM adalah 3,68 dengan standar deviasi 1,62 dan sesudah latihan didapat rata-rata
4,60 dengan standar deviasi 0,81 , sehingga disimpulkan hasil penelitian terdapat pengaruh
yang bermakna kekuatan otot sebelum dan sesudah tindakan latihan ROM pada pasien
hemiparise ( Stroke ischemic).
Setelah dilakukannya Asuhan Keprawatan pada Tn.M selama 3 hari dapat dievaluasi
adanya peningkatan kekuatan otot pada pasien, kekuatan otot pasien pada extermitas kiri
menjadi di rentang nilai 3, dalam hal ini pasien sudah bias mengangkat kaki dan tangannya
tanpa bantuan meskipun belum maksimal, klien sudah mampu menggeserkan kaki nya ,
namun demikian klien masih dalam rentang keterbatasan tingkat 3 yaitu masih membutuhkan
bantuan dan pengawasan dalam ADL nya.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penyakit syaraf sering terjadi pada seseorang yang terinfeksi HIV. Penelitian di
Jakarta mendapatkan hasil bahwa 90% penderita HIV/AIDS mengalami kelainan
pada sistem syarafnya. Kondisi tersebut terjadi karena dua hal, yakni infeksi
opportunistik, dan serangan HIV pada system syaraf. Infeksi opportunistic ini pada
Sistem syaraf dapat menyerang otak ( Toxoplasmosis, Cryptococcal).
Berdasarkan tinjauan kasus yang ditemukan dilapangan didapatkan hasil
bahwa terdapat kesesuaian antara teoritis dan fakta dilapangan bahwa pada pasien
dengan HIV/AIDS terjadi infeksi opportunistic yang menyerang system syaraf dan
berakibat salah satunya pada kelemahan anggota gerak pada pasien. Komplikasi
neurologis yang terkait dengan infeksi opportunistik pada penderita HIV meliputi
infeksi system syaraf pusat , neoplasma, komplikasi vascular, neuropati perifer, dan
miopati.
Adapun salah satu aktivitas latihan yang kelompok rekomendasikan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan pada tn. M
adalah dengan latihan ROM Aktif dan Pasif.

2. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup
kemungkinan masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan
seluruh jajaran terkait, institusi maupun Rumah Sakit sebagai lahan praktek dapat
mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah kelompok uraikan pada makalah
ini, dan menyempurnakannya jika masih terdapat kekurangan dalam penjelasan
Asuhan Keperawatan yang kelompok uraikan.
DAFTAR PUSTAKA.

Singgalingging, G.2014. Buku laboratorium kebutuhan dasar manusia. Jakarta :EGC

Sudoyo, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta :EGC
Syafuddin, 2014. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Tanto, & Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV, Jakarta: Media Aesculapius
Neki N. Cerebral Toxoplasmosis in HIV/AIDS Patient- A Case Report. Bangladesh Journal
Medicine. 2014 June;25;76-7
Rahmayanti. Manifestasi klinik Gangguan Neurologis terkait HIV.Journal Medicine. 2016
Desember;28.
Nurul febriani. 2010. Pola penyakit syaraf pada penderita HIV/AIDS di RSUP Dr.Kariadi
Semarang.journal medicine.
27

Anda mungkin juga menyukai