Anda di halaman 1dari 20

A.

DEFINISI
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi
mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela,
2009).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguanpada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh
gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
 (Lanny Sustrani, dkk, 2004).

B. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:

a.       Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
b.    Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c.       Stress Lingkungan.
d.      Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a.        Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b.       Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
a.       Elastisitas dinding aorta menurun
b.       Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.        Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d.        Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi:

a.       Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7


Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan
sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal.
Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33
ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,


Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan Tekanan


Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol dan/ Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) atau (mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
   (Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan
normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko  komplikasi kardiovaskuler. Data ini
mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).
b.      Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG) telah
mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi
ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)
c.       Klasifikasi Menurut Chinese Hypertension Society
Menurut Chinese Hypertension Society (CHS) pembacaan tekanan darah <120/80
mmHg termasuk normal dan kisaran 120/80 hingga 139/89 mmHg termasuk normal
tinggi (Shimamoto, 2006).

Klasifikasi Hipertensi Menurut CHS

Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg) CHS-2005
< 120 < 80 Normal
120-129 80-84 Normal-Tinggi
130-139 85-89
Tekanan Darah Tinggi
140-159 90-99 Tingkat 1
160-179 100-109 Tingkat 2
≥ 180 ≥ 110 Tingkat 3
Hypertensi Sistol
≥ 140 ≤  90 Terisolasi
(Sumber: Shimamoto, 2006)
d.       Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)
Klasifikasi yang dibuat oleh ESH adalah:

1.      Jika tekanan darah sistol dan distol pasien berada pada kategori yang berbeda,
maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan, dan perkiraan afektivitas
pengobatan difokuskan pada kategori dengan nilai lebih.
2.      Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada hipertensi
sistol-distol (tingkat 1, 2 dan 3). Namun tekanan diastol yang rendah (60-70 mmHg)
harus dipertimbangkan sebagai resiko tambahan.
3.      Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk memulai
pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko kardiovaskuler total.

Klasifikasi menurut ESH


Tekanan Tekanan
Darah Sistol Darah Diastol
Kategori (mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistol
terisolasi ≥ 140 Dan < 90
(Sumber: Mancia G, 2007)
e.       Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks (ISHIB) (Douglas
JG, 2003)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1)      Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua kategori
yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah berdasarkan kategori yang lebih
tinggi.
2)      Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau lebih
pengukuran yang diambil pada setiap kunjunga.
3)      Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1 sampai 3
berdasarkan tekanan darah sistol (≥ 140 mmHg) dan diastole ( < 90 mmHg).
4)      Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena setiap
peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko kejadian kardiovaskuler.

Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB


Tekanan Tekanan
Darah Sistol Darah Diastol
Kategori (mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan/atau < 85
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi Sistol
terisolasi ≥ 140 dan < 90
(Sumber: Douglas JG, 2003)
f.       Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Sani, 2008).
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi Indonesia 13-14
Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang melayani
masyarakat umum:
1)   Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan ditujukan
untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan diambil dari pedoman
Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia
yang berskala Nasional dan meliputi jumlah penderita yang banyak masih jarang.
2)   Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3)   Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan tingginya tekanan
darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ target dan penyakit penyerta
tertentu.

Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Sistol (mmHg) dan/atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol
terisolasi ≥140 Dan <90
               (Sumber: Sani, 2008)

D. PATOFISIOLOGI
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiiki peranan penting pada ginja.
Untuk mengatur voume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara merearbsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan voume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008)
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan
oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral
resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh
interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan
abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung
dan / atau ketahanan periferal.

E. PATHWAY
Perubahan situasi Ansietas
Ansietas

Informasi minim

Kurang
Kurang pengetahuan

Nyeri akut
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a.       Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b.      Sakit kepala
c.       Pusing / migraine
d.      Rasa berat ditengkuk
e.       Penyempitan pembuluh darah
f.       Sukar tidur
g.      Lemah dan lelah
h.      Nokturia
i.        Azotemia
j.        Sulit bernafas saat beraktivitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a.  Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b.  Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d.  Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e.  Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j.  Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a.   IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

H. KOMPLIKASI
Efek pada organ :
1.    Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c.   Kematian sel otak : stroke
2.    Ginjal
a. Malam banyak kencing
b.  Kerusakan sel ginjal
c.  Gagal ginjal
3.  Jantung
a.  Membesar
b.  Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d.  Gagal jantung
I. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a.  Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2)  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c.  Penurunan asupan etanol
d.  Menghentikan merokok
e.  Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu
2. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b.   Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3.  Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a.         Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b.        Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1)        Dosis obat pertama dinaikkan
2)        Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)        Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c.         Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1)        Obat ke-2 diganti
2)        Ditambah obat ke-3 jenis lain
d.        Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1)        Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)        Re-evaluasi dan konsultasi
3)        Follow Up untuk mempertahankan terapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.  PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SIRKULASI
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2
pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda
(vasokonstriksi)
INTEGRITAS EGO
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

ELIMINASI
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu);
kongesti vena;  glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
NEUROSENSORI
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ).  Episode kebas/kelemahan
pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode
epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit
kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)

PERNAPASAN
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan
(krekles/mengi). Sianosis.
KEAMANAN
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular dan iskemia miokard
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
3. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx
1. Setelah diberikan asuhan 1. Observasi derajat 1. Mengetahui derajat
keperawatan diharapkan nyeri nyeri yang dirasakan
nyeri pasien terkontrol pasien dan
dengan kriteria hasil : mempermudah
 Mengungkapkan 2. Pertahankan tirah intervensi selanjutnya
metode yang baring selama fase
memberikan akut 2. Meminimalkan
pengurangan stimulasi/meningkatkan
 Mengikuti 3. Berikan tindakan relaksasi
regimen nonfarmakologi
farmakologi untuk 3. Tindakan yang
yang diresepkan menghilangkan sakit menurunkan tekanan
 Skala nyeri 4 kepala atau nyeri vaskular serebral dan

 Wajah pasien dada misal, kompres yang memperlambat/

tidak meringis dingin pada dahi, memblok respon


pijat punggung dan simpatis efektif dalam
leher, teknik menghilangkan sakit
relaksasi ( panduan kepala dan
imajinasi, distraksi ) komplikasinya.
dan aktivitas waktu
senggang.
4. Minimalkan
aktivitas 4. Aktivitas yang
vasokontriksi yang meningkatkan
dapat meningkatkan vasokontriksi
sakit kepala menyebabkan sakit
misalnya, mengejan kepala pada adanya
saat BAB, batuk penigkatan tekanan
panjang, vaskular serebral.
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda 5. Mengetahui keadaan
vital umum pasien.
Peningkatan tanda-tanda
vital mengindikasikan
6. Kolaborasi nyeri belum dapat
pemberian analgesik terkontrol.
(ketorolac)
6. Menurunkan/
mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.

2. Setelah diberikan asuhan 1. Observasi 1.   Ansietas ringan dapat


keperawatan diharapkan tingkah laku ditunjukkan dengan peka
pasien tampak rileks yang rangsang dan insomnia. Ansietas
Kriteria hasil: menunjukkan berat yang berkembang kedalam
§   - Melaporkan cemas tingkat ansietas keadaan panik dapat
berkurang sampai hilang menimbulkan perasaan terancam,
ketidakmampuan untuk berbicara
-Mampu dan bergerak.
mengidentifikasi cara 2. Tinggal bersama 2. Menegaskan pada pasien atau
hidup yang sehat untuk pasien, orang terdekat bahwa walaupun
membagikan mempertahankan perasaan pasien diluar kontrol
perasaannya sikap yang lingkungannya tetap aman
tenang.
Mengakui atau
menjawab 3.   Memberikan informasi yang
kekhawatirannya akurat yang dapat menurunkan
dan mengizinkan kesalahan interpretasi yang dapat
perilaku pasien berperan pada reaksi ansietas
yang umum.
4.  Rentang perhatian mungkin
3. Jelaskan menjadi pendek, konsentrasi
prosedur, berkurang yang membatasi
lingkungan kemampuan untuk menerima
sekeliling atau informasi.
suara yang
mungkin 5.  Menciptakan lingkungan yang
didengar oleh terapeutik
pasien

4. Bicara singkat
dengan kata
sederhana.

5. Kurangi
stimulasi dari
luar : tempatkan
pada ruangan
yang tenang,
kurangi lampu
yang terlalu
terang, kurangi
orang jumlah
orang yang
berhubungan
dengan pasien

3 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kesiapan dan 1. Kesalahan konsep dan


keperawatan diharapkan hambatan dalam menyangkal
pasien menyatakan belajar. Termasuk diagnosakarena perasaan
pemahaman tentang orang terdekat sejahtera yang sudah lama
proses penyakit dan 2. Tetapkan dan dinikmati mempengaruhi
regimen pengobatan nyatakan batas TD minat pasien/orang
dengan kriteria hasil : normal. Jelaskan terdekat untuk
 Mengidentifikasi tentang hipertensi mempelajari penyakit,
efek samping obat efeknya pada jantung, kemajuan dan prognosis.
dan kemungkinan pembuluh darah, Bila pasien tidak
komplikasi yang ginjal dan otak. menerima realitas bahwa
perlu diperhatikan 3. Hindari mengatakan membutuhkan pengobatan
 Mempertahankan TD ” normal ” dan kontinu, maka perubahan
TD dalam gunakan istilah ” perilaku tidak akan
parameter normal terkontrol dengan dipertahankan.
baik ” saat 2.  Pemahaman bahwa
menggambarkan TD tekanan darah tinggi dapat
pasien dalam batas terjadi tanpa gejala adalah
yang diinginkan. untuk memungkinkan
4. Bantu pasien dalam pasien melanjutkan
mengidentifikasi pengobatan meskipun
faktor-faktor risiko ketika merasa sehat.
kardiovaskuler yang 3. Karena pengobatan untuk
dapa diubah misal, hipertensi adalah
obesitas, diet tinggi sepanjang kehidupan,
lemak jenuh dan maka dengan
kolesterol, pola hidup penyampaian ide
monoton,merokok, ”terkotrol” akan
minum alkohol, pola membantu pasien untuk
hidup penuh stres. memahami kebutuhan
5. Atasi masalah dengan untuk melanjutkan
pasien untuk pengobatan/medikasi.
mengidentifikasi cara 4. Faktor-faktor risiko ini
dimana perubahan telah menunjukkan
gaya hidup yang tepat hubungan dalam
dapat dibuat untuk menunjang hipertensi dan
mengurangi faktor- penyakit kardiovaskular
faktor penyebab serta ginjal.
Hipertensi 5. Dengan mengubah pola
6. Bahas pentingnya perilaku yang
menghentikan ”biasa/memberikan rasa
merokok dan bantu aman”akan sangat
pasien dalam menyusahkan. Dukungan,
membuat rencana petunjuk dan empati dapat
untuk berhenti meningkatkan
merokok. keberhasilan pasien dalam
menyelesaikan tugas
6. Nikotin meningkatkan
pelepasan ketokolamin,
mengakibatkan
peningkatan frekuensi
jantung, TD, dan
vasokontriksi, mengurangi
oksigenasi jaringan, dan
meningkatkan beban kerja
miokardium

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :

VINA ROSSYANA
P27220016093

DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2018

DAFTAR PUSTAKA

Rusdi dan Nurlaela Isnawati. 2009. Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta : Power Books
(IHDINA).
Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai