Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesiapan Mengajar Praktik


1. Pengertian Kesiapan
Menurut Hamalik (2008), “Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang
harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan
pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”. Menurut Slameto (2010),
“Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk
memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Kesiapan masing-masing individu terdiri dari kesiapan fisik dan kesiapan mental”.
Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara
kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu
kegiatan. Kesiapan sangat perlu diperhatikan dalam melakukan sesuatu, karena
ketika seseorang telah memiliki kesiapan maka akan menghasilkan sesuatu yang
lebih baik.
Menurut Ursilah (2008), kesiapan mengajar adalah strategi yang merupakan
tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam
menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan metode, dan alat) serta
evaluasi agar dapat mempengaruhi peserta didik mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kesiapan menurut Harjono dalam sanskia (2017) adalah sesuatu hal
yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
Kesediaan datang dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, oleh sebab itu kesiapan amat perlu diperhatikan dalam suatu proses,
karena jika sudah ada kesiapan maka hasilnya akan maksimal. Kesiapan sangat
penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan,
pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasilnya
akan jauh lebih baik.

8
9

2. Aspek-Aspek Kesiapan
Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan
memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan
lancar dan hasilnya akan jauh lebih baik. Menurut Abror (1993:112) yang
berkaitan dengan variabel kesiaapan guru dalam mengajar yaitu kognisi, emosi,
dan konasi.
Kognisi yang dimaksud yaitu merupakan keyakinan seseorang mengenai
profesi guru yang didapatkan dari proses belajar. Seorang mahasiswa yang ingin
menjadi seorang guru akan berusaha mencari informasi dan pengetahuan
mengenai profesi guru. Pengetahuan mengenai profesi guru ini dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti dari artikel, berita, maupun seminar-seminar yang
saat ini marak diadakan mengenai profesi guru. Selain itu, seorang mahasiswa
calon guru yang berminat menjadi seorang guru harus mengerti bahwa tugas
seorang seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu semata, tetapi juga
mentransfer nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik.
Kondisi fisik yaitu kondisi fisik karena faktor jasmaniah diantaranya faktor
emosi. Kondisi emosional seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kesiapan.
Tingkat kesiapan tersebut akan kurang apabila emosi seseorang telah terganggu.
Selain itu, seseorang akan mudah stres apabila kondisi mentalnya tidak stabil yang
diakibatkan dari faktor emosionalnya. Kondisi mental yang dimaksud dalam hal
kesiapan ini menyangkut intelegrasi. Hubungan atara kebutuhan, motif, tujuan,
dan readiness antara lain: (a) Rasa senang terhadap profesi guru; (b) Ketertarikan
terhadap profesi guru; (c) Perhatian terhadap profesi guru.
Rasa senang mahasiswa calon guru terhadap profesi guru dilatar belakangi
oleh berbagai hal yang tidak dimiliki oleh profesi-profesi lainnya, seperti karena
menjadi seorang guru haruslah memiliki kewibawaan yang lebih dibanding
dengan profesi lainnya, profesi guru merupakan profesi yang mulia karena
ditangan seorang gurulah masa depan para peserta didik dipertaruhkan. Seperti
halnya rasa senang terhadap profesi guru, mahasiswa calon guru juga memiliki
alasan mengapa tertarik terhadap profesi guru. Alasan tersebut antara lain karena
adanya tantangan tersendiri bagi seorang yang menjalankan profesi guru dari pada
profesi lain, seorang guru yang harus senantiasa mengupdate ilmu
10

pengetahuannya. Perhatian seorang mahasiswa calon guru terhadap profesi guru


dapat dilihat dari sikap mereka dalam menyikapi persoalan mengenai profesi guru
saat ini serta memperhatikan cara guru mengajar.
Konasi merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia yang dapat
diartikan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan
dengan pelaksanaan tujuan. Keinginan seorang mahasiswa calon guru menjadi
seorang guru dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekternal. Faktor internal
merupakan faktor yang tumbuh dari dalam diri mahasiswa itu sendiri seperti
menjadi seorang guru adalah sebuah cita-cita ketika kecil dan diwujudkan dengan
mengambil Program Studi kependidikan. Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri mahasiswa itu sendiri seperti adanya dorongan atau
permintaan dari keluarga untuk menjadi seorang guru. Menjadi seorang guru tidak
terjadi begitu saja, melainkan memerlukan usaha. Seorang mahasiswa yang
berminat menjadi seorang guru akan melakukan berbagai usaha untuk meraihnya
seperti belajar menjadi seorang guru yang sebenarnya dengan menjadi seorang
tentor di lembaga bimbingan atau privat serta mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai profesi guru dengan mendalami kompetensi-kompetensi
keguruan. Sebelum menjalankan profesi guru, mahasiswa calon guru harus
memiliki keyakinan terhadap profesi yang akan dijalaninya nanti. Keyakinan
mahasiswa calon guru terhadap calon guru dapat dilihat dari sikap mahasiswa
yang akan tetap memilih profesi guru meskipun telah diketahui bahwa seorang
guru tidak boleh memiliki rangkap jabatan.

3. Pengertian Kesiapan Mengajar Praktik


Agusta (2015) menyimpulkan bahwa kesiapaan kerja adalah kemampuan
seseorang dalam meningkatkan kinerjanya berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap seseorang tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan Pool
dan Sewell dalam Agusta (2015) bahwa untuk dapat memiliki kesiapan kerja
harus diperlukan, yaitu: (a) keterampilan; (b) ilmu pengetahuan; (c) pemahaman;
(d) atribut kepribadian.
11

Menurut Komaruddin (2006: 200), menyatakan bahwa Praktik merupakan


cara melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang dikemukakan dalam teori. Dari
definisi tersebut dapat kita lihat bahwa praktik merupakan suatu pelaksanaan dari
teori dalam keadaan nyata.
Berdasarkan penjelasan pada referensi yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa kesiapan mengajar praktik adalah suatu kondisi dimana seorang pendidik
telah mencapai titik kematangan yang cukup, baik fisik, mental dan keterampilan
dalam melakukan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan atau
berkaitan dengan mengajar di sebuah institusi pendidikan sesuai dengan keahlian
dan strategi yang dimiliki. Indikator kesiapan mengajar praktik antara lain yaitu:
(a) kesiapan kognisi: pengetahuan mengenai profesi guru; (b) kesiapan emosi:
rasa senang terhadap profesi guru, ketertarikan terhadap profesi guru, dan
perhatian terhadap profesi guru; (c) kesiapan konasi: keinginan menjadi guru,
usaha untuk menjadi guru, dan keyakinan terhadap profesi guru.

B. Persepsi Profesi Guru


1. Pengertian Persepsi
Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang berkaitan dengan
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia
terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium. Eysenck dalam Asrori (2009:215) menyatakan bahwa persepsi
sesungguhnya memerlukan proses belajar dan pengalaman. Hasil proses belajar
dan interaksi seseorang akan memberikan pengalaman bagi dirinya untuk dapat
membandingkan keadaan yang dihadapi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud persepsi adalah proses menerima,
membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima alat indra,
sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan terhadap objek tertentu
yang diamatinya.
Theory of planned behavior oleh Ajzen (1991) menyebutkan bahwa suatu
persepsi akan mengakibatkan niat perilaku yang selanjutnya menimbulkan suatu
keyakinan perilaku individu tertentu. Mahasiswa kependidikan yang nantinya
12

menjadi calon guru akan mendapatkan informasi, wawasan atau pengetahuan, dan
pengalaman mengenai profesi guru. Oleh karena itu, dari informasi, wawasan, dan
pengalaman yang telah diperoleh maka akan menimbulkan persepsi yang nantinya
berpengaruh terhadap keyakinan dari setiap individu untuk menjadi guru.

2. Profesi Guru
Guru sesungguhnya memiliki status yang sederajat dengan profesi lain,
seperti dokter, apoteker, insinyur, hakim, jaksa, dan masih banyak profesi yang
terhormat lainnya. Profesi guru sesungguhnya sering disebut sebagai ibu dari
semua profesi. Hal ini dapat dipahami dan dimengerti karena guru dapat
menghasilkan profesi lainnya. Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun
2005 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Pengertian terdidik dan terlatih
bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan pula harus menguasai
berbagai strategi dan teknik pembelajaran, menguasai landasan-landasan
kependidikan, dan menguasai bidang studi yang akan diajarkan.
(Suprihatiningrum, 2014:69). Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun
2005 menyebutkan bahwa kedudukan seorang guru yaitu sebagai tenaga
profesional. Disebutkan pula bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sebagai suatu profesi, di samping harus memenuhi kualifikasi akademik dan
kompetensi profesi, guru· juga harus mampu menjunjung tinggi· nilai-nilai
pengabdian, sabar, ulet, tekun, teliti, tidak· mudah putus asa, dan mampu
memberikan contoh kepada anak didiknya. Memberikan contoh merupakan ·salah
satu prinsip yang sangat penting dalam pendidikan. (Suraji, 2008). Peraturan
menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 tahun 2013 menyebutkan bahwa
13

pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang


mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, seorang guru memiliki berbagai
kualifikasi terutama dalam hal kompetensi yang dimiliki seorang guru. Karena
sebagai sebuah profesi diperlukan keahlian tersendiri dalam menjalankan
profesinya.

3. Kompetensi Menjadi Guru


Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar. Menurut Broke and Stone dalam
Mulyasa (2013:25-26), menyatakan bahwa kompetensi guru sebagai Descriptive
of qualitative nature of teacher behaviour appears to be entirely meaningful,
kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilkau guru
yang penuh arti. Sedangkan dalam Undang-Undang no. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yangharus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi merupakan
komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi
perilaku yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawaswan tertentu.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Menurut Husien (2017) setidaknya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki
guru dalam mengajar, yaitu: (1) knowledge criteria, (2) performance criteria, (3)
product criteria. Berikut penjelasan aspek yang digunakan untuk mengukur
kompetensi yang harus dimiliki guru dalam mengajar.
Knowledge criteria merupakan kemampuan intelektual yang dimiliki
seorang guru yang meliputi penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai
cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang
kemasyarakatan dan pengetahuan umum.
14

Performance criteria merupakan kemampuan guru yang berkaitan dengan


berbagai keterampilan dan perilaku, yang meliputi keterampilan mengajar,
membimbing menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan
berkomunikasi dengan siswa dan keterampilan menyusun persiapan mengajar atau
perencanaan mengajar.
Product criteria merupakan kemampuan guru dalam mengukur kemampuan
dan memajukan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 dalam Husien (2017)
ada empat kompetensi utama yang harus dimiliki guru melalui pendidikan profesi,
yang meliputi:
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, evaluasi hasil belajar,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini terdiri
atas lima subkompetensi, yaitu: (a) memahami peserta didik secara mendalam; (b)
merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran; (c) melaksanakan pembelajaran; (d) merancang dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan (e) mengembangkan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkaitan dalam
performans pribadi seorang pendidik seperti mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial memiliki tiga subranah. Pertama, mampu berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Kedua,
mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif degan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan. Ketiga, mampu berkominkasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Interaksi guru dengan
15

siswa esensinya adalah interaksi sosial yang meniscayakan kompetensi sosial.


Guru yang secara sosial bisa berinterksi dengan baik kepada siswanya akan
menjadi pengelola kelas yang baik selama transformasi pembelajaran.
d. Kompetensi profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan. Kompetensi profesional
terdiri dari dua ranah subkompetensi. Pertama, subkompetensi menguasai
substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur.
Konsep dan metode kelimuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;
memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, subkompetensi
menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan
materi bidang studi.

4. Pengertian Persepsi Profesi Guru


Dimyati dan Mudjiono (2009) menjelaskan bahwa persepsi itu mencangkup
kemampuan memilah-milah (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan
menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia persepsi adalah anggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.
Sedangkan, menurut Slameto (2010) persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Profesi merupakan langkah seseorang untuk mendapatkan nafkah bagi
dirinya sendiri maupun keluarganya. Apabila seseorang memilih guru sebagai
profesinya , maka dia harus menekuni dan menyayanginya, jika seseorang itu
senag dan tekun dalam menjalaninya, maka seseorang itu akan dengan iklas
melakukan pekerjaanya itu. Oxford dalam Arikunto (1990) profesi (Profession)
adalah “a vocation in which a professed knowledge of some departement of
16

learning or science is used in it’s application to the affairs or in the practice of an


art founded upon it”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi profesi guru
adalah penerimaan rangsangan-rangsangan yang berupa segala bentuk informasi
yang berkaitan dengan profesi guru. Profesi guru tidak bisa dilepaskan dari
berbagai macam kualifikasi untuk berprofesi sebagai guru, tugas, hak dan
kewajibannya, serta kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru, sehingga
persepsi profesi guru dapat dipastikan tertuju pada hal-hal tersebut.

C. Capability Kuliah Praktik Keteknikan


1. Pengertian Capability
Kemampuan (Ability) adalah tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan
suatu perbuatan sedangkan akademis (Academic) dipakai dalam tulisan-tulisan
psikologis untuk memberikan ciri kepada program program eksperimental dan
aliran-aliran pikiran yang tujuannya mencari hal-hal yang teoritis (J.P. Chaplin,
2011). Menurut Woodworth dan Marquis dalam Sumadi Suryabrata (1984:161)
kemampuan (Ability) mempunyai tiga arti, yaitu :
a. Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung
dengan alat atau tes tertentu.
b. Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training
yang intensif dan pengalaman.
c. Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus
yang sengaja dibuat untuk itu.
Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai kecerdasan. Para
peneliti tentang perbedaan individual dalam belajar mengasumsikan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar. Kemampuan umum didefinisikan
sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, tarmasuk memecahkan
masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari itu kemampuan juga
meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, dan untuk menemukan
17

strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian
besar tugastugas belajar (Sugihartono dkk, 2007:41).
Menurut S. C Utami Munandar (1987:17) kemampuan merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan
sekarang. Kemampuan akademis atau prestasi akademik adalah segala sesuatu
yang dapat dicapai individu dalam dalam bidang akademik. Misalnya, nilai rapor
dan nilai tes formatif yang diperoleh siswa. Pentingnya memahami prestasi untuk
perkembangan karir masa depan merupakan dasar pertimbangan dalam memilih
keputusan karir. Secara teori, prestasi yang diraih seseorang merupakan cerminan
kecakapan dalam bidang tertentu. Sedangkan kemampuan praktik adalah segala
sesuatu yang dapat diterapkan dalam penggunaan pengetahuan akademis yang
mereka dapatkan.
Sejalan dengan visi dan misi pendidikan teknologi dan kejuruan, program
pendidikan dan latihan menjadi salah satu program pokok dalam mencapai standar
profesi khususnya peningkatan keterampilan. Peningkatan keterampilan sangat
erat kaitannya dengan kegiatan praktikum. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan, disimpulkan bahwa model pembelajaran praktikum sangat cocok untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap suatu konsep ilmu. Mahasiswa
yang melakukan praktikum memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa yang tidak melakukan praktikum dalam pemahaman suatu
konsep (cox dan Junkin III, dalam Ida Hamidah 2004:35).
Kegiatan praktikum bagi mahasiswa merupakan salah satu metoda
pembelajaran untuk mencapai tiga tujuan secara bersamaan, yatu : meningkatkan
keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik.
Selain itu pembelajaran praktikum cocok untuk melatih proses pembiasaan diri
dalam memecahkan persoalanpersoalan teknis secara ilmiah, karena semua
keterampilan yang penting dalam praktikum dapat dilatih secara bersamaan.
Dalam waktu selanjutnya keterampilan-keterampilan tersebut merupakan bekal
yang akan bermanfaat bagi mahasiswa untuk mencapai kompetensi, baik sebagai
ahli teknik maupun sebagai guru di bidang teknik mesin. Mengingat kegiatan
18

praktikum merupakan kegiatan yang sangat strategis, maka harus dioptimalkan


baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun hasilnya.

2. Pengetahuan Tentang Kuliah Praktik Keteknikan


Mata pelajaran di Fakultas Teknik dibedakan menjadi 3 kelompok mata
pelajaran yaitu mata pelajaran normatif, mata pelajaran adaptif dan mata pelajaran
produktif. Dalam penelitian ini prestasi akademis yang akan diukur adalah prestasi
mata pelajaran produktif.
Mata pelajaran produktif berfungsi meningkatkan ketrampilan, pengetahuan
dan sikap terhadap profesi kejuruan yang diajarkan serta memberi kesadaran
untuk selalu menigkatkan mutu pendidikan. Berikut ini adalah tabel kelompok
mata pelajaran yang terdapat di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang: (1) Praktik Pengukuran Listrik, (2) Praktikum Dasar
Pemrograman, (3) Praktikum Elektronika Daya, (4) Praktikum Teknik Antar
Muka, (5) Praktikum Mikroprosesor, (6) Praktikum Elektronika Daya Lanjut, (7)
Praktikum Sistem Kendali, (8) Praktikum Mesin-mesin Listrik, (9) Praktikum
Elektronika Analog.

3. Pemahaman Tentang Kuliah Praktik Keteknikan


Dari prestasi mata pelajaran yang telah dicapai mahasiswa dapat diketahui
sejauh mana program-program akademis keteknikan yang dapat dikuasai oleh
mahasiswa. Mahasiswa yang prestasinya tinggi dalam mata pelajaran produktif
akan memiliki kemampuan keteknikan yang tinggi pula dan begitu juga
sebaliknya. Untuk mengetahui prestasi yang dimiliki oleh siswa selama proses
pendidikan mata kuliah keteknikan dapat dilihat pada nilai yang tercantum pada
Indeks prestasi. Nilai Indeks prestasi menggambarkan prestasi hasil belajar yang
didapat oleh mahasiswa selama satu semester. Kemampuan akademis dan
kemampuan praktik dalam persiapan memasuki dunia kerja adalah faktor yang
pokok karena pengetahuan-pengetahuan teori dan praktik yang diberikan di
kampus adalah modal dasar mahasiswa untuk siap kerja.
19

Dengan pemahaman terhadap kuliah praktik keteknikan yang baik, tentunya


akan memberikan manfaat yang besar kepada mahasiswa Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Mahasiswa mampu
memberikan contoh dalam suatu penerapan studi kasus serta menjelaskannya
kepada para siswa yang nantinya di ajarkan serta membentuk mental siap kerja
yang baik nantinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:1298), kesiapan
berasal dari kata siap yang artinya sudah disediakan (tinggal memakai atau
menggunakan saja). Menurut J.P Chaplin (2011:419), kesiapan (Readiness)
adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang
menguntungkan bagi pemraktikan sesuatu. Sedangkan menurut Slameto
(2010:113), kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya
siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Kesiapan dapat diartikan juga 25 sebagai apapun yang ada dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu atau mengambil sebuah keputusan. Kerja menurut KBBI
(2008:681) diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan
atau diperbuat dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata
pencaharian. Menurut J.P Chaplin (2011:540), kerja adalah secara fisik
merupakan kegiatan suatu kekuatan yang bertindak melawan satu perlawanan.
Dari pengertian di atas maka kesiapan kerja dapat dipelajari, dibentuk disesuaikan
dan dikembangkan melalui pengalaman belajar yang diperoleh baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Kesiapan kerja merupakan modal utama bagi peserta
didik untuk melakukan pekerjaan apa saja sehingga dengan kesiapan kerja akan
diperoleh hasil yang maksimal.

D. Penelitian Yang Relevan


Skripsi yang ditulis oleh Dede Nurlatifah (2014) dengan judul Pengaruh
Konsep Diri terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan
IPS Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan
kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri
memiliki pengaruh yang cukup rendah terhadap minat menjadi guru dengan hasil
20

16,5% dan 83,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan dengan penelitian ini
yaitu memiliki variabel dependen yang sama yaitu minat mahasiswa untuk
menjadi guru sedangkan untuk perbedaannya yaitu terletak pada variabel yang
mempengaruhinya.
Skripsi yang ditulis oleh Hanni Khairunisa (2017) dengan judul Pengaruh
Persepsi Mahasiswa Mengenai Profesi Guru terhadap Minat Menjadi Guru‖.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif dan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel persepsi
mahasiswa mengenai profesi guru terhadap minat menjadi guru. Hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai thitung untuk variabel persepsi mahasiswa mengenai profesi
guru sebesar 2,054 sedangkan nilai t tabel dengan α = 0,05 sebesar 1,992 dan nilai
Sig sebesar 0,044 dengan α = 0,05 karena 2,054>1,992 dan nilai Sig 0,044<0,05,
maka Ho ditolak (menerima Ha). Hal ini juga sesuai dengan hasil perhitungan
nilai R Square sebessar 0,055 (0,055 × 100% = 5,5%). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa terdapat Pengaruh antara Persepsi Mahasiswa Mengenai
Profesi Guru Terhadap Minat Menjadi Guru sebesar 5,5%, sedangkan 94,5%
dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada
kesamaan variabel peneltian yang meneliti tentang persepsi mahasiswa tentang
profesi guru terhadap minat menjadi guru sedangkan perbedaan dengan penelitian
ini yaitu terletak pada variabel independen yang memiliki lebih dari satu variabel.
Skripsi yang ditulis oleh Aan Munandar (2016) dengan judul Pengaruh
Motivasi Belajar dan Praktik Pengalaman Lapangan terhadap Minat Menjadi
Guru pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi FE UNY Angkatan Tahun
2012‖. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Hasil penelitian ini
secara parsial: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar
terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi FE
UNY angkatan 2012. (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan praktik
pengalaman lapangan terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Prodi
Pendidikan Ekonomi FE UNY angkatan 2012. (3) Secara simultan terdapat
pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar dan praktik pengalaman lapangan
terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi FE
21

UNY angkatan 2012. Berdasarkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,308 atau
30,8% dapat diartikan bahwa 30,8% minat menjadi guru pada mahasiswa Prodi
Pendidikan Ekonomi FE UNY angkatan 2012 dipengaruhi oleh motivasi belajar
sebesar 9,7% dan praktik pengalaman lapangan sebesar 21,1%, sedangkan sisanya
sebesar 69,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini. Persaaman dengan penelitian ini yaitu pada variabel dependen yang sama-
sama meneliti tentang minat. Perbedaannya adalah terletak pada variabel
independen yang tidak meneliti tentang Motivasi Belajar dan PPL.

E. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Persepsi Profesi Guru dengan Kesiapan Mengajar Praktik

Arikunto (1990) mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor besar yang


mempengaruhi kesiapan mengajar yang dapat menciptakan pembelajaran efektif
yaitu kemampuan umum, persepsi terhadap profesi, dan sikap sebagai guru.
Walgito (2010) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera. Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru pasti
berbeda-beda tiap individunya. Semakin lengkap faktor-faktor pembentukan
persepsi yang berupa rangsangan atau informasi, maka akan semakin tepat
persepsi yang dihasilkan.
Belajar di perguruan tinggi dan mengambil jurusan pendidikan tentu setelah
lulus berharap kelak akan menjadi tenaga kependidikan yang profesional. Sebab
selama belajar di bangku perguruan tinggi dalam hal ini di Program Studi
Pendidikan Teknik Elektro, mahasiswa akan ditempa dengan berbagai kegiatan
belajar yang bertujuan untuk membekali berbagai macam kompetensi serta
keahlian yang sesuai dengan bidangnya.
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro memberikan serangkaian materi
perkuliahan dan praktik untuk mempersiapkan para mahasiswanya untuk menjadi
calon guru. Jika serangkaian materi perkuliahan dan praktik tersebut dijalani
dengan penuh motivasi belajar, persepsi profesi guru yang positif dan
menyenangkan, maka mahasiswa akan menjadi calon guru yang benar-benar siap
ketika akan menjadi pengajar keteknikan.
22

2. Hubungan Capability Kuliah Praktik Keteknikan dengan Kesiapan


Mengajar Praktik

Sebagai pencerminan dari perbedaan-perbedaan individual, maka logis


kalau dikatakan setiap guru itu pun memiliki perbedaan dalam hal kualifikasi
kemampuan. Menurut Rosyada (2007:111), menyatakan bahwa secara umum guru
itu harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyalty, yakni guru
itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki
kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,
implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal
terhadap tugas-tugas keguruannya yang tidak semata di dalam kelas, tetapi
sebelum dan sesudah kelas.
Sardiman (2007:135-136), berpendapat bahwa secara garis besar, ada tiga
tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga professional kependidikan:
a. Tingkatan Capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.
b. Guru sebagai innovator yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki
komitmen terhadap upaya perubahan dan reforamasi. Guru diharapkan
memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat
terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan
yang efektif.
c. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan
luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam
menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai
suatu sistem.
Dari uraian di atas bahwa mahasiswa dengan capability yang baik akan
menunjang kemampuan beradaptasi terhadap dunia kerja khususnya dalam bidang
kependidikan. Pernyataan tersebut memenuhi salah satu permasalahan yang ada
dalam mahasiswa. Mahasiswa lulusan bidang pendidikan keteknikan yang telah
mengajar maka dituntut untuk dapat mengajar dalam bidangnya masing-masing
dengan segala tugas, tanggung jawab, dan kewajiban. Telah disiapkannya bekal
pada waktu menempuh pendidikan dengan memperoleh pengetahuan dan
23

keterampilan interpersonal untuk membantu membangun hubungan kerja yang


efektif dengan orang lain. Sesuai dalam kajian teoritik, sebagai calon pengajar
mahasiswa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan interpersonal yang
harus dimilikinya dengan asumsi capability kuliah praktik dapat berpengaruh
terhadap kesiapan mengajar praktik setelah lulus nantinya. Sebuhung dengan
pemaparan masalah, maka mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas
Negeri Malang sebagai calon pengajar nantinya akan meningkatkan capability
sebagai salah satu kesiapan mengajar praktik.

3. Hubungan Persepsi Profesi Guru dan Capability Kuliah Praktik


keteknikan dengan Kesiapan Mengajar Praktik

Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


kesiapan mengajar praktik keteknikan. Faktor-faktor tersebut adalah persepsi
profesi guru dan capability kuliah praktik. Kesiapan mengajar harus dimiliki oleh
mahasiswa kependidikan, karena dipersiapkan untuk mampu mengajar pada
instansi pendidikan setelah lulus nantinya. Kesiapan sangat perlu diperhatikan
dalam melakukan sesuat, karena dengan memiliki kesiapan maka akan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Persepsi profesi guru dan capability kuliah praktik secara simultan akan
mempengaruhi kesiapan mengajar praktik keteknikan. Berdasarkan kerangka
berfikir sebelumnya yaitu persepsi profesi guru dan capability kuliah praktik
dijelaskan setiap masing-masing memiliki hubungan positif terhadap kesiapan
mahasiswa untuk dapat mengajar. Persepsi profesi guru adalah penerimaan
rangsangan yang berupa segala bentuk informasi yang berkaitan dengan profesi
guru. Hal ini melibatkan perencanaan dan memprioritaskan sarana yang tersedia
menggunakan keterampilan interpersonal. Capability kuliah praktik adalah
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat diterapkan individu dalam
penggunaan pengetahuan dan keterampilan akademis terutama praktik secara
nyata pada bidang keteknikan.
24

Dari pemaparan di atas bahwa persepsi profesi guru dan capability kuliah
praktik adalah sesuai dengan apa yang dibutuhkan mahasiswa dalam
mempersiapkan diri untuk menjadi pengajar. Jika kesiapan dalam mahasiswa
tidak ada, maka mahasiswa akan melakukan tugas dengan terpaksa. Seorang
mahasiswa dikatakan telah siap jika mahasiswa tersebut telah mempunyai
kesiapan dalam kompetensi yang mencangkup (a) kesiapan kognisi: pengetahuan
mengenai profesi guru; (b) kesiapan emosi: rasa senang terhadap profesi guru,
ketertarikan terhadap profesi guru, dan perhatian terhadap profesi guru; (c)
kesiapan konasi: keinginan menjadi guru, usaha untuk menjadi guru, dan
keyakinan terhadap profesi guru. Dari penjabaran kerangka berfikir di atas
kemungkinan besar persepsi profesi guru dan capability kuliah praktik yang
berkaitan dengan kesiapan mengajar praktik di SMK bagi mahasiswa S1 PTE
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai