Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME . atas rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MITOS BEDONG BAYI” dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikososial budaya. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang mitos-mitos yang
berkaitan dengan Kesehatan bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak ibu dosen pengampu mata kuliah
psikososial dan budaya. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang membantu diselesaikannya makalah ini .

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu , saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

1
MITOS BEDONG PADA BAYI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedong bayi merupakan perawatan bayi yang hampir seluruh Negara
menggunakannya sebelum abad ke-18. Hal ini masih tradisi di beberapa
bagian
Timur Tengah, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda untuk
mengurangikebiasaanmenangis yang berlebihan dan memberiakan rasa
nyaman pada bayi (Sleuwen.2007).
Tradisi membedong bayi yang baru lahir, belakangan mulai banyak
ditinggalkan. Membedong bayi dianggap bisa mengganggu saraf motorik bayi
karena bayi jadi tidak bebas bergerak.
Tradisi membedong bayi lebih banyak ditemui di masyarakat Asia.
Kebanyakan masyarakat percaya bahwa dengan membedong bayi akan
membuat kakinya menjadi lurus.Namun dengan pesatnya informasi, para ibu
muda mulai membandingkan perlakuan bayi di negara-negara maju yang
tanpa dibedong justru membuat bayinya lebih lincah dan kaki si bayi pun
tetap luruslurus saja.
Dr Dewi (dihubungi detikHealth, Minggu, 24/1/2010) menuturkan,
manfaat bayi dibedong sebenarnya agar bayi menjadi lebih kalem dan
nyaman. Karena beberapa bayi terkadang membutuhkan waktu transisi atau
adaptasi antara keadaannya di dalam rahim dengan lingkungan. Saat di dalam
rahim ibunya bayi tidak leluasa bergerak, sedangkan saat sudah lahir bayi
menjadi kaget karena bisa bergerak lebih leluasa. Reaksi kaget ini disebut
dengan refleks morro. "Jika bayi dibedong saat masih dalam masa neonatal
atau hingga usia 40 hari, maka bayi akan merasa seperti saat terpeluk di dalam
rahim ibunya dimana bayi merasa aman dan nyaman," ujar Dr Dewi. Tapi

2
perlu diingatkan sebaiknya orangtua tidak asal membedong bayinya, karena
jika bedongannya terlalu kuat atau tebal bisa berbahaya bagi bayi itu sendiri.
Jika udara disekitar panas dan orangtua membedong bayi secara ketat
akan membuat bayi menjadi kepanasan (overheat). Hal ini bisa
mempengaruhi sistem saluran pernapasan dari bayi tersebut. Membedong
juga tidak perlu keseluruhan tubuh bayi. Bedonglah bayi mulai dari bahu bayi
hingga kakinya, dan juga bedongan bayi sebaiknya agak sedikit longgar agar
bayi masih bisa sedikit bergerak.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bedong bayi secara mitos
dan penjelasannya secara ilmiah.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui mitos bedong bayi pada masyarakat Jawa.
2. Mengetahui penjelasan secara ilmiah mengenai bedong bayi.
C. rumusan masalah
1. apa yang dimaksud dengan bedong bayi ?
2. bagaimana pemakaian bedong bayi?
3. bagaimana perkembangan motoric bayi jika dilakukan pembedongan /
4. apakah mitos tentang bedong bayi masih dipercayai hingga saat ini di era
modern ?
5. apa manfaat dari bedong bayi ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. BEDONG BAYI
Kebiasaaan bedong sudah ada sejak dahulu kala sekitar abad ke 20
kebiasaan masyarakat Asia termasuk Indonesia masih mempercayai tradisi
membedong atau membungkus bayi yang baru lahir dengan selimut agar
kakinya lurus. Tetapi jika tidak dilakukan dengan teknik yang benar,
membedong bayi dapat meningkatkan risiko terhadap beberapa kondisi
kesehatan. Bedong adalah tradisi yang telah berusia berabad-abad yang
dipercaya dapat membuat bayi merasa masih berada dilingkungan rahim
yang hangat. Membedong bayi juga dikenal dapat menenangkan bayi yang
rewel karena belum terbiasa terhadap suara dari dunia luar (Junaidi, 2006).
Fenomena di masyarakat terutama di desa–desa, pemberiaan bedong
sering dikaitkan dengan pembentukan tangan dan kaki bayi. Menurut dokter
spesialis tulang menyatakan bahwa secara ilmiah pemberian bedong tidak ada
hubungannya dengan pembentukan kaki. Sejak didalam kandungan, tidak ada
ruangan cukup untuk bayi meluruskan kaki. Bentuk kaki bayi pada saat
dikandungan dalam posisi tertekuk dan pada saat lahir, namun seiring dengan
waktu petumbuhan dan perkembangannya akan menyesuaikan menjadi lurus
(Mulyono, 2003).
Cara membedong pun bervariasi. Ada yang membedong dengan ketat
ataupun longgar. Tapi umumnya yang dianut di Indonesia adalah membedong
dengan ketat untuk mencapai tujuan membedong.banyak masyarakat berfikir
bedong, Membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang karena bayi
merasa dipeluk. Menghangatkan tubuh bayi, Mencegah kaki bengkok pada
bayi, Mencegah kaki membuka, Memudahkan dalam memegang dan
menggendong bayi, pemberian bedong bayi dilakukan sampai usia bayi 3
bulan karna usia 3 bulan lebih bayi mulai banyak gerak dan rewel jika diberi
bedong (Junaidi, 2006).

4
Pemakaian bedong bayi dilakukan 3 kali dalam sehari selama 2 jam
pemakaian atau lebih (Junaidi, 2006). Perkembangan pada anak meliputi
berbagai aspek yaitu perkembangan kognitif, bahasa, emosi, sosial dan
motorik. Perkembangan motorik yang menjadi salah satu aspek penting yang
perlu diperhatikan ini dapat ditinjau dari motorik halus dan kasar yang bisa
dilihat sejak neonatus (Nelson, 1999).
Bayi pada usia 3 bulan yang memiliki kemampuan mengontrol kepala,
mampu mengangkat kepalanya 45 derajat selama 30 detik (Oktaria ,2002).
Perkembangan bayi terjadi reflex primitif muncul pada sebelum
kelahiran, biasanya berkembang di dalam rahim, sedangkan postural yang
reaksi meluruskan, dan respon gerakan untuk menjaga keseimbangan atau
keseimbangan berkembang pada masa bayi (Yanto, 2011).
Dalam pertumbuhan perubahan-perubahan yang terjadi mengikuti pola
cephalocaudal dan proximodistal. Maksud cephalocaudal adalah
perubahanperubahan terbesar pertama-tama terjadi pada bagian atas tubuh
meliputi kepala dan bagian-bagian muka. Selanjutnya secara perlahan-lahan
terbentuk bagian lainnya mengikuti arah mulai dari atas ke bawah meliputi
leher, bahu, tubuh bagaian tengah, dan tubuh bagian bawah. Sedangkan
proximodistal mengandung arti bahwa perubahan-perubahan terjadi dari
sumbu pusat tubuh menuju ke ujung-ujungnya (Hardiyanto, 2010).
Righting Reflek sebagai ketika kepala tidak dalam posisi tegak,
vestibular akan dirangsang. Ini secara refleks merangsang otot-otot yang tepat
untuk membawa kepala kembali ke posisi tegak. Persepsi gerakan kepala
melibatkan tubuh penginderaan linear percepatan atau gaya gravitasi melalui
otoliths, dan percepatan sudut melalui kanalis semisirkularis (Hasinudin,
2011).
Head righting reflek tidak hadir pada saat lahir tapi berkembang
selama bulan-bulan awal kehidupan contoh pada bayi mengangkat kepalanya
dalam posisi rawan, Perkembangan head control dan kemampuan untuk
mengontrol posisi kepala terlepas gravitasi memungkinkan untuk
perkembangan motorik. Refleks mempengaruhi posisi tubuh dan sikap dan
gerakan anggota badan. Sebagai contoh, sekali bayi dapat mengangkat

5
kepalanya dalam posisi tengkurap, jalan terbuka baginya untuk merangkak.
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti ingin meneliti hubungan bedong
terhadap menggangkat kepala pada prone posisition bayi usia 3 bulan.

B. MOTORIK BAYI
Sejak usia 2 bulan otot-otot bayi mulai kuat untuk melakukan aktivitas
gerakan tubuh seperti kaki terekstensi, lengan fleksi, menggenggam dan
semakin lama akan mulai untuk menendang, meraih dan mengangkat leher,
dengan semakin lama bayi dibedong maka bayi tidak akan bisa melakukan
tugas-tugas perkembangan, hal ini akan mengakibatkan perkembangan
motorik tidak dicapai pada waktunya atau bayi akan mengalami
keterlambatan perkembangan motorik (Kholifah, 2014).
Menurut Sunarsih (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik diantaranya adalah faktor psikososial seperti stimulasi
dan adat istiadat seperti norma atau tabutabu (dibedong agar kaki tidak
pengkor). Ditinjau dari faktor psikososial, dengan adanya bedong yang
membungkus tubuh bayi maka orang tua tidak dapat menstimulasi bayi untuk
bergerak, hal ini akan dapat menghambat perkembangan motoriknya.
Untuk mendapatkan tumbuh kembang bayi yang optimal bukanlah hal
yang mudah. Gangguan tumbuh kembang dapat terjadi akibat dari kelainan
pada satu atau lebih faktor diatas. Dampaknya bayi akan mengalami
keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. Penyimpangan ini dapat
terjadi dari ringan sampai berat yang diakibatkan salah satunya karena
keterbatasan aktivitas atau mobilitas (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Bayi harus selalu memberikan stimulasi gerak pada bayi agar bayi
dapat tumbuh dan berkembang optimal. Motorik bayi dapat dirangsang
dengan memberikan permainan, gambar-gambar yang berwarna agar bayi
dapat meraih dan memegangnya.
Faktor adat-istiadat seperti anggapan bahwa bayi dibedong agar kaki
tidak pengkor adalah salah dan itu hayalah mitos yang terlanjur dipercaya
oleh banyak orangtua. Menurut Novita (2007), bedong bukan perangkat
meluruskan kaki tetapi hanyalah salah cara untuk menghindari bayi dari

6
kedinginan. Tanpa dibedong kaki bayi akan lurus jika sudah waktunya. Bayi
baru lahir memang tidak lurus, terlihat seperti bentuk O. Kondisi ini sangat
normal dan akan bertahan sampai usia 3 tahun. Selanjutnya antara 3 tahun
sampai 6 tahun justru berbentuk X. Setelah 6–7 tahun kaki akan menjadi
lurus.
Hal ini diperkuat oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010) yang
menyatakan bahwa kaki bayi saat dalam kandungan tertekuk tetapi setelah
lahir akan menyesuaikan menjadi lurus seiring dengan perkembangan
pertumbuhannya, namun memang banyak juga terjadi penyimpangan atau
deviasi bentuk kaki tidak bisa lurus tetapi ada yang agak X atau O tetapi itu
bukan karena bayi tidak dibedong.
Fakta menunjukkan bahwa pemakaian bedong sama sekali tidak ada
kaitannya dengan pembentukan kaki bayi. Semua kaki bayi yang baru lahir
memang bengkok soalnya dalam perut tidak ada ruangan cukup bagi bayi
untuk meluruskan kaki, sehingga waktu bayi lahir kakinyapun masih
bengkok, apalagi di negara–negara yang cukup mendapat sinar matahari
seperti Indonesia tidak ada kaki X atau O, yang ada adalah orang menderita
kaki X atau O karena sakit pada kelenjar parathyroid (Indramukti, 2013; Fitri,
2014).
Sunarsih (2012) mendefinisikan bedong adalah pembungkus kain yang
diberikan pada bayi, sedangkanmembedong (Swaddling) adalah praktek
membungkus bayi dengan kain. Membedong dapat membuat bayi lebih
tenang, hangat dan sedikit gerak. Biasanya bayi dibedong dengan lama 6
minggu, setelah itu bedong tidak perlu supaya bayi dapat bebas memainkan
tangannya.
Manfaat bedong sampai saat ini belum terbukti bermanfaat secara
ilmiah, justru dengan pemberian bedong akan membatasi gerakan bayi,
tangan dan kakinya tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk bergerak
bebas sehingga akan dapat menghambat perkembangan motoriknya (Novita,
2007).

7
Bayi sulit untuk menggerakkan kaki dan tangannya karena terikat
bedong, dengan dibedong bayi juga akan kurang mendapat stimulan gerak
dari lingkungan, sehingga perkembangan otak lambat.
Tumbuh kembang menurut Fitri (2014) mencakup dua hal yang
sifatnya berbeda namun saling berkaitan. Pertumbuhan adalah perubahan
dalam hal jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang dapat diukur dengan ukuran berat. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komplek dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan(Indramukti, 2013).
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yangmenggunakan otot-otot besar
atau sebagian besaratau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhioleh
kematangan anak itu sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas
satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga.
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi (Sunarsih, 2012). Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik anak usia di atas 3 bulan
adalah suatu kemampuan fisik yang dimiliki oleh anak usia diatas 3 bulan
sesuai dengan kematangan usia anak dimana anak mampu menyeimbangkan
dan mengkoordinasikan antar anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot
besar dalam tubuh untuk menghasilkan suatu gerakan tubuh.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010) menyatakan dari beberapa studi
perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan
motorik kasar. Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu
perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf;
perkembangan yang berlangsung terus menerus; perkembangan motorik
memiliki pola yang dapat diramalkan; reflek primitif akan hilangdan
digantikan dengan gerakan yang disadari; perkembangan motorik kasar anak
dinilai dari keterampilan motorik kasar anak.

8
C. CARA BEDONG BAYI DENGAN BENAR
Teknik membedong bayi sangatlah variatif, tergantung dari tujuan dan tradisi
masing-masing. Namun hendaknya dalam membedong bayi memperhatikan
hal-hal antara lain:
• selalu meletakkan bayi terlentang (sleep on baby back)
• jangan membedong bayi dengan ketat .Bedong bayi dengan longgar saja.
Tak masalah jika begitu terbangun si kecil ’memorak-porandakan’
bedongnya itu.
• Tidak membedong denan kain berlapis (apalagi ketat) yang membuat bayi
kepanasan (overheated) dan dapat meningkatkan resiko pneumonia serta
infeksi saluran pernafasan akut lainnya akibat paru-paru bayi tidak dapat
mengembang sempurna ketika ia bernafas.
• Gunakan kain bedong yang tipis tapi cukup hangat, seperti kain flanel,
dan cukup gunakan satu lembar kain saja. Bila bayi Anda menggunakan
popok sekali pakai, jangan lupa untuk sering-sering mengganti kain
bedongnya
• Kenakan pakaian dari bahan yang tipis saja pada si kecil karena bila Anda
memakaikan baju yang tebal atau berlapis-lapis dan kemudian
membedongnya pula, bayi Anda bisa overheated.
• Jangan pula membedong sampai menutupi kepala bayi, ataupun mulai
membedong di atas bahu, karena dikhawatirkan dapat menutupi hidung
bayi.
• sebaiknya jangan membedongnya ketika ia sedang bangun agar tak
menghambat perkembangan motoriknya.

Langkah-langkah membedong bayi:

9
1. Lipat salah satu ujung selimut.
Tempatkan bayi anda di tengah-tengah lipatan
dengan kepalanya diatas lipatan tersebut.

2. Tarik sisi kiri selimut agar menutupi dada bayi anda, pastikan tangan
kanannya dibungkus disamping tubuhnya. Kemudian angkat tangan kiri bayi
anda dan sisipkan selimut dibawah tubuhnya.

3. Ambil bagian bawah selimut, tarik ke atas kemudian


lipat ujungnya ke belakang atau sisipkan ke dalam lipatan
pertama. Lalu tarik ujung selimut terakhir menutupi dada
bayi, sehingga lengan kirinya disamping tubuhnya.

10
4. Tarik selimut kebawah punggung bayi anda
sejauh mungkin. Ketika mengangkat bayi anda,
jaga agar tetap nyaman terbungkus.

Selesai

Jangan kaget apabila bayi anda mengeluarkan tangannya dari bungkusan


bedong ketika sedang tidur. Beberapa bayi tidak menyukai tangannya dibatasi.
Usahakan agar lengan bayi diluar selimut ketika akan dibedong. Bayi anda
mungkin lebih menyukai posisi ini karena lebih alami.
BAB III

PENUTUP

11
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah mitos bedong bayi ini adalah

1. Fenomena di masyarakat terutama di desa–desa, pemberiaan bedong


sering dikaitkan dengan pembentukan tangan dan kaki bayi. Pengaruh
bedong antara lain membuat bayi merasa aman dan nyaman dan Manfaat
kepraktisan kepada orangtua, seperti memudahkan untuk menyusui dan
menggendong
2. Fakta menunjukkan bahwa pemakaian bedong sama sekali tidak ada
kaitannya dengan pembentukan kaki bayi. Semua kaki bayi yang baru
lahir memang bengkok soalnya dalam perut tidak ada ruangan cukup bagi
bayi untuk meluruskan kaki, sehingga waktu bayi lahir kakinyapun masih
bengkok.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Dian Insana., dkk. 2014. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh
Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo. Jurnal Kesehatan
Andalas. 3(2): 136-140.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2010. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jilid I. Jakarta: Sagung Seto.
Indramukti, Fifi. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Pasca Bersalin Normal di Wilayah Kerja
Puskesmas Blado 1. Unnes Journal of Public Health. 2 (2).
Novita L, Dida A, Gurnida, Herry G. 2007. Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi
Usia 6 Bulan yang Mendapat dan yang Tidak Mendapat ASI Eksklusif.
Sari Pediatri. 9(6): 429-34.
Sunarsih, Tri. 2012. Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Dini Oleh Ibu
Dengan Perkembangam Balita Di Taman Balita Muthia Sido Arum,
Sleman Yogyakarta Tahun 2010. Jurnal Medika Respati. 7(1).

12

Anda mungkin juga menyukai