Anda di halaman 1dari 6

Modul Analisa Sistem Tenaga

PERTEMUAN 2:
KONSEP-KONSEP DASAR ANALISA SISTEM TENAGA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar dalam analisa sistem tenaga.
Anda harus mampu:
1.1 Membedakan S, P dan Q.
1.2 Membedakan Sistem Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi pada Sistem
Penyaluran Tenaga Listrik.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Daya Semu (S), Daya Aktif (P), Daya Reaktif (Q)

Daya listrik rata-rata bukan fungsi rms dari arus dan tegangan saja, tetapi ada unsur
perbedaan sudut fasa arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan sefasa dan  = 0, maka
persamaan daya menjadi:
P = V I cos  = V I cos 0 = V I (Watt)
Untuk:
 = 60  P = V I cos 60 = 0.3 V I (W)
 = 90  P = V I cos 90 = 0 (W)
Arus yang mengalir pada sebuah tahanan, akan menimbulkan tegangan pada tahanan
tersebut sebesar:
Vr = Ir R
Sehingga:
P = Vr Im cos 
Karena tidak adanya beda fasa antara arus dan tegangan pada tahanan R, maka sudut  =
0, sehingga:
P=VI
Untuk induktor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini masing-masing
akan tertinggal dan mendahului sebesar 90 terhadap tegangan:
VL = IL jL

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 1


Modul Analisa Sistem Tenaga

VC = IC [-j/(C)]
Dimana VL, VC, IL, IC adalah besaran-besaran fasor. Daya rata-rata elemen ini adalah nol.
Tegangan dikalikan dengan arus disebut Daya Semu, S. Daya Nyata P dibagi Daya Semu
S disebut Faktor Daya, untuk arus dan tegangan sinusoid:
Faktor Daya = Power Factor = P/S = (V I cos )/(V I) = cos  = cos phi
 dinamakan sudut faktor daya. Sudut ini menentukan kondisi mendahuluinya atau
tertinggalnya arus terhadap tegangan.

Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar
arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk
yang menyatakan sifat suatu beban.
Misalnya: faktor daya beban pertama = 1 dan faktor daya beban kedua = 0.5, mka beban
kedua akan membutuhkan 2 kali besar arus beban pertma.
Untuk efisiensi dan operasi, diusahakan faktordaya mendekati satu. Persamaan bilangan
kompleks daya adalah:
S = Va Ia* (VA)
Dimana:
S = bilangan daya kompleks
Va dan Ia = besaran fasor
Ia = konjugasi kompleks dari Ia
Jika Va dan Ia dinyatakan sebagai:
Va = V 1
Ia = V 2
Persamaan S menjadi:
S = V I (1 - 2) + jVI sin (1 - 2)
1 - 2 adalah sudut yang menyatakan besarnya sudut tegangan yang mendahului arus.
Bilangan nyata dari bilangan kompleks S didefinisikan sebagai daya rata-rata. Oleh
karena itu, daya rata-rata ini sering disebut Daya Nyata P atau cukup disebut Daya.

Bagian imajiner dari bilangan kompleks S disebut Daya Reaktif Q dengan satuan VAR.
Sebagaimana daya nyata terdapat pada tahanan, daya reaktif terdapat pada sebuah
reaktansi. Daya reaktif positif akan terdapat pada induktor dengan arus tertinggal terhadap
tegangan. Dengan dasar itu pula, daya reaktif negatif terdapat pula pada sebuah kapasitor.

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 2


Modul Analisa Sistem Tenaga

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Sistem Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi Tenaga Listrik

Salah satu cara paling ekonomis, mudah, dan aman untuk mengirimkan energi adalah
melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumberdaya energi primer seperti
bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah
menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada
poros turbin menjadi energi listrik tiga fasa.

Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformer) energi listrik ini kemudian
dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban.
Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada
saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa
arus yang rendah dan berarti mengurangi rugi panas (heat loss) I2R yang menyertainya.
Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan
menjadi tegangan menengah, melalui transformator penurun tegangan (step-down
transformer).

Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah
menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis (motor),
penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Elemen Pokok Sistem Tenaga

Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversiskan sumber daya energi primer menjadi
energi listrik. Pusat pembangkit listrik konvensional mencakup:

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 3


Modul Analisa Sistem Tenaga

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
4. Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)
5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
6. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Disamping pembangkit listrik konvensional, saat ini makin berkembang beberapa


teknologi konversi untuk sumberdaya Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti; biomassa,
tenaga surya, biogas, mikrohidro, dan sebagainya.
Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat
beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi membagikan tenaga listrik
tersebutkepada pihak pemakai melalui saluran tegangan rendah.

Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan


tegangan antara 6-20 kV, yang kemudian dengan bantuan transformator menyalurkan
tenaga listrik menuju pusat penerima. Di pusat penerima ini tegangan diturunkan menjadi
tegangan transmisi 70kV. Pada gardu induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian
dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20kV. Melalui
traf distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat beban,tegangan distribusi primer ini
diturunkn menjadi tegangan rendah 380/220V yang akhirnya diterima oleh pemakai.

Gambar 2.2 Contoh Saluran Transmisi dan Distribusi


S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 4
Modul Analisa Sistem Tenaga

Contoh soal 1:
Dua wattmeter dihubungkan dengan cara biasa untuk mengatur sistem 3 kawat pada 3-
fasa. Jika tegangan beban 400V dan arus kawat 20A, hitung:
a. pembacaan wattmeter pada keadaan faktor daya 1, 0.5 (lagging), dan 0.
b. faktor daya, bila pembacaan pada wattmeter menunjukkan 2kW dan 1kW.

Penyelesaian:
a. solusi dari kedua wattmeter adalah:
W1=VLIL cos (30+) dan W2=VLIL cos (30-)
untuk kasus dimana faktor daya 1, maka =0, sehingga:
W1=W2=VLIL cos 30=400V x 20A x 0.6866=6928W
jika faktor daya 0.5 (lagging), maka =60, sehingga:
W1=VLIL cos (30+60)=0
dan
W2=VLIL cos (30 - 60)=6928W
untuk kasus dimana faktor daya 0, maka =90, sehingga:
W1=VLIL cos (120)= -4000W
W2=VLIL cos (-60)= 4000W
b. jika pembacaan dari wattmeter masing-masing adalah:
W1=1kW dan W2=2kW
maka jumlah daya yang tertarik =2kW – 1kW=1kW
dan
=(W1-W2)/(W1+W2)=1/3
cos  = 0.949

Contoh soal 2:
Sistem 3-fasa 400V (antar kawat) 50Hz, mensuplai daya untuk beban yang seimbang
dengan besarnya tahanan dan reaktansi berturut-turut 0Ω dan 6Ω. Hitung daya
keseluruhan yang disuplai dan faktor daya dari arus yang ditarik dari sumber.

Penyelesaian:
Pada keadaan seimbang, tegangan fasa dari beban sama dengan:

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 5


Modul Analisa Sistem Tenaga

VLL/√3
Oleh karena itu, tegangan per fasa:
400V√3 = 231V
Arus per fasa:
VLN/Zper fasa = Vper fasa/Zper fasa
Zper fasa = 8 + j6 Ω = 10Ω
Iper fasa = 231V/10 Ω = 23.1A
Maka besarnya arus dari tiap saluran 23.1A.
Daya yang ditarik oleh beban:
√3 VLIL cos
cos = 8/10 = 0.8
Daya total = √3 x 400V x 23.1A x 0.8 = 12800W = 12.8kW

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Tiga impedansi mempunyai tahanan 8Ω dan reaktansi 6Ω. Jika beban disuplai sumber
200V 3-fasa, hitung daya yang dipakai dari tiap-tiap kasus berikut jika dihubungkan:
a. Y
b. 

D. DAFTAR PUSTAKA
Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Cetakan Kelima, PT Gramedia Pustaka Utama,
1995.

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 6

Anda mungkin juga menyukai