2B - 1910102 - Shofi Arlina S - Resume Kep Anak 2
2B - 1910102 - Shofi Arlina S - Resume Kep Anak 2
Oleh :
1910102
SURABAYA
2020
1. PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK
1. Fase praoperasi, dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien
berada di meja operasi sebelum pembedahandilakukan.
Tujuan :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberikan penyuluhan
tentang tindakananesthesia
b. Mengkaji, merencanakan, dan memenuhi kebutuhanpasien
c. Mengetahui akibat tindakan anesthesia yang akandilakukan
d. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkintimbul
Peran Perawat : pengkajian dasar pasien seperti nursing history, riwayat emosi
(perasaan, konsep diri, body image, mekanisme koping), kepercayaan spiritual, dan
pemeriksaan fisik, wawancara pre operasi, serta menyediakan pasien untuk anastesi
yang diberikan padapembedahan.
2. Fase intraoperasi, dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah (meja
operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan pemulihan (recovery room)
atau istilah lainnya adalah Post Anasthesi Care Unit(PACU).
Tujuan : mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi
optimal agar pembedah dapat berjalan denganbaik.
Peran perawat : pemasangan IV cath, pemberian medikasi, intervensi, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis yang menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatanpasien.
3. Fase pasca operasi, fase masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang perawatan bedah atau dirumah.
Tujuan :
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masapulih
b. Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yangterjadi
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat pemindahan /
pemulanganpasien.
Peran Perawat : fokus pengkajian efek anastesi, memantau fungsi vital serta
mencegahkomplikasi.
2. JUVENILE DIABETES DAN DIABETESINSIPIDUS
Diabetes juvenile atau disebut juga diabetes melitus tipe I merupakan diabetes
melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ dalam tubuh yang menghasilkan
insulin) tidak menghasilkan insulin sebagaimana mestinya.
Diabetes insipidus terjadi ketika tubuh tidak dapat mengatur bagaimana menangani
cairan. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan hormon dan tidak berhubungan dengan diabetes.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan glukosa darah, aseton
plasma(keton), asam lemak bebas, osmolaritas serum, elektrolit, hemoglobin glikosilat, gas
darah arteri, trombosit darah, ureum/kreatinin, amilase darah, insulin darah, pemeriksaan
fungsi tiroid, urine, kultur dan sensitivitas.
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir), seperti perdarahan intrakranial, cedera hipoksia
(kekuranganoksigen).
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir), seperti rubella kongenitalis,meningitis.
3. Kelainan kromosom, seperti kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down), defek
pada kromosom (Sindroma X yang rapuh, Sindrom Angelman, SindromPrader-Willi).
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan, seperti galaktoksemia,
penyakitTay-Sachs.
5. Metabolik, seperti dehidrasi hipernatremik, sindroma reye.
6. Keracunan, seperti akibat pemakaian alkohol, kokain, amfetamin, dan obat lainnya pada
ibu hamil atau keracunan metilmerkuri.
7. Gizi, seperti kwashiokor,marasmus.
8. Lingkungan, seperti kemiskinan dan status ekonomirendah.
Manifestasi klinis dan kelainan fisik yang menyertai retardasi mental, yaitu :
Komplikasi yang dapat timbul, antara lain paralisis serebral, gangguan kejang,
masalah-masalah perilaku/psikiatrik, defisit komunikasi, konstipasi (akibat penurunan
motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang mengonsumsi makanan berserat dan
cairan).
Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan
dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Autisme mulai tampak sejak lahir atau
saat masih bayi (biasanya sebelum usia 3tahun).
Penyebab autisme ialah gangguan susunan saraf pusat, gangguan sistem pencernaan,
peradangan dinding usus, faktor genetika, keracunan logam berat.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan, antara lain Childhood Autism Rating Scale
(CARS), The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT), The Autism Screening Questionare,
The Screening Test for Autism in Two-Years Old.
Penatalaksanaan terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan
kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif
dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup
obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai.
Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi edukasi yang intensif,
lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, peran serta orang tua
dapat meningkat prognosis.
5. ASKEP PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ADHD
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi), sangat mudah terganggu
perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsif, menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini sering kali ditemukan pada anak
kecil.
3. Tipe gabungan (kombinasi), sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini.
merokok selama masa kehamilan, ibu mengalami stres sewaktu hamil, atau paparan racun dari
lingkungan sewaktu masakanak-kanak.
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan
yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan
makanan dan bakteri.
Manifestasi klinis atau gejala yang paling menonjol meliputi kelainan virus,
hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat, gangguan Saluran pencernaan, kesukaran bernafas.
Gejala keracunan ringan yaitu anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada
lidah dan kelopak mata, pupil miosis. Gejala keracunan sedang yaitu nausea, muntah, kejang
dan kram perut, hipersalifa, hiperhidrosis, fasikulasi otot, bradikardi. Gejala keracunan berat
yaitu diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema paru, inkontinensia urine dan
feses, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal.