Anda di halaman 1dari 10

Lilis Dewi Ratih

F3319046
D3 Akuntansi B
Pengauditan I

RISK AND MATERIALITY

MATERIALITAS

Materialitas dalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit


yang harus dikeluarkan. FASB Concept Statement 2 mendefinisikan meterialitas sebagai
besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
tersebut.
Auditor bertanggungjawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara
material, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien
sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan
keuangan itu, auditor harus mengekuarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut.
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas :
1. Menetapkan meterialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas kinerja
3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen
4. Mengestimasi salah saji gabungan
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau
yang direvisi tentang materialitas

MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN


Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, yang disebut dengan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas, adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin
bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai
yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk
membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat.
Selama pelaksanaan audit, auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan
tentang tepat materialitas, yang disebut dengan pertimbangan tentang materialitas yang
direvisi. Auditor mungkin akan melakukan revisi karena adanya perubahan dalam salah satu
faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan, karena auditor
memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas :
a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relative daripada absolute tidak mungkin
menetapkan pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
yang dapat diterapkan pada semua klien audit, karena salah saji dalam jumlah tertentu
mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi
perusahaan besar.
b. Tolok ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas laba bersih sebelum pajak
seing kali menjadi tolok ukur utama untuk menentukan berapa jumlah yang material bagi
perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item informasi
yang penting bagi para pemakai. Tolok ukur lainnya meliputi penjualan bersih, laba kotor,
serta total asset atau asset bersih.
c. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
 Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting daripada
kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama, karena kecurangan itu
mencerminkan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau personel lain yang terlibat.
 Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
 Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika
mempengaruhi tren laba.

MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA


Materialitas kinerja merupakan jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka yang
lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi menguranginya
ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agregat dari salah saji yang belum
dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan.
Penentuan materialitas kinerja perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per
segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat materialitas
kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan. Materialitas kinerja berhubungan terbalik dengan jumlah bukti yang akan
dikumpulkan auditor. Materialitas kinerja dapat bervariasi bagi berbagai kelas transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan terutama jika berfokus pada area tertentu. Kita mengacu proses
penentuan materialitas kinerja sebagai alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
ke segmen-segmen dalam pembahasan berikut. Sebagian besar praktisi mengalokasikan
materialitas keakun-akun neraca dan bukan kea kun-akun laporan laba-rugi, karena kebanyakn
salah saji dalam laporan laba-rugi memiliki pengaruh yang sama terhadap neraca akibat
digunakannya sistem pembukuan double entry. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama
dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji


dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian ini.

MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


PERTIMBANGAN PENDAHULUAN
Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis :
 Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor.
 Salah saji yang mungkin, terbagi menjadi dua : pertama, salah saji yang berasal dari
perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun.
Kedua, proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu
populasi.
Risiko audit
Standar auditing mengharuskan auditor menilai resiko salah saji yang material pada
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Auditor menangani bukti audit terutama dengan
menerapkan model resiko audit. Model resiko audit membantu auditor memutuskan seberapa
banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya.
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian
tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar
gagal untuk menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material.
Auditor menyadari bahwa risiko tersebut ada karena adanya hal-hal sebagai berikut, misalnya
ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, serta
ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit
selesai.
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan risiko audit dalam:
1. Perencanaan audit dan perancangan program audit
2. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar
sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.

Komponen model risiko audit


1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan asumsi
tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko bawaan
selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat diubah oleh
penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun. Risiko bawaan bervariasi untuk
setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan kas mempunyai risiko bawaan yang lebih
tinggi daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai merupakan suatu aset yang
sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan
aktiva tetap lebih terlihat jelas keberadaannya. Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko
bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan untuk banyak akun.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi, tidak dapat dideteksi maupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh
berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian intern entitas. Risiko pengendalian tidak
pernah mencapai angka nol karena pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan
keyakinan penuh bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi maupun
dicegah.Risiko pengendalian merupakan fungsi dari efektivitas struktur pengendalian
intern. Semakin efektif struktur pengendalian intern entitas klien, semakin kecil risiko
pengendaliannya. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit
yang menyatakan bahwa struktur pengendalian intern klien adalah efektif.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi merupakan risiko ketika auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penetapan auditor
terhadap risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit,
semakin besar pula risiko deteksi, sedangkan semakin besar risiko bawaan ataupun risiko
pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat
dikendalikan oleh auditor. Hal ini disebabkan oleh risiko deteksi yang merupakan fungsi
dari efektivitas prosedur dan penerapannya oleh auditor dengan cara melakukan
perencanaan yang memadai, supervisi atau pengawasan yang tepat, dan penerapan
prosedur audit yang efektif, serta penerapan standar pengendalian mutu.
4. Risiko audit yang dapat diterima
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa
laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai. Dan
pendapatan wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan
risiko audit yang diterima lebih rendah, auditor yakin bahwa laporan keuangan tidak salah
saji secara material. Risiko nol berarti yakin sekali dan resiko 100% berarti sama sekali
tidak yakin. Risiko nol mengenai keakuratan laporan keuangan tidak praktis,dan auditor
tidak dapat menjamin sama sekali tidak ada salah saji material.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Audit harus memutuskan resiko audit yang dapat diterima yang tepat pada suatu audit
selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian
menggunakan risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
Resiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan
publik akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
Risiko penugasan berkaitan dengan risiko bisnis klien, jika klien mengumumkan kepailitan
setelah audit selesai, kemungkinan diajukannya gugatan hukum terhadap KAP walaupun audit
tersebut baik. Apabila auditor memodifikasi bukti untuk resiko penugasan, hal itu dilakukan
melalui pengendalian audit yang dapat diterima. Resiko audit yang dapat diterima yang cukup
rendah memang selalu diinginkan namun dibeberapa situasi bahkan diperlukan resiko yang
jauh lebih rendah karna faktor resiko penugasan. Derajat ketergantungan pemakai eksternal
pada laporan keuangan, kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah
laporan audit dikeluarkan. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
sangat tepat dalam mengurangi risiko audit yang dapat diterima. Beberapa indikator mengenai
derajat ketergantungan pemakai eksternal laporan keuangan:
 Ukuran klien
 Distribusi kepemilikan
 Sifat dan jumlah kewajiban
Kemungkinan klien akan mengalami kesulitan-kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan. Memang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan tetapi ada
beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik untuk meningkatkan probabilitas
 Posisi likuiditas
 Laba rugi tahun sebelumnya
 Metode pembiayaan pertumbuhan
 Sifat operasi klien
 Kompetensi manajemen
Metode yang digunakan untuk menilai risiko audit yang dapat diterima
1. Ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
 Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan kaki.
 Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentukan rencana masa depan
 Membaca analisis laporan keuangan untuk perusahaan terbuka
 Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen
2. Kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan
 Menganilisis laporan keuangan untuk mengenali kesulitan keuangan dengan
menggunakan rasio serta prosedur analitis lainnya.
 Menelaah laporan arus kas historis dan yang diproyeksikan untuk mempelajari sifat
arus kas masuk dan arus kas keluar.
3. Integritas manajemen mengikuti prosedur penerimaan dan kelanjutan klien.

MENILAI RISIKO INHEREN


Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan
memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko inheren diantaranya :
 Sifat bisnis klien
1. Praktik industri
2. Transaksi kompleks atau non-rutin
3. Unsur-unsur populasi
 Pengalaman audit
1. Hasil audit sebelumnya
2. Penugasan awal versus penugasan berulang
3. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat Saldo dan transaksi akun dengan benar

 Budaya
1. Pihak Terkait
2. Faktor-faktor yang terkait dengan pelaporan keuangan yang curang
3. Faktor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan aset

Mempertimbangkan keputusan risiko inheren


Auditor harus mengevaluasi informasi yang memengaruhi risiko inheren untuk menilai
risiko salah saji material pada tingkat tujuan audit untuk siklus, saldo, dan pengungkapan.
Beberapa faktor, seperti penugasan awal versus perulangan, akan memengaruhi banyak siklus,
sedangkan yang lain, seperti transaksi non-rutin, hanya akan memengaruhi akun atau tujuan
audit tertentu. Auditor umumnya bersikap konservatif dalam melakukan penilaian untuk
menetapkan risiko inheren.
Memperoleh informasi untuk menilai risiko inheren
Auditor mengumpulkan informasi yang relevan dengan penilaian risiko inheren selama
fase perencanaan. Karena tes audit dilakukan selama audit, auditor dapat memperoleh
informasi tambahan yang memengaruhi penilaian awal.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO
Auditor merespons risiko dengan mengubah tingkat pengujian dan jenis prosedur audit,
ermasuk memasukkan ketidakpastian dalam prosedur audit yang digunakan. Selain
memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain agar auditor dapat mengubah audit untuk
merespons risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
2. Penugasan akan ditinjau lebih hati-hati dari biasanya.
Risiko audit untuk segmen-segmen
Risiko salah saji material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit di setiap segmen audit. Penilaian cenderung bervariasi pada audit yang sama dari
siklus ke siklus, akun ke akun, dan tujuan ke tujuan. Risiko audit yang dapat diterima biasanya
dinilai oleh auditor selama perencanaan dan tidak berubah untuk setiap siklus dan akun utama.
Auditor umumnya menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama untuk semua
segmen berdasarkan keyakinan mereka bahwa pada akhir audit, pengguna laporan keuangan
harus memiliki tingkat jaminan yang sama untuk setiap segmen laporan keuangan.
Seperti risiko pengendalian dan risiko inheren, risiko deteksi yang direncanakan dan
bukti audit yang diperlukan akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun ke akun, atau tujuan ke
tujuan. Karena keadaan dari setiap penugasan berbeda, tingkat dan sifat bukti yang dibutuhkan
akan tergantung pada keadaan yang unik.
Menghubungkan materialitas kinerja dan risiko dengan tujuan audit yang berkaitan
Dengan saldo walaupun menilai risiko inheren dan risiko pengendalian untuk setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik yang umum, mengalokasikan
materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang umum. Para auditor dapat
mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda secara efektif dan relatif mudah
menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua tujuan.
Keterbatasan pengukuran
Salah satu batasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya mengukur
komponen-komponen model. Terlepas dari upaya terbaik auditor dalam perencanaan, penilaian
risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, dan risiko pengendalian, dan oleh karena itu
risiko deteksi yang direncanakan, sangat subyektif dan hanya merupakan perkiraan dari
kenyataan. Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan istilah
pengukuran yang luas dan subyektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Sama sulitnya untuk
mengukur jumlah bukti yang tersirat oleh risiko deteksi terencana yang diberikan.
Pertimbangan profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak lagi bukti
yang diperlukan.
Tabel Hubungan Risiko dengan Bukti
Situasi Risiko audit Risiko Risiko Risiko Jumlah
yang dapat Inheren Pengendalian deteksi yang bukti yang
diterima direncanakan dibutuhkan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Kertas kerja perencanaan pembayaran untuk ujian atas pembayaran saldo


Auditor mengembangkan berbagai jenis kertas kerja untuk membantu menghubungkan
penilaian yang mempengaruhi bukti audit dengan bukti yang tepat untuk diakumulasikan.
Kedelapan tujuan audit terkait keseimbangan dimasukkan dalam kolom di bagian atas lembar
kerja untuk membantu memastikan auditor mempertimbangkan risiko yang terkait dengan
semua asersi terkait keseimbangan yang relevan. Baris satu dan dua adalah risiko audit yang
dapat diterima dan risiko inheren. Materialitas kinerja untuk piutang dagang dimasukkan di
bagian bawah lembar kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor
lain juga harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan bukti akhir.
Merevisi risiko dan bukti
Model risiko audit terutama merupakan model perencanaan sehingga penggunaannya
terbatas dalam mengevaluasi hasil. Namun, perhatian khusus harus dilakukan ketika auditor
memutuskan, berdasarkan bukti yang terakumulasi, bahwa penilaian awal risiko pengendalian
atau risiko inheren ditetapkan terkalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan
terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah.
1. Auditor harus merevisi penilaian awal dari risiko yang sesuai.
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap persyaratan bukti, tanpa
menggunakan model risiko audit.
Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit
Konsep materialitas dan risiko dalam audit terkait erat dan tidak dapat dipisahkan.
Risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah ukuran besarnya atau
ukuran. Secara keseluruhan, mereka mengukur ketidakpastian jumlah besaran yang diberikan.
Hubungan antara materialitas kinerja dan empat risiko terhadap bukti audit yang direncanakan
ditunjukkan bahwa materialitas kinerja tidak memengaruhi salah satu dari empat risiko
tersebut, dan risiko tersebut tidak memengaruhi materialitas kinerja, tetapi bersama-sama
mereka menentukan bukti yang direncanakan. Dengan kata lain, materialitas kinerja bukan
bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi materialitas kinerja dan faktor model risiko
audit menentukan bukti audit yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai