Anda di halaman 1dari 5

Assalamualaikum wr wb

Mukaddimah

Dewan hakim yang arif dan bijaksana, saudara-saudara ku seiman dan seperjuangan yang di
rahmati Allah.

Sejarah telah mencatat perjuangan para pejuang zaman dulu, di saat mereka melawan para
penjajah yang telah merampas kekayaan Indonesia, jerit tangis rakyat sangat menyayat, ceceran
darah bertumpah ruah, menjadi saksi . Adalah tanah air, yang menyediakan sarana beribadah
kepada Allah SWT, adalah tanah air yang hasil buminya kita makan, airnya kita minum,
udaranya kita hirup dan tempat jasad kita kelak dikebumikan. Berbanding terbalik hadirin, Saat
ini nilai-nilai kecintaan pada Indonesia mulai terkikis, mereka hanya orang-orang yang
menikmati kebebasan hidup di negara tanpa kontribusi yang nyata. Mereka menganggap bahwa
kehidupan mereka adalah hak diri mereka sendiri, tidak ada urusannya dengan negara ataupun
orang lain. Sehingga akar pemikiran konservatif seperti itu melahirkan sikap pemuda yang apatis
terhadap keadaan social yang terjadi. Oleh karena itu pada kesempatan yang mulia ini, kami akan
menyampaikan syarah al quran dengan judul Nasionalisme dalam Konsep Islam sebagaimana
dalam firman Allah surah Ali Imron ayat 103 sebagai berikut:

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bemusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, Lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.

Asbabun Nuzul dari surah ali imron ayat 103 tersebut diriwayatkan oleh Al Farabi dan Ibnu Abi
Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika kaum Aus dan Khajraj duduk bersama,
berceritalah mereka tentang permusuhannya di jaman jahiliyah, sehingga bangkitlah amarah
kedua kaum tersebut. Masing-masing bangkit memegang senjatanya dan saling berhadapan.
Maka turunlah surah ali imron ayat 103.
Tafsir Qurthubi IV/159, menurut Ibnu Mas’ud yang dimaksud tali Allah adalah Al Jamaah, AL
Qurthubi menyatakan sesungguhnya Allah memerintahkan supaya bersatu padu dan melarang
berpecah belah, karena perpecahan itu adalah kerusakan dan persatuan (Al Jama’ah) itu adalah
keselamatan.

Hadirin yang dirahmati Allah

Indonesia adalah sebuah Negara yang dibentuk berdasarkan realitas keberagaman. Indonesia,
memiliki beragam suku, etnis, bahasa dan budaya hingga agama. Sesuai dengan pernyataan
Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid yang ditukil oleh Mahfud MD dalam seminar suluh
kebangsaan 16 Januari 2019 bahwa pluralism adalah kesadaran menerima perbedaan. Suku boleh
berbeda, bahasa boleh tidak sama, kulit hitam dan putih tiada beda kita tetap satu yakni
Indonesia. Atas Dasar prinsip Nasionalisme yang selalu kita junjung tinggi bangsa Indonesia
mampu berdiri tegak bersanding dengan Negara-negara lain. Saudaraku Bung Karno dan Bung
Hatta adalah proklamator yang mewakili semangat patriotisme dan nasionalisme generasi muda
pada masanya, sehingga Bangsa Indonesia bisa merdeka bebas dari para penjajah. Peran para
kyai dan para pejuang muslimpun menjadi spirit bagi para pendahulu kita dalam menggelorakan
semangat nasionalisme.

Hadirin yang dirahmati Allah

Indonesia, sudah membuktikan bagaimana kekuatan nasionalisme bisa memporak-porandakan


para penjajah. Bagaimana tidak hadirin, pada waktu itu tentara colonial selalu mampu
memadamkan tiap perang kedaerahan, sebut saja Teuku Umar, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran
Diponegoro, Pangeran Antasari, Pattimura dan masih banyak lagi pahlawan yang gugur di
medan bakti. Peter Carey dalam buku Takdir dikutip oleh Abdullah Hasyim yang disampaikan
dalam Kuliah Jum’at Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah Sarang Rembang pada Jum’at, 31
Agustus 2018 menuturksan jika terdapat 112 kiai, 31 haji, 15 syekh serta puluhan penghulu,
berhasil diajak bergabung oleh Diponegoro untuk memperkuat barisan perlawanannya.
Kekalahan demi kekalahan menjadi fakta yang tak terbantahkan, para pemuda dan para pejuang
belum sadar tentang arti persatuan, hingga pada akhirnya para pemuda kita kemudian sadar tak
guna melawan penjajah tanpa persatuan. Dengan bersatu kita menjadi kuat, dengan bersatu kita
bisa lumpuhkan lawan. Untuk itulah kemudian, berkumpullah para pemuda dari berbagai daerah
di jalan Kramat Jaya 106 Jakarta untuk menyatukan tekad, bersumpah mengakui Kami Putra dan
Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, Kami Putra dan Putri
Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan Bahasa Indonesia.
Hadirin yang dimulyakan
Beragam budaya menjadi tradisi, antar suku dan etnis tak pernah berselisih, hidup rukun tak
saling berambisi, berbeda bahasa tetap saling mengisi, berbeda agamapun tetap saling asih.
Karena kita bhineka Tunggal Ika
Karena sejatinya, kita adalah satu yaitu Indonesia.
Sebagaimana dalam firman Allah Surah Hujurat ayat 10

۟ ُ‫ُوا بَ ْينَ أَخَ َو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬


َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ ۟ ‫إنَّما ْٱل ُم ْؤ ِمنُونَ إ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِح‬
ِ َ ِ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

Hadirin Rahimakumullah

Menurut quraish shihab didalam tafsir al misbah volume 12 halaman 601 menyatakan ayat
tersebut mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan serta hubungan
harmonis antar-anggota masyarakat kecil atau besar akan melahirkan limpahan rahmat bagi
mereka semua. Sebaliknya, jika terdapat perpecahan dan keretakan hubungan akan mengundang
lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat melahirkan pertumpahan darah dan
perang saudara.

Islam dan nasionalisme ibarat dua sisi mata uang yang saling memberikan makna. Keduanya tak
bisa dipisahkan satu dengan lainnya, Nasionalisme selalu meletakkan keberagaman dan
pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar yang menyatukan,
melebur jadi satu dalam sebuah Kesatuan Republik Indonesia
Kesimpulan yang dapat kami sampaikan ialah

“‫ ”حب الوطن من اإليمان‬Cinta tanah air sebagian dari iman

Dalam konsep cinta tanah air, nasioanlisme dalam islam tidak boleh mengalahkan
Ukhuwwah Islamiyyah. Sebagai contoh, jika suatu negara konfrontasi dengan negara lain
dan terjadi bentrok fisik sesama muslim, maka harus dihindari. Sebab mengingat sabda
Nabi:

“(‫”المسلم اخوالمسلم )اخرجه البخاري ومسلم‬,

“(‫”ال يؤمن احدكم حتّى يحب ألخيه ما يحب لنفسه )متّفق عليه‬,
“(‫”المؤمن للمؤمن كالبنيان الواحد يشد بعضه بعضا )متّفق عليه‬.
Islam dan nasionalisme adalah dua sisi mata uang yang saling memberikan makna. Keduanya
tidak bias diposisikan secara dikotomi atau terpisahkan. Nasionalisme selalu meletakkan
keberagaman dan pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar
yang menyatukansebuah Negara dan bangsa
Sebagai umat islam hendaknya percaya bahwa nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam
dan bahkan merupakan bagian dari Islam itu sendiri Al Baqarah ayat 126

Dapat kita banyangkan, bagaimana Rasullulah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan pengikutnya
yang hanya dihitung jari, di tengah rongrongan dan tekanan kaum kafir Quraisy dapat lolos
bahkan memenangkan berbagai pertempuran, hanya dengan satu kata” bersatu teguh dalam
ikatan tali agama Allah Subhanahu Wata'ala ".
Jika kita menengok ke belakang , betapa para pendiri bangsa/The Faunding Father membangun
rasa kebersamaa dari berbagai kalangan yang berbeda agama, suku, dan budaya untuk bersama
melawan penjajah dengan semboyang "lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup dijajah"
Allahu Akbar, ceceran darah mengalir membasahi bumi, nyawa sebagai taruhannya, jerit tangis
anak dan istri menjadi saksi, untuk membela ibu pertiwi.

Anda mungkin juga menyukai