Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Lisnawati


Umur : 34 tahun
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Babakan peundeuy 4/3 citarik, palabuhanratu - Sukabumi

Nama Suami : Tn. Edi


Umur : 36 tahun
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Babakan peundeuy 4/3 citarik, palabuhanratu - Sukabumi.

Pasien datang ke Ponek bersama bidan tanggal 12/03/2017, jam 17.15 WIB.

B. ANAMNESIS

Keluhan utama
Pasien mengatakan sedang hamil anak ke-3 dengan umur kehamilan cukup bulan.
Merasakan nyeri dari pinggang hingga terasa di perut dan keluar lendir.

1
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan merasakan nyeri yang dirasakan dari pinggang hingga terasa
di perut sejak pul 17.30 dan keluar darah bercampur lendir. Gerak janin masih
baik.Riwayat trauma dan panas disangkal. Sebelum dirujuk ke RS, OS sebelumnya pergi
ke bidan sekitar jam 11.30 pagi, saat diperiksa pembukaan 3 cm,.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), TBC (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pasien di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Psikososial
Pola makan teratur, penggunaan alcohol dan obat-obatan disangkal, merokok
disangkal.
Riwayat Menstruasi
 HPHT : 10/06/16
 Menarche : Lupa
 Siklus Haid : 28 hari
 Lama Haid : 7 hari
 Dismenorrhea : (-)
Riwayat Pernikahan
 Pernikahan ke :1
 Usia menikah : 20 tahun
 Lama pernikahan : 14 tahun
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan meminum pil KB selama 1 tahun.

2
Riwayat Obstetri
No Kehamilan Persalinan Tempat Penolong Jenis Berat Umur Ket
. Persalinan Kelamin Badan
1. 9 bulan Normal Rumah Paraji Lk - 16 thn Hidup
2. 9 bulan Normal Bidan Bidan Pr 3000 4 thn Hidup
3. Kehamilan ini

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda – Tanda vital :
o Tekanan Darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 82 x/menit
o Respiratori : 20 x/menit
o Suhu : 36 ℃

D. STATUS GENERALIS
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
 Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran Tiroid (-/-)
 Thorax
 Paru – Paru : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung : reguller
 Abdomen : sesuai status obstetri
 Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik. Edema (-/-)

E. STATUS OBSTETRIK

3
Pemeriksaan luar
o TFU : 34 cm
o Palpasi :
 Leopold I : teraba bulat tidak melenting susp. bokong
 Leopold II : teraba bagian seperti papan pada perut kanan susp.
punggung
 Leopold III : teraba bagian bulat keras melenting susp. kepala
 Leopol IV : kovergen
 DJJ : 136x/menit
 HIS : 3X10’ 35’
Pemeriksaan dalam
 Portio : udem pada bagian atas, tipis, lunak
 Pembukaan : 9 cm
 Keadaan ketuban :-
 Presentasi : Kepala Hodge II

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Hematologi
o Hemoglobin : 10,1 gr%
o Leukosit : 27000 mm3
o Trombosit : 251.000
o Hematokrit : 31 %
o Pembekuan : 6 menit
o Ureum : 22
 Urine
o Protein :-

 Kimia
o Kreatinin : 0,8 U/L

4
G. PEMERIKSAAN USG
Hasil USG normal

H. RESUME
Seorang wanita usia 34 tahun G3P2A0 hamil cukup bulan datang ke PONEK
RSUD Sekarwangi dengan keluhan sakit dari pinggangnya hingga terasa di perut dan
keluar lendir sejak 5 jam sebelumnya. Gerakan janin masih dirasakan aktif.

I. RENCANA KERJA
 Rencana Rawat inap
 Observasi keadaan umum, perdarahan, tanda-tanda vital, His dan DJJ
 Cek darah lengkap serta cek urine
 Konsultasi dokter SpOG

J. PENILAIAN BAYI
Bayi lahir section saecaria tanggal 12/03/2017 pada pukul 22.00 WIB. Jenis
kelamin perempuan, BB : 3500 gr, PB : 52 cm, A/S : 7/9
OBSERVASI PASCA OPERASI
1. Tanggal 13/03/2017.
 S : Ibu mengatakan nyeri luka post op
 O : TD: 110/80, skala nyeri 5(0-10)

2. Tanggal 14/03/2017 jam


 S : Ibu mengatakan nyeri luka post op, nyeri kepala.
 O : KU Baik, TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 20 x/menit.
 A : P3A0 post Sc s/CPD
 P : Ceftriaxone 1x2 gr
Metronidazole 3x500 mg
As. Mefenamat 3x500 mg
Sf 1x1 tab

5
3. Tanggal 15/03/2017
 S : Ibu mengatakan nyeri kepala.
 O : KU Baik, TD : 1q0/80 mmHg, N : 80 x/menit, suhu : afebris, R : 21
x/menit, kontraksi uterus (+).
 A : P3A0 post Sc s/CPD.
 P : . Ceftriaxone 1x2 gr
Metronidazole 3x500 mg
As. Mefenamat 3x500 mg
Ranitidine2x50mg

6
BAB II
ANALISA MASALAH

1. Apakah cara mendiagnosis pasien ini telah benar? Dan bagaimana cara
mendiagnosis pasien CPD?
Diagnosis CPD dapat diarahkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dilakukan juga dapat dibagi lagi menjadi
pemeriksaan antepartum dan pemeriksaan intrapartum.

 Anamnesis
Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk
tentang keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancar dengan
dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan
bahwa wanita yang tersebut menderita kesempitan panggul yang berarti.

 Pemeriksaan Antepartum
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah dapat mengarahkan pikiran
pemeriksa akan kemungkinan kesempitan panggul. Adanya tuberkulosis
pada kolumna vertebra atau pada panggul, luksasio koksa kongenitalis
dan poliomielitis dalam anamnesis memberi petunjuk penting. Demikian
pula ditemukannya kifosis, ankilosis pada artikulosio koksa di sebelah
kanan atau kiri dan lain-lain pada pemeriksaan fisik. Pada wanita yang
lebih pendek daripada ukuran normal bagi bangsanya , kemungkinan
panggul kecil perlu diperhatikan pula.

b. Pelvimetri
Pelvimetri terdiri dari dua jenis yaitu pelvimetri klinis dan radiologis.
Pelvimetri radiologis menggunakan X-ray, CT-Scan, MRI dan USG
transvaginal, namun tidak rutin dikerjakan. Untuk pelvimetri klinis,
kriteria diagnosisnya adalah:

1) Kesempitan pintu atas pangul


Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm

2) Kesempitan panggul tengah


Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii
dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sakral ke-4 dan ke-5.

Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:


- Diameter transversal (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm
7
 Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
 Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
- Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4 dan
ke-5 – 11,5 cm.
 Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua
- Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.

Bidang tengah panggul dikatakan sempit jika :


 Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
- Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang (10,5
cm + 5 cm = 15,5 cm).
- Diameter antara spina kurang dari 9 cm.

 Diameter antara spina kurang dari 9 cm .


Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, melainkan
harus diukur secara rontgenologis, tetapi kesempitan bidang tengah panggul dapat
diduga akan terjadi jika:

Spina ischiadica sangat


menonjol.
 Dinding samping panggul
konvergen.
 Diameter antara tuber ischii
8,5 cm atau kurang.
Spina ischiadica sangat
menonjol.

8
 Dinding samping panggul
konvergen.
 Diameter antara tuber ischii
8,5 cm atau kurang.
Spina ischiadica sangat
menonjol.
 Dinding samping panggul
konvergen.
 Diameter antara tuber ischii
8,5 cm atau kurang.
Spina ischiadica sangat
menonjol.
 Dinding samping panggul
konvergen.

9
 Diameter antara tuber ischii
8,5 cm atau kurang.
- Spina ischiadica sangat menonjol
- Dinding samping panggul konvergen
- Diameter tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

 Spina ischiadica sangat menonjol.


 Dinding samping panggul konvergen.
 Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
3) Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.

c. USG untuk mengukur diameter kepala bayi:


Pemeriksaan dengan USG relatif lebih aman dibandingkan dengan
pemeriksaan rontgenologis, dimana pada pemeriksaan USG ini akan
dilakukan pengukuran Biparietal diameter (BPD), Occipto-frontal
diameter (OFD), dan Head circumference (HC).

d. Pemeriksaan Intrapartum
1) Posisi Janin
Posisi oksipitoposterior berhubungan dengan kemacetan persalinan. Defleksi kepala
yang terjadi pada posisi oksipitoposterior mengakibatkan diameter kepala
lebih besar terpresentasikan pada pelvis.

2) Dilatasi Serviks
Dilatasi serviks dapat dipantau sesuai partograf WHO. Jika grafik melewati garis
bertindak, dapat diberikan drip oksitosin. Kegagalan kemajuan persalinan dengan
pemberian drip mengindikasikan adanya Cephalopelvic Disproportion.

3) Penurunan Kepala
Penurunan kepala dapat dinilai dengan sistem perlimaan sesuai partograf
WHO. Debby, Rotmensch, Girtler, et al. dari Israel mendapatkan bahwa 100%
kasus dimana kepala bayi belum turun pada dilatasi 7 cm memerlukan persalinan
dengan operasi sesar.

4) Molase
Molase adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras panggul ibu. Semaki besar derajat molase semakin
menunjukkan risiko CPD.

10
Derajat-derajat molase:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi


1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

5) Caput Succedanium
Caput merupakan pertanda persalinan yang lama, yang dapat disebabkan oleh
adanya CPD.

Menurut ACOG Practice Bulletin: Dystocia and Augmentation of Labour tahun


2003 diagnosis distosia tidak dapat ditegakkan sebelum persalinan percobaan
(trial of labor) yang adekuat tercapai.

Pasien datang dengan rujukan dari RS plara pada pukul 21.20 WIB tanggal 12/6/2017
dengan diagnosis G3P2A0 H 41 mgg +KIFA memanjang + KPD 5 jam + s/CPD

Hasil anamnesis di ponek RSUD sekarwangi :

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan keluar darah
bercampur lendir dan pasien mengeluhkan ada rasa ingin meneran. Nyeri perut hilang
timbul dikatakan ada yang terasa dari pinggang hingga ke perut dan gerak janin dirasakan
masih baik. HPHT pasien tanggal 10/06/2016 dengan TP tanggal 17/3/2017, dimana saat
ini usia kehamilan pasien adalah 38-39 minggu. Kehamilan ini dikatakan merupakan
kehamilan ketiga. Pasien mengatakan melakukan ANC ke dokter umum untuk
melakukan pemeriksaan USG sehingga kemungkinan adanya kelainan kongenital atau
kelainan posisi pada janin sudah diketahui oleh pasien namun tidak ditemukan kelainan
apapun dan boleh untuk melakukan persalinan normal.

Pemeriksaan fisik umum yang dilakukan pada pasien tidak menemukan kelainan pada
panggul yang dapat mengarah pada kemungkinan kesempitan panggul. Sementara
itu, tinggi ibu yang hanya 145 cm memang pas dengan panggul yang bisa memiliki resiko
kesempitan panggul. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ketika pasien datang,
pada abdomen didapatkan TFU (34cm), letak kepala, punggung kanan dengan
penurunan kepala 4/5, kontraksi (-), DJJ (+) 136 kali/menit dan pada VT didapatkan PØ 9
cm, ketuban (-) Teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge II, porsio
bagian kiri atas udem, rembesan jernih air ketuban. Dilihat dari tinggi fundus uteri pasien,
taksiran berat janinnya memang agak besar jika dibandingkan dengan persalinan
sebelumnya, yakni 3500 gram.

Sebenarnya sebelumnya sudah coba dilakukan persalinan normal sejak jam 11.30 di
puskesmas pada tanggal 12/6/2017dan didapatkan kemajuan persalinan dengan PØ 3 cm

11
dan HIS teratur 2x10’/25’ namun jam 15.30 ketuban pecah rembesan jernih, presentasi
kepala + H1 caput PØ 5 cm. Lalu pada jam 16.30 porsio kiri atas mengalami udem
ketuban (-) rembesan jernih, presentasi kepala + H2 caput DJJ: 148x dengan HIS
4x10’/45’’. Namun pada jam 17.30 porsio pada bagian kiri dan kanan teraba semakin
udem dengan PØ 8 cm. Lalu dikirim ke RS Plara dengan diagnosa kala II memanjang dan
langsung dirujuk ke RSUD sekarwangi dengan diagnosa CPD.

Karena dilihat keadaan ibu sudah kesakitan tanpa ada kemajuan persalinan dengan PØ 9
cm dan penurunan hodge 2 dengan ditambah adanya caput pada kepala janin, ketuban
sudah pecah dan porsio bagian kiri atas udem akhirnya dilakukan indikasi seksio caesaria
dengan diagnosis CPD.

Lalu berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan, pasien
kemudian didiagnosis G3P2A0 H 39 mgg +KIFA memanjang + KPD 5 jam + s/CPD
dengan TBJ 3400 gram.

2. Apakah etiologi/faktor resiko pada pasien ini?


Cephalopelvic Disproportion (CPD) akan terjadi ketika terdapat ketidaksesuaian ukuran
kepala janin dengan ukuran pelvis ibu. Secara umum faktor resiko terjadinya
CPD ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor ibu (kesempitan pintu atas panggul, panggul
tengah dan pintu bawah panggul) serta faktor janin (ukuran janin dan malposisi atau
malpresentasi kepala). Pada pasien ini, kemungkinan yang menjadi penyebabnya adalah
karena panggul ibu yang terlalu sempit sehingga sebabkan kepala bayi tidak bisa lewat
pintu atas panggul namun ukuran janin dengan taksiran berat janin 3400 gram
sebenarnya tidak masalah dan apalagi sudah pernah melakukan persalinan normal
sebelumnya. Sementara kelainan posisi tidak ditemukan dengan letak kepala dan
presentasi ubun-ubun kecil. Faktor kesempitan panggul ibu juga bisa sedikit
disingkirkan karena adanya riwayat melahirkan normal sebelumnya yang menunjukkan
fungsi panggul dan jalan lahir yang normal. Meskipun tinggi ibu yang hanya 145 cm juga
dapat menjadi faktor resikonya.

3. Bagaimana pengelolaan pasien ini? apakah sudah tepat?


Penanganan pada pasien dengan kecurigaan terjadinya distosia atau kemacetan pada
persalinan akibat CPD adalah dengan melakukan seksio sesarea. Sementara pada pasien
yang belum terbukti akan mengalami distosia, suatu persalinan percobaan dapat
dilakukan terlebih dahulu.

1. Seksio Sesarea

Seksio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai
atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah persalinan berlangsung

12
selama beberapa waktu. Seksio sesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan
dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat, atau karena terdapat CPD yang nyata.
Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada faktor-
faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak janin
yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami infertilitas yang lama,
penyakit jantung, dan lain-lain. Seksio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan
percobaan dianggap gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau
belum dipenuhi.

2. Persalinan Percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran- ukuran panggul dalam semua bidang dan
hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada
harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah segera dilakukan sectio caesarea trans peritonium
(SCTP) cito. SCTP cito dilakukan pada pukul 21.30 WIB. Tindakan ini dilakukan
berdasarkan atas indikasi pasien yang mengalami cephalopelvic disproportion (CPD).
Diagnosis CPD tidak dapat ditegakkan sejak awal proses persalinan, melainkan baru
diketahui saat proses persalinan berjalan dikarenakan pasien tidak pernah melakukan
pemeriksaan pelvimetri dan pada pemeriksaan USG tidak ada kelainan sebelumnya. CPD
pada pasien ini baru ditegakkan setelah kemajuan persalinan yang
terhenti/macet pada pembukaan lengkap,ketuban pecah, porsio udem dan adanya caput
pada kepala janin.

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?


Prognosis dari ibu dan janin sendiri sangat tergantung pada komplikasi yang dialami oleh
ibu ataupun janinnya. Beberapa komplikasi yang telah dialami oleh pasien adalah
macetnya persalinan yang bila tidak segera ditangani akan mengkibatkan partus
lama. Sedangkan pada janin telah terjadi komplikasi berupa caput succedanium akibat
penekanan kepala pada jalan lahir. Melihat kondisi ibu dan janin, maka terminasi
dilakukan dengan SCTP cito. Prognosis ibu dan janin ini baik karena kondisi ibu dan
janin yang stabil pasca tindakan

Referensi
1. Wiknjosastro, H. Distosia karena Kelainan Panggul. Dalam: Ilmu kebidanan.
13
Edisi Ketiga. Jakarta: BP-SP, 2006. Hal. 637-647
2. Cunningham, F.G. et al. Williams Obstetrics 23rd Ed. The McGraw-Hill
Companies. 2010. Hal 464-465

14
15

Anda mungkin juga menyukai