Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan akan seialu terkait dengan landasan hukum penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan kebijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan. Sumber -sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program keselamatan dan kesehata kerja (K3) di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Undang - Undang No, 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Diberilakukan pada tanggai 12 januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang keselamtan kerja. Dalam undang - undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-syarat keselamtan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi. 2. Undang — Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja : Dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat tentang kelamatan kerja yaitu : a) Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamtan dan kesehatan kerja (K3) untuk melindungi keselamtan tenaga kerja. b) Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan manajemen organisasi Iainya. 3. Undang — Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Pelindungan Konsumen: Pada pasal 2 menyebutkan bahwa pelindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, kesinambangan, keamanan dan keselamatan konsumen. Selanjutnya pasal 4 menyebutkan mengenai hak konsumen antara lin hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi barang dan jasa. Di dalam perundangan ini terkandung aspek keselamtan konsumen (consumer safety) dan keselamatan produk (product safely). 4. Undang — Undang No 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Undang-Undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) dimaksudkan untuk mengantikan Undang-Undang No. 2 tahun 1951 tentang pernyataan belakunya undang — undang (UU) kecelakaan No. 33 tahun 1947 dan peraturan pemerintah No. 33 tahun 1977 tentang asuransi sosial tenaga kerja (Astek). 5. Undang — Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Khusnya Pada Pasal 23 Dinyatakan bahwa keselamatan kerja (K3) diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. 6. Undang —Undang Higiene Perusahan No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvesi ILO No. 120 : Mengenai higine dalam peniagaan dan kantor — kantor mulai sejak diundangkan pada tanggal 25 Februari 1961. 7. Undang — Undang Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2003 : Tentang pengesahan konvensi ILO Nomor 81 mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam industry dan perdagangan dimaksudkan untuk dapat melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan secara efektif sesuai standar yang ditetapkan oleh International Lobour Organization (ILO). 8. Undang — Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung: Gedung memuat aspek keselamatan bangunan (building safety) antara lain : a) Pasal 16 : Persyaratan keadalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. b) Pasal 17 : Persyaratan keselamtan bangunan gedung sebagai mana meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemapuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahya kebakaraan dan bahaya petir. c) Pasal 21 : Persyaratan kesehatan bangunan gedungmeliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahyaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung. 9. Undang - Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 : Dalam undang - undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, telah diatur dalam BAB tersendiri yaitu pada pasal pasal 164- 66, yang berisi sebagai berikut : a) Upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh perkerjaan. b) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja yang diatur oleh ketentuan yang berlaku dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. c) Pengelolahan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan magi tenaga kerja. d) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. e) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan perkerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharan, dan kesehatan kerja. f) Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.