Anda di halaman 1dari 9

242

ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

DINAMIKA KETERSEDIAAN BERAS :


SEBUAH STUDI KASUS DI KALIMANTAN SELATAN

(The Dynamics of Rice Availability: A Case Study in Kalimantan Selatan)

Alan Dwi Wibowo


Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat
Kampus Faperta Unlam, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan
Telp/Fax +62 511 4772254 E-mail: alan.dwi@unlam.ac.id

ABSTRACT
The availability of rice have an impact on the stability of the economic, social, and security
of a region, further rice as a staple food has a strategic position. Therefore, it needs to be managed
properly to ensure their availability in order to maintain the regional stability. This paper aims to
investigate the leverage point in rice production model, where the leverage point will serve as the
basis for the availability of rice policies model development which will support food security
protocols. System dynamics approach is used in this study, while Kalimantan Selatan is selected as
case study. As the result, productivity and land management became a major leverage point in order
to escalate rice production in Kalimantan Selatan.

Keywords: rice, system dynamics, food security

PENDAHULUAN pemenuhan target kebutuhan beras pun


dilakukan oleh pemerintah. Untuk mengatasi
Beras saat ini menduduki posisi
ketersediaan beras ini, Indonesia menetapkan
sebagai bahan pangan pokok utama bagi
banyak kebijakan diantaranya kebijakan
masyarakat Indonesia. Berdasarkan peraturan
peningkatan produktivitas, pencanangan
yang berlaku, pemerintah berkewajiban untuk
program swasembada beras, penetapan harga
menjamin ketersediaan bahan pangan pokok
pembelian pemerintah, dan strategi impor
bagi masyarakat, utamanya adalah beras. Isu
beras.
ketersediaan beras ini menguat karena
Penelitian yang berkaitan dengan
berkaitan dengan protokol ketahanan pangan
yang juga menjadi populer karena ketersediaan pasokan pangan telah banyak
bersinggungan langsung dengan kebutuhan dilakukan dalam beberapa tahun terakhir
dasar kehidupan masyarakat. Kegagalan (Kumar dan Nigmatullin, 2011; Ahumada dan
Villalobos, 2008; Giogiadis, et al., 2004).
pemerintah dalam mengelola ketersedian
Kumar dan Nigmatullin (2011) menyatakan
beras dapat memberikan dampak berupa
bahwa ketersediaan bahan pangan meliputi
konflik sosial, untuk itu beras memiliki peran
kualitas pangan, integritas entitas, kemanan
yang strategis (Irawan, 2005; Suryani, 2013).
dan kesehatan, produksi yang keberlanjutan,
Kemampuan menjaga ketersediaan beras
diversifikasi produk, dan layanan informasi
secara tidak langsung dapat menjaga stabilitas
terkait bahan pangan tersebut. Ketersediaan
keamanan, sosial, dan ekonomi. Untuk itu
pangan berupa produk segar pun banyak
pemerintah harus memberikan perhatian yang
dibahas (Ahumada dan Villalobos, 2008).
cukup dalam pengelolaan ketersediaan beras
Kajian ini akan terus berkembang seiring
(Somantri dan Thahir, 2007).
kebutuhan pangan yang terus meningkat setiap
Produksi beras dalam negeri belum
tahunnya. Untuk itu diperlukan kajian yang
mencukupi kebutuhan nasional. Upaya
243
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN CETAK 1412-1468

komprehensif terkait penjaminan ketersediaan Pendekatan ini telah banyak dilakukan untuk
bahan pangan pokok di Indonesia. menggambarkan sistem produksi beras,
Penelitian ini bertujuan untuk diantaranya dilakukan oleh Somantri dan
mendapatkan variabel penting yang berperan Thahir (2007) dalam melakukan proyeksi
sebagai variable daya ungkit yang dapat ketersediaan beras di Merauke, Kumar dan
digunakan sebagai variabel dasar Nigmatullin (2011) mempelajari perilaku dan
pengembangan model kebijakan ketersediaan hubungan dalam struktur rantai pasok bahan
beras berkelanjutan dalam kerangka menjamin pangan yang mudah rusak (perishable),
ketersediaan beras di suatu daerah. Suriani et al. (2013) mempelajari ketersediaan
Kalimantan Selatan dipilih sebagai beras dalam perspektif pra-panen dengan
studi kasus penelitian ini. Kalimantan Selatan pendekatan simulasi berbasis jenis lahan
sebagai daerah yang memiliki lahan basah kering.
memiliki tingkat kerawanan pangan relatif Penelitian ini dilaksanakan dalam 5
lebih tinggi dibandingkan daerah lain yang tahap. Tahap pertama adalah membangun
memiliki lahan kering. Hal ini disebabkan model konseptual yang akan disajikan dalam
karena tidak semua lahan dapat ditanami padi. bentuk causal loop diagram (CLD).
Disamping itu, ketersediaan air untuk Dilanjutkan pada tahap kedua yaitu
kebutuhan irigasi pun sulit untuk disediakan, mengembangkan sistem diagram. Diagram ini
terlebih lagi tanah berjenis gambut yang akan memperjelas objek, subjek, dan alternatif
memiliki tingkat keasaman lebih tinggi perangkat kebijakan yang dapat digunakan.
dibutuhkan perlakukan khusus dalam Tahap ketiga adalah pengembangan model
pengelolaannya. Berdasarkan penelitian yang dinamis yang akan diintegrasikan dengan
dilakukan Somantri dan Thahir (2007) analisis statistik guna mempelajari hubungan
Kalimantan Selatan mengalami surplus beras, antar variable yang saling terkait. Hasil tahap
dengan ini Kalimantan Selatan berpotensi tiga akan disajikan dalam bentuk stock and
untuk berperan sebagai pemasok beras di flow diagram (SFD). Tahap keempat adalah
daerah lain. Secara geografis, Kalimantan verifikasi dan validasi model. Tahapan ini
Selatan memiliki lokasi wilayah yang strategis diperlukan guna memastikan bahwa model
sebagai daerah pemasok beras karena berada yang telah berhasil dibangun dapat
pada sentral kepulauan Indonesia. Hal tersebut merepresentasikan kondisi aktual. Tahap
terkendala pada Kalimantan Selatan belum terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini
mampu mencapai swasembada beras yang adalah simulasi. Hasil akhir dari penelitian ini
berkelanjutan, walau dalam Rencana adalah mendapatkan beberapa variabel sensitif
Pembangunan Jangka Panjang Indonesia yang mampu memberikan dampak besar
hingga tahun 2025 Kalimantan Selatan terhadap sistem persediaan beras. Variabel
termasuk daerah yang akan dijadikan sebagai dengan tingkat sensitivitas tinggi itulah yang
pemasok beras nasional. kemudian akan dijadikan basis pengembangan
model kebijakan penyediaan beras yang
METODE PENELITIAN berkelanjutan.
Validasi model yang digunakan dalam
Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan (3) tiga
penelitian ini adalah menggunakan simulasi
pendekatan yaitu, uji kesesuaian historis
berbasis model sistem dinamis. Tahapan
(historical fit), uji kondisi ekstrim, dan analisis
kajian yang dilakukan menggunakan
sensitivitas. Validasi model dengan
pendekatan metode analisis model kebijakan
menggunkan metode uji kesesuaian historis
yang dikembangkan oleh Walker (2000).
dilakukan dengan membandingkan kondisi
Analisis model kebijakan akan menjelaskan
aktual dan hasil simulasi berbasis model yang
secara detail konstruksi model berhasil
telah dikembangkan. Model dinyatakan valid
dikembangkan untuk produksi beras.
244
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN CETAK 1412-1468

saat deviasi berada kurang dari 10%, HASIL DAN PEMBAHASAN


disamping itu validasi model juga Berdasarkan hasil kajian yang telah
menggunakan pendekatan perhitungan mean dilakukan, model konseptual penyediaan beras
absolute percentage error (MAPE), yang di Kalimantan Selatan telah berhasil
secara matematis dituliskan dalam rumus: dikembangkan yang disajikan pada Gambar 1.
𝑛
100 |𝐷𝑡 − 𝐹𝑡 | Dalam model konseptual tersebut terdaat dua
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ( )∑
𝑛 𝐷𝑡 loop utama, yaitu loop reinforcing dalam
𝑡=1
produksi beras dan loop balancing dalam
Dimana Dt adalah data pada periode t aktivitas bisnis pengiriman beras ke dalam dan
dan Ft adalah peramalan pada periode t. ke luar daerah Kalimantan Selatan.
Selanjutnya, uji kondisi ekstrim dilakukan Ketersediaan beras dipengaruhi secara
untuk memastikan bahwa model yang positif oleh produksi beras dan tingkat
dikembangkan tidak memberikan perilaku konsumsi beras, serta secara negatif
yang irasional. Uji ini dilakukan dengan dipengaruhi oleh perdagangan beras ke luar
memberikan nilai ekstrim tertinggi dan daerah Kalimantan Selatan. Produksi beras
terendah pada driver variabel yang kemudian secara umum dipengaruhi secara positif oleh
dilihat dampaknya apakah rasional atau luas sawah dan produktivitas lahan.
irasional. Selanjutnya adalah analisis Ketersediaan lahan pun ternyata sangat
sensitivitas. Analsis ini digunakan untuk terbatas, hal ini diperkeruh dengan tingginya
mengetahui variabel apa saja yang tingkat konversi lahan baik menjadi lahan non
memberikan nilai sensitif pada model secara pertanian maupun lahan sub pertanian non-
keseluruhan. Dengan diketahuinya variabel padi. Peningkatan populasi yang terus terjadi
yang sensitif maka melalui variabel setiap tahunnya mengakibatkan meningkatnya
tersebutlah kemudian dapat dilakukan permintaan beras, namun pertumbuhan ini
pendekatan penyusunan kebijakan. dapat diupayakan dikendalikan menggunakan
pendekatan program dan kampanye
divesifikasi pangan. Secara aktual pendekatan
diversifikasi pangan ini belum memberikan
hasil yang signifikan dalam mengendalikan
konsumsi beras per kapita.

Gambar 1. Causal Loop Diagram (CLD) persediaan beras di Kalimantan Selatan


245
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Causal loop diagram tersebut dikembangkan diagram (SFD). Hasil dari pengembangan
menjadi model berbasis sistem dinamis yang model produksi beras di Kalimantan Selatan
lebih kompleks dalam bentuk stock and flow disajikan pada Gambar 2.

luas tidak panen

Luas Lahan Padi potensi gagal konsumsi beras


Tanam_Sawah panen agregat-permintaan
BENIH PER HA
beras
kalsel_permintaan
beras
luas panen
kebutuhan benih laju lahan puso RATE_PAKAN RATE_INDUSTRI
TERNAK_BERAS NON
waktu
PANGAN_BERAS

produktivitas lahan
persediaan benih padi RATE_SUSUT
suplai benih
produksi GKG bruto TERCECER neraca
produksi beras beras_surplus
bruto_ketersediaan defisit kalsel
beras produksi beras
netto_untuk stok beras
RATE BENIH SUPLAI pangan kalimantan selatan

produksi GKG netto


cadangan beras
RATE SUPLAI PAKAN masyarakat
TERNAK_GKG RATE CADANGAN
RATE SUSUT_GKG BERAS

RATE BAHAN BAKU move-nas_in


INDUSTRI_GKG KONVERSI
Sub-sistem produksi GKG/beras GKG_BERAS cadangan beras
kalsel pemerintah cadangan beras
daerah agregat

Luas Lahan Padi


Tanam_Sawah
konsumsi
perkapita_as usual
konversi_exist
konsumsi non
diversifikasi_as
RATE PUSO usual
potensi konversi ke
sub pertanian
rate konv_sub potensi luas lahan
pertanian konv_sub pertanian
laju lahan puso
konversi sub-
pertanianpertanian
Ketersediaan Lahan
untuk Sawah di Kalsel Luas Lahan Padi KONVERSI
Tanam_Sawah KEBUTUHAN LAHAN Populasi

530.823,02 ha
laju cetak sawah laju konversi lahan
konsumsi beras
RATE_CETAK SAWAH
RATE KONVERSI stlh_diversifikasi

aktivasi_potensi
permintaan lahan INITIAL LUAS RATE_LAJU
sawah_neraca SAWAH PERTUMBUHAN
PENDUDUK
aktivasi_potensi
permintaan lahan delay time konsumsi beras per
sawah_cadangan konversi non- kapita_diversifikasi
pertanian pangan
potensi permintaan
lahan
sawah_neraca neraca
potensi permintaan beras_surplus
lahan Sub-Sistem Lahan Padi
cadangan beras defisit kalsel
masyarakat sawah_cadangan
KONVERSI
KEBUTUHAN LAHAN

Gambar 2. Stock and Flow Diagram produksi beras Kalimantan Selatan


246
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Validasi dan Verifikasi Model Uji Kesesuaian Historis


Verifikasi model dilakukan pada kode Uji validasi menggunakan
pemrograman yang ada pada model dan pendekatan uji kesesuaian historis pada dua
konsistensi dimensi dari setiap persamaan dan variabel penting dalam evaluasi model
parameter. Hasil verifikasi menunjukkan tidak (produksi GKG dan populasi) menunjukkan
adanya inkonsistensi dimensi satuan dalam bahwa deviasi dari hasil simulasi
persamaan yang dikembangkan dalam setiap dibandingkan dengan kondisi aktual tidak
variabel yang terdapat dalam model produksi lebih dari 10%, untuk itu berdasarkan hasil
beras di Kalimantan Selatan. Selanjutnya yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa model
validasi model dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan adalah valid. Hasil
uji kesesuaian historis, uji kondisi ekstrim, dan simulasi disajikan pada Tabel 1 dan secara
analisis sensitivitas. grafis disajikan pada Gambar 3.

Tabel 1. Deviasi Model Persediaan Beras Kalimantan Selatan


Produksi GKG 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Data Aktual 1.410.141 1.519.431 1.598.835 1.636.840 1.953.868 1.954.284 1.956.993 1.842.089 2.038.309
Data Simulasi 1.547.798 1.653.454 1.678.115 1.711.543 1.807.875 1.967.569 1.894.290 1.885.838 1.987.990
2,00% 9,76% 8,82% 4,96% 4,56% -7,47% 0,68% -3,20% 2,37% -2,47%
Populasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Data Aktual 3.201.962 3.219.398 3.250.100 3.345.784 3.396.680 3.446.631 3.496.125 3.636.616 3.695.124
Data Simulasi 3.141.498 3.201.186 3.262.009 3.323.987 3.387.143 3.451.499 3.517.499 3.583.902 3.651.996
-0,54% -1,89% -0,57% 0,37% -0,65% -0,28% 0,14% 0,61% -1,45% -1,17%
Sumber: Pengolahan data primer, 2014

2,500,000 3,800,000

3,700,000
Produksi GKG (Ton)

2,000,000
3,600,000
Populasi (Orang)

3,500,000
1,500,000
3,400,000

3,300,000
1,000,000
3,200,000

500,000 3,100,000

3,000,000
-
2,900,000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun 2,800,000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Data Aktual Data Simulasi Data Aktual Data Simulasi

(a) Historical Fit Variabel Produksi GKG (b) Historical Fit Variabel Populasi

Gambar 3. Uji kesesuaian historis

Uji Kondisi Ekstrim cetak sawah yang diujikan pada variabel luas
Uji kondisi ekstrim dilakukan pada sawah dan produksi GKG. Berdasarkan hasil
kondisi ekstrim bawah dan ekstrim atas. Untuk uji yang dilakukan tidak menunjukkan
validasi model ini dilakukan pada variabel perilaku yang irasional, oleh karena itu
247
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN CETAK 1412-1468

berdasarkan uji ekstrim ini model dapat 4 dan perilaku pada kondisi ekstrim atas
dinyatakan valid. Perilaku yang terjadi pada disajikan pada Gambar 5.
kondisi ekstrim bawah disajikan pada Gambar
ton
ha
1.500.000
Luas Lahan Padi Tanam_Sawah

450.000
1.400.000

produksi GKG bruto


400.000 1.300.000

1.200.000
350.000

1.100.000
300.000

1.000.000

250.000

900.000

0 5 10 15 20 25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
For evaluation purposes only! For evaluation purposes only!

(a). Perilaku luas sawah pada cetak sawah = 0 ha (b) Perilaku Produksi pada cetak sawah=0 ha

Gambar 4. Perilaku Tes Kondisi Ekstrim Bawah

ton
ha 40.000.000
Luas Lahan Padi Tanam_Sawah

8.000.000
30.000.000
produksi GKG bruto

6.000.000

20.000.000

4.000.000

10.000.000

2.000.000

0 5 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
For evaluation purposes only!
For evaluation purposes only!

(a). Perilaku luas sawah pada ekstrim atas cetak sawah (b) Perilaku produksi pada ekstrim atas cetak sawah

Gambar 5. Perilaku Uji Kondisi Ekstrim Atas

Analisis Sensitivitas produktivitas yang dinilai memberikan


Analisis sensitivitas dilakukan untuk dampak terhadap neraca surplus defisit beras
mengetahui tingkat sensitivitas suatu variabel di Kalimantan Selatan. Dengan perubahan
mempengaruhi variabel lainnya. Pada validasi konsumsi bertambah 10% memberikan deviasi
ini variabel yang diuji adalah variabel sebesar 17% sedangkan pengurangan
eksogen, yaitu untuk diuji apakah variabel konsumsi per kapita sebesar 10% memberikan
eksogen tersebut memberikan respon yang deviasi sebesar 21,40%. Dengan perubahan
sama pada kondisi aktual. Dalam hal ini yang relatif kecil dapat memberikan
variabel yang akan diuji tingkat sensitivitasnya perubahan yang cukup siginifikan. Perilaku uji
adalah variabel konsumsi beras perkapita dan sensitivitas ini disajikan pada Gambar 6.
248
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

800,000

700,000

600,000

500,000

400,000

300,000

200,000

100,000

-
year year year year year year year year year year year year year year year year year year year year year year year
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Normal -10% +10%

Gambar 6. Uji Sensitivitas Konsumsi Beras Terhadap Neraca Beras

Berdasarkan uji yang telah dilakukan Berdasarkan uji dan analisis yang telah
dapat dinyatakan bahwa model yang dilakukan bahwa variabel produktivitas dan
dikembangkan adalah valid dan dapat ketersediaan lahan sawah menjadi dua variabel
merepresentasikan kondisi nyata untuk model penting yang dapat memberikan dampak
ketersediaan beras di Kalimantan Selatan. secara signifikan terhadap sistem produksi
Selanjutnya simulasi dilakukan sampai pada beras secara keseluruhan. Kedua variabel ini
tahun 2025 disesuaikan dengan Rencana Kerja dapat menjadi acuan sebagai dasar kajian
Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan. pengembangan model kebijakan dalam
Hasil dari simulasi yang telah dilakukan kerangka menjamin ketersediaan beras di
memberikan hasil bahwa pada tahun 2025 Kalimantan Selatan.
populasi Kalimantan Selatan mencapai
4.753.012 orang dengan pertumbuhan DAFTAR PUSTAKA
penduduk sebesar 1,9%. Produktivitas padi Ahumada, O. dan Villalobos, J. R. 2009.
sampai tahun 2025 adalah 4,21 ton / ha. Untuk
Application of Planning Models in
lahan gagal panen diprediksi masih cukup luas Agri-Food Supply Chain : A Review.
yaitu mencapai 27.000 ha. Produksi GKG European Journal of Operational
masih berada pada kisaran 2 juta ton, namun Research 195. 1-20.
tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
Neraca beras menunjukkan penurunan yang Georgiadis, P. dan Vlachos, D. dan Iakovou,
cukup signifikan pada akhir tahun 2025. Untuk E. 2004. A System Dynamics
itu perlu dilakukan pendekatan evaluasi Modeling Framework for the Strategic
kebijakan dan penyusunan alternatif kebijakan Supply Chain Management of Food
guna menghindari penurunan neraca beras dan Chains. Journal of Food Engineering
defisit beras di Kalimantan Selatan. 70. 351-364.
KESIMPULAN Irawan. 2005. Analisis Ketersediaan Beras
Pengembangan model penyediaan Nasional: Suatu Kajian Simulasi
beras diperlukan sebagai salah satu alat Pendekatan Sistem Dinamis. Prosiding
pendukung pengambil keputusan dalam Multifungsi Pertanian.
mengembangkan kebijakan untuk menjamin
ketersediaan beras di Kalimantan Selatan. Kumar, S dan Nigmatullin, A. 2011. A system
dynamics analysis of food supply chain
249
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN CETAK 1412-1468

– Case study with non-perishable Somantri, A. S. Dan Thahir, R. 2007. Analisis


product. Simulation Modelling Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di
Practice and Theory 19. 2151-2168. Merauke dalam Rangka Menuju
Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur
Suryani, E., Permata, D.I.J., Hendrawan, R.A., Indonesia. Buletin Teknologi
dan Dewi, L.P. 2013. Analyzing Rice Pascapanen Pertanian Vol 3. 28-36.
Demand and Supply Behavior for Food
Availability: a System Dynamics Walker, W.E. 2000. Policy Analysis: A
Model. Case Study : Sub-Regional Systematic Approach to Supporting
Surabaya, Gresik, and Sidoarjo. Policy Making in Public Sector. John
Information Systems International Wiley and Sons, Ltd. Journal of
Conference (ISICO). 403-408. Multicriteria Decission Analysis 9. 11-
27.
250
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 242-249 ISSN CETAK 1412-1468

Anda mungkin juga menyukai