Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI UNTUK INSTRUMEN KEUANGAN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Khusus
Masalah Akuntansi

Disusun oleh:

Gefany Nur Islami Rismawan 1501539

Indri Selliani 1501303

Ria Nathalia 1500933

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
sunnahnya selalu hidup dan menyemangati penulis disaat menghadapi kesulitan
dan menjaga niat penulis ketika menjalani kemudahan. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi untuk Instrumen Keuangan”,
sebagai salah satu tugas mata kuliah Kajian Khusus Masalah Akuntansi.

Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dihadapi penulis, namun berkat adanya dorongan yang kuat dari berbagai pihak,
akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi dapat diatasi. Maka dari itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


kekurangan, sehingga segala tanggapan, kritik, maupun saran sangat diharapkan
untuk proses pengevalusian di masa yang akan datang.

Bandung, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Instrumen Keuangan.....................................................................................3
B. Perkembangan Peraturan Instrumen Keuangan............................................4
C. Jenis Instrumen Keuangan............................................................................7
D. Klasifikasi Instrumen Keuangan...................................................................9
E. Kasus Pada Akuntansi untuk Instrumen Keuangan....................................16
BAB III SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................19
A. Simpulan.....................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset


keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi
entitas lainnya (IAS 32). Instrumen keuangan perusahaan akan terlihat di dalam
laporan keuangan entitas, oleh karena itu diperlukan adanya pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan terhadap instrumen keuangan yang
dapat memberikan informasi yang menggambarkan kinerja entitas dan bermanfaat
bagi para pengguna laporan keuangan didalam pengambilan keputusan. Informasi
yang terdapat pada nilai-nilai instrumen keuangan yang disajikan merupakan
bagian yang penting sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi,
sehingga pada proses penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus
sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No.50 (revisi
2010) tentang penyajian instrumen keuangan dan PSAK No.60 tentang
pengungkapan instrumen keuangan, yang sebelumnya diatur dalam satu standar
pada PSAK No.50 (revisi 2006) tentang penyajian dan pengungkapan instrumen
keuangan.

Seperti yang diketahui, setiap negara memiliki standar-standar akuntansi


yang berbeda yang dapat mempersulit pengguna laporan dalam memahami isi
laporan keuangan. Sehingga International Accounting Standards Board (IASB)
menerbitkan standar-standar akuntansi internasional yang dapat diterapkan oleh
setiap negara yaitu Internasional Financial Reporting Standard (IFRS). Oleh
karena itu, setiap negara mulai melakukan konvergensi dari standar akuntansi
negara masing-masing dengan IFRS dan telah mulai diterapkan di Uni-Eropa pada
1 januari 2005 dan di Indonesia sudah ada beberapa PSAK yang diadopsi dengan
IFRS yang telah diterapkan pada tahun 2008.

Konvergensi standar akuntansi Indonesia dengan IFRS, memberikan


pengaruh terhadap PSAK No.50 (revisi 2006) yang sebelumnya mengatur
mengenai penyajian dan pengungkapan dalam instrumen keuangan. Pada tahun

1
2010, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melakukan pemisahan antara standar
akuntansi yang mengatur antara penyajian dan pengungkapan atas instrumen
keuangan, yang dipisah kedalam PSAK No.50 (revisi 2010) tentang penyajian
instrumen keuangan dan PSAK No.60 tentang pengungkapan instrumen
keuangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan
dalam makalah ini dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut :
1. Apa itu instrumen keuangan?
2. Bagaimana perkembangan pengaturan instrumen keuangan?
3. Apa saja jenis atau klasifikasi instrumen keuangan?
4. Kasus mengenai akuntansi untuk instrumen keuangan apa yang pernah
terjadi di Indonesia?

C. Maksud dan Tujuan


Penulis bermaksud menghimpun data-data informasi sesuai dengan rumusan
masalah di atas, oleh karena itu tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari instrumen keuangan
2. Mengetahui dan memahami perkembangan pengaturan dalam instrumen
keuangan
3. Mengetahui berbagai jenis dari instrumen keuangan
4. Mengetahui kasus yang pernah terjadi dalam akuntansi untuk instrumen
keuangan.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan adalah setiap perjanjian yang menciptakan aset keuangan


dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain
(paragraf 11, AASB 132). Dengan demikian, penjualan barang oleh satu entitas ke
yang lain secara kredit akan menimbulkan aset keuangan untuk penjual (piutang)
dan kewajiban keuangan untuk pembeli (hutang dagang). Adapun standar
akuntansi yang mengatur instrumen keuangan adalah sebagai berikut :

1. PSAK 50 (revisi 2010) instrumen keuangan merupakan penyajian adopsi


dari IAS : Financial Instrumen Presentation
2. PSAK 55 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengakuan dan
penilaian adopsi dari IAS 39: Financial Instrument Recognition and
Valuation
3. PSAK 60 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengungkapan
adopsi dari IFRS 7 Financial Instrument Disclosure

Instrumen keuangan didefinisikan dalam paragfraf 11 AASB 132 sebagai


berikut:

1. Kas merupakan harta paling liquid yang berguna sebagai media


pertukaran atau jual beli. Contoh dari kas yaitu uang logam, uang kertas,
dana yang tersedia di deposito bank dan lainnya.
2. Instrumen ekuitas dari entitas lain
3. Hak kontraktual terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lain dari entitas lain
b. Untuk menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dalam kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas; atau
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan :

3
a. Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima sejumlah variabel dari instrumen yang diterbitkan entitas
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan
mempertukarkan sejumlah kas atau aset keuangan dengan sejumlah
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. tidak termasuk instrumen
yang merupakan kontrak untuk penerimaan di masa depan atau
pengiriman instrumen ekuitas entitas sendiri atau instrumen keuangan
yang mempunyai opsi jual (Puttable Financial Instrument). Instrumen
opsi jual merupakan instrumen keuangan yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menjual kembali instrumen kepada
penerbit dan memperoleh kas atau aset keuangan lainnya atau secara
otomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat terjadinya
peristiwa yang tidak pasti dimasa depan.

B. Perkembangan Peraturan Instrumen Keuangan


PSAK LAMA sd Th 1998
 PSAK 09 Penyajian aktiva lancar dan kewajiban lancar
 PSAK 50 Sekuritas
 PSAK 43 Akuntansi Anjak Piutang
 PSAK 21 Akuntansi Ekuitas
 PSAK 31 Akuntansi Perbankan
 PSAK 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu
 PSAK 51 Akuntansi Kuasi Organisasi
 PSAK 55 Akuntansi Instrumen Deivatif dan Aktivitas Lindung Nilai
 PSAK 54 Akuntansi Restrukturisasi Hutang Piutang Bermasalah
PSAK Revisi 2006
 PSAK 50 Instrumen Keuangan Penyajian dan Pengungkapan
 PSAK 55 Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran
PSAK Revisi 2010  IAS 1 Jan 2009
 PSAK 50 Penyajian
 PSAK 55 Pengakuan dan Pengukuran

4
 PSAK 60 Pengungkapan
PSAK 50, 55, 60 Revisi 2014
  PSAK eff Jan 2015
ED PSAK 71 Instrumen Keuangan
  PSAK eff Jan 2019

Instrumen Keuangan
IAS 32  PSAK 50, membahas mengenai :
- Definisi
- Pemisahan liabilitas dan ekuitas
- Instrumen keuangan majemuk.
- Saham treasuri, bunga, dividen, kerugian/keunntungan
- Saling hapus atas aset dan liabilitas

IAS 39  PSAK 55, membahas mengenai :


- Definisi dan klasifikasi
- Derivatif melekat
- Pengakuan dan penghentian pengakuan
- Pengukuran awal, pengukuran selanjutnya, reklasifikasi, penurunan
nilai.
- Lindung Nilai

IFRS 7  PSAK 60, membahas mengenai :


- Kelas instrumen keuangan dan tingkat pengungkapan
- Signifikansi instumen terhadap kinerja
- Sifat dan cakupan risiko – pengungkapan kualitatif & kuantitatif

PSAK 50
 PSAK 50 merupakan adopsi dari IAS 32 Financial Instrument:
Presentation
 PSAK revisi 2006 baru berlaku 2008  ditunda penerapan 2010

5
 PSAK revisi 2010 merevisi PSAK 50 (sebelumnya mengenai instrumen
keuangan: penyajian dan pengungkapan yang diterbitkan tahun 2006).
 PSAK 50 (revisi 2010) diadopsi dari IAS 32 versi Oktober 2009.
 PSAK 50 (2014)
– Penghapusan pengaturan pajak penghasilan terkait dividen
– Penambahan persyaratan saling hapus aset dan liabilitas keuangan
– Penyesuaian definisi nilai wajar sesuai PSAK 68
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak
material
 Merubah PSAK 50 Akuntansi investasi efek tertentu  mengatur
penyajian dan pengukuran
 PSAK 50 (revisi 2006) mengatur tentang instrumen keuangan:
penyajian dan pengungkapan.
 Perubahan menyeluruh instrumen keuangan karena sebelumnya hanya
mengatur investasi efek tertentu, tidak termasuk bentuk instrumen
keuangan yang lain.
 PSAK 50 (revisi 2010) mengatur tentang penyajian instrumen
keuangan.
 Pengaturan tentang pengungkapan instrumen keuangan diatur dalam
PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
• Ruang lingkup & Definisi (puttable instrument)
• Penyajian :
• Liabilitas dan ekuitas
• Instrumen keuangan majemuk
• Saham treasuri
• Bunga, dividen, keuntungan dan kerugian
• Saling hapus aset dan liabilitas keuangan
 Pengaturan baru : puttable instrumen; Kewajiban menyerahkan bagian
aset neto secara prorata saat likuidasi; Reklasifikasi dari liabilitas
keuangan ke instrumen ekuitas dan sebaliknya.
PSAK 50 (revisi 2014), berisi tentang:

6
Tujuan, Ruang Lingkup dan Definisi
 Penyajian
– Liabilitas dan Ekuitas
– Instrumen Keuangan Majemuk
– Saham yang Diperoleh Kembali
– Saham, Deviden, Kerugian dan Keuangan
– Saling Hapus antar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan (revisi
2013)
 Pedoman Penerapan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari PSAK 50
 Contoh Ilustrasi, melengkapi tetapi bukan merupakan bagian dari
PSAK 50

Tujuan PSAK 50 menetapkan:


Prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau
ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.
Prinsip dalam pernyataan ini melengkapi :
• Prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan
dalam PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
• Pengungkapan informasi mengenai prinsip tersebut dalam PSAK 60:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

C. Jenis Instrumen Keuangan

Jenis-jenis Instrumen Keuangan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Ekuitas

Instrumen ekuitas itu sendiri merupakan setiap kontrak yang memberikan


hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh

7
liabilitasnya. Contoh jenis instrumen ekuitas yang paling umum adalah saham
biasa perusahaan. Kewajiban keuangan mencakup :

a. Kewajiban Kontraktual:
- Untuk memberikan uang tunai atau aset keuangan lain kepada
entitas lain.
- Untuk menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan
bagi entitas.
b. Kontrak yang akan atau dapat diselesaikan dalam instrumen ekuitas
entitas sendiri dan adalah:
- Non-derivatif yang entitasnya atau mungkin berkewajiban untuk
mengirimkan sejumlah variabel instrumen ekuitas entitas sendiri
- Suatu derivatif yang akan atau dapat diselesaikan selain oleh
pertukaran sejumlah uang tunai atau aset keuangan lain dengan
jumlah tetap dari instrumen ekuitas entitas sendiri. Untuk tujuan
ini, instrumen ekuitas sendiri entitas tidak termasuk instrumen
yang merupakan kontrak untuk penerimaan di masa depan atau
pengiriman instrumen ekuitas entitas sendiri.

2. Instrumen Keuangan Derivatif


Derivatif merupakan instrumen keuangan atau kontrak lain yang termasuk
dalam ruang lingkup pernyataan dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang
ditentukan antara lain : suku bunga, harga instrumen keuangan, harga
komoditas, nilai tukar, indeks harga dan lainnya.
b. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi
dalam jumlah yang diperlukan untuk kontrak serupa lainnya yang
diharapkan akan menghasilkan dampak serupa akibat perubahan pasar
c. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.

8
Instrumen keuangan derivatif dikembangkan secara luas sebagai sarana
untuk mengelola risiko keuangan, terutama ketika volatilitas nilai-nilai
instrumen keuangan yang mendasarinya tinggi. Instrumen keuangan derivatif
tidak menghasilkan transfer dari instrumen keuangan utama yang mendasari
pada periode ketika instrumen keuangan derivatif tersebut jatuh tempo.

D. Klasifikasi Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:

1. Aset Keuangan
a. Aset Keuangan Diukur dengan Nilai Wajar Melalui Laba Rugi
Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi adalah
aset keuangan yang dimaksudkan untuk tujuan dijual atau dibeli
kembali dalam waktu dekat. Aset keuangan ini merupakan komponen
utama aset perusahaan. Bagi entitas lainnya, aset keuangan ini
merupakan bentuk investasi sementara untuk memanfaatkan kelebihan
likuiditas perusahaan. Entitas dapat memanfaatkan kelebihan kas yang
dimiliki untuk membeli saham atau obligasi yang diharapkan dapat
memperoleh dividen, bunga, atau kenaikan nilai investasi (capital
gain). Menurut PSAK 55 (Revisi 2013) aset keuangan diklasifikasikan
jika memenuhi salah satu dari kondisi berikut :
- Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika :
 Diperoleh untuk dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat
 Bagian dari portofolio instrumen keuangan teridenifikasi yang
dikelola bersama dan yang ada bukti dari pola aktual
pengambilan keuntungan jangka pendek (short tern profit
taking)
 Merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan
instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif).

9
- Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi. Dalam melakukan penetapan ini akan menghasilkan
informasi yang relevan karena :
 Melakukan selisih antara nilai tercatat dengan nilai wajar pada
tanggal pelaporan akan dilaporkan sebagai keuntungan atau
kerugian yang dilaporkan dalam laporan laba rugi
komprehensif. Untuk itu investasi ini disebut sebagai nilai
wajar melalui laba rugi, karena selisih perubahan nilai wajar
dilaporkan dalam laba rugi.
b. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity-HTM) adalah
aset nonkeuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan dan kemampuan untuk
memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Investasi tersebut
termasuk obligasi pemerintah, obligasi perusahaan dan investasi dalam
komersial tagihan, catatan, dan surat utang. Investasi pada hold-to-
maturity ini mengecualikan investasi yang:
- Ditetapkan sebagai pada nilai wajar melalui laba atau rugi
- Ditetapkan entitas sebagai tersedia untuk dijual
- Memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang.

Dalam hal ini entitas tidak diperbolehkan mengklasifikasikan aset


keuangan sebagai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo kecuali
penjualan atau reklasifikasi tersebut :

- Dilakukan ketika aset keuangan mendekati jatuh tempo dimana


suku bunga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai wajar aset tersebut.
- Terjadi setelah entitas memperoleh substansial seluruh jumlah
pokok aset keuangan sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah
melakukan pelunasan.

10
- Kejadian tertentu diluar kendali entitas, tidak berulang dan tidak
dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
c. Pinjaman yang diberikan atau piutang
Pinjaman dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan
pembayaran tetap atau dapat dipastikan yang tidak dikutip dalam pasar
aktif (paragraf 9). Kategori ini mencakup piutang dan pinjaman kepada
entitas lain tetapi tidak termasuk pinjaman dan piutang yang:

- Entitas bermaksud untuk menjual dalam waktu dekat dalam hal


ini, pinjaman dan piutang harus diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk diperdagangkan dan diakui sebagai aset keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
- Pinjaman tersedia untuk dijual.
- Pemegang tidak dapat memulihkan secara substansial semua
investasi awal, selain karena kemerosotan kredit. Dalam hal ini,
pinjaman dan piutang harus diklasifikasikan sebagai tersedia
untuk dijual.

Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Hampir


semua entitas memiliki piutang baik dengan transaksi
penjualan/pendapatan maupun berasal dari transaksi lainnya. Untuk
perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang muncul adalah
piutang dagang dan piutang lainnya. Piutang yang terkait dengan
pendapatan disebut piutang usaha. Untuk entitas perbankan, piutang
adalah kredit yang disalurkan kepada pihak lain, dalam laporan posisi
keuangan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan. Adapun
Klasifikasi piutang menurut jenis pembiayaan misalnya piutang
pembiayaan konsumen, piutang pembiayaan sewa, dan piutang
pembiayaan kartu kredit. Perjanjian utang piutang dapat dilakukan
secara tertulis dan tidak tertulis.

11
Piutang dagang muncul dari transaksi pendapatan dagang secara
tunai maupun secara kredit. Piutang dagang biasanya tidak ada bunga
dan jangka waktu pelunasan singkat tergantung kebijakan kredit yang
diberikan. Jika piutang yang tidak terkait dengan penjualan/pendapatan
disebut piutang lainnya (nontrade receivable) contoh : piutang
karyawan, pemegang saham, piutang pajak, piutang bunga, dividen dan
piutang jaminan pelanggan.

Piutang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun diklasifikasikan


sebagai aset lancar, sedangkan jatuh temponya lebih dari 1 tahun
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Rincian piutang yang dimiliki
perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi perusahaan. Untuk
perusahaan perbankan semua pinjaman yang diberikan diklasifikasikan
dalam kredit yang disalurkan. Bank tidak mengklasifikasikan kredit
kedalam kelompok lancar maupun tidak lancar.

 Wesel Tagih

Wesel merupakan janji tertulis yang tidak bersyarat,


ditandatangani oleh pihak pembuatnya, untuk membayar sejumlah
uang atau pada suatu tanggal yang ditetapkan pada masa yang akan
datang kepada pihak yang memerintahkan. Penerbit wesel disebut
wesel bayar (notes payable), sedangkan penerima wesel disebut
wesel tagih (notes receivable) karena penerima memiliki hak klaim
menagih.

Wesel tagih biasanya memiliki bunga, dan ada yang tidak


berbunga. Wesel tagih yang tidak berbunga biasanya dijual dengan
diskon (lebih rendah dari nilai nominal) . diskon merupakan bentuk
bunga yang diterima dimuka. Wesel tagih dapat dijual oleh
pemegangnya sebelum jatuh tempo.

12
Perbedaan obligasi dengan wesel tagih terletak pada
keberadaan pasar. Obligasi biasanya diterbitkan dalam jumlah yang
besar, karena diperjualbelikan dipasar modal, maka mensyaratkan
suatu ketentuan khusus. Sementara wesel tagih tidak ada regulasi
khusus karena dasarnya lebih pada perjanjian antara pihak penerbit,
penerima, dan pembayar. Wesel tagih dapat diterbitkan untuk
membayar penjualan atau diterbitkan dalam rangka memperoleh
pinjaman. Wesel tagih dapat diterima setelah tanggal penerbitan,
sehingga untuk wesel tagih berbunga harus diperhitungkan
pendapatan bunga dan perhitungannya akan menambah kas yang
harus dibayar pihak penerima.

 Pengakuan Awal
Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas
tersebut menjadi bagian dalam kontrak piutang. Sesuai dengan
PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai
wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara
kedua belah pihak. Pada saat perolehan, entitas seharusnya
mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas yang diterima di masa
depan. Untuk pengukuran piutang dagang dan piutang usaha jarang
sekali memperhitungkan komponen bunga. Jangka waktu antara
piutang dan pembayaran relatif pendek sehingga pendapatan bunga
relatif kecil. Misalnya :

Penjualan terjadi pada 1 Februari 2015 Rp. 1000.000, pembayaran


dilakukan pada 1 Mei 2015. Jika tingkat suku bunga 6%, maka
nilai kininya Rp. 995.000, jika membayarnya lebih cepat lagi maka
nilai kininya akan semakin mendekati Rp. 1000.000.

 Diskon Penjualan
Untuk transaksi penjualan, perusahaan seringkali memberikan
diskon atau potongan baik potongan harga maupun kuantitas.

13
Potongan kuantitas diberikan dengan memberikan bonus barang.
Misalnya : beli 2 gratis 1. Diskon dapat juga diberikan dalam
potongan penjualan karena pembayaran dilakukan pelanggan lebih
cepat dari tg yg sudah ditentukan, dinyatakan dalam bentuk 2/10,
n/30 artinya akan diberikan diskon penjualan sebesar 2% jika
membayar sampai dengan 10 hari dan harus dilunasi dalam waktu
30 hari.
Diskon penjualan dicatat dengan menggunakan 2 metode yaitu:
- Metode piutang neto (net method), pencatatan ini
diasumsikan diskon diambil sehingga ketika mencatat
penjualan dan piutang sudah dikurangi diskon tersebut.
- Metode piutang bruto (gross method), dalam pencatatan ini
nilai penjualan akan disajikan sebesar nilai penjualan bruto
dikurangi dengan nilai diskon penjualan.

 Penghitungan Penurunan Nilai dalam Piutang


Penentuan penurunan nilai dihitung secara individu. Piutang
yang tidak mungkin dibayar karena kegiatan operasi dihentikan
atau pailit, harus diturunkan nilainya secara keseluruhan . jika tidak
ada jaminan maka semua piutang tersebut dihapuskan dan akan
dicatat sebagai Beban. Penurunan piutang akan dicatat mengurangi
nilai piutang atau pinjaman. Ada 2 metode untuk mencatat jurnal
penurunan nilai yaitu :
- Metode penghapusan langsung (dirrect write off method)
Piutang yang diturunkan nilainya langsung dihapuskan tanpa
dibuat akun cadangan penurunan nilai.
- Metode pencadangan (allowance method)
Piutang yang diturunkan nilainya langsung dihapuskan harus
dibuat akun cadangan penurunan nilai.
Metode penghapusan langsung memiliki pengendalian kurang
baik, karena sulit memonitor jumlah piutang yang telah diturunkan

14
sebelumnya. Dan tanpa akun cadangan, kredit piutang tidak jelas
akan mengurangi nilai piutang dari debitur yang mana. Perusahaan
dapat menghapuskan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih
dengan mengkredit piutang dan mendebit akun cadangan
penurunan nilai.

 Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan
nilai piutang dan pinjaman tidak lagi dicatat dalam laporan
keuangan. Untuk piutang atau pinjaman penghentian pengakuan
baik seluruhnya atau sebagian, terjadi saat piutang tersebut
dilunasi.
d. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-
derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual dan tidak
diklasifikasikan sebagai salah satu kategori instrumen keuangan seperti
Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at
fair value through profit or loss), Investasi yang ditahan sampai jatuh
tempo (Held-to-maturity investments) dan Pinjaman dan Piutang
(Loans and receivables) . Kategori ini termasuk investasi dalam saham
biasa, saham preferensi dan efek konversi yang tidak ditetapkan sebagai
nilai wajar melalui laba atau rugi.

Aset keuangan untuk dijual diakui pada awalnya dengan nilai


wajar ditambah biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, aset keuangan
yang tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan perubahan
nilai wajar yang diakui dalam laporan perubahan ekuitas. AASB 139
mensyaratkan daur ulang dari akumulasi perubahan nilai wajar dari
laporan perubahan ekuitas dan ke dalam laporan laba rugi komprehensif
ketika aset keuangan dihentikan pengakuannya (paragraf 55 (b)).

2. Kewajiban Keuangan Lainnya

15
Paragraf 48 mewajibkan liabilitas keuangan, selain yang pada nilai
wajar melalui laba rugi, diakui pada awalnya pada nilai wajar ditambah
biaya transaksi, Paragraf 47 dari AASB 139 mensyaratkan bahwa,
setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan, selain yang ditetapkan
sebagai pada nilai wajar melalui laba rugi, harus diukur pada biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode bunga efektif.

E. Kasus Pada Akuntansi untuk Instrumen Keuangan


PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan perusahaan swasra
nasional dengan kedudukan kantor pusat di Jalan Kenderal Sudriman No 22-
23, Jakarta. BCA didirikan di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 1955
berdasarkan akte notaris Raden Mas Soeprapto No. 38 dengn nama “N.V.
Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Kritting Factiry”. BCA mulai
beroperasi dibidang perbankan berdasarkan surat keputusan Menteri
Keuangan No. 42855/UMII tanggal 14 Maret 1957, bank juga memperoleh
izin menjalankan aktivitas sebagai bank devisa berdasarkan surat keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 9/110/Kep/Dir/UD tanggal 28 Maret 1977. Pada
bulan Men 2000, BCA melakukan penawaran umum perdana saham 22% dari
modal saha yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari nama bank
menjadi PT. Bank Central Asia Tbk. Dalam laporan tahunan tahun 2014
(kondisi per 31 Desember 2014) disebutkan BCA telah memiliki kantor
cabang yang tersebar diseluruh Indonesia sebanyak 1.111 cabang dan 2
kantor perwakilan luar negeri (Hongkong dan Singapura).
a. Visi Bank BCA
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar
penting perekonomian Indonesia.

b. Misi Bank BCA


1. Membangun institusi yang unggul dibidang penyelesaian pembayaran
dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perorangan

16
2. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan
financial yang tepat demi tercapainya keputusan optimal bagi nasabah.
3. Meningkatkan nilai francais dan nilai stekholder BCA

Kebijakan akuntansi perusahaan pembukuan dan pelaporan Bank BCA


menganut kebijakan dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di
Indonesia. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang signifikan telah diterapkan
secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Bank
BCA dan entitas anak. Penyajian uraian kebijakan akuntansi Bank BCA dan
entitas anak dikelompokkan menurut komponen laporan keuangan
konsolidasian. Masing-masing komponen mencakup uraian terperinci
mengenai pengertian, klasifikasi, perlakuan, serta penyajian dan
pengungkapan dari pos-pos utama bank umum terbesar di Indonesia yang
bergerak dibidang jasa keuangan, dimana dalam menjalankan kegiatannya
aset keuangan sangan penting dan berpengaruh dalam kelangsungan kegiatan
operasional perusahaan, dalam Laporan Keuangan Perbankan terutama terdiri
dari Instrumen Keuangan. Instrumen Keuangan yang dimiliki BCA
diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) adalah sebagai
berikut:
1. Aset Keuangan BCA dan Entitas Anak terutama terdiri dari kas, giro pada
Bank Indonesia giro pada bank-bank lain, penempatan pada Bank
Indonesia dan bank-bank lain, aset janji dijula kembali, kredit yang
diberikan piutang pembiayaan konsumen, investasi sewa pembiayaan
bersih, dan efek-efek untuk tujuan investasi.
2. Liabilitas Keuangan BCA dan Entitas Anak terutama terdiri dari simpanan
dari nasabah, simpanan dari bank-bank lain, liabilitas keuangan untuk
diperdagangkan,utnag akseptasi, efek-efek utang yang dterbitkan, dan
pinjaman yang diterima.
Perbandingan Pengungkapan Aset dan Liabilitas Keuangan berdasarkan
PSAK dengan PT. Bank Central Asia Tbk

17
Secara umum, PT. Bank BCA tbk telah menerapkan PSAK No. 60
tentang pengungkapan instrumen keuangan. Dalam PSAK ini diatur
bagaimaa pengungkapan instrumen keuangan dalam laporan keuangan.
PSAK 60 (2014) mensyaratkan pengungkapan mengenai instrume keuangan
yaitu aset dan liabilitas keuangan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Laba Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan yang dilakukan BCA mengenai aset keuangan dan liabilitas
keuangan yang diungkapkan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba
Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan Keuangan menjelaskan
bagiamana kategori aset dan liabilitas keuangan tersebut diukur dan
bagaimana pendapatan dan beban, termasuk alab dan rugi atas nilai wajar
(perubahan nilai wajar instrumen keuangan) diakui.
PSAK 60 mensyaratkan setiap poin-poin yangn harus diuangkapan
mengenai instrumen keuangan dalam laporan keuangan. Bank BCA telah
mengungkapkan setiap poin-poin dan terdapat beberapa poin yang belum
diungkapkan secara jelas oleh perusahaan. Bank BCA tidak
mengungkapkan instrumen keuangan majemuk dengan bebrapa derivatif
melekat, gagl bayar dan pelanggaran, dan akuntansi lindung nilai dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) perusahaan.

18
BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Informasi akuntansi harus memiliki relevansi nilai yang bermanfaat bagi


investor dalam mengambil keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi
yang akurat oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon
kreditor) memiliki peran yang besar yaitu sebagai dasar pertimbangan apakah
investasi yang akan dilakukan nantinya akan mendapatkan keuntungan dan
kerugian dari kegiatan investasi. Sehingga pada proses penyajian dan
pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standar-standar akuntansi
yang berlaku yaitu PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan, PSAK
No.55 tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan PSAK No. 60
tentang pengungkapan instrumen keuangan.

Dengan adanya perubahan standar akuntansi yang mengatur tentang instrumen


keuangan maka terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No.
55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011)
dan PSAK No. 60. Perbedaan tersebut diantara tentang reklasifikasi dari diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan dan piutang dan
reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang.
Selain itu juga terkait dengan pengungkapan aset atau liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap
kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar.

B. Saran

Dengan adanya perubahan standar akuntansi yang mengatur tentang instrumen


keuangan maka terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No.
55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011)
dan PSAK No. 60 yang dilakukan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
(DSAK). Perubahan peraturan antara lain tentang pengungkapan aset atau
liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah

19
reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta
pengungkapan pengukuran nilai wajar. Sehingga berdampak pada
meningkatkannya relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relevansi nilai
dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah penerapan revisi
PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Oleh karena itu sebaiknya
regulator atau Dewan standar Akuntansi Keuangan (DSAK) menerapkan tentang
pengungkapan pengukuran nilai wajar pada PSAK lain selain PSAK yang
mengatur tentang instrumen keuangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Henderson, (2013). Issues In Financial Accounting, 15th ed. Australia: Pearson.

http://staff.blog.ui.ac.id/martani/. Diakses: tanggal 20 September 2018, pukul


09.40 WIB.
https://farida-datakuliah.blogspot.com/2017/08/instrumen-keuangan.html. Diakses
tanggal 21 September 2018, pukul 13.55 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai