Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN TUMBUHAN

LATIHAN I
PERISTIWA OSMOSIS

Disusun oleh :

Nama : Nabila Junisky S.


NIM : A420190144

Kelompok : 37

Korektor : Nevia Gina Pradita


Nilai :

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
LEMBAR KERJA MAHASISWA
PRAKTIKUM FISIOLOGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
TANAMAN

A. IDENTITAS
Nama : Nabila Junisky Susetyawati
NIM : A420190144
Kelompok : 37

B. JUDUL LATIHAN I : PERISTIWA OSMOSIS

C. TUJUAN
1. Mendiskripsikan pengertian Osmosis
2. Menemukan fakta mengenai gejala osmosis

D. ALAT
1. Pisau : 1 Buah
2. Lepek : 1 Buah
3. Gelas : 1 Buah
4. Penggaris : 1 Buah
5. Wadah : 1 Buah
6. Sendok : 1 Buah
7. Tisu/kapas : Secukupnya
8. Alat dokumentasi : 1 Buah

E. BAHAN
1. Kentang : 1 Buah
2. Larutan gula 20% : 100 Ml
3. Air aquades : Secukupnya
F. DATA PENGAMATAN
Ulangan Panjang Panjang akhir Tekstur Awal Tekstur
Awal (mm) Akhir
(mm)
1 30 28 Keras Lunak

2 30 27 Keras Lunak

3 30 28 Keras Lunak
4 30 28 Keras Lunak

5 30 28 Keras Lunak
Rata- rata 30 27,8 Keras Lunak

G. LANDASAN TEORI
Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat
terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi ( Horne dan Swearingen 2001). Pada
osmosis biasanya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah Air. Tujuan
Osmosis adalah melarutkan zat terlarut sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan. Kecepatan
osmosis bergantung pada konsentrasi salut di dalam larutan suhu larutan muatan listrik dan perbedaan
tekanan osmosis tekanan osmosis ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan titik Bila
konsentrasi molekulnya tinggi Maka tekanan osmosis pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan
tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. Tekanan osmotik larutan disebut juga osmolalitas tekanan
osmotik ini antara lain dipengaruhi oleh jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi
antara cairan intravaskuler dengan ekstravaskuler. Misalnya masing-masing dari intensitas ke venula
bersamaan dengan perpindahan (Asmadi, 2008:53).
( Koryati, 2021:24) menyataka dalam membandingkan dua larutan jika konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi disebut hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah disebut
hipotonik. Ini merupakan istilah relatif yang hanya bermakna bila terdapat suatu perbandingan titik
misalnya air PAM yang bersifat hipertonik terhadap air destilasi tetapi hipotonik terhadap air laut.
Larutan dengan konsentrasi zat yang disebut isotonik dalam gambar bejana berbentuk u dengan
membran permeabel selektif memisahkan dua larutan gula yang berbeda konsentrasinya. Pori membran
terlalu kecil untuk dilewati oleh molekul gula tetapi cukup besar untuk dilewati molekul air akibatnya
larutan dengan konsentrasi hipertonik memiliki konsentrasi air yang lebih rendah sehingga yang
berfungsi melintasi membran dari larutan hipotonis ke larutan hipertonik. Difusi air melintasi membran
permeabel selektif merupakan suatu kasus khusus transpor pasif yang disebut osmosis.
Penelitian Mirzayi (2018:1-10) dengan tujuan untuk mempelajari kinetika transfer massa selama
dehidrasi osmotik irisan pisang dalam larutan osmotik yang disiapkan dengan menggabungkan gula
dan garam. Metode yang dilakukan dengan tiga replikasi dan sarana dianalisis menggunakan
metodologi respon permukaan (RSM). Hasil penelitian menunjukan bahwa kehilangan air meningkat
dengan meningkatnya waktu, sukrosa dan kandungan garam. Menurut data yang dipeoleh kerugian air
minimum dan maksimum yang diamati adalah 9,0% (pada 50oBx, 0% garam dan 90 menit) dan 46,5%
(pada 60o Bx, 10% garam dan 360 menit), masing-masing. Sedikit garam ditemukan untuk mengurangi
penambahan padatan sementara gula dan waktu meningkatnya. Efek dari semua parameter signifikan
untuk kehilangan air, sementara hanya mereka yang mengandung sukrosa, waktu dan interaksi garam
dengan sukrosa signifikan untuk penambahan padatan. Berdasarkan hukum kedua fick, difusivitas air
yang efektif dalam irisan pisang.
Pada tumbuhan tentu saja terjadi osmosis, terjadi antara zat pelarut yang melewati membran pada
sel tumbuhan. Pergerakan zat pelarut tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: 1. Setiap
molekul zat (baik zat pelarut, maupun terlarut) mempunyai ukuran yang berbeda-beda, ukuran molekul
yang lebih kecil dibanding ukuran diameter pori-pori membran semipermeabel yang dapat lewat
dengan mudah untuk berpindah tempat. 2. Daya larut zat terlarut berbeda tergantung jenis zatnya,
seperti lipid yang lama atau susah larut dalam air, sehingga lipid akan lebih sulit untuk melewati
membran semipermeabel, berbeda dengan protein dan karbohidrat yang mudah larut dalam air,
sehingga protein dan karbohidrat lebih mudah melewati membran semipermeabel. 3. Membran
semipermeabel menjadi pembatas antara dua daerah, jika membran semipermeabel mempunyai besar
permukaan yang luas, maka kesempatan zat pelarut berpindah daerah juga akan semakin cepat. 4.
Semakin tinggu suhu zat pelarut, maka energi kinetik yang dihasilkan juga semakin besar, sehingga
ion/molekul zat pelarut akan lebih aktif untuk bergerak, sehingga zat pelarut semakin cepat melewati
membran semipermeabel (Asngad, 2018:21-22).
Penelitian Yahya (2015:196-206) dengan tujuan untuk memperoleh data secara kuantitatif
mengenai perbandingan laju osmosis antara Solannum tuberosum dan Daucus carota. Metode yang
digunakan yaitu metode deskriptif, kuantitatif dengan menggunakan uji-t (test). Hasil menunjukan
bahwa tingkat laju osmosis antara keduanya memperlihatkan perbedaan secara signifikan. Besar laju
kentang 3,37 gr/2 jam dan wortel 22 gr/2 jam. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat laju osmosis antara kentang dan wortel.
H. DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Dasar Klien.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Hal: 53.

Asngad, Aminah; Agustina, Lina; Dan Rahmat, Rifky Arif. 2018. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press. Hal : 21-22.

Koryati, Try; Purba, Deddy Wahyudin; Surjaningsih, Jajuk Rahayu; Sagala, Danner; Purba, Sri Rejeki,
Amartani,Miftahul Khairani Kalis; Sutrisno, Eko, Erdiandini, Nurul Huda Panggbean Ira; dan
Aidya Riantina Fitra. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Medan : Yayasan Kita Menulis. Hal : 24.

Mirzayi, Behruz; Heydari, Amir ; Dan Jabbari, Asieh. 2018. “ The Effects Of
Sucrose/Nacl/Time Interactions On The Osmotic Dehydration Of Banana Slices”. Braz. J.
Food Technol. Vol. 21, No. 1. Hal: 1-10.

Yahya. 2015. “Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solanum tuberosum Dan Daucus
carota”. Jurnal Biology Education. Vol. 4, No. 1. Hal: 196-206.
I. DISKUSI

1. Berdasarkan hasil pengamatan, bandingkanlah panjang, diameter dan volume potongan kentang
pada awal dan akhir percobaan.
Jawab: panjang awal rata-rata pada ketang yaitu 30 mm sedangkan pada panjang akhir rata-rata
pada kentang menjadi 27,8 mm.

2. Apa yang menyebabkan perbedaan panjang, diameter, dan volume potongan kentang diawal dan
diakhir percobaan.
Jawab: faktor yang menyebabkan perbedaan panjang, diameter, dan volume kentang yaitu daya
isap kentang, luas permukaan, kadar air, konsentrasi zat pelarut, dan lamanya perendaman.

3. Buatlah kesimpulan untuk menjelaskan peristiwa osmosis tersebut


Jawab: kentang mengalami osmosis ketika dimasukan ke larutan gula karena didalam kentang air
keluar menuju kelarutan gula yang hipertonik sehingga menyebabkan penyusutan pada panjang,
diameter, dan volume kentang.
J. PEMBAHASAN
Osmosis adalah peristiwa dimana molekul-molekul air yang melintasi membran dari gradien
konsentrasi rendah menuju ke gradien konsentrasi tinggi. Peristiwa osmosis sangat penting dalam
proses-proses biologi yang air sebagai medium pelarutnya. Transpor molekul air dan molekul lainnya
yang melintasi membran biologi merupakan esensi untuk kebanyakan proses terjadi pada organisme
hidup. Pada percobaan ini dengan tujuan membuktik tentang gejala osmosis, menggunakan 5 kali
ulangan pada kentang, kelima potongan kentang dengan panjang awal 30 mm semua. Pada percobaan
ini mengetahui terjadinya osmosis yaitu dengan menggunakan larutan gula 20% sebanyak 100 ml. Pada
kentang yang memiliki panjang awal 30 mm dengan tekstur yang keras dan kaku dimasukan pada
larutan gula selama 45 menit terjadi peristiwa osmosis. Dengan hasil setelah perendaman kentang 1
memiliki panjang akhir menjadi 28 mm dan memiliki tekstur yang lunak, pada kentang 2 memiliki
panjang akhir 27 mm dan bertekstur lunak, pada kentang ke 3 dengan panjang akhir 28 mm dan tekstur
yang lunak, pada kentang ke 4 dengan panjang akhir 28 mm dan bertekstur lunak, dan pada kentang ke
5 dengan panjang akhir 28 mm dengan tekstur lunak. Pada percobaan kali ini diperoleh rata-rata
panjang akhir yaitu 27,8 mm dan semuanya bertesktur lunak/lembek..
Hasil dari percobaan pada kentang tersebut, kentang sebagai konsentrasi rendah yaitu air didalam
kentang yang hipotonik akan keluar menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi atau hipertonik pada
larutan gula. Hal ini menyebabkan kentang tenggelam kedalam larutan gula dan kandungan air dalam
kentang akan keluar bercampur dengan larutan gula. Peristiwa ini disebut dengan osmosis yaitu
perpindahan zat diantara dua daerah yang dipisahkan oleh membran, dari daerah berkonsentrasi
rendah/encer air dari kentang sendiri ke daerah berkonsentrasi tinggi/pekat pada larutan gula, melewati
membran semipermeabel. Kentang yang mengalami osmosis akan tenggelam kedasar larutan gula
setelah lebih dari 35 menit perendaman, tekstur kentang menjadi lunak atau lembek. Ini karena
kandungan air didalam kentang sudah keluar menuju larutan gula. Perubahan juga tejadi pada panjang
kentang yang awalnya 30 mm menjadi 28 mm dan ada yang 27 mm.
Pada kelima potongan kentang pada sekitar 35 menit mulai tenggelam ke dasar larutan gula. Hal ini
menunjukan bahwa semakin kecil ukuran kentang maka semakin cepat proses tenggelam kedasar
larutan gula. Mulai dari kentang 1 sampai dengan kentang ke 5 terjadi penyusutan panjang dan dengan
tekstur yang lunak. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut menurut Asngad, 2018 adalah
yaitu Setiap molekul zat (baik zat pelarut, maupun terlarut) mempunyai ukuran yang berbeda-beda,
ukuran molekul yang lebih kecil dibanding ukuran diameter pori-pori membran semipermeabel yang
dapat lewat dengan mudah untuk berpindah tempat. Selain itu, Daya larut zat terlarut berbeda
tergantung jenis zatnya, seperti lipid yang lama atau susah larut dalam air, sehingga lipid akan lebih
sulit untuk melewati membran semipermeabel, berbeda dengan protein dan karbohidrat yang mudah
larut dalam air, sehingga protein dan karbohidrat lebih mudah melewati membran semipermeabel.
Membran semipermeabel menjadi pembatas antara dua daerah, jika membran semipermeabel
mempunyai besar permukaan yang luas, maka kesempatan zat pelarut berpindah daerah juga akan
semakin cepat. Semakin tinggi suhu zat pelarut, maka energi kinetik yang dihasilkan juga semakin
besar, sehingga ion/molekul zat pelarut akan lebih aktif untuk bergerak, sehingga zat pelarut semakin
cepat melewati membran semipermeabel. Namun bila konsentrasi zat pelarut lebih rendah maka larutan
dari kentang akan keluar akan keluar sehingga menyebabkan plasmolisis atau penyusutan ukuran dan
teksturnya.
Hal ini menunjukan bahwa proses osmosis pada kentang tersebut sesuai dengan penelitian Yahya,
2015 yang menyatakan bahwa umbi kentang bertindak sebagai selaput atau membran. Air yang ada
pada umbi kentang akan menuju ke larutan gula dengan melewati membran semipermeabel, dari larutan
konsentrasi rendah atau hipotonik menuju hipertonik atau larutan yang berkonsentrasi tinggi. Pada
umbi kentang mengalami penyusutan atau plasmolisis dengan perbedaan yang signifikan dengan umbi
wortel yang tidak mengalami plasmolisis seperti halnya pada kentang, dengan waktu perendaman yang
sama tetapi menunjukan hasil yang signifikan. Ini berarti bahwa umbi kentang ketika dimasukan
kedalam larutan yang berkonsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis dan terjadi peristiwa osmosis,
perpindahan dari zat pelarut rendah ke zat pelarut yang berkonsentrasi tinggi.
K. SIMPULAN
Dari praktikum latihan I peristiwa osmosis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kentang yang direndam didalam larutan gula 20% mengalami penyusutan panjang, dan
perbedaan tesktur. Hal ini dikarenakan air dalam kentang keluar dan diganti dengan larutan
gula sehingga pori-pori kentang mengecil dan menyusut.
2. Peristiwa osmosis terjadi pada kentang, hal ini ditandai dengan pajang ratarata awal pada
kentang 30 mm menjadi panjang rata-rata akhir 27,8 mm, hal ini menyebabkan pula tekstur
pada kentang yang semula keras dan kaku menjadi lunak.
3. Percobaan kentang yang dilakukan terbukti terjadi perubahan/perpindahan zat pelarut yang
berkonsentrasi rendah (air) ke zat yang berkonsentrasi tinggi (larutan gula) melalui
membran semipermeabel (kentang).
4. Faktor yang menyebabkan perubahan pada kentang dapat berupa molekul zat, daya larut
zat terlarut, suhu zat pelarut.
L. LAMPIRAN

Gambar. 1 Alat dan Bahan. Gambar 2. Proses Pemotongan Kentang

Gambar 3. Kentang dengan ukuran 3x3 cm. Gambar 4. Larutan Gula konaentrasi 20%

Gambar 5. Proses Inkubasi Kentang 45 Menit. Gambar 6. Kentang seteah Inkubasi


Original Article
Campinas, v. 21, e2017228, 2018
https://doi.org/10.1590/1981-6723.22817
ISSN 1981-6723 on-line version

The effects of Sucrose/NaCl/Time interactions on the osmotic


dehydration of banana slices
Efeitos de interações de Sacarose/NaCl/Tempo na desidratação
osmótica de fatias de banana

Behruz Mirzayi1* , Amir Heydari1, Asieh Jabbari 1


1University of Mohaghegh Ardabili, Department of Chemical Engineering, Ardabil - Iran

*Corresponding Author
Behruz Mirzayi, University of Mohaghegh Ardabili, Department of Chemical Engineering, Postal Code: 179, Ardabil – Iran, e-mail:
mirzayib@uma.ac.ir

Cite as: The effects of Sucrose/NaCl/Time interactions on the osmotic dehydration of banana slices. Braz. J. Food Technol., v. 21,
e2017228, 2018.

Received: Dec. 30, 2017; Accepted: May 30, 2018

Abstract

The objective of this work was to study the mass transfer kinetics during the osmotic dehydration of banana slices in an osmotic
solution prepared by combining sugar with salt. Two levels of sucrose concentration (50 and 60 °Bx), three levels of NaCl content (0, 5%
and 10% w/v) and four time levels (90, 180, 270 and 360 min) were applied according to the full factorial technique. The experiments
were carried out with three replications and the means analyzed using response surface methodology (RSM). The experimental data
revealed that the water loss increased with increase in time, sucrose and salt contents. According to the data obtained the minimum and
maximum water losses observed were 9.0% (at 50 °Bx, 0% salt and 90 min) and 46.5% (at 60 °Bx, 10% salt and 360 min), respectively.
Furthermore, a small portion of salt was found to reduce the solids gain while the sugar content and time increased it. The effects of all
the parameters were significant for water loss, while only those of sucrose content, time and the interaction of salt with sucrose were
significant for solids gain. Based on Fick’s second law, the effective diffusivity of water in banana slices was evaluated in the range from
5.67×10-9 to 9.11×10-9 m2/s for the solutions studied.

Keywords: Banana; Effective diffusivity; Osmotic dehydration; Response surface methodology; Statistical analysis; Mass transfer.

Resumo

O objetivo deste trabalho foi estudar a cinética de transferência de massa durante a desidratação osmótica de fatias de banana
numa solução osmótica preparada pela combinação de açúcar e sal. Dois níveis de concentração de açúcar (50 e 60 °Brix), três níveis
de conteúdo de NaCl (0, 5% e 10% p/v) e quatro níveis de tempo (90, 180, 270 e 360 min) foram aplicados de acordo com a técnica
fatorial completa. Os experimentos foram conduzidos com três réplicas e as médias foram analisadas usando a metodologia de superfície
de resposta (MSR). Os dados experimentais revelaram que a perda de água aumentou com aumento em tempo e conteúdos de sacarose
e sal. Conforme os dados obtidos, as perdas mínimas e máximas de água observadas foram de 9,0% (com 50 °Brix, 0% sal e 90 min) e
46,5% (com 60 °Brix, 10% sal e 360 min), respectivamente. Ademais, uma porção pequena de sal reduziu o ganho de sólidos enquanto
o conteúdo de açúcar e o tempo aumentaram o mesmo. Os efeitos de todos os parâmetros foram significantes para perda de água,
enquanto apenas os efeitos de conteúdo de sacarose, tempo e a interação entre o sal e a sacarose foram significativos para o ganho de
sólidos. Baseado na Segunda Lei de Fick, a difusividade efetiva de água nas fatias de banana for avaliada na faixa de 5,67×10-9 a
9,11×10-9 m2/s para as soluções estudadas.

Palavras-chave: Banana; Difusividade efetiva; Desidratação osmótica; Metodologia de superfície de resposta; Análise estatística;
Transferência de massa.

This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

PERBEDAAN TINGKAT LAJU OSMOSIS ANTARA UMBI SOLONUM


TUBEROSUM DAN DOUCUS CAROTA

Oleh:

Yahya
Dosen Kopertis Wil. I dpk FKIP Unigha Sigli

ABSTRAK

Telah dilakukan Penelitian tentang tingkat laju Osmosis antara umbi kentang dan wartel, serta
bagaimana perbandingan laju osmosis antara kedua umbi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan januari 2014 di LAB MIPA Universitas Jabal Ghafur, dengan tujuan untuk memperoleh
data secara kuantitatif mengenai perbandingan tingkat laju osmosis antara umbi ketang Solonum
tuberosum dan umbi wortel Doucus Carota. Metode yang digunakan adalah metode dieskriptif,
kuantitatif dengan menggunakan uji-t (t-test).Parameter penelitian adalah berat umbi setelah
diendam selama dua jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat laju osmosis antara
keduanya memperlihatkan perbedaan secara signifikan. Besar tingkat laju umbi kentang adalah
3,37 gram/2 jam dan umbi wortel 22,20 gram/2 jam.Uji banding dengan menggunakan t-test
diperoleh bahwa besarnya nilai t-hitung 4,18 dan t-tabel 2,04. Hal ini menunjukkan t-hitung 4.18
> t-tabel 2.04 pada taraf signifikant α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan tingkat laju osmosis antara umbi kentang dan umbi wortel.

Kata Kunci: laju osmosis, umbi solonum tuberosum, umbi donocus carota

PEDAHULUAN mengatur keluar masuknya zat. Dengan


Makhluk hidup mengalami poses pengaturan itu sel akan memperoleh pH
metabolisme, salah satunya adalah yang sesuai. Konsentasi zat-zat akan
transportasi. Seperti halnya manusia terkendali, sel dapat memperoleh
tumbuhanpun memerlukan zat-zat dari masukan zat-zat dari ion-ion yang
luar untuk kelangsungan hidupnya. diperlukan. Serta membuang zat-zat yang
Untuk itu dalam mewujudkan keserasian tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.
dalam tubuh, setiap makhluk hidup perlu Perpindahan molekul atau ion melewati
adanya sirkulasi zat. Dimana sirkulasi zat membran disebut tranport lewat
ini terjadi dalam gerakan sitoplasma atau membran (Syamsuri, 1999 : 22).
dalam bentuk diffusi dan osmosis. Proses Zat-zat yang diperlukan melewati
pengangkutan zat-zat dari dalam dan membran melalui transpor aktif dan
keluar sel disebut transportasi, pasif.Tanspor aktif terjadi transpor zat
Pada sel tumbuhan terdapat
membran sel yang berfungsi untuk

Anda mungkin juga menyukai