Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMBAHASAN

Laporan tugas akhir berisi pendokumentasian Asuhan Kebidanan . pendokumentasian

atau catatan pelaksanaan Asuhan kebidanan mengacu pada KEMENKES RI nomor

938/menkes/VIII/2007 Tentang standar Asuhan Kebidanan yang didokumentasikan

dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,planning) pada Ny I sejak masa

kehamilan, nifas, persalinan, bayi baru lahir, dan kelurga berencana yang telah

dilaksanakan di puskesmas marawola mulai pada tanggal 10 juni sampai dengan 30

juni 2020. Pembahasan membandingkan antara data dan dokumentasi pelaksanaan

asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan secara komprehensif sesuai dokumentasi

pelaksanaan asuhan yang kebidanan, apakah terjadi kesenjangan atau tidak.

A. Kehamilan

Berdasarkan pengkajian yabg telah dilakukan pada Ny.I berusia 31 tahun,

sedang hamil keempat dengan usia kehamilan 35 minggu 2 hari. Usia yang ideal

untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-35 tahun, lebih atau kurang dari usia itu

adalah beresiko (Tyastuti dan Wahyuningsi, 2016).

Pendidikan terakhir SMU. Penelitian yang dilakukan Hidayah, Wahyuningsih,

dan Kusminatun (2018) menyatakan tinggi atau rrendahnya penddidikan seorang


ibu hamil akan berpengaruh terhadap kemampuanya menyerap informasi baru

tentang resiko kehamilan dan kejadian komplikasi persalinan.

Pekerjaan IRT. Penelitian yang dilakukan Marcelya dan Salafas (2018) ibu

yang tidak bekerja lebih rutin melakukan kunjungan ANC lengkap sehingga

komplikasi persalinan dapat dicegah. Berdasarkan umur, pendidikan, dan

pekejaan sehingga hal ini tidak terdapat kesenjagan antara teori dan kasus

Pemberian asuhan kehamilan bertujuan untuk memantau kemajuan kehamilan

guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangan janin yang normal,

mengenali secara dini adanya komplikasi dan memberikan penatalaksanaan yang

diperlukan, membina hubungan yang saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk

mengahadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi (Tyastuti dan

Wahyunigsih, 2016)

selama kehamilan Ny.I memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali, di

Puskemas Marawola. TM I ibu melakukan kunjungan sebanyak 1 kali, TM II

sebanyak 1 kali, TM III sebanyak 2 kali, kunjungan yang dilakukan penulis pada

kehamilan trimester III sebanyak I kali di Pustu Desa Baliase. Standar

pemeriksaan dan pemantauan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan, yaitu TM I sebanyak 1 kali, TM II sebanyak 1 kali, TM III sebanyak

2 kali (Eniyanti, Yulaikha, dan Puspitasari, 2019) hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus


selama kehamilan ibu mendapatkan iminisasi TT sebanyak 2 kali, standar

pelayanan ante natal care imunisasi TT diberikan pada ibu hamil segerah setelah

dinyatakan hamil dengan tujuan untuk memberikan kekebalan pada ibu dan

mencegah tetanus neonatorum pada bayi yang akan dilahirkan. Setiap ibu hamil

harus mendapatkan imunisasi TT minimal 2 kali selama kehamilan (TT 1 pada

saat kunjungan antenatal pertama dan TT 2 4 minggu kemudian setelah TT satu)

(Mufdila, 2017). Hal ini tidak terdapat kesenjagan antara teotii dan kasus.

Ibu merasakan pergerakan janin (Quickening) sejak usua kehamilan 20

minggu. Persepsi gerakan janin pertama biasannya dirasakan pada kehamilan 18-

20 minggu (Mufdlilah, 2017). Hal ini tidak terdapat kesenjangan teori dan kasus.

Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat penting untuk melihat

perkembangan hasil kontrasepsi. Berat badan Ny.I sebelum hamil 60 kg dengan

tinggi 157 cm. Berdasarkan hasil penimbangan terakhir berat badan Ny.I adalah

70 kg dan kenaikan selama hamil 10 kg. Berdasarkan data yang diperoleh dapat

dihitung dengan menggunakan rumus IMT = Berat badan (kg) /tinggi badan (m)2.

IMT = 60 kg/ (157)2 =24,34 kg/m2 . kategori IMT normal (IMT 19,8-26,00)

dengan kenaikan yang duanjurkan yaitu 11,5-16 kg, Untuk itu kenaikan berat

badan belum sesuai dengan kategori IMT yang dianjurkan (Mufdlilah,2017).

Tinggi badan 157 cm ini merupakan hal normal, sehingga tidak ada kesenjagan

antara kasus dan teori. Apabila tinggi badan <150 cm merupakan kategori resiko

tinggi.
Pemeriksaan lila dilakukan untuk menilai status gizi ibu hamil dan didapatkan

LILA pada Ny.I adalah 27 cm. Ukuran LILA normal pada ibu hamil ≥23,5 cm

(Mufdlilah, 2017). Hal ini tidak terdapat kesenjagan antara teori dan kasus.

Pemeriksaan antenatal dilakukan palpasi abdomen menurut manuver leopold

untuk mengetahui letak janin. Pengkajian awal Ny.I pada usia kehamilan 35

minggu 2 hari adalah 27 cm, PUKA, kepala, devergen. Sesuai dengan teori yaitu

tinggi fundus uteri sesuai masa kehamilan (mufdlilah, 2017). Turunya kepala

masuk pintu atas panggul terutama pada primigravida yaitu pada usia 36 munggu

sedangkan pada multigravida menjelang proses persalinan (mufdlilah, 2017). Hal

ini tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori.

Hasil pemeriksaan DJJ setiap kunnungan normal. Pengkajian awal

142x/menit, hal ini sesuai dengan teori DJJ normal antara 120-160x/menit

(mufdlilah, 2017). Pengukuran tinggi fundus uteri dapat menghitung taksiran

berat janin dengan menggunakan rumus johson-tausack = (mD-N)-155. Taksiran

berat janin pada pengkajian data awal 2.480 gram. Berdasarkan rumus tersebut

tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus (mufdlilah, 2017).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium

adalah kadar HB 11 gr/dl, kadar HB normal untuk ibu hamil adalah 11 gr/dl

(mufdlilah, 2017). Hal ini tidak terdapat kesenjagan antara kasus dan teori.

Standar pelayanan ante natal care pada Ny.F hanya terdapat 12 T, Terjadi

kesenjagan karena tidak sesuai dengan teori standar pelayanan ANC meliputih

standar 14 T yaitu ukur tinggi/berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, peberian zat besi(90 tablet), tes

terhadap penyakit seksual, temu wicara/konseling, tes pemeriksaan HB, tes

pemeriksaan protein urin, tes reduksi urun, perawatan payudara, pemeliharaan

tingat kebugaran (senam hamil), terapi yodium kapsul karena daerah ini tidak

termasuk endemis gondok dan terapi anti malaria tidak diberikan karena tidak

termasuk daerah edemil malaria ( rosmarianti, 2017) hal ini terjadi kesenjangan

antara teori dan kasus. Menurut peneliti, seharusnya ibu hamil mendapat terapi

yodium dan anti malaria meskipun bukan merupakan daerah endemis gondok

dan sebagai upaya preventif.

B. Persalinan

Ny.I masuk ruangan bersalin Puskesmas Marawola pada tanggal 26 Juni

2020, pukul 09.45 WITA. Ibu merasakan sakit perut tembus belakang disertai

pelepasan lendir dan darah sejak pukul 06.00 WITA. Keluhan yang dirasakan

Ny.I merupakan tanda-tanda persalinan yaitu ibu merasakan sakit pinggang

tembus belakang dan ada pengeluaran lendir bercampur darah, pemeriksaan

dalam telah ada (metti,2016). Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjagan

1. Kala 1

Asuhan yang diberikan pada Ny.I mengikuti standar asuhan persalinan

normal (APN). Pemeriksaan dalam pertama kali pukul 10.00 WITA,

didapatkan hasil pembukaan 5 cm, portio tipis, ketuban utuh, penurunan

kepala hodge II. Pemeriksaan dalam kedua pukul 12.20 WITA didapatkan

hasil pembukaan lengkap 10 cm, portio tidak teraba, ketuban jernih,


penurunan kepala hodge IV. Kala I persalinan dibagi atas fase laten dan fase

aktif. Fase laten dimulai pada pembukaan 1-3 cm dan fase aktif dimulai dari

pembukaaan 4-10 cm. kala I Ny.I berlangsung selama 5 jam 20 Menit,

dihitung mulai dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap. Lama

kala I untuk multigravida berlangsung selama 6-8 jam (Kurniarum, 2016).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada Ny.I tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Kala II

kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Ny.I

pembukaan lengkap pukul 12.20 WITA dan bayi lahir spontan pukul 12.55

WITA dengan jenis kelamin laki-laki. Kala II berlangsung selama 35 menit.

Kala II berlangsung selama 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara

dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir ( Kurniarun, 2016). Berdasarkan

observasi yang telah dilakukan pada Ny.I tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan kasus. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktof yang

mempengaruhi persalinan power, passage, passanger, psikis, dan penolong

(Kurniarun, 2016).

3. Kala III

Kala III dimulai seegera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

berlangsung sekitar 30 menit. Penatalaksanaan kala III yaitu melakukan

manajemen aktif kala III dengan pemberian aksitosin 10 unit secara IM,

melakukan peregangan tali pusat terkendali dan massase fundus uteri.


Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah panjang, adanya

semburan darah dari jalan lahir, fundus uteri teraba bulat dan keras. Ny.I

plaseta ahir lengkap pukul 13.05 WITA, kala III berlangsung 10 menit

setelah bayi lahir. Kala II berlangsung sekitar 30 menit (kurniarun, 2016).

Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus

4. Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post

partum. Observasi kala IV pada Ny.I yaitu tanda-tanda vital tekanan darah

120/90 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,50C, pernapasan 20x/menit, tinggi

fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, perdarahan 100 cc. pemantauan kala IV dilakukan untuk

mengibservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan.

Pemantauan kala IV pada 1 jam pertama dilakukan setiap 15 menit sekali,

pada jam kedua dilakukan setiap 30 menit sekali (kurnia, 2016). Berdasarkan

hasil observasi kala IV tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

C. Nifas

Berdasarkan anamnesa yang dilakukn pada Ny.I ibu merasa mules, mules

yang dirasakan merupakan hal yang fisiologis disebabkan oleh kontraksi uterus

yang dapat membuat keadaan uterus kembali secara berangsur angsur seperti

keadaan sebelum hamil dan mencegah terjadinya perdarahan. (Islami dan

Aisyaroh). Segerah setelah persalinan ibu diberikan terapi asam mefenamat 500
mg sebanyak 10 tablet 3x1/hari. Berdasarkan hal tersebut tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

Kunjungan masa nifas yang dilakukan pada Ny.I sebanyak 3 kali kunjungan.

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi,

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang kemungkinan

terjadi. Kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 6-48 jam post

partum, 3-28 hari post partum, 29-42 hari post partum (Kemenkes, 2016).

Berdarasakan hal tersebut sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

Kunjungan pertama (6-8 jam post partum), hasil pemeriksaan tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,70C, pernapasan 22x/menit, TFU 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, teraba keras dan bundar, kandung kemih Kosong,

lochea rubra, ASI kolostrum. Konseling yang diberikan peneliti yaitu cara

mencegah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri dengan cara melakukan

massase fundus dan pemberian ASI serta menganjurkan ibu untuk menjaga bayi

tetap hangat agar tidak terjadi hipotermi (Wahyuningsih, 2018). Tidak ditemukan

tanda-tanda infeksi dan ivolusio berlangsung normal. Berdasarkan hal tersebut

sehingga tidak terdapat kesenjagan antara teori dan kasus.

Kunjungan kedua (6 hari post partum) hasil pemeriksaan tekanan darah

110/70 mmhg, nadi 78x/menit, suhu 36,60c, pernapasan 20x/menit, konjungtifa

tidak pucat, ASI (+), kontraksi uterus baik, TFU pertengahan simpisis pusat,

lochea sanguinolenta, tanda-tanda infeksi, involusio berlangsung normal.

Konseling yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi


makanan yang bergizi, memberikan ASI secara terus menerus (on-demand)

(wahyuningsi, 2018) berdasarkan observasi tidak terdapat kesenjangan

antarateori dan kasus.

Kunjungan ketiga (2 minggu post partum), hasil pemeriksaan tekanan darah

110/70 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 36,50c, pernapasan 20x/menit, muka tidak

oedem, konjungtifa tidak pucat, ASI (+), kontraksi uterus baik, TFU tidak

teraba, lochea serosa. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, involusio

berlangsung normal, dan pengeluaran ASI lancar. Konseling yang diberikan yaitu

menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, istrahat teratur,

memberikan ASI secara terus menerus (on- demand) dan menjelaskan pada ibu

jenis-jenis kontrasepsi KB dan ibu bersedia menggunakan KB suntik 3 bulan

(Wahyuningsi, 2018). Pada kunjungan ketiga pemberian asuhan dilakukan pada

hari ke 14 (Tanggal 14 Juli) hal ini tidak sesuai dengan teori menurut

(Kemenkes, 2016) bahwa kunjungan nifas ketiga dilakukan pada hari ke 29-42

hari, asumsi peneliti karena adanya keterbatasan waktu penelitian.

D. Bayi Baru Lahir

Proses persalinan berlangsung normal, bay Ny.I lahir 26 Juni 2020 pukul

12.55 WITA, cukup bulan, sesuai masa kehamilan 37 minggu presentasi kepala,

spontan dengan jenis kelamin laki-laki dan apgar skor 8/9. Hal ini sesuai dengan

teori bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram. Pada saat bati lahir

langsung dilakukan penilaian bayi secara sepintas apakah bayi menangis kuat,
bergerak aktif dan bernafas spontan serta warna kulit kemerahan atau tidak, hasil

yang didapatkan semuannya normal bayi Ny.I pada saat lahir menangis kuat,

bergerak aktif dan bernafas spontan serta warna kulitnya kemerahan. Hal tersebut

sejalan dengan kosep teori dimana saat melakukan penilaian awal pada bayi baru

lahir adalah menilai bayi dalam keadaan normal atau tidak, dengan melakukan

penilaian selintas yaitu melihat warna kulit bayi, tonus otot bayi, dan tangisan

(Dwienda, dkk 2014)

Segerah setelah bayi lahir bayi Ny.I dilakukan IMD selama satu jam, skin to

skin, bayi mencari dan menemukan putting susu ibu sendiri. Salah satu langkah

untuk meningkatkan angkah pemberian ASI esklusif yaitu dengan inisiasi

menyusu dini (IMD). Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu dari 10

Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) yang diusung oleh WHO dan

Unicef Nations Childern’s Fund (UNUCEF) melalui pembentukan Baby

Friendly Hospital Initiatif (BFHI) atau rumah sakit sayang bayi pada tahun 1991

(WHO & UNICEF, 2014).

Setelah dilakukan IMD selama 1 jam dilanjutkan dengan pemeriksaan

antropometri. BB 3200 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33

cm, lingkar perut 32 cm, LILA 11 cm,

Bayi Ny.I diberikan vitamin K 1 mg/0,5 cc pada 1/3 paha luar kiri.

Berdasarkan teori, pengkuran antropometri dan penatalaksanaan pemberian obat,

maka semua bayi baru lahir harus dilakukan pengukuran dan diberikan obat

seperti diberikan vitamin K untuk mencegah perdarahan pada otak dan


pemberian salep mata tetrasiklin 1% pada kedua konjungtiva mata bertujuan

mencegah terjadinya penularan infeksi dari ibu de bayi. Berdasarkan teori, setiap

bayi baru lahir perlu diberikan salep mata seperti tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

mencegah infeksi (Dwienda, 2014). Pemberian imunisasi HB 0 pada 1/3 paha

kanan diberikan secara IM dengan dosis 0,5 cc. imunisasi HB 0 bertujuan

mencegah infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur penularan dari ibu ke

bayi.

Hal tersebut diatas sejalan dengan konsep teori yang menjelaskan bahwa

manajemen asuhan bayi baru lahir diantaranya menjaga suhu tubuh bayi,

membersihkan saluran nafas (bila perlu), memotong dan perawatan tali pusat,

diberikan salep mata, vit.k, HB0 serta dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi.

Pemberian imunisasi HB-0 diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit.K (Dwienda,

2014).

Kunjungan neonatal dilakukan untuk menilai status kesehatan bayi,

mencegah, mendeteksi, dan menagani masalah-masalah yang mungkin terjadi.

Kunjungan neonatal (KN) dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu KN 1 (6-48 jam), KN

2 (3-7 hari), dan KN 3 (8-28 hari) (Dwienda,2014). Kunjungan neonatal yang

dilakukan pada Ny.I sebanyak 3 kali, sehingga terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

E. Keluarga Berencana

pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan pemeriksaan yang telah

peneliti lakukan kepada ibu, peneliti melakukan kunjungan rumah dan


melakukan anamnesa, sebelum peneliti sudah meberikan konseling tentang

beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat dipilih Ny.I sesuai dengan

kondisi ibu menyusui, yaitu pil progestin, KB suntik, AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim), KB Alami metode Amenorea Laktasi (MAL) dan juga Kondom.

Konseling KB dijelaskan pada ibu tentang kelebihan dan kekurangan masing-

masing kontrasepsi, sehingga Ny.I bebas memilih alat kontrasepsi mana yang

digunakan. Ny.I akhirnya memilih kontrasepsi KB suntik 3 bulan Depo Medroxy

Progesteron Asetat (DMPA) pada tanggal 14 Juli 2020, karena menurut Ny.I KB

suntik 3 bulan sangat cocok untuknya yang sedang menyusui. Menurut (Sri

rahayu, 2017) Indikasi Kb suntik 3 bulan yaitu Usia reproduksi, nulipara yang

telah memiliki anak, mengehndaki kontrasespi jangka panjang yang memiliki

efektifitas tinggi, mensui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

Berdasarkan hasil pemeriksaan setelah menerapkan KB suntik 3 bulan sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai