Kelompok 4:
PROGRAM AUDIT
Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan
lapangan. Dalam survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan,
audit internal menidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan kontrol yang
diterapkan. Dalam perkerjaan lapangan, auditor mengumpulkan bahan bukti tentang efektivitas
sistem pengendalian, efisiensi operasi, pencapaian tujuan dan dampak risiko terhadap
perusahaan. Dengan demikian program audit internal digunakan sebagai peoman bagi auditor
untuk melaksanakan auditnya dan mengumpulkan bahan bukti.
Pedoman Alasan
Telaah laporan program audit dan kertas kerja, Untuk mendapatkan informasi dan latar
serta dokumen lainnya dari audit terdahulu, belakang perusahaan. Untuk menentukan hasil-
dan buat daftar masalah yang membutuhkan hasil penelaahan sebelumnya dan untuk
tindakan perbaikan memutuskan lingkup audit sekarang dengan
lebih baik
Lakukan survei pendahuluan Untuk menentukan tujuan aktivitas yang akan
diperiksa, risiko aktual atau potensial , dan
sistem pengendalian yang ada
Telaah kebijakan dan prosedur fungsi yang Untuk menentukan hal-hal yang bisa diukur
diaudit, manual operasinya , bagan organisasi, dan dinilai apakah fungsi tersebut berfungsi
wewenang , tujuan serta sasaran jangka sesuai keinginan manajemen
panjang dan pendek
Telaah literatur terbaru di bidang audit internal Untuk mendapatkan informasi terbaru tentang
tentang masalah yang diaudit teknik-teknis audit untuk aktivitas yang
diperiksa
Siapkan bagan alir operasi-operasi kunci dari Untuk mengidentifikasi kelemahan
fungsi yang diaudit pengendalian dan mendapatkan analisis visual
aliran transaksi
Telaah standar kinerja yang telah ditetapkan Untuk memperoleh tolok ukur dalam
oleh manajemen , dan jika mungkin , mengukur dan mengevaluasi efisiensi dan
bandingkan dengan standar industri efektivitas operasi dan menentukan
pencapaiannya terhadap standar yang wajar
Tanya jawab dengan klien dan diskusikan Untuk mendapatkan kesepakatan dari klien dan
lingkup audit dan tujuan yang ingin dicapai untuk menghindari salah paham mengenai
auditor tujuan dan lingkup audit
Siapkan anggaran yang merinci sumber daya Untuk membuat estimasi jumlah auditor dan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan waktu yang dibutuhkan guna memastikan
penugasan audit efisiensi proses audit
Wawancara dengan karyawan kunci yang Untuk memahami operasi dan efisiensi serta
memiliki keterkaitan dengan fungsi audit efektivitas operasi dan mengidentifikasi
masalah-masalah dalam kerjasama dan
koordinasi
Data ssemua risiko material yang harus Untuk memahami bahwa masalah-masalah
dipertimbangkan rawan telah diketahui dan mendapatkan
perhatian layak
Untuk setiap risiko yang diidentifikasi, Untuk mengetahui apakah pengendalian yang
tentukan kontrol yang diterapkan dan apakah ada bisa mengurangi atau menghilangkan
sudah mencukupi risiko-risiko yang diidentifikasi
Tentukan substansi masalah-masalah utama Untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan
dan peluang-peluang yang ada utama dan menentukan penyebab serta
perbaikan yang mungkin dilakukan
Control self-Assesment
Control self Assesment merupakan innovasi yang relatif baru yang sedang diterapkan
oleh banyak organisasi besar untuk mendukung proses audit internal. Dan, dalam beberapa kasus
digunakan untuk mengggantikan proses audit internal mereka. Control Self Assesment
merupakan salah satu jenis audit partisipatif, dan jenis ini digunakan untuk memeperbaiki
kekurangan dengan menggunakan staf untuk mengevaluasi aspek pengendalian internal yang
berdasarkan apa yang mereka lihat, alami, dan praktikkan.
Bagian – bagian Pekerjaan Lapangan
a) Tujuan – Tujuan Audit
Tujuan audit berbeda dengan tujuan operasi, sebagaimana prosedur dari masing –
masing juga berbeda. Tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah tujuan – tujuan
operasi telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur auditnya. Tujuan
operasi ditentukan oleh manajemen sedangkan tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
Prosedur audit adalah sarana yang digunkan oleh auditor untuk memenuhi tujuan
auditnya. Prosedur audit juga merupakan langkah dari proses audit yang menjadi
pedoman bagi auditor dalam melaksankan penelaahan.
b) Teknik – Tenik Pemeriksaan Transaksi – Transaksi atau Proses – Proses Terpilih
Auditor memeriksa dokumen transaksi, kondisi dan proses untuk mendapatkan
fakta dan untuk memberikan kesimpulan. Istilah pemeriksaan meliputi baik pengukuran
maupun evaluasi.
Dari enam bentuk pekerjaan lapangan, lima teknik adalah pengukuran dan satu
diantaranya adaah evaluasi.
1) Teknik pengamatan berarti melihat, memperhatikan, tidak melewatkan hal – hal yang
dianggap penting.
2) Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang paling pervasif bagi auditor dalam
menelaah operasi.
3) Menganalisis berarti memeriksa secara rinci, artinya kita memecah entitas yang
kompleks ke dalam bagian kecil untuk menentukan karakteristik sebenarnya.
4) Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas
sesuatu.
5) Menginvestigasi merupakan istilah untuk penerapan tanya jawab untuk menemukan
fakta.
6) Mengevaluasi berarti melibatkan estimasi nilai.
Audit organisasional tidak hanya memperhatikan aktivitas yang dilakukan dalam organisasi
tetapi juga kontrol administrasif yang digunakan untuk memastikan bahwa aktivitas tersebut
dilaksanakan.Auditor tertarik pada seberapa jauh manajer organisasi memenuhi tujuan organisasi
dengan sumber daya yang ada.
c. Studi dan Konsultasi Manajemen
Tujuan audit program adalah memberika manajemen informasi mengenai biaya,pelaksanaan dan
hasil-hasil program dan membuat evaluasi yang normative,bermanfaat dan obyektif.
e. Audit Kontrak
Kontrak kontruksi atau operasi seringkali melibatkan uang dalam jumlah besar,kontrak kontruksi
biasanya bukan merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi.Kontrak operassi bisa memberikan
jasa atau operasi terprogram.Kontrak umumnya terdiri dari tiga kategori,yakni biaya sekaligus
(lump-sum),biaya tambahan (cost-plus),harga per unit (unit-price).
f. Audit Terintegrasi
Audit terintegrasi dianggap sebagai bagian utama dari fungsi audit internal.Audit awal ini
mengombinasikan aspek audit keuangan dengan audit kinerja,sebuah prosedur yang
menghasilkan sebagian audit keuangan akhir tahun diselesaikan sebelum audit operasional.
g. Penelaah Analitis
penelaah analitis telah lama digunakan untuk menentukan kewajaran data tertentu.Beberapa
metodologi yang digunakan untuk melaksanakan penelaah ini adalah:
1. Analisis tren yang dilakukan dengan membandingkan data sekarang dengan data
sebelumnya
2. Analisis rasio keuangan,seperti profitabiltas,solvensi dan efisiensi,bisa digunakan untuk
menentukan kewajaran informasi saat ini
3. Analisis regresi mengukur sejauh mana variabel meningkat bersamaan atau peningkattan
satu variabel saat variabel lainnya menurun.
BAB 8
a. Tingkat Signifikansi
Tidak ada dua temuan yang benar-benar sama.Setiap temuan mencerminkan tingkat
kerugian atau risiko actual atau potensialnya masing-masing.Audit internal harus
mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah disebabkan oleh suatu kondisi
kelemahan sebelum mengomunikasikan dengan manajemen.Temuan audit bisa
diklasifikasikan menjadi temuan yang tidak signifikan,kecil atau besar.
b. Temuan-temuan Tidak Signifikan
Temuan tidak signifikan seperti kesalahan klerikal yang dialami organisasi tidak
memerlukan tindadkan formal.Dalam kenyataannya,memasukkan temuan ini ke dalam
laporan audit formal akan menjadi tidak produktif karena akan mengaburkan temuan
signifikan yang sebenarnya pada laporan.
c. Temuan-temuan Kecil
Temuan-temuan kecil perlu dilaporkan karena semata-mata kesalahan manusiawi yang
bersifat acak.Jika tidak diperbaiki,maka akan berlanjut sehingga merugikan,dan
walaupun tidak mengganggu tujuan operasi organisasi,namun cukup signifikan untuk
diperhatikan oleh manajemen.
d. Temuan-temuan Besar
Temuan-temuan besar adalah temuan yang akan menghalangi pencapaian tujuan utama
suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi,misalnya salah satu tujuan utama
departemen utang usaha adalah hanya membayar utang-utang yang benar-benar sah.
B. ELEMEN-ELEMEN TEMUAN AUDIT
a. Kriteria
Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting, yaitu tujuan dan
sasaran, dan kualitas pencapaian mengenai apa yang ingin dicapai oleh organisasi.
Auditor internal harus memiliki tolok ukur standar pengukuran untuk menentukan
seberapa layak, efisian, ekonomis, dan efektifnya suatu operasi. Standar terkait
dengan prosedur dan praktik, maka auditor internal harus berupaya untuk menentukan
prosedur dan praktik apa yang diterapkan atau yang seharusnya.
b. Penyebab
Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa
sasaran tidak tercapai, dan mnegapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab
merupakan hal penting untuk mengatasi masalah.
c. Dampak
Dampak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk meyakinkan klien dan
manajemen pada tingkat kondisi yang lebih tinggi. Dampak biasanya diukur dalam
rupiah. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat diperlukan untuk suatu
temuan audit.
Contoh kertas kerja adalah program audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi,
representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, daftar atau komentar yang
dibuat atau diperoleh oleh auditor, data yang disimpan dalam pita magnetic, film, atau
media yang lain. Bukti yang dikumpulkan dalam preliminary survey dalam tujuan
tentative adalah relevan dan material, tetapi tidak memerlukan kecukupan ataupun
kompetensi. Auditor dapat mengetahui apakah suatu kebijakan sudah terbentuk atau
belum, sudah tepat atau belum, sudah dapat diterima atau belum hanya dengan melalui
pengujian system pengendalian manajemen.
Standar Profesional Akuntan Publik SA Pasal 339 tentang kertas kerja menyatakan bahwa kertas
kerja tersebut adalah milik auditor. Auditor harus menerapkan sistem yang memadai untuk
menjaga keamanan kertas kerja dan harus melewati periode yang memenuhi persyaratan
praktiknya dan persyaratan hukum yang berlaku terkait penyimpanan dokumen. Kertas kerja
memberikan catatan informasi yang diperoleh dan bukti yang dikembangkan untuk kesimpulan
dalam tujuan audit.
Banyak pengetahuan berasal dari luar perusahaan dalam audit manajemen atau audit program.
Memberikan komentar tentang wawancara, dokumen pemeriksaan, atau orang atau hal yang
diamati adalah cara yang umum untuk menetapkan kompetensi bukti audit. Auditor harus secara
eksplisit menyatakan di mana dan kapan informasi dikumpulkan untuk memastikan kompetensi
fakta yang diperoleh dari dokumen.
Ketika auditor menarik kesimpulan untuk tujuan audit, sebaiknya kertas kerja memuat semua
fakta yang diperlukan untuk mendukung opini atau kesimpulan tersebut. Laporan akan
didasarkan pada pendapat atau asumsi tentang maksud audit, serta fakta dan konteks yang
relevan.
4. Relevansi (Relevance)
Informasi yang termuat dalam kertas kerja sebaiknya dibatasi hal-hal yang material, relevan, dan
bermanfaat dengan reko- mendasi dibentuknya tujuan untuk perjanjian.
Ringkasan klinis membantu membuat representasi yang ringkas dan jelas dari hasil kerja klinis
yang relevan. Indeks khusus dan saling terkait, data yang disorot dan mekanis, bertindak sebagai
poin dalam spreadsheet untuk area kerja yang berbeda. dalam setiap kasus, berikan justifikasi
dalam laporan keuangan
Elemen dasar untuk ringkasan audit dalam Herbert (1979:175) meliputi sebagai berikut :
1. Tujuan. Bagian ini, memberikan pernyataan yang jelas akan tujuan kerja audit dan
merupakan penjelasan mengapa tujuan tersebut digunakan, dan apakah audit telah
dilakukan dengan baik.
2. Kinerja yang dilakukan. Bagian ini, menyediakan dengan singkat apa saja hal yang
telah dilakukan sesuai dengan yang dimaksudkan. Jika kerja yang pasti telah dilakukan,
fakta sebaliknya dibentuk dengan alasan yang ada.
3. Hasil yang dicapai. Bagian ini, menyediakan ringkasan faktual mengenai bukti yang
diperoleh yang berhubungan dengan tujuan. Dan sebaiknya tidak mencakup kesimpulan.
Bukti itu sebaiknya disajikan secara ringkas dan faktual.
4. Kesimpulan. Secara rasional kesimpulan sebaiknya disampaikanvdan dapat dihubungkan
dengan kinerja yang dicapai dan hasil yang diperoleh ataupun informasi yang
dikembangkan.
5. Rekomendasi. Rekomendasi untuk tindakan korektif sebaiknya dilakukan secara logis.