Anda di halaman 1dari 6

GERAKAN INDONESIA MEMBACA PADA SISWA SEKOLA DASAR

(Dosen Pengampu:Heny Kusuma W,M.pd)

Disusun oleh :

Kelompok 3 – 1F

1. Widya Retno Wahyuni (1902101153)


2. Ilham Hadiwiyata (1902101158)
3. Adila Dyah Purbaningrum (1902101160)
4. Aulia Maratusholihah (1902101165)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


GERAKAN INDONESIA MEMBACA PADA SEKOLAH DASAR

Menurut Herman Wahadaniah (Yunita Ratnasari, 2011 : 16) minat baca merupakan
suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan
membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya
sendiri atau dorongan dari luar. Faktor faktor yang mempengaruhi minat baca menurut Harris
dan Sipay (Mujiati, 2001 : 24) ada dua golongan yaitu golongan personal dan golongan
instutional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri
meliputi usia, jenis kelamin, intelegasi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan
psikologis. Faktor isntutional adalah faktor yang berasal dari luar individu anak itu sendiri
meliputi tersedianya buku – buku, status sosial ekonomi, pengaruh orang tua, teman sebaya
dan guru. [ CITATION Non12 \l 1057 ]

Kondisi minat baca di Indonesia menurut statistik UNESCO dari total 61 negara
Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Di negara Indonesia minta
baca masyarakat Indonesia termasuk siswa siswi masih rendah. Masyarakat lebi senang
budaya lisan atau tutur. Indonesai belum bisa menjadi society book reader. Kondisi ini sangat
berbeda dengan negara negara di sekitar negara kita yang telah menjadikan membaca sebagai
aktifitas rutin setiap hari karena membaca bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Kondisi ini tentu memicu rendahnya kemampuan masyarakat Indonesia. Sekolah yang
termasuk kedalam masyarakat ilmiah, seharusnya diatur atau didesain untuk mengembangkan
minat baca.

Siswa sebagai kaum terpelajar dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan


informasi terkini. Namun kenyataan dalam sebuah penelitian terungkap bahwa kebanyakan
siswa lebih mementingkan untuk bermain gadget dari pada membaca melalui buku dan
sekarang siswa membaca apabila ada guru atau tugas yang menggunakan referensi buku.
Tidak banyak siswa dan masyarakat yang sadar bahwa dengan melakukan kegiatan membaca
dapat berguna untuk memperluas pengetahuan mereka. Rendahnya minat baca dan belum
terbentuknya kegemaran membaca dikalangan masyarakat dan siswa hal ini berimplikasi
pada kemampuan merekan dalam membaca.

Menurut penggagas gerakan “Ayo Membaca Indonesia” Dedi Sjahrir Panigoro minat
baca generasi Indonesia sangat rendah. Generasi muda lebih tertarik untuk bermain gadget
dan menonton televisi dibandingkan membaca. Data PBB menunjukan bahwa minat baca
generasi muda Indonesia hanya 0,01 persen disbanding negara – negara lain. Artinya dari
sekitar seribu penduduk Indonesia hanya satu yang memiliki budaya membaca tinggi.
Indonesia menagalami loncatan budaya dari budaya tutur e budaya kemajuan teknologi yang
pesat tanpa melalui budaya baca terlebih dahulu. Sebagia masyarakat Indonesia
menggunakan waktu luang untuk bermain gadget dan menonton televisi dibandingkan

membaca. [ CITATION Kur17 \l 1057 ]

Setelah melihat kondisi gerakan Indonesia membaca diatas, kemudian dapat dilihat
dari kondisi minat baca di sekolah dasar. Permasalahan yang dialami oleh siswa di Indonesia
salah satunya adalah minat dan kebiasaan membaca, menulis, menyimak serta berpikir kritis
sangatlah rendah. Hal ini didukung dari penelitiaan tentang uji literasi siswa di Indonesia
yang dilakukan oleh lembaga literasi dunia yang pertama adalah dari data PIRLS 2011
menyatakan uji literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan dan
merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan, Indonesia menduduki urutan ke-45 dari
48 negara. Kedua data UNESCO menyatakan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia
berada pada kategori rendah, bahwa hanya 1 dari 1000 orang masyarakat Indonesia yang
membaca. Ketiga data PISA 2009 menyatakan uji literasi membaca menunjukan peserta didik
Indonesia berada pada peringkat ke-57 dari 65 negara. Keempat PISA 2012 menyatakan
peringkat Inonesia menurun yaitu berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara. Berdasarkan
permasalahn tersebut makan peneliti berinisiatif untuk mengantisipasi masalah diatas dengan
mengembangkan model TIL (The Information Library) sebagai upaya menumbukan minat
dan kebiasaan membaca, menulis serta berpikir kritis pada siswa. Hal ini sejalan dengan
Permendikbud No. 23 tahun 2015tentang penumbuhan budi pekerti salahsatunya adalah
penumbuhan minat dan kebiasaan membaca, menulis serta berpikir kritis pada siswa.
Rendahnya budaya membaca pada masyarakat Indonesia, mengakibatkan kurang
berkembangnya ilmu pengetahuaan dan teknologi di Indonesia.[ CITATION Hid17 \l 1057 ]

Membaca merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi yang ditulis. Membaca
dapat menjadi yang dilakukan sendiri (dalam hati) atau keras keras (suara lantang). Hal
tersebut dapat menguntungkan untuk pendengar yang lain dan juga bisa membangun
konsentrasi diri sendiri maupun pendengar.
Membaca perlu ditekankan kepada setiap individu sejak kecil. Membaca merupakan
informasi yang paling mudah untuk kita peroleh adalah melalui bacaan seperti koran,
majalah, tabloid, buku buku dan lain lain. Minimnya budaya membaca dikalangan remaja
Indonesia sangat perlu diperhatikan. Problema tersebut, tidak boleh dianggap remeh, karena
besarnya rasa cinta membaca sama dengan kemajuan. Artinya suatu tingkatan minat baca
seseorang menentukan tingkat kualitas serta wawasannya. Kebiasaan membaca sangat perlu
ditingkatkan terutama kepada para remaja Indonesia. Dalam proses belajar mengajar,
mustahil berhasil tanpa adanya membaca.

Suatu asumsi menyatakan budaya membaca lebih penting dari pada sekolah dalam
tujuan mencapai kesuksesan. Suka membaca tanpa bersekolah masih berpeluang dalam
mencapai kesuksesan, karena membaca membuat pola pikir menjadi luas dan tajam.
Sedangkan tidak suka membaca tapi bersekolah, peluang untuk mencapai kesuksesan lebih
kecil. Jangan menganggap membaca sebagai suatu kewajiban, melainkan menganggapnya
sebagai kebutuhan untuk mengetahui dunia di masa mendatang melalui buku buku yang
banyak mengulas berbagai macam peristiwa.

Dr. Aidh bin Abdulllah al – Qarni, dalam bukunya “La Tahsan” mengungkapkan
tentang banyaknya manfaat membaca, seperti membaca menghilangkan kecemasan dan
kegundahan. Dengan sering membaca orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan
dalam bertutur kata. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara
berpikir. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan
pemahaman. Dengan membaca orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain serta
dapat mengembangkan kemampuannya untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan
maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Membaca
membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dan untuk mengisi waktu luangnya
agar memperoleh ilmu pengetahuaan yang baru. Dengan sering membaca orang bias
menguasi banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, dan dapat
meningkatkan kemampuan untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis
diamtara baris demi baris atau memahami makna tersirat dalam suatu kalimat. [ CITATION
AlQ04 \l 1057 ]

Berdasarkan Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti


dimana salah satunya adalah menumbuhkan budaya literasi di sekolah ada beberapa sosuli
yang dapat dilakukan pertama adalah tahap pembiasaaan yaitu 15 menit membaca setiap hari,
jurnal membaca harian, penataan sarana literasi, menciptakan lingkungan kaya teks. Tahap
pengembangan yaitu 15 menit membaca setiap hari, menanggapi bacaan secara lisan dan
tulisan, penilaian non akademik, pemanfaatan berbagai organizers untuk portofolio membaca,
pengembangan lingkungan fisik, social dan afektif.Kedua dengan perencanaan metode guide
reading untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa sekolah dasar yaitu
dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap siklus pembelajaran.
Pelaksanaan metode guide reading bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa sekolah dasar yaitu mengikuti langkah-langkah setiap tahap sesuai dengan
tahapan yang ada pada metode guide reading, mulai dari tahap prabaca termasuk dalam
langkah memilih buku, memperkenalkan buku, membuat prediksi, mengembangkan
schemata dan papan informasi. Ketiga membuat dan melaksanakan program pojok baca.
Pojok baca adalah perpustakaan yang berada di pojok kelas masing – masing. Keempat
sekoalh juga harus membuat perpustakaan sekolah menjadi lebih menarik agar siswa datang
di perpustakaan dan membaca buku setiap hari. Kelima sekolah dapat membuat lomba
menulis ringkasan dari buku yang mereka baca jika tulisan tersebut bagus maka sekolah
memberi hadiah terhadap siswa terebut. Dengan berbagai solusi tersebut maka minat baca
pada anak siswa sekolah dasar akan meningkat.[ CITATION Dju18 \l 1057 ]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qarni, A. (2004). La Tahzan. Jakarta Timur: Qhisty Pres.

Djumhana, N., Zuhairi, E. E., & Mulyasai, E. (2018). Penerapan Metode Guide Reading Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa IV SD. Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia , 12.

Hidayah, A. (2017). Pengembangan Model TIL (The Information Literacy) Dalam Proses Pembelajaran
Sebagai Upaya Menumbuhkan Budaya Literasi Di Sekolah. Jurnal Pena , 2.

Kurnia, D. d. (2017, November 6). Orang Lebih Menyukai Main Gadget daripada Membaca Buku.
Retrieved Desember 2019, 28, from Republika: https://www.republika.co.id/amp/oyzpit282

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.ac.id/9915/2/bab
%25202%2520-%2520NIM
%252008108241058.pdf&ved=2ahUKEwiX3OC4gdvmAhW34nMBHcrXDGA
QFjADegQIAxAB&usg=AOvVaw2eLDIiX00lG7o0VjXkrBqD

https://m.republika.co.id/amp/oyzpit282

Anda mungkin juga menyukai