Anda di halaman 1dari 9

KETERAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA
UNTUK SISWA KELAS XI MIPA SMAN 1 KRIAN SIDOARJO

COMMUNICATION SKILLS WITH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL


TYPE NUMBER HEAD TOGETHER ON THE BASE ACID SOLUTION FOR XI MIPA SMAN 1
KRIAN SIDOARJO

Azham Wa’idz Shafkli


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
e-mail: azhamshafkli@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together, aktivitas siswa, keterampilan komunikasi siswa dan hasil belajar selama
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together pada materi larutan
asam basa.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-eksperimen dengan
menggunakan desain penelitian One Group Pretest Postest Design.Subjek pada penelitian ini
adalah siswa dari dari kelas XI MIPA 7 SMAN 1 Krian, Sidoarjo yang berjumlah 32 siswa. Hasil
penelitian ditunjukkan sebagai berikut: (1) nilai rata-rata keterlaksanaan siswa dalam tiga
pertemuan sebesar 3,67; 3,70; dan 3,51 dengan predikat sangat baik. (2) aktivitas siswa yang
relevan dalam tiga pertemuan sebesar 95,31%; 95,62%; dan 92,62%. (3) kuantitas keterampilan
bertanya siswa selama tiga kali pertemuan sebesar 53,12%; 71,88%; dan 31,25%, sedangkan
kuantitas keterampilan berpendapat siswa selama tiga kali pertemuan sebesar 65,62%; 84,38%;
dan 87,50 %. Kualitas bertanya siswa dengan predikat kurang baik dari pertemuan 1 hingga 3
berturut-turut sebesar 84,38%; 90,62%; dan 93,75%; sedangkan predikat cukup baik pada
pertemuan 1 hingga 3 berturut-turut sebesar 0,00%; 3,12%; dan 0,00%; predikat cukup baik pada
pertemuan 1 hingga 3 berturut-turut sebesar 15,62%; 6,25%; dan 3,12%; dan sedangkan predikat
sangat baik pada pertemuan 1 hingga 3 berturut-turut sebesar 0,00%; 0,00%; dan 3,12%.
Kualitas berpendapat siswa dengan predikat kurang baik dari pertemuan 1 hingga 3 berturut-
turut sebesar 46,87%; 21,87%; dan 15,62%; sedangkan predikat cukup baik pada pertemuan 1
hingga 3 berturut-turut sebesar 6,25%; 6,25%; dan 3,12%; predikat cukup baik pada pertemuan 1
hingga 3 berturut-turut sebesar 43,75%; 62,50%; dan 53,12%. (4) Hasil belajar siswa secara
klasikal mendapatkan persentase 78,12.

Kata kunci: Keterampilan Komunikasi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Larutan
Asam Basa.

Abstract
This study aims to determine the feasibility of the Number Head Together cooperative learning
model, student activities, student communication skills and learning outcomes during the
implementation of the Number Head Together cooperative learning model on the acid-base
solution material. This type of research is pre-experimental research using the One Group
Pretest Posttest Design research design. The subjects in this study were students from class XI
MIPA 7 of SMAN 1 Krian, Sidoarjo, totaling 32 students. The results of the study are shown as
follows: (1) the average value of student performance in three meetings of 3.67; 3.70; and 3.51
with a very good predicate. (2) relevant student activities in three meetings of 95.31%; 95.62%;
and 92.62%. (3) the quantity of students' questioning skills during three meetings was 53.12%;
71.88%; and 31.25%, while the quantity of students' opinion skills during three meetings was
65.62%; 84.38%; and 87.50%. The quality of asking students with a predicate is not good from
meetings 1 to 3 in a row at 84.38%; 90.62%; and 93.75%; while the predicate was quite good at
meetings 1 to 3 in a row by 0.00%; 3.12%; and 0.00%; the predicate is quite good at meetings 1
to 3 in a row by 15.62%; 6.25%; and 3.12%; and whereas the predicate is very good at meetings
1 to 3 in a row by 0.00%; 0.00%; and 3.12%. The quality of opinion of students with a predicate
is not good from meetings 1 to 3 in a row by 46.87%; 21.87%; and 15.62%; while the predicate
was quite good at meetings 1 to 3 in a row at 6.25%; 6.25%; and 3.12%; the predicate is quite
good at meetings 1 to 3 in a row at 43.75%; 62.50%; and 53.12%. (4) Student learning
outcomes classically get a percentage of 78.12.

Keywords: Communication Skills, Cooperative Learning Model NHT, Acid-base Solution .

PENDAHULUAN ilmu kimia menjadi sangat penting kedudukannya


Pendidikan menjadi salah satu indikator untuk dalam masyarakat karena kimia selalu berada di
menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Namun
bangsa, sehingga ketangguhan suatu bangsa dalam selama ini masih banyak siswa yang mengalami
menghadapi perkembangan zaman dapat dilihat kesulitan dalam memahami dan mengikuti
dari kualitas kependidikannya, sehingga pemerintah pelajaran kimia.Sebagian besar siswa merasa sangat
berusaha untuk terus meningkatkan kualitas kesulitan dalam mempelajari materi kimia karena
pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan cara belajar siswa yang cenderung menghafal
tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam materi dan rumus-rumus dan rumus-rumus dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pada memahami konsep dan mengembangkan
tahun 2003 Bab II pasal 3, dimana Pendidikan pemecahan suatu masalah [3]. Agar dapat
Nasional berfungsi untuk mengembangkan memahami materi kimia secara mudah dan
kemampuan membentuk watak serta peradaban menyenangkan diperlukan suatu keterampilan yang
bangsa yang bermartabat dalam rangka sesuai, salah satunya adalah melalui keterampilan
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk komunikasi. Keterampilan komunikasi terdiri dari 3
berkembangnya potensi siswa agar menjadi aspek utama yaitu, keterampilan berbicara,
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan mendengar, dan non verbal.Keterampilan berbicara
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, meliputi keterampilan berpendapat dan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara bertanya.Keterampilan komunikasi memiliki
yang demokratis serta bertanggung jawab. hubungan yang signifikan dengan aktivitas siswa di
Untuk dapat mencapai tujuan nasional dalam kelas dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pendidikan dan dapat juga untuk membekali siswa pembelajaran dikatakan baik bila terdapat proses
agar dapat bersaing pada abad ke-21, maka komunikasi dua arah atau antara guru dengan siswa.
kurikulum dirancang untuk memberikan Usaha yang dilakukan oleh guru sebagai
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi siswa pendidik memiliki peranan penting dalam
dalam mengembangkan kemampuan bersikap, keberhasilan siswa. Sehingga guru membutuhkan
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak suatu model pembelajaran yang mendukung untuk
[2].Salah satu keterampilan bersikap yang perlu memudahkan siswa dalam memahami suatu materi
dikembangkan adalah keterampilan berkomunikasi. kimia serta dapat untuk melatihkan keterampilan
Ilmu kimia sebagai salah satu bidang kajian komunikasi siswa, salah satunya adalah model
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dimana memiliki pembelajaran kooperatif [4].Model pembelajaran
beberapa karakteristik yaitu memiliki sifat yang kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
berurutan, berkembang cepatdan tidak sekedar yang menggunakan prinsip-prinsip konstruktivisme
memecahkan masalah dan juga sudah mulai yang menyatakan siswa harus aktif menemukan dan
diperkenalkan kepada siswa sejak dini, sehingga mentransfer informasi, sehingga mereka memiliki
pemahaman yang lebih baik.Pembelajaran O1 X O 2
kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan Keterangan:
informasi secara sosial diantara kelompok- O1: Pre-test sebelum penerapan pembelajaran
kelompok belajar yang di dalamnya setiap kooperatif tipe NHT
pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk X : Penerapan pembelajaran kooperatif tpe NHT
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang O2:Post-test setelah penerapan pembelajaran
lain [5]. koperatif tipe NHT
Salah satu model pembelajaran kooperatif
adalah Number Head Together (NHT).Model NHT Keterlakasanaan pembelajaran di kelas untuk
pada dasarnya merupakan varian diskusi kelompok, melatihkan keterampilan komunikasidengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk pembelajaran kooperatif tipe NHTdiamati oleh
membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban observer melalui lembar pengamatan
yang paling tepat serta mendorong siswa untuk keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
meningkatkan semangat bekerja sama [6]. Arends dengan menggunakan skor yang mengacu pada
(2008) mengatakan bahwa terdapat bahwa terdapat Tabel 1.
4 tahap tipe ini yaitu Numbering, Questioning, Tabel 1.Skor Keterlaksanaan
Head Together, dan Answering. Model ModelPembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat Skor Kriteria
digunakan untuk mengetahui keterampilan sosial 0 Tidak terlaksana
siswa khususnya keterampilan komunikasi yang
1 Buruk
meliputi bertanya dan berpendapat dalam proses
pembelajaran. Keterampilan siswa dapat dilatihkan 2 Cukup baik
pada salah satu tahapan dalam NHT tepatnya pada 3 Baik
tahap Head Together dan Answering.Pada tahap ini 4 Sangat Baik
siswa dapat mendominasi dalam pembelajaran,
dimana guru hanya menunjuk satu nomor yang Perhittungan nilai rata-rata keterlaksanaan
mewakili kelompok untuk menjawab pertanyaan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus
yang diberikan oleh guru. berikut ini :
Dari penjelasan latar belakang yang sudah
dijelaskan, maka perlu diangkat penelitian ini ∑ skortiap langkah pembelajaran
dengan Judul “KETERAMPILAN KOMUNIKASI Skor =
DENGAN PENERAPAN MODEL ∑ skorkeseluruhan
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
Kemudian nilai rata-rata yang diperoleh dikonversi
NUMBER HEAD TOGETHER PADA MATERI
dengan kriteria yang mengacu pada Tabel 2.
LARUTAN ASAM BASA UNTUK SISWA
KELAS XI MIPA SMAN 1 KRIAN SIDOARJO”
Tabel 2.KriteriaKeterlaksanaan Model
METODE Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Nilai rata-rata Kriteria
pre-eksperimenyang hanya menggunakan satu kelas 3,1 - 4 Sangat baik
sebagai objek penelitian tanpa adanya kelas 2,1 – 3 Baik
pembanding ini adalah penelitian pra-eksperimental 1,1 – 2 Cukup
dengan rancangan One-Group-Pretest-Posttest 0,5 – 1 Buruk
design. Desain penelitian dapat digambarkan 0 Tidak terlaksana
sebagai berikut:
Analisa data pengamatan terhadap aktivitas Batasan Nilai Predikat
siswa diketahui berdasarkan pengamatan yang 1,50 ˂ skor akhir ≤ 2,50 Cukup
dilakukan oleh pengamat setiap tiga 2,50 ˂ skor akhir ≤ 3,84 Baik
menit.Pengamat menuliskan hasil pengamatan 3,84 ˂ skor akhir ≤ 4,00 Sangat Baik
aktivitas siswa dalam lembar pengamatan yang
telah disediakan. Persentase waktu pengamatan Pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal
siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus ketika memperoleh persentase minimal75% siswa
berikut : dalam kelas memiliki nilai melebihi KKM.
Perhitungan ketuntasan klasikal dapat
waktu aktivitas tertentu menggunakan rumus berikut:
aktivitas (%) : x 100 %
∑ waktu keseluru h an
Tuntas klasikal=
∑ siswa yang tuntas ×100 %
[10]
∑ siswadi kelas
Dalam penilitian ini keterampilan komunikasi [9]
siswa yang di analisis meliputi aspek bertanya dan
memberikan pendapat.Kualitas dan kuantitas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
komunikasi diamati dengan menggunakan lembar Penelitian ini dilakukan selama tiga kali
pengamatan keterampilan pertemuan. Hasil penelitian meliputi semua data
komunikasi.Keterampilan bertanya siswa dinilai yang diperoleh selama penelitian antara lain data
dari kualitas bertanya siswa dengan acuan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
berdasarkan tingkatan bertanya taksonomi bloom, NHT, aktivitas siswa, keterampilan komunikasi
sedangkan pada keterampilan berpendapat siswa dan hasil belajar siswa. Hasil dan
menggunakan analisis berdasarkan indikator logis pembahasan penelitian ini akan dijabarkan sebagai
dan komunikatif.. Penelitian kualitas berikut.
keterampilankomunikasi menggunakan skala
Keterlaksanaan Model Pembelajaran
dengan kriteria yang terdapat pada Tabel 3
Keterlaksanaan model pembelajaran
Tabel 3. Skor nilai kualitas bertanya
kooperatif tipe NHT ini dilakukan oleh dua orang
Skor Predikat pengamat selama tiga kali pertemuan dengan setiap
0 Kurang Baik pertemuannya yaitu selama 2x45 menit dengan
1 Cukup Baik menggunakan lembar keterlaksanaan model
2 Baik pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengamat
3 Sangat Baik keterlaksanaan model pembelajaran ini memiliki
tujuan untuk mengetahui kemampuan peneliti yang
Untuk mengetahui kualitas komunikasi siswa dapat berperan sebagai guru dalam melakukan kegiatan
dihitung menggunakan rumus berikut : belajar mengajar sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan
skor yang diperoleh
Kualitas komunikasi = x4 model pembelajaran kooperatif tipe Number Head
skor keseluruhan Toghether (NHT) yang telah dirancang oleh
peneliti. Data pengamatan keterlaksanaan oleh dua
pengamat pada pertemuan I, II, dan III disajikan
Lalu nilai dari hasil perhitungan tersebut dapat
pada Tabel 5 berikut.
dikonversikan pada Tabel 4.
Tabel 5.Data pengamatan keterlaksanaan
Tabel 4. Konversi nilai kualitas bertanya
sintaks model pembelajaran
Batasan Nilai Predikat
Skor akhir ≤ 1,50 Kurang
Keterlaksanaan %Waktu Aktivitas Siswa
Kegiatan Aktivitas
P1 P2 P3 P1 P2 P3
D 19,37% 19,60% 21,77%
Fase 1 : E. 20,31% 25,23% 26,25%
Menyampaikan Tujuan 3,83 3,75 3,70 F. 1,87% 2,71% 2,50%
dan Memotivasi Siswa G 0,83% 0,83% 0,52%
Fase 2 : Menyajikan H 0,52% 0,21% 0,10%
3,75 3,50 3,25
informasi I 4,69% 4,38% 7,08%
Fase 3 : Jumlah
Mengorganisasikan 100% 100% 100%
3,67 3,83 3,50 Persentase
siswa ke dalam
kelompok belajar Keterangan:
Fase 4 : Membimbing A. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan
Kelompok Bekerja dan 3,65 3,75 3,37 guru.
Belajar B. Bertanya mengenai konsep yang belum
Fase 5 : Evaluasi 3,25 3,50 3,25 diketahui.
Fase 6 : Memberikan C. Mengajukan pendapat terkait pertanyaan yang
3,90 3,80 4,00
penghargaan disampaikan temannya.
Rata-rata 3,67 3,70 3,51 D. Mengerjakan LKS secara berkelompok
E. Bertukar pendapat dengan sesama anggota
Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui rata- kelompoknya.
rata keterlaksanaan pembelajaran dengan model F. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan G. Mengajukan pendapat atau pertanyaan
selama penelitian secara keseluruhan didapatkan berdasarkan jawaban yang diajukan temannya.
rata-rata dalam kisaran nilai 3,1-4. Perolehan skor H. Menyimpulkan materi yang dipelajari
tersebut dipastikan bahwa keterlaksanaan model I. Aktivitas yang tidak relevan.
pembelajaran selama penelitian termasuk dalam
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui
kriteriasangat baik.
bahwa pengambilan data aktivitas siswa ini untuk
memastikan bahwa siswa telah melakukan langkah
Aktivitas Siswa pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan meyakinkan siswa telah mempelajari materi asam
kktivitas siswa yang diamati selama kegiatan basa sehingga nantinya akan menjadi faktor
pembelajaran. Pengamatan aktivitas siswa ini penunjang keberhasilan dari penerapan model
diwujudkan dalam persentase rata-rata waktu yang pembelajaran. Dapat diketahui bahwa aktivitas
digunakan siswa untuk melakukan aktivitas tertentu yang diamati mengalami peningkatan dan
sesuai dengan sintaks model pembelajaran penurunan pada setiap pertemuannya dibuktikan
Gambar 1. Persentasekuantitas keterampilan berpendapat
kooperatif tipe NHT dan berlatih komunikasi pada dengan perolehan rata-rata persentase aktivitas
materi larutan asam basa selama 3 kali pertemuan. yang relevan pada setiap pertemuan 1, 2, dan 3
Rekapitulasi pengamatan aktivitas siswa disajikan secara berturut-turut sebesar 95,31%, 95,63%; dan
dalam Tabel 6 berikut. 92,92% yang seluruhnya termasuk dalam kriteria
baik sekali. Sedangkan untuk rata-rata persentase
Tabel 6.Rekapitulasi aktivitas siswa aktivitas yang tidak relevan pada tiga kali
pertemuan secara berturut-turut diperoleh
%Waktu Aktivitas Siswa
Aktivitas sebesar4,69%; 4,38%; dan 7,08%.Diamati dari data
P1 P2 P3
yang diperoleh bahwa aktivitas tidak relevan siswa
A 49,58% 43,79% 40,42%
pada pertemuan ketiga memperoleh persentase
B 1,77% 1,88% 0,94%
yang tertinggi.Hal inidikarenakan pada pertemuan
C 1,04% 1,36% 0,42%
3alokasi waktu lebih banyak digunakan untuk berpendapat dari 32 siswa, pada pertemuan
kegiatan percobaan sehingga siswa lebih leluasa kedua sebanyak 84,38% siswa yang berpendapat
dalam melakukan kegiatan yang tidak relevan atau sebanyak 27 siswa yang berpendapat, dan
dalam pembelajaran. Dari analisis data tersebut pada pertemuan ketiga sebanyak 87,50% siswa
menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah yang berpendapat atau sebanyak 28 siswa dari
melakukan aktivitas yang relevan sesuai dengan kelas XI MIPA 7 yang berani berpendapat.
model kooperatif tipe NHT untuk melatihkan Dapat diamati bahwa dalam setiap pertemuan
keterampilan komunikasi dengan baik. mengalami peningkatan persentase, hal ini
dikarenakan pada setiap pertemuannya siswa
Keterampilan Komunikasi Siswa.
lebih antusias dalam berpendapat karena akan
Dalam penelitian ini, keterampilan komunikasi
ada tambahan nilai dan penghargaan yang
yang diamati adalah keterampilan komunikasi
diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan
secara lisan meliputi keterampilan bertanya dan
bahwa ketika pembelajaran dilakukan dengan
berpendapat. Keterampilan komunikasi merupakan
model kooperatif tipe NHT siswa menjadi lebih
keterampilan yang perlu untuk dilatihkan kepada
aktif dalam pembelajaran ditunjukkan.
siswa, sehingga dapat terciptanya susasana
Peningkatan kuantitas keterampilan berpendapat
pembelajaran yang aktif dan terjadinya hubungan
siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran
timbal balik antara guru dengan siswa.Pengamatan
kooperatif tipe NHT dapat melatihkan
dilakukan dari segi kuantitas dan kualitas dari
komunikasi siswa terutama dalam hal
setiap pertanyaan dan pendapat yang siswa. Berikut
berpendapat.
uraian untuk kuantitas dan kualitas komunikasi
2. Kualitas berpendapat siswa
siswa yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Kualitas keterampilan berpendapat siswa
1. Kuantitas berpendapat siswa.
dianalisis dari dua kategori yaitu logis dan
Data kuantitas komunikasi siswa yang
komunikatif.Pendapat siswa dikatakan logis
diamati oleh pengamat diambil dari jumlah
apabila informasi yang disampaikan dilandasi
siswa yang berkomunikasi selama pembelajaran
dengan fakta-fakta dan pendapat yang bisa
berlangsung, bukan dinilai dari banyaknya
mendukung materi yang disajikan dan pendapat
pendapat yang diajukan oleh siswa.Kuantitas
siswa dikatakan komunikatif apabila pesan
berpendapat siswa ditentukan dengan
tersusun secara sistematik dan teratur,
perbandingan antara siswa yang berpendapat
penyampaian pesan secara langsung serta tidak
dengam jumlah keseluruhan siswa. Dalam tiga
berbelit-belit, dan dapat dimengerti[7].
kali pertemuan jumlah siswa yang berpendapat
Persentase kualitas keterampilan
mengalami kenaikan persentase.Kuantitas
berpendapat siswa selama pembelajaran
berpendapat ditunjukkan pada Gambar 1.
100.00%
kooperatif tipe NHT dari pertemuan pertama
90.00% hingga pertemuan ketiga tersaji secara ringkas
80.00%
pada Gambar 2.
Persenstase

70.00%
60.00%
50.00% Kuantitas 100.00%
40.00% Berpendapat
30.00% 80.00%
20.00%
logis
10.00%
60.00% komunikati
0.00%
40.00% f
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
20.00%
0.00%

Berdasarkan Gambar 1 kuantitas berpendapat


siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga mengalami peningkatan . Pada pertemuan
pertama diketahui ada 65,62% dari total siswa
kelas XI MIPA 7 atau sebanyak 25 siswa yang

Gambar 2. Persentase kualitas keterampilan berpendapat


Berdasarkan Gambar 2 diperoleh data rincian 76.00% pada pertemuan pertama,
kualitas keterampilan berpendapat siswa kelas 88,89% untuk pertemuan kedua, dan 92,86%
XI MIPA 7 SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo untuk pertemuan ketiga dari semua siswa yang
selama tiga kali pertemuan.Gambar tersebut berpendapat.Hasil data yang diperoleh
menunjukkan peningkatan maupun penurunan menunjukkan bahwa keterampilan berpendapat
dari data kualitas berpendapat siswa. Untuk siswa telah dilatihkan melalui model
predikat “kurang baik” terjadi penurunan dari pembelajaran kooperatif tipe NHT
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga, 4. Hasil belajar siswa
berturut-turut persentase penurunan predikat Data hasil belajar siswa diperoleh dengan
“kurang baik” 46,87%, 21,87%, dan 15,62%. melakukan pre-test sebelum pembelajran dan
Sedangkan persentase predikat “cukup baik” post-test setelah pembelajaran yang dilakukan
mengalami penurunan pada pertemuan ketiga, dengan menerapkan model pembelajaran
6,25% di pertemuan pertama, 6,25% di kooperatif tipe NHT pada materi larutan asam-
pertemuan kedua, dan 3,12% pertemuan ketiga. basa.Soal pre-test maupun post-test berupa soal
Kemudian predikat “baik” diketahui kenaikan obyektif pilihan ganda yang berjumlah 15 butir
yang terjadi dari pertemuan awal ke pertemuan soal.Hasil belajar siswa digunakan oleh peneliti
kedua, kemudian turun pada pertemuan ketiga. sebagai data untuk mengetahui kemampuan
Persentase dari pertemuan pertama, kedua, dan kognitif siswa setelah pembelajaran kooperatif
ketiga berturut-turut 43,75%, 62,50%, dan tipe NHT untuk melatihkan keterampilan
53,12%. Untuk predikat “sangat baik” diketahui komunikasi. Siswa dikatakan tuntas apabila
terjadi peningkatan pada pertemuan kedua yaitu mencapai atau diatas nilai KKM yang diberikan
dari 3,12% menjadi 9,38% dan kemudian oleh sekolah yaitu sebesar 75. Pemberian pre-
mengalami kenaikan kembali di pertemuan test adalah untuk mengetahui pengetahuan
ketiga sebesar 28,12%. Lalu ditinjau dengan kognitif awal siswa pada materi larutan asam
indikator logis dan komunikatif mengalami basa sebelum diterapkannya model
peningkatan dalam setiap pertemuan. pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tujuan
Peningkatan tersebut lebih jelasnya disajikan dari pemberianpost-test setelah diberikan dan
dalam Gambar 3. diterapkannya model pembelajaran kooperatif
tipe NHT pada materi larutan asam basa
70.00%
60.00% KB bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
50.00% CB kognitif akhir siswa mengenai materi larutan
40.00% B asam basa.
30.00%
SB
Dalam penelitian ,dikatakan tuntas secara
20.00%
klasikal apabila terdapat minimal 75% dari
10.00%
0.00% keseluruhan siswa dalam kelas XI MIPA 7 yang
Pertemuan pertemuan pertemuan berjumlah 32 siswa yang mendapatkan nilai
1 2 3 ≥75. Hasil post-test menunjukkan bahwa dari 32
siswa terdapat 25 siswa yang mendapatkan nilai
≥75 dan hanya ada 7 siswa yang belum
Ditinjau dari Gambar 3untuk indikator logis mencapai nilai KKM, sehingga bila dihitung
pada pertemuan pertama memperoleh persentase maka secara persentase terdapat 78,12% siswa
23,81% dari semua siswa yang berpendapat, lalu yang tuntas. Jadi, dapat dikatakan bahwa
mengalami peningkatan pada pertemuan kedua penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
dan ketiga yaitu sebesar 30,00% untuk NHT dapat meningkatkan hasil belajar peserta
pertemuan kedua dan sebesar 35,71% untuk didik karena terdapat 78,12% siswa di kelas XI
pertemuan ketiga. sedangkat untuk indikator
Gambar 3. Persentase logis komunikatif keterampilan MIPA 7 yang tuntas dalam hasil belajarnya.
berpendapat komunikatif berpendapat juga mengalami
peningkatan pada setia pertemuannya dengan
Saran
Pada penelitian ini peneliti melatihkan
PENUTUP keterampilan komunikasi berpendapat secara logis
Kesimpulan dan komunikatif, namun dari segi logis masih
Kesimpulan yang didapat berdasarkan analisis kurang.Diharapkan pada penelitian selanjutnya
hasil penelitian antara lain: dapat melatihkan keterampilan berpendapat secara
1. Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif logis dan membiasakan setiap pendapat di dasari
tipe Number Head Together untuk melatihkan dengan fakta dan teori yang mendukung.
keterampilan komunikasi pada materi larutan
asam basa pada pertemuan pertama diperoleh DAFTAR PUSTAKA
nilai rata-rata sebesar 3,67 dengan kategori
sangat baik, lalu pada pertemuan kedua 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,70 dengan tentang Sistem Pendidikan Nasional.
kategori sangat baik, dan pada pertemuan ketiga 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan
diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,51 dengan Nasional.
kategori sangat baik. 2. Permendikud. (2016). Peraturan Menteri
2. Aktivitas siswa yang melakukan kegiatan Pendidikan Kebudayaan Repulik Indonesia
relevan dengan kegiatan belajar mengajar
Nomor XX Tahun 2016 Tentan Standar
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Number Head Together pada materi larutan Penilaian Sekolah Menengah Atas/Madrasah
asam basa untuk melatihkan keterampilan Aliyah. Jakarta:Badan Standar Nasional
komunikasi mendapatkan persentase sebesar Pendidikan.
95,31% pada pertemuan pertama, sebesar 95,63 3. Kennedy, Eugene, dkk,.2013. “Effect of
pada pertemuan kedua, sebesar 92,92% pada Teaching Metacognitive Learning
pertemuan ketiga. Hasil tersebut menunjukkan Strategies on Performance in General
bahwa siswa telah melakukan aktvitas yang Chemistry Courses”. Journal of Chemical
relevan sesuai dengan model pembelajaran Education. Vol 90 : hal. 961 – 967.
kooperatif tipe Number Head Together untuk 4. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning
melatihkan keterampilan komunikasi pada siswa “Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Jogjakarta:
dengan baik. Pustaka Belajar
3. Kualitas berpendapat siswa dengan predikat 5. Nursalim dkk. 2005. Strategi Konseling.
kurang baik dari pertemuan 1 hingga 3 berturut- Semarang: Unesa University Press.
turut sebesar 46,87%; 21,87%; dan 15,62%; 6. Sulfiani, Ridha. 2016. Penerapan Model
sedangkan predikat cukup baik pada pertemuan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
1 hingga 3 berturut-turut sebesar 6,25%; 6,25%;
Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan
dan 3,12%; predikat cukup baik pada pertemuan
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 1
1 hingga 3 berturut-turut sebesar 43,75%;
62,50%; dan 53,12%; dan predikat sangat baik SMA Negeri 3 Watampone (Studi pada
pada pertemuan 1 hingga 3 berturut-turut Materi Pokok Struktur Atom, Sistem Periodik
sebesar 3,12%; 9,38%; dan 28,12%. Kuantitas Unsusr dan Bentuk Molekul). Jurnal
keterampilan berpendapat siswa mengalami Chemical Vol. 17 Nomor 1 Juni 2016, 1-13.
peningkatan pada setiap pertemuannya. 7. Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu
4. Hasil belajar siswa memperoleh skor rata-rata Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: Raja
sebesar 79,17. Sedangkan ketuntasan klasikal Grafindo Persada.
hasil belajar siswa mencapai 78,12%. Hal ini 8. Arends, Richard I. 2008. Learning To
dapat diartikan siswa memiliki hasil belajar Teach : Belajar Untuk Mengajar. Penerjemah
yang tuntas setelah menggunakan pembelajaran Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyatini
kooperatif tipe Number Head Together. Soetjipto. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
9. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
10. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai