Anda di halaman 1dari 14

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Korupsi barangkali menjadi kata yang paling populer di Indonesia, karena sejak
berpuluh tahun yang lalu orang tidak berhenti memperbincangkan. Korupsi menjadi
semakin populer ketika kita memasuki era reformasi karena bagitu banyak pejabat
publik tersandung kasus korupsi dan harus dimeja hijaukan. Dengan era keterbukaan
saat ini, publikasi tentang korupsi semakin mendapat ruang pemberitaan baik melalui
media elektronik, surat kabar, bahkan melalui pemberitaan di internet (cyber news).
Hal ini sesungguhnya sangat menguntungkan bagi masyarakat karena dapat secara
langsung melakukan pengawasan terhadap penanganan korupsi. Namun, berhasil
tidaknya penanganan korupsi sangatlah tergantung pada komitmen dan kemauan
politik (political will) segenap aparat penegak hukum yang bertanggungjawab
menanganinya.
Korupsi diartikan sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang
dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan,
demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya dengan
alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi di
Indonesia sudah sangat merajalela dan menjadi fenomena sosial yang terjadi pada
tatanan pemerintahan, bahkan terjadi di aparat penegak hukum itu sendiri.
Korupsi terjadi dikalangan lembaga pemerintahan (eksekutif), Dewan Perwakilan
Rakyat (legislatif), dan juga terjadi pada Penegak Hukum (yudikatif). Penegak
hukum sebaiknya melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan prinsip anti-korupsi
salah satunya yaitu akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja sehingga dapat mewujudkan penegakan hukum yang bersih dan
berkeadilan.
Permasalahan yang terjadi adalah dimana pelaku yang sudah melakukan tindak
pidana korupsi diputus bebas. Adapun penilaian dari masyarakat bahwa kemungkinan
besar ada permainan di Pengadilan. Proses Penanganan Perkara maupun Operasi
Tangkap Tangan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun

1
oleh aparat penegak hukum lainnya terhadap oknum aparat penegak hukum mulai dari
Panitera, Hakim, Jaksa maupun Polisi. Operasi tangkap tangan maupun proses
penangan perkara yang dilakukan oleh KPK terhadap oknum penegak hukum tersebut
terkait penyalahgunaan kewenangan dalam jabatan maupun transaksional perkara
berupa penerimaan sejumlah uang dalam pengurusan suatu kasus/perkara, baik di
tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan maupun proses di persidangan.
Tentunya bagi masyarakat pencari keadilan akan sulit berharap terciptanya kepastian
hukum ketika terjadi korupsi di sektor hukum yang dilakukan oleh oknum aparat
penegak hukum tersebut.
Korupsi sangat berkaitan dengan kesadaran. Kesadaran akan hukum tiap-tiap
orang tentu saja berbeda. Tetapi bila dilihat dari banyaknya kasus korupsi yang ada,
bisa disimpulkan bahwa kesadaran hukum warga Indonesia cukup rendah. Perlu
adanya penanaman kesadaran serta nilai-nilai positif lain sejak dini, agar generasi
muda nantinya akan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Penerapan dan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi harus
dilaksanakan secara tegas, lugas, dan tepat berdasarkan kepada nilai keadilan dan
kebenaran, bukan berdasarkan pada suatu kepentingan. Hal tersebut sangat berperan
penting dalam mewujudkan ketertiban kepastian hukum dan kedamaian dalam
masyarakat. Jadi, setiap pejabat atau aparatur negara di daerah mana saja yang
terbukti melakukan tindak pidana korupsi atau penyelewengan terhadap anggaran
keuangan negara sudah sepatutnya diberikan sanksi yang tegas berupa pidana, baik
yang berdasarkan pada ketentuan KUHP maupun berdasakan peraturan atau ketentuan
yang di tetapkan mengenai tindak pidana korupsi. Sebagaimana yang telah di atur
dalam Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 no Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi.
Zaman sekarang ini kegiatan pemberantasan korupsi belum berjalan baik. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pengaduan masyarakat tentang kasus-kasus yang diduga
suatu tindakan korupsi tetapi penangananya masih lambat dan akhirnya kasusnya
menghilang begitu saja. Serta putusan hakim dalam tindak pidana korupsi di nilai
masih terlalu ringan, jauh dari rasa keadilan dan kebenaran yang selama ini di
harapkan masyarakat. Posisi seorang hakim dalam sistem penegakan hukum berada
pada titik yang sangat sentral, kondisi ini mengharuskan para hakim ataupun calon
hakim untuk membekali dirinya dengan pengetahun yang luas dan ekstra.

2
Lembaga publik yang pelaksanaannya bersentuhan dengan masyarakat sangat
rentan terhadap tindak pidana korupsi. Lembaga-lembaga yang seringkali menjadi
pelaku kegiatan korupsi antara lain kepolisian, pengadilan, parlemen, dan partai
politik, pajak, bea cukai maupun Bank Indonesia sekalipun. Lembagatersebut dinilai
sangat rawan dari kegiatan penyelewengan wewenang dalam melakukan praktik
korupsi terhadap keuangan Negara.
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Indonesia seringkali menemui
berbagai kendala dalam menangani praktik/kegiatan korupsi karena pada dasarnya
kegiatan tersebut selalu berusaha menutupi kegiatannya agar tidak diketahui secara
umum. Sehingga proses dalam menangani upaya tersebut sering menemui hambatan
dalam pelaksanaannya. Hambatan yang dihadapi dalam upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi meliputi: lemahnya koordinasi antar aparat penegak hukum, sikap
apatis masyarakat dalam penanganan tindak pidana korupsi, adanya sikap toleransi
kepada pelaku korupsi, rendahnya komitmen untuk menangani korupsi secara tegas
dan tuntas, lemahnya penegakan hukum dan pengawasan terhadap tindak pidana
korupsi, sulitnya membuktikan tindak pidana korupsi, sistem manajemen yang tidak
transparan, rendahnya gaji para pegawai pemerintahan, terbatasnya pendidikan serta
teknologi dalam melakukan monitoring lembaga negara.
Menurut Dr. Yadyn SH.,MH pada saat seminar yang dilakukannya di Universitas
Brawijaya Malang pada 20 Oktober 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sektor hukum mencatat terdapat 1945 laporan pengaduan masyarakat terhadap
tindakan aparat penegak hukum yang berindikasi perbuatan koruptif.
Diantaranya adalah:

3
B. Permasalahan
Bagaimana upaya penanaman nilai dan prinsip anti korupsi terhadap aparat
penegak hukum agar dapat diterapkan sehingga tidak terjadi korupsi di sektor
hukum?

C. Tujuan penelitian
Upaya penanaman nilai dan prinsip anti korupsi terhadap aparat penegak
hukum agar dapat diterapkan sehingga tidak terjadi korupsi di sektor hukum.

4
Bab 2
Tinjauan Teoritis

A. Pengertian Korupsi
Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Penyelewengan atau
penggelapan (uang Negara atau Perusahaan) dan sebagainya untuk keuntungan
pribadi atau orang lain. Menurut Masyarakat awam korupsi ialah “Mengambil uang
yang bukan haknya dengan cara curang yang merugikan banyak orang dan hanya
menguntungkan pribadi mereka sendiri maupun orang yang bersangkutan dengan
koruptor tersebut”.

B. Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi


Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi
sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa
penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu,
sedangkanfaktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan
korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya
mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain
meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh
setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi.
Untuk mencegah terjadinya factor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi,
setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu
akuntabilitas, transparansi, kewajaran,kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu
organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip dan
nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

1. Nilai-Nilai Anti-Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras,

5
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan
mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan
tidak curang. Jujur ialah merupakan salah satu nilai yang paling utama
dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam kehidupan
sosial. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah
dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan
kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun
sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.
b. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya. Selain itu,
secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan
alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.
c. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak
banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, karena tanpa kemandirian seseorang tidak
akan mampu memimpin orang lain.
d. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia
memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah
seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dengan nilai-nilai
antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang

6
lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain
dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan
kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan
segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.
e. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik.
Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-
pun itu dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam
bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan
nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah
dan kepercayaan yang diberikan.
f. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna
jika tanpa adanya pengetahuan.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang
sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros dan seseorang
juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
h. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani
bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan
untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

7
i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah dan tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa
Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan
dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa
yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak
melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam
konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan
tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.
2. Prinsip – Prinsip Anti-Korupsi
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah
faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-
korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan
kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai
aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi
(de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun
pada level lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut
berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi
antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami
sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan
perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat
memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas
eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti
yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab
kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan (Pierre :
2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan
kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola

8
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas
program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas
outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang,
2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.
b. Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi
dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan
dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007). Selain itu transparansi
menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika
struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan
tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan :
2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan,
proses pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran
bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja
anggaran. Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek
pembangunan terkait dengan proses pembahasan tentang sumber-
sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).

9
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan)
dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender,
pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban
secara teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan
proyek pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan yang
lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses
evaluasi.
c. Kewajaran (fairness)
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip
fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk
mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran
ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
d. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini
berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan Negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang
anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang
anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-
korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur
yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang
telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor

10
penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan
tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan
kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti
korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
e. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol
kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan
berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan
ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol
kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan
alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan
kontrol kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai. Setelah memahami
prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat
berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik
berupa partisipasi, evolusi maupun reformasi pada kebijakan-
kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran mahasiswa adalah
sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat, organisasi,
maupun institusi.

11
Bab 3
Penyajian Data

A. Metode Penelitian
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat
berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Menurut Sugiyono (2005: 21)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.
Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah
aktual.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung. Pengumpulan data
dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan
data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
1. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik.
2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
3. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan
proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik
perhatian saja.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.


Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai
beberapa keuntungan antara lain:

12
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk
mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang
langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang
telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam
mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
Alat pengumpul data yang kami gunakan adalah melalui wawancara. Wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).

C. Pedoman Wawancara
Lembar Wawancara

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Bagaimana pendapat anda, tentang
pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia?
2. Apakah menurut Anda sanksi yang diberikan
sudah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan di Indonesia?
3. Apa pendapat Anda tentang kinerja aparat
penegak hukum sudah optimal?
4. Bagaimana pendapat Anda tentang banyaknya
kasus suap menyuap yang tersangkanya adalah
aparat penegak hukum itu sendiri?
5. Setujukah Anda jika pada saat pendidikan aparat
penegak hukum tersebut ditanamkan nilai dan
prinsip anti-korupsi yang lebih mendalam?
6. Jika masih banyak kasus tersebut setelah
diterapkannya nilai dan prinsip anti-korupsi, apa
yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah agar
aparat hukum tidak lagi mudah tergiur dengan
hal yang berhubungan kasus suap menyuap?

13
14

Anda mungkin juga menyukai