Anda di halaman 1dari 10

4.

Menjelaskan perbedaan antara ISA dan standart audit sebelumnya, yang


merupakan perubahan yang substantive dan mendasar yang dapat
mencermikan cara berpikir yang berbeda yang melandasi teknik audit
tertentu. Perubahan dan substantive yang dimaksud, yaitu ? Menurut anda
apakah ISA mensyaratkan auditor untuk memodifikasi pendapatnya yang
sesuai atau bahkan menarik diri dari perikatan, jika tujuan keseluruhan
untuk mendapatkan reasonable assurance tidak tercapai? Apa yang
dimasksud dengan reasonable assurance? Sebutkan secara lengkap
penjabaran standart audit dari international standards on auditing (ISA)?

A. Perubahan dan Substantive


Beberapa perbedaan yang bersifat substantif lainnya yang berdampak pada
perubahan cara berpikir seorang akuntan publik yang melandasi teknik audit
tertentu. Perbedaan substantif tersebut (Tuanakotta, 2015: 56) yaitu
perubahan standar dari standar berbasis aturan (rules- based standards) ke
standar berbasis prinsip (principles-based standards), penghapusan
(pengurangan) penggunaan pendekatan matematis pada praktik audit,
penekanan pada professional judgement, penerapan kewaspadaan
professional (professional scepticism), kewajiban penilaian dan pelaporan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta penyertaan Those
Charged With Governance (TCWG) dalam pengawasan suatu entitas.

Adapun sebelum mengadopsi ISA, Indonesia mengacu pada standar audit


yang berlaku di Amerika Serikat yaitu Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Standar Umum,
Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan (Arens, Elder dan
Beasley, 2015: 38). Sejak tahun 2013 IAPI memutuskan untuk mengadopsi
ISA secara penuh, tidak ada lagi tiga standar tersebut dalam SPAP karena
dalam ISA memangtidak memuat lagi tiga standar terkait. Standar menjadi
hal penting yang perlu diperhatikan oleh auditor karena sebagai seorang
auditor membutuhkan pemahaman dan kepedulian pada perubahan standar
yang berlaku (Obaidat, 2007), terutama karena ISA merupakan standar
internasional. Auditor harus memperhatikan perubahan dalam standar audit.
Hal ini tidak lain sebagai acuan untuk menghasilkan audit berkualitas tinggi
dan sebagai alat yang digunakan auditor untuk meningkatan kinerjanya dalam
melakukan pekerjaan audit. Hasil penelitian lainnya oleh Ohiokha dan
Akhalumeh dalam Hidayati dan Abdullah (2016) juga mendukung bahwa
standar dan peraturan yang tepat diperlukan untuk memastikan ketaatan dan
kepatuhanauditor yang kemudian bisa berpengaruh pada kinerja auditor.

b. Standar Audit 705 Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan


Auditor Independen
Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah: tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau tanggal 1
Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten; penerapan dini dianjurkan)

Daftar Isi Paragraf Pendahuluan Ruang Lingkup..


a. Tipe opini modifikasian.
b. Tanggal efektif.
c. Tujuan
d. Definisi.
e. Ketentuan kondisi yang mengharuskan dilakukannya modifikasi
terhadap opiniauditor.
f. Penentuan tipe modifikasi terhadap opini auditor bentuk dan isi laporan
auditor ketika opini dimodifikasi komunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola materi penerapan dan penjelasan lain
tipe opini modifikasian.

A1 Sifat kesalahan penyajian material.


A2-A7 Sifat ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
Cukup dan tepat.
A8-A12 Konsekuensi dari Ketidakmampuan untuk Memperoleh
Bukti
Audit yang Cukup dan Tepat yang Diakibatkan oleh
Pembatasan yangdilakukan oleh Manajemen setelah Auditor
Menerima Perikatan.
A13-A15 Pertimbangan Lain yang Terkait dengan Opini Tidak Wajar
atau Opini Tidak Menyatakan Pendapat. A16Bentuk dan Isi
Laporan Auditor Ketika Opini Dimodifikasi.
A17-A24 Komunikasi denganPihak yang Bertanggung Jawab atas Tata
Kelola.
A25 Lampiran: Ilustrasi Laporan Auditor dengan Modifikasi
terhadap Opini Standar Audit ( SA ) 705, Modifikasi
terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen harus
dibaca bersamaan dengan SA 200, Tujuan Keseluruhan
Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan
Standar Audit. SA 705 3.
Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen Penentuan Tipe
Modifikasi terhadap Opini Auditor Opini Wajar dengan Pengecualian. Auditor
harus menyatakan opiniwajar dengan pengecualian ketika:
a. Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun
secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan
keuangan; atau
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak
kesalahan penyajian yang tidakterdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada,
dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif. Opini Tidak Wajar. Auditor harus
menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik
secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif
terhadap laporan keuangan.
Opini Tidak Menyatakan Pendapat. Auditor tidak boleh menyatakan pendapat
ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak
kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada,
dapat bersifat material dan pervasif.. Auditor tidak boleh menyatakan pendapat
ketika, dalam kondisi yang sangat jarang yang melibatkan banyak
ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut,
auditor tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena
interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak
kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.

B. Reasonable Assurance
Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi, tetapi bukan pada tingkat yang
tinggi mutlak (absolute level of assurance) Asurans yang layak dicapai ketika
auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan resiko
audit. Risiko audit adalah risiko dimana auditor memberikan opini yang salah
ketika laporan keuangan disalahsajikan secara material. Auditor ingin menekan
risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima (to an acceptably low
level)Dengan bukti audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko
audit, namun tidak mungkin sampai ke titik Nol, karena adanya kendala bawaan
dalam setiap audit.

Auditor tidak dapat memberikan absolute assurance (asurans mutlak). Auditor


menarik kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau pendapatnya kepada
bukti-bukti audit. Dimana, kebanyakan bukti audit lebih bersifat persuasife
(menguatkan) dan bukan conclusive (meyakinkan secara mutlak).
Para auditor merumuskan konsep reasonable assurance. Konsep ini yang harus
dipahami semua pengguna jasa auditing, baik auditing yang dilakukan oleh
independent auditor ataupun internal auditor. Auditor pun tidak luput dari
kekeliruan dan kealpaan dalam melaksanakan auditnya, misal
ketidaksempurnaan dalam menganalisis, mengkaji, dan mempertimbangkan
suatu data dan informasi atau kekeliruan dalam melakukan sampling.

Namun demikian, auditor tidak boleh menggampangkan pemenuhan tanggung


jawab perikatan atau penugasannya. Oleh karena itu, ada standar profesi yang
menjadi rujukan profesionalisme dan kualitas kerja audit. Baik profesi
independent auditor ataupun internal auditor mempunyai standar profesi yang
dirumuskan oleh instititut masing-masing.

Keyakinan Memadai Reasonable Assurance


Tujuan dari audit atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum Arens et al, 2012. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka auditor dalam
pekerjaan audit atas laporan keuangan harus mempedomani standar auditing
yang berlaku. Standar Auditing untuk sektor privat adalah sepuluh standar yang
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI, yang terdiri dari
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta
interpretasinya yang dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing PSA.

Konsep keyakinan memadai dalam standar auditing dapat ditemukan pada


standar umum ketiga dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama. Standar ini menuntut auditor independen untuk
merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan


menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi
auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Dalam PSA No.04 dinyatakan bahwa penggunaan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan tersebut. Oleh karena itu, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikantan Akuntan Indonesia mungkin tidak dapat
mendeteksi salah sajimaterial.

Selain itu dalam PSA No. 02 dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakahlaporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit
dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai,
namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.

Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit


guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji material terdeteksi, yang
disebabkan oleh kekeliruanatau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan
keuangan. Standar auditing untuk sektor publik adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara SPKN yang ditetapkan dan disahkan dengan Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007. Salahsatu jenis
pemeriksaan dalam SPKN adalah pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan atas
laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
reasonable assurance apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansikomprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Konsep keyakinan memadai dalam SPKN dapat ditemukan dalam paragraf 33
Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 1 tentang Standar Umum yang
menyatakan bahwa penerapan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
memungkinkan pemeriksa untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa
salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan dalam data akan
terdeteksi. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti dan
karakteristik penyimpangan. Pemeriksaan yang dilaksanakan menurut Standar
Pemeriksaan mungkin tidak akan mendeteksi salah saji material atau
ketidakakuratan yang signifikan, baik karena kesalahan, kecurangan, tindakan
melanggar hukum, atau pelanggaran aturan. Walaupun Standar Pemeriksaan ini
meletakkan tanggung jawab kepada setiap pemeriksa untuk menerapkan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama, tidak berarti bahwa
tanggung jawabnya tidak terbatas, dan tidak berarti juga bahwa pemeriksa tidak
melakukan kekeliruan. Konsep keyakinan memadai menunjukkan bahwa
auditor bukan seorang penjamin kebenaran laporan keuangan. Istilah keyakinan
memadai digunakan untuk menunjukkan bahwa audit tidak diharapkan
menghapus seluruh kemungkinan adanya salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Dengan kata lain audit memang memberikan tingkat kepastian yang
tinggi, tetapi bukan suatu jaminan.

C. Standart Audit Dari Isa


International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit terbaru yang
telah diadopsidi Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas
Statement of Membership Obligation and International Federation of
Accountants. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik wajib melakukan audit atas
laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA
diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Dalam Workshop dan Bedah Buku yang bertajuk Audit Berbasis ISA (31/5)
yang lalu, Theodorus M. Tuanakotta, MBA. selaku penulis buku yang berjudul
serupa menjelaskan seluk beluk audit berbasis ISA serta berbagai kelebihannya.
Pria yang telah berpengalaman menjadi akuntan publik selama 35 tahun ini
menuturkan bahwa ISA mengandung desakan yang lebih besar bagi auditor
untuk menemukan kecurigaan. ISA lebih menekankan pada identification
(pengidentifikasian hal yang belum dilihat), bukan assessment (penilaian sesuatu
yang dilihat).

Meski demikian, ia juga mengamini bahwa substansi ISA itu masih hampir sama
dengan standar yang digunakan sebelumnya. Selain itu Theo juga menekankan
bagaimana seharusnya peran seorang auditor. "Auditor pada dasarnya adalah
anjing penjaga, bukan pelacak. Artinya, auditor hanya bertugas memberitahu,"
tambahnya.
Sementara itu, Prof. Indra Bastian, MBA. menerangkan kesulitan penerapan ISA
di Indonesia. Indra menekankan bahwa ISA memang baik, akan tetapi
dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu agar lebih siap diimplementasikan. Ia
menyarankan agar membuat ISA lebih user-friendly untuk Indonesia. "Caranya
adalah dengan mengadaptasi, bukan mengadopsi. Di Perancis hanya20% dari ISA
yang diikuti. Sedangkan Indonesia lebih bebas," terangnya.

Drs. Sugiarto, M.Acc., MBA., CMA., selaku Ketua Pendidikan Profesi


Akuntansi (PPAK) FEB UGM menuturkan pula tentang amat pentingnya
pemahaman terhadap ISA ini. Menurutnya, globalisasi menuntut auditor untuk
cepat beradaptasi dengan standar internasional. Pengetahuan serta pemahaman
terhadap ISA amat penting tidak hanya bagi praktisi, tapi juga akademisi dan
mahasiswa. ISA menyimpan berbagai kelebihan yang juga menuntut kesiapan
dari negara pelaksananya. Bila tidak, ia akan menjadi bumerang.
DAFTAR PUSTAKA
Internet :
Terpelajar, Student. “Perbedaan Compliance Test dan Substantive Test”,
https://www.studentterpelajar.com/2016/05/perbedaan-compliance-test-dan.html.
Diakses pada 01 Mei 2021

Shori, Fakhrian, 2014, “Peristiwa Kemudian”,


https://fakhrianshori.wordpress.com/2014/01/10/peristiwa-kemudian-subsequent-
event/, Diakses pada tanggal 03 Mei 2021

Priantara, Diaz, 2017, “Kenapa Assurance Itu Penting?”,


https://www.wartaekonomi.co.id/read151636/kenapa-assurance-itu-penting,
Diakses 10 Mei 2021

Jurnal :
Harahap , Devianti Yunita, Suciati , NR Handiani, Puspitasari, Evita, Rachmianty
Sakina, 2017, “Pengaruh Pelaksanaan Standar Audit Berbasis International
Standards On Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit”, Jurnal Aset, Jakarta,
ejournal.

Unnisa, Ifany Arfa, 2015, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam


Pemberian Opini Audit Atas Laporan Keuangan”, Riau

Buku :
Hery, 2015, “Auditing 1 - Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi”, Surabaya ;
Prenada Media,.

Tuanakotta, Theodorus M, “Audit Berbasis ISA”, Jakarta ; Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai