Anda di halaman 1dari 4

70 Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: `Jika Allah mengetahui ada

kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah
diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu`. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(QS. 8:70)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 70
)70( ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ لِ َم ْن فِي أَ ْي ِدي ُك ْم ِمنَ اأْل َس َْرى إِ ْن يَ ْعلَ ِم هَّللا ُ فِي قُلُوبِ ُك ْم َخ ْيرًا ي ُْؤتِ ُك ْم َخ ْيرًا ِم َّما أُ ِخ َذ ِم ْن ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa Abbas, Aqil bin Abu Talib dan Naufal bin
Haris. Abbas tertawan dalam perang Badar dan didapati dia membawa dua puluh auqiah 18) emas yang sengaja
disisihkannya untuk memberi makan orang-orang musyrikin yang ikut berperang. Dia termasuk di antara
sepuluh orang yang menjamin makanan tentara musyrikin. Tetapi belum lagi tiba gilirannya untuk
membelanjakan emas itu, dia sudah ditawan oleh kaum Muslimin. Maka Abbas berkata: "Sebenarnya, saya
telah masuk Islam tetapi mereka memaksa saya supaya ikut bersama mereka." Rasulullah menjawab: "Jika
benar apa yang kamu katakan itu, niscaya Allah akan membalas keimananmu itu. Tetapi yang tampak oleh
kami, kamu bersama kaum musyrikin telah ikut menentang kami." Abbas meminta kepada Rasulullah supaya
emasnya itu dikembalikan kepadanya. Rasulullah menjawab: "Adapun emas yang telah kamu sediakan untuk
memerangi kami, tidak akan kami kembalikan." Lalu beliau perintahkan Abbas menebus keponakannya `Aqil
bin Abu Talib sebanyak dua puluh auqiah emas, dan menebus Naufal bin Haris. Abbas berkata: "Kalau begitu
engkau ya Rasulullah telah membuat aku jadi seorang miskin yang terpaksa mengemis-ngemis kepada orang
Quraisy." Rasulullah berkata: "Di mana emas yang kamu titipkan pada Ummul Fadl di waktu engkau keluar
dari kota Mekah?" Kamu telah mengatakan kepadanya: "Aku tidak tahu apa yang akan menimpa diriku. Bila
ada yang terjadi terhadapku, maka harta itu untukmu, untuk Abdullah, Ubaidillah, dan Alfadl." Abbas bertanya:
"Siapa yang memberitahukan hal itu kepadamu ya Muhammad?" Rasulullah menjawab: "Tuhankulah yang
memberitahukannya kepadaku." Abbas dengan spontan berkata: "Aku mengaku bahwa engkau benar, bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau hamba dan Rasul-Nya. Demi Allah tiada seorang pun yang
mengetahui hal itu, kecuali Allah. Aku menitipkan emas itu kepada Ummul Fadl di malam yang sunyi lagi
gelap. Pada mulanya saya ragu-ragu tentang kata-katamu itu. Kini karena engkau telah memberitahukannya
bahwa Allahlah yang memberitahukan kepada engkau, maka benarlah berita ini dan hilanglah keraguanku."
Lalu Abbas melaksanakan perintah Rasul. Ternyata emas yang dikeluarkan Abbas sebagai pelaksana perintah
Rasul diganti Allah dengan berlipat ganda. Abbas berkata: "Allah telah mengganti pengorbananku (sebanyak
dua puluh auqiah emas) dengan yang lebih baik dan yang lebih berharga. Sekarang aku mempunyai dua puluh
orang hamba sahaya; nilai yang paling rendah dari mereka dua puluh ribu dirham. Allah telah memberikan
kepadaku pengurusan sumur zamzam, dan ini bagiku lebih berharga dari semua kekayaan yang ada di Mekah.
Di samping itu saya selalu mengharapkan ampunan dari Tuhanku."

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya mengatakan kepada para tawanan yang merasa
berat di hatinya mengeluarkan harta untuk penebus diri mereka, bahwa Allah akan mengganti harta yang
mereka serahkan itu dengan yang lebih baik dan lebih bersih serta beriman kepada Allah. Allah akan
mengampuni segala dosamu termasuk dosa syirik, memusuhi kaum Muslimin, memusuhi Islam, agama yang
diridai-Nya dan melakukan berbagai macam tindakan yang dimurkai-Nya. Allah adalah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.

71 Akan tetapi jika mereka (tawanan-tawanan itu) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka
sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan (mu) berkuasa
terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 8:71)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 71
)71( ‫ك فَقَ ْد خَانُوا هَّللا َ ِم ْن قَ ْب ُل فَأ َ ْم َكنَ ِم ْنهُ ْم َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ َ‫َوإِ ْن ي ُِريدُوا ِخيَانَت‬
Dengan keterangan yang diberikan Rasulullah kepada para tawanan itu sebagaimana yang diperintahkan Allah,
banyak di antara mereka yang menyatakan masuk Islam dan tidak akan memusuhi lagi Nabi Muhammad saw.
beserta kaum Muslimin. Tetapi Allah memperingatkan dan menggembirakan hati Nabi akan sikap mereka
selanjutnya dengan menerangkan pada ayat ini bahwa bila ada di antara mereka itu yang mengkhianati janjinya
dengan kembali kepada kufur atau menyerang kaum Muslimin, maka tak usahlah Nabi merasa gusar dan
bersedih hati. Hal itu sudah lumrah dan biasa terjadi pada manusia. Bila dalam keadaan susah dan terdesak ia
mengucapkan kata-kata yang manis dan mengemukakan janji yang muluk-muluk, tetapi bila berada dalam
suasana aman dan baik ia mengingkari semua janjinya dan berbalik menjadi musuh yang lebih jahat lagi. Dan
begitulah sifat sebagian kaum musyrikin itu, karena sifat itu telah menjadi darah daging dalam tubuhnya.
Sedang Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa telah mereka khianati dengan mempersekutukan-Nya dan
menyembah berhala serta melakukan perbuatan yang tidak diridai-Nya. Karena pengkhianatan terhadap Allah
inilah maka Dia memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin, seperti yang terjadi pada perang Badar,
padahal kaum musyrikin itu lebih banyak jumlahnya dan lebih lengkap persenjataannya. Allah Maha
Mengetahui segala apa yang tersimpan dalam hati mereka, dan Maha Bijaksana dalam memberikan balasan
terhadap apa yang diperbuat manusia, yang baik dibalas dengan pahala dan yang buruk dibalas dengan siksa.

72 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-
orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang
beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan
pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. 8:72)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 72
ِ َ‫ْض َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُه‬
‫اجرُوا َما لَ ُك ْم‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫صرُوا أُولَئِكَ بَ ْع‬ َ َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آ َووْ ا َون‬
)72( ‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
ٌ ‫صرُو ُك ْم فِي الدِّي ِن فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر إِاَّل َعلَى قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬
َ ‫اجرُوا َوإِ ِن ا ْستَ ْن‬ ِ َ‫ِم ْن َواَل يَتِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء َحتَّى يُه‬
Pada ayat ini disebutkan tiga golongan di antara empat golongan.
Golongan pertama ialah yang memperoleh derajat tertinggi dan mulia di sisi Allah yaitu kaum Muhajirin yang
pertama-tama berhijrah bersama Nabi Muhammad saw. ke Madinah dan orang-orang yang menyusul berhijrah
kemudian yaitu berhijrah sebelum terjadinya perang Badar. Kemudian sebagian ahli tafsir berpendapat
termasuk juga dalam golongan ini orang-orang yang berhijrah sebelum terjadinya perdamaian Hudaibiah tahun
ke 6 Hijriah. Golongan pertama ini di samping perjuangannya di Madinah bersama-sama kaum Ansar telah
berjuang pula sebelumnya di Mekah menghadapi kaum musyrikin yang kejam, tidak segan-segan melakukan
kekerasan dan penganiayaan terhadap orang yang beriman kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Semua kekerasan dan kekejaman yang ditimpakan kepada kaum Muhajirin ini disambut dengan sabar dan tabah
dan tidak dapat menggoyahkan keimanan mereka sedikit pun. Mereka tetap bertahan dan berjuang membela
agama yang hak dan bersedia berkorban dengan harta dan jiwa, bahkan mereka bersedia meninggalkan
kampung halaman, anak, istri dan harta benda mereka. Oleh sebab itu mereka diberi sebutan oleh Allah dengan
keistimewaan, pertama "beriman", kedua "berhijrah", ketiga "berjuang dengan harta dan benda di jalan Allah".
Golongan kedua ialah: "Kaum Ansar" di Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada Nabi saw. dan
mereka berjanji kepada Nabi dan kaum Muhajirin akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia
menanggung segala resiko dan duka perjuangan, untuk itu mereka siap berkorban dengan harta dan jiwa. Nabi
Muhammad saw. menanamkan rasa ukhuwah Islamiah antara kedua golongan ini sehingga kaum Ansar
memandang kaum Muhajirin sebagai saudara keturunannya, masing-masing golongan dapat mewarisi. Karena
itu Allah memberikan dua sebutan kepada mereka, pertama "memberi tempat kediaman" dan kedua "penolong
dan pembantu" dalam hal ini pula mereka dinamai "kaum Ansar". Seakan-akan kedua golongan ini karena
akrabnya hubungan telah menjadi satu, sehingga tidak ada lagi perbedaan hak dan kewajiban di antara mereka.
Karena itu Allah telah menetapkan bahwa hubungan antara sesama mereka adalah hubungan karib kerabat,
hubungan setia kawan, masing-masing merasa berkewajiban membantu dan menolong satu sama lainnya bila
ditimpa suatu bahaya atau malapetaka. Mereka saling tolong-menolong, saling nasihat-menasihati dan tidak
akan membiarkan orang lain mengurus urusan mereka, hanya dari kalangan merekalah diangkat pemimpin
bilamana mereka membutuhkan pemimpin yang akan menanggulangi urusan mereka. Anas meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. telah mengikat kaum Muhajirin dan kaum Ansar dalam suatu sumpah setia di rumahku.
Hadis ini diriwayatkan oleh Anas kepada orang yang bertanya kepadanya tentang hadis: "Tidak ada perjanjian
sumpah setia dalam Islam."
Golongan ketiga ialah: golongan kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka tetap saja tinggal di
negeri yang dikuasai oleh kaum musyrikin seperti orang mukmin yang berada di Mekah dan beberapa tempat di
sekitar kota Madinah. Mereka tidak dapat disamakan dengan kedua golongan Muhajirin dan Ansar karena
mereka tidak berada dl kalangan masyarakat Islam, tetapi berada di kalangan masyarakat musyrikin. Maka
hubungan antara mereka dengan kaum Muslimin di Madinah tidak disamakan dengan hubungan antara mukmin
Muhajirin dan Ansar dalam masyarakat Islam. Kalau hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangat erat
sekali bahkan sudah sampai kepada tingkat hubungan karib kerabat dan keturunan, maka hubungan dengan
yang ketiga ini hanya diikat dengan keimanan saja. Bila terhadap mereka dilakukan tindakan yang tidak adil
oleh kaum musyrikin, maka kaum Muslimin di Madinah tidak berdaya membela mereka karena mereka berada
di negeri orang-orang musyrik, dan tidak ada hak bagi kaum Muslimin Madinah untuk campur tangan urusan
dalam negeri kaum musyrikin. Andaikata mereka berhijrah tentulah mereka akan bebas dari perlakuan
sewenang-wenang dan tidak wajar itu.
Adapun orang-orang mukmin yang tertawan oleh kaum musyrikin maka harus dibebaskan oleh kaum mukmin
dengan segala daya upaya karena berdiamnya mereka di negeri kaum musyrikin bukanlah atas kehendak
mereka, tetapi dalam keadaan terpaksa dan tidak dapat melarikan diri dari sana. Tetapi bila golongan ketiga ini
minta tolong kepada kaum mukminin karena mereka ditindas dan dipaksa supaya meninggalkan agama mereka
atau ditekan dan selalu dihalangi dengan kekerasan dalam mengamalkan syariat Islam, maka kaum Muslimin
diwajibkan memberikan pertolongan kepada mereka, bahkan kalau perlu dengan mengadakan serangan dan
peperangan, kecuali bila antara kaum mukminin dan kaum musyrikin itu ada perjanjian damai atau perjanjian
tidak saling menyerang. Demikianlah hubungan antara dua golongan pertama dengan golongan ketiga ini, yang
harus diperhatikan dan diamalkan dan mereka harus bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan Allah. Allah selalu melihat dan mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya. 19)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 72


ِ َ‫ْض َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُه‬
‫اجرُوا َما لَ ُك ْم‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫صرُوا أُولَئِكَ بَ ْع‬ َ َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آ َووْ ا َون‬
)72( ‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
ٌ ‫صرُو ُك ْم فِي الدِّي ِن فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر إِاَّل َعلَى قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬
َ ‫اجرُوا َوإِ ِن ا ْستَ ْن‬ ِ َ‫ِم ْن َواَل يَتِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء َحتَّى يُه‬
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan
Allah) yang dimaksud adalah kaum Muhajirin (dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman) kepada
Nabi saw. (dan pertolongan) yang dimaksud adalah kaum Ansar (mereka itu satu sama lain lindung-melindungi)
dalam hal saling tolong-menolong dan waris-mewarisi. (Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, maka tiada kewajiban atas kalian untuk melindungi mereka) dapat dibaca walaayatihim dan
wilaayatihim (sedikit pun) oleh karenanya tidak ada saling waris-mewaris antara kalian dan mereka, dan mereka
tidak berhak untuk mendapatkan bagian dari ganimah yang kalian peroleh (sebelum mereka berhijrah) akan
tetapi ayat ini telah dinasakh oleh ayat yang terdapat dalam akhir surah Al-Anfaal ini. (Akan tetapi jika mereka
meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan pembelaan agama, maka kalian wajib memberikan
pertolongan) kepada mereka dari gangguan orang-orang kafir (kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian
antara kalian dengan mereka) yakni ada perjanjian pertahanan bersama, maka kala itu janganlah kalian
menolong mereka, karena akan merusak perjanjian yang telah kalian buat bersama dengan kaum itu. (Dan Allah
Maha Melihat apa yang kalian kerjakan).

73 Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika
kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan
terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.(QS. 8:73)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 73
ِ ْ‫ْض إِاَّل تَ ْف َعلُوهُ تَ ُك ْن فِ ْتنَةٌ فِي اأْل َر‬
)73( ‫ض َوفَ َسا ٌد َكبِي ٌر‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬
ُ ‫َوالَّ ِذينَ َكفَرُوا بَ ْع‬
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa semua orang kafir meskipun berlainan agama dan aliran, karena ada di
antara mereka yang musyrik, Nasrani, Yahudi dan sebagainya dan meskipun antara mereka sendiri terjadi
perselisihan dan kadang-kadang permusuhan, mereka semua itu adalah sama-sama menjadi kawan setia antara
sesama mereka dalam berbagai urusan. Sebagian mereka menjadi pemimpin bagi yang lain bahkan kadang-
kadang mereka bersepakat untuk memusuhi dan menyerang kaum Muslimin seperti terjadi pada perang
Khandaq. Di waktu turunnya surah ini dapat dikatakan bahwa yang ada di Hejaz hanya kaum musyrikin dan
Yahudi. Orang Yahudi sering mengadakan persekutuan dengan kaum musyrikin dan menolong mereka dalam
menghadapi kaum Muslimin bahkan kerap kali pula mengkhianati perjanjian sehingga mereka diperangi oleh
kaum Muslimin dan diusir dari Khaibar keluar kota Madinah. Jadi wajiblah kaum Muslimin menggalang
persatuan yang kokoh dan janganlah sekali-kali mereka mengadakan janji setia kawan dengan mereka atau
mempercayakan kepada mereka mengurus urusan kaum Muslimin, karena hal itu akan membawa kepada
kerugian besar atau malapetaka. Allah memperingatkan bila hal ini tidak diindahkan, maka akan terjadilah
fitnah dan kerusakan di muka bumi.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 73


ِ ْ‫ْض إِاَّل تَ ْف َعلُوهُ تَ ُك ْن فِ ْتنَةٌ فِي اأْل َر‬
)73( ‫ض َوفَ َسا ٌد َكبِي ٌر‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬
ُ ‫َوالَّ ِذينَ َكفَرُوا بَ ْع‬
(Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain). Dalam hal
saling tolong-menolong dan saling waris-mewarisi, maka tidak ada saling waris-mewarisi antara kalian dan
mereka. (Jika kalian tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu) yakni melindungi kaum
Muslimin dan menekan orang-orang kafir (niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang
besar) karena kekafiran bertambah kuat sedangkan Islam makin melemah keadaannya.
74 Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
(QS. 8:74)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 74
ٌ ‫صرُوا أُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َحقًّا لَهُ ْم َم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬
)74( ‫ق َك ِري ٌم‬ َ َ‫َاجرُوا َو َجاهَدُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آ َووْ ا َون‬
َ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َوه‬
Pada ayat ini Allah menerangkan kaum Muhajirin dan Ansar atas kaum Muslimin yang lain. Mereka diberi
predikat "orang-orang yang benar-benar beriman". Yakni orang yang telah sempurna imannya, karena hal itu
telah mereka buktikan dengan perbuatan yang nyata semenjak dari turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad
saw. sampai berdirinya pemerintahan Islam di Madinah. Orang Ansar telah berkorban dengan segala
kesanggupan baik dengan harta benda maupun dengan jiwa untuk menegakkan agama Allah. Kalau tidaklah
pertolongan dan bantuan sepenuhnya dari mereka belum tentu kaum Muhajirin akan dapat membina kekuatan
Islam dengan sempurna. Berkat keimanan dan persatuan yang kuat antara kedua golongan ini dan kerja sama
yang erat antara mereka, terwujudlah kekuatan yang hebat yang tak bisa dilumpuhkan oleh musuh-musuh Islam
meskipun kekuatan mereka berlipat ganda banyaknya. Dan karena kelebihan mereka itu pulalah Allah
menjanjikan untuk mereka ampunan dari segala kesalahan yang mereka perbuat sebelumnya dan bagi mereka
disediakan pula di akhirat kelak rezeki yang tidak putus-putusnya yaitu surga Jannatunna'im yang penuh dengan
nikmat yang tiada taranya.

10. Q.S. An-Anfal ayat 72:


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan
Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itu satu sama lain lindung-melindungi (menjadi wali). Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi
belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah.
(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Yang dimaksud lindung-melindungi ialah: di antara muhajirin dan anshar terjalin persaudaraan yang amat teguh
(disebut muakhkhah), untuk membentuk masyarakat yang baik. Demikian keteguhan dan keakraban
persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan Islam mereka waris-mewarisi seakan-akan mereka
bersaudara kandung.
Ayat ini pada mulanya menjadi dasar hukum yang menjadikan hijrah dan muakhkhah (persaudaraan antara
muhajirin dan anshar) sebagai sebab waris-mewarisi.

Anda mungkin juga menyukai