Disusun Oleh:
2019/2020
LAPORAN
PENDAHULUAN
APENDISITIS
A. Pengertian
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare,
2013).
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi teijadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi
(Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).
C. Etiologi
Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai faktor pencetus di samping hiperplasia jaringan limfe, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong, 2010).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut
(Jong, 2010).
D. Patofisiologi
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan
pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan
serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu teijadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan
lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta
terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan
peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen,
menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke
dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang
menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai
darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera teijadi dan
menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang teijadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan teijadi (Burkitt, 2007).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBumey bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
teijadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai teijadi ruptur appendiks.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik
dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan
drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah teijadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi
utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan
teijadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau
antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi
intra-abdomen.
H. Komplikasi
Komplikasi teijadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor
penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi
kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan
terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%,
paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% teijadi pada
anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-
5%, 10-15% teijadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki
dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum
berkembang sempurna memudahkan teij adinya perforasi, sedangkan pada
orang tua teijadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula- mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.
Hal ini teijadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang teijadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN).
Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat
menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat teijadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa
sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis.
I. Klasifikasi
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis
akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti
oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang
diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan
tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga
semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding
apendiks sehingga teijadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus /
nanah pada dinding apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian
menyebar secara hematogen ke apendiks.
2. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan
menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema
pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekeijaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami
demam tinggi
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kedaan umum kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai, konjungtiva anemis.
2) Sistem pencernaan : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus
ditandai dengan distensi abdomen.
3) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD >110/70mmHg; hipertermi.
4) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
An isa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Gejala dan tanda mayor Peradangan pada Hipertermi
Ds:- jaringan berhubungan
Do: dengan peradangan
- Suhu tubuh diatas pada jaringan
nilai norrmal Kerusakan kontrol suhu
terhadap inflamasi
Gejala dan tanda minor
Ds: -
Do: Febris
- Kulit merah
- Kejang Hipertermi
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
sekret
2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada jaringan
3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada j aringan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka inci si operasi
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
7. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
D. Intervensi Keperawatan
N Masalah Tujuan dan Intervensi Rasional
o kriteria hasil
d
x
1 Ketidakefek Setelah dilakukan Obesrvasi Observasi
tifan asuhan 1 Kaji fung 1 Takipnea biasanya ada pada
. si .
antar
bersihan keperawatan, maka respirasi beberapa derajat dan dapat
a
status bersihan lain suara ditemukan pada pe-nerimaan
jalan napas ,
jalan napas jumlah, iram atau selama adanya stress/
berhubunga a,
meingkat dengan dan kedalaman proses infeksi akut
n
kriteria hasil: nafas, serta catat
akumulasi
- Produksi pula mengenai 2 Acuan mengetahui kadar
sekret penggunaa ot
sputum n ot umum pasien
menurun nafas tambahan.
- Mengi 2 Monitor tand
. a-
menurun tanda vital
- Wheezing
menurun
spasme
bronkus.
Edukasi
1. Ajarkan pasien
Edukasi
batuk efektif
1. Membantu
menge
luarkan sputum dima-
na dapat
mengganggu
Kolaborasi
ventilasi dan ketidak-
1. Kolaborasi
nyamanan upaya ber-
dengan dok-ter
nafas.
dalam pemberian
oksigen
Kolaborasi
1. Memaksimalkan
bernafas dan menu-
runkan kerja nafas,
2 Nyeri Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubunga asuhan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui daerah
n keperawatan, maka karakteristik, durasi, nyeri, kualitas, kapan
status tingkat nyeri
frekuensi, kualitas, nyeri dirasakan, faktor
dengan menurun dengan
intensitas nyeri. pencetus, berat ringannya
peradangan kriteria hasil:
nyeri yang dirasakan.
pada - Keluhan nyeri
2. Identifikasi respons 2. Mengetahui keadaan tidak
jaringan menurun
nyeri non verbal menyenangkan klien yang
- Meringis
menurun tidak sempat dan tidak
- Sikap bisa di gambarkan oleh
klien.
protektif 3. Pemberian
menurun 3. Monitor
- Gelisah analgetik
menurun efek untuk
- Kesulitan samping
tidur mengendalikan
penggunaan
menurun nyeri.
analgesik.
- Frekuensi
nadi
membaik Terapeutik
Terapeutik
1. Meringankan
1. Berikan teknik non
farmakologis
atau
untuk
mengurangi
mengurangi
nyeri
rasa
sampai pada tingkat
nyeri (mis. TENS,
yang dapat diterima
hypnosis,
pasien.
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik
imajinasi,
terbimbing,
kompres
hangat/dingin, Edukasi
terapi bermain) 1. Untuk mengetahui
nyeri. fowler
untuk
3 Hipertermi Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubunga asuhan 1 Identifikasi 1 Untuk
. .
n dengan keperawatan, maka penyebab penyebab teijadinya
peradangan status hipertermia hipertermia pada
termoregulasi klien
pada
membaik, dengan
jaringan
kriteria hasil:
2 Monitor suhu 2 Suhu yang tinggi
-Menggigil
. .
menurun tubuh memungkinkan
membaik tubuh
- Suhu kulit
membaik
Terapeutik Terapeutik
- Tekanan
1 Sediakan 1 Suhu ruangan yang
darah . lingkungan . dingin
membaik yang
dingin. akan
mempertahankan
suhu
mendekati normal.
2 2
. Longgarkan . Proses konveksi akan
terhalang oleh
atau lepaskan
pakaian
pakaian ketat dan
tidak
menyerap keringat
3 Berikan cairan 3 Untuk
. .
oral menyeimb angkan
kadar cairan tubuh
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah 1. Mencegah komplikasi
baring serta
mempercepat
1. Kolaborasi
pemberian Kolaborasi
nutrisi
Terapeutik pasien sehingga
1. dapat diberikan
Sajikan tindakan dan
makanan pengaturan diet yang
secara menarik adekuat
dan
Terapeutik
suhu
1.
yang Makanan
sesuai
yang
2.
menarik
Berikan
makanan dapat
tinggi serat membantu
Edukasi Edukasi
1. 1.
Anjurkan Dengan
posisi mengajarkan gun
posisi duduk a
duduk
memberikan
kenyamanan untu
pasien k
Kolaborasi Kolaborasi
1. Ajarkan
1 .Dengan
di
yang mengajarkan
et
diprogramkan yang tela
h
diprogramka gun
n a
mempertahankan
agar
teta
berat badan
p
dalam batas normal
Terapeutik 3.
1. Produk berbahan dasar
Ubah posisi tiap alkohol akan
2 jam jika tirah memperparah keadaan
baring integritas kulit.
Lakukan
pemijatan pada
area penonjolan
tulang, jika perlu
Hindari produk
berbahan dasar
alkohol
pada
Edukasi
kulit kering
1.
Edukasi Untuk
1.
Anjurkan menjaga
menggunakan kelembaban kulit
2 agar tidak mudah
pelembab .
lecet
2.
njurkan ntuk
minum
6 Resiko Setelah dilakukan Observasi Observasi
menjaga
asuhan 1 1 Untuk mendeteksi
kekurangan Periksa tanda
keperawatan, maka
. . dini
volume dan
kekurangan cairan
cairan status
gejala
berhubunga
cairan
kekurangan
n
membaik, dengan
- Kekuatan 2 Monitor intake 2 Untuk
mual, . .
nadi dan
muntah mengetahui
cairan
meningkat cairan
dibutuhkan
- Turgor
kulit
meningkat Terapeutik
lerapeutik
-Output 1 Hitung
urine . 1 Untuk
kebutuhan
meningkat cairan yang tepat
- Frekuensi
cairan
dosis
nadi
membaik
- Tekanan 2 Berikan asupan 2. Untuk
darah . cairan oral keseimbangan cairan
membaik
dalam tubuh
- Membran
mukosa
dalam
imunisasi dan untuk
meningkatkan
derajat kesehatan
dengan cara
Edukasi
melakukan imunisasi
1.
secara bertahap yang
Jelaskan
telah diprogramkan
tujuan,
manfaat, Edukasi
reaksi yang 1.
teijadi Untuk meningkatkan
pengetahuan pasien
2.
Informasikan 2.
imunisasi yang Untuk meningkatkan
diwajibkan derajat
pemerintah,
misal hepatitis kesehatan
dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA