Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERGLIKEMIA

SRY YULIANTI S. Kep. Ns., M. Kep

KELAS : 2B KEPERAWATAN

KELOMPOK 3 : 1. ARIANTO K. AHMAD

2. CAHYA DWI KARMILA

3. KARMILA HUSEN KANOLI

4. NURMAIYA

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2019
A. ANATOMI FISIOLOGI

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm,


lebar5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpadan beratnya rata-rata 60-90
gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.
Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah
limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel
yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, pulau
Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi
insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi
sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat
hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan
besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar
300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau
langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.
B. ASPEK EPIDEMIOLOGI
Organisasi kesehatan sedunia menyebut diabetes sebagai “epidemi global
yang besar,” melaporkan bahwa terdapat 120 juta orang penderita diabetes
mellitus diseluruh dunia. Dan jumlah ini akan naik melebihi 250 juta orang pada
tahun 2025 (Johnson, 2005).
Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).
C. KONSEP MEDIS
1. Devinisi
Hiperglikemia merupakan kondisi berupa terjadinya peningkatan kadar
glukosa darah dalam tubuh melebihi batas normal (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia, 2015).
Hiperglikemia adalah suatu gejala yang timbul akibat ketidakmampuan
pankreas dalam menghasilkan cukup insulin maupun ketidakmampuan tubuh
dalam menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
Hiperglikemia menjadi salah satu tanda awal seseorang mengalami
diabetes mellitus (DM) (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).
Kadar glukosa darah puasa pada seseorang yang normal adalah ≤ 100
mg/dL dan ≤ 140 mg/dL untuk kadar glukosa darah plasma setelah tes
toleransi glukosa oral (TTGO). Seseorang akan didiagnosa menderita
diabetes apabila kadar glukosa darah sewaktunya ≥200 mg/dL dan kadar
glukosa darah puasanya ≥126 mg/dL yang disertai dengan 4 gejala positif
diabetes. Empat gejala positif diabetes tersebut adalah polyphagia (banyak
makan), polyuria (sering buang air kecil), polydipsia (sering haus), dan berat
badat menurun (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah  penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap  jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing.
3. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon
sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan
dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton
yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton
dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat
sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel
mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan
glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga
pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan
menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak
tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata
dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.
4. Pathway

Kerja Pancreas Yang


Defisiensi Insulin Herediter
Berlebih

Hiperglikemia

Insulin Meningkatkan Jumlah


Urine

Glukosa Yang Masuk


Asupan Nutrisi Eskresi Urine
Hanya Sedikit
Menimbulkan Kedalam Sel
Kelaparan Sel
Dehidrasi
Lemas Dan Kadar

Glukosa Intrasel Gula Darah


Kekurangan volume
cairan

Sel Mudah Terinfeksi Kelelahan

Resiko Infeksi
5. Manifestasi Klinis
Gejala umum dari hiperglikemia adalah:
a. Sering kencing (poliuria).
b. Sering haus dan banyak minum (polidipsia)
c. Sering lapar (polifagia).
d. Letih, lesu.
e. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
f. Kesemutan
g. Pandangan kabur
h. Disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita (Zein, 2008).
6. Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologi
1) Diet
Prinsip terapi gizi medis pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin (PERKENI, 2011).
2) Aktivitas
Pada umumnya, kebanyakan pasien diabetes mellitus dapat
manfaat dari meningkatkan aktivitas. Latihan aerobic meningkatkan
pengeluaran insulin dan mengontrol gula darah pada sebagian besar
individu, dan mengurangi resiko kardiovaskular, berperan
mengurangi berat badan dan menjaganya. Pasien akan memilih
aktivitas yang dia sukai dan harus berkelajutan (Dipiro et al, 2008).
b. Terapi farmakologi
1) Pemicu Sekresi Insulin
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan
utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan
lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada
berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati,
kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan
penggunaan sulfonilurea kerja panjang (PERKENI, 2011).
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin
fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati (PERKENI,
2011).
c) Insulin
Pengertian Insulin
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Merupakan
yang tertua dari obat saat ini tersedia, dan dengan demikian satu
dengan pengalaman yang paling klinis. Meskipun awalnya
dikembangkan untuk mengobati kekurangan insulin tipe 1
diabetes, telah lama digunakan untuk mengobati resisten insulin
diabetes tipe 2. Ini adalah obat yang paling efektif untuk
mengurangi glikemia (Anonim, 2010). Insulin merupakan hormon
yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi mengontrol kadar
glukosa (gula) di dalam darah. Pada pasien yang mengidap
diabetes, pankreas tidak cukup atau sama sekali tidak
memproduksi insulin, atau tidak mampu berfungsi secara efektif
ketika insulin tersebut diproduksi.Insulin diperlukan pada
keadaan:
(1) Penurunan berat badan yang cepat
(2) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
(3) Ketoasidosis diabetic
(4) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(5) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
(6) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
(7) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
(8) Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
(9) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
(10) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO (PERKENI,
2006).
MACAM INSULIN
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
1) Insulin short-acting
Insulin ini mempunyai onset pendek dan durasi yang singkat.
Contohnya insulin Lispro, Aspart, dan Glulisine (Kaur & Badyal, 2008).
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal ‘biasa’. Mulai kerjanya dalam 30
menit (injeksi subkutan) mencapai puncaknya 1-3 jam kemudian dan
bertahan 7-8 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).
2) Insulin long-acting
Insulin yang mempunyai durasi aksi yang lama dan menjaga
kontrol gula darah kurang lebih 24 jam dengan minimum absorbsi dan
diberikan sekali sehari. Contohnya insulin Gargline dan Detemir (Kaur
& Badyal, 2008). Guna memperpanjang kerjanya telah dibuat sediaan
long-acting, yang semuanya berdasarkan mempersulit daya larutnya di
cairan jaringan dan menghambat reabsopsinya dari tempat injeksi ke
dalam darah (Tjay dan Rahardja, 2007).
3) Insulin Medium-acting
Jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan mencampur
beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan. Misalnya
mencampur insulin kerja-singkat dengan insulin long-acting. Mulai
kejanya sesudah 1-1,5 jam, puncaknya sesudah 4-12 jam dan bertahan
16-24 jam (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemilihan tipe insulin tergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
(1) Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap
insulin ke dalam tubuh dan tetap aktif di dalam tubuh sangat
bervariasi dari setiap individu)
(2) Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak konsumsi
alkohol, berapa sering berolah raga, yang semuanya mempengaruhi
tubuh untuk merespon insulin.
(3) Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
(4) Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
(5) Usia
(6) Target pengaturan gula darah (Rismayanthi, 2010).
Penggunaan insulin dapat diberikan secara jarum suntik, pen, dan
pompa (CDA, 2001)
(1) Pen Insulin
Pen insulin merupakan kombinasi jarum suntik dan isi insulin
pada satu unit, membuat insulin ini mudah diberikan pada banyak
suntikan. Sebagian orang membawa dua atau lebih pen jika mereka
menggunakan insulin lebih dari sekali pada waktu yang berbeda
dalam sehari. Jika pasien membutuhkan untuk menggunakan dua
insulin yang berbeda pada waktu bersamaan, pasien akan
membutuhkan dua alat pen dan menyuntikannya sendiri. Salah satu
keuntungannya yaitu mudah dibawa (CDA, 2001)
Pen insulin adalah combinasi dari vial insulin dan jarum
dijadikan satu alat sederhana yang dicari orang agar nyaman. Pen
insulin sangat mudah digunakan : hanya ambil pen insulin dari
wadah, putar dosis, masukkan jarum, tekan tombol injeksi untuk
memasukkan insulin (Gebel, 2012)
(2) Jet Injeksi
Jet injeksi tidak mempunyai jarum suntik sama sekali. Alat ini
melepaskan insulin dengan cara arus kecil, kemudian menembus ke
dalam kulit karena tekanan (CDA, 2001)
(3) Jarum Suntik
Jarum suntik sekarang lebih kecil dari yang dahulu, sehingga
mengurangi sakit pada waktu penyuntikan sangatlah mungkin. Jika
pasien membutuhkan dua tipe insulin untuk digunakan pada waktu
yang sama, pasien dapat mencampur insulin dan menyuntikannya
sekali, atau dengan insulin campuran (CDA, 2001).
Pemakaian semprit dan jarum cukup fleksibel serta
memungkinkan kita untuk mengatur dosis dan membuat berbagai
formula campuran insulin untuk mengurangi jumlah injeksi per
hari. Keterbatasannya adalah memerlukan penglihatan yang baik
dan ketrampilan yang cukup untuk menarik dosis insulin yang tepat
(PERKENI, 2008).
(4) Pompa Insulin
Pompa insulin yang paling aman, jalan yang efektif untuk
mengantar insulin pada terapi. Alat ini menggunakan pipa kecil,
yang disematkan dibawah kulit, dan sebuah pompa, yang sebesar
pager, dan berada di luar tubuh. Pompa tersebut sebagai penyuplai
dan dapat diprogram untuk mengantarkan sejumlah kecil insulin
pada waktu yang ditentukan (CDA, 2001).

PENYIMPANAN INSULIN

1) Penyimpanan insulin yang belum dibuka pada lemari pendingin


dengan temperatur 2ºC sampai 10ºC (35ºF sampai 50ºF). Sekali
dibuka, insulin mempunyai waktu pakai 28 hari. Vial yang belum
dibuka lebih baik sampai waktu kadaluarsa, dan memastikan waktu
kadaluarsa pada vial sebelum digunakan. Pastikan insulin tersebut
tidak membeku atau terlalu panas (CDA, 2001).
2) Insulin vial Eli Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6
bulan atau sampai 200 suntikan bila dimasukkan dalam lemari es.
Vial Novo Nordisk insulin yang sudah dibuka, dapat disimpan
selama 90 hari bila dimasukkan lemari es (DepKes RI, 2005).
3) Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20° C
bila seluruh isi vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian
menunjukkan bahwa insulin yang disimpan pada suhu kamar lebih
dari 30° C akan lebih cepat kehilangan potensinya. Penderita
dianjurkan untuk memberi tanggal pada vial ketika pertama kali
memakai dan sesudah satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak
digunakan lagi (DepKes RI, 2005).

CARA MENGGUNAKAN INSULIN

1) Cara Menggunakan Insulin Jarum Suntik


a) Semua peralatan yang diperlukan dikumpulkan.
b) Menncuci tangan.
c) Botol digulung (jika insulin berawan) di antara tangan.
d) Bagian atas botol dibersihkan dengan alkohol dan kapas, atau
dengan tisu beralkohol.
e) Tutup jarum dilepaskan dari jarum suntik.
f) Plunger bawah ditarik untuk mengisi tabung suntik dengan udara
sama dengan dosis insulin.
g) Jarum didorong ke bagian tengah atas karet botol insulin.
h) Plunger didorong turun hingga habis untuk mendorong udara ke
dalam botol.
i) Botol diturunkan dengan jarum suntik tetap terbalik di bawah.
j) Keduanya ditahan bersamaan setingkat dengan mata.
k) Plunger ditarik ke bawah untuk mengisi tabung suntik dengan
jumlah unit insulin yang diresepkan oleh dokter.
l) Tanpa melepas jarum dari botol, melihat secara dekat jarum
suntik untuk memeriksa gelembung udara. Jika gelembung udara
yang hadir menarik plunger ke bawah untuk menarik lebih
banyak insulin ke dalam jarum suntik, kemudian tekan insulin
yang berlebih ke dalam botol sampai mendapatkan dosis yang
direkomendasikan. Ketuk perlahan jarum suntik memungkinkan
gelembung naik ke atas jarum suntik.
m) Jarum suntik yang telah diisi dilepaskan dengan hati-hati dari
botol (MedStar Health, 2010).
2) Cara Menggunakan Insulin Pen
a) Mencuci tangan terlebih dahulu
b) Membersihkan tempat yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
dan keringkan
c) Memutar berapa unit insulin pada Pen insulin sejumlah yang
dibutuhkan
d) Mencubit kulit (lapisan lemak) mengunakan 2 jari
e) Mendorong jarum ke dalam kulit dengan sudut kemiringan 90º
(tegak lurus dengan bagian tubuh yang diinjeksi) dan tekan ke
bawah plunger
f) Menahan Pen insulin selama 5-10 detik
g) Melepaskan kulit yang dicubit dan lepaskan juga jarum
h) Membersihkan kulit dengan kapas alcohol
i) Membersihkan juga jarum Pen insulin dengan alkohol. (NPHF,
2011)
3) Cara Menggunakan Insulin Jet
a) Mencuci tangan terlebih dahulu
b) Membersihkan tempat yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
dan keringkan
c) Memutar berapa unit insulin pada Jet insulin sejumlah yang
dibutuhkan
d) Menempelkan Jet Insulin sambil sedikit menekan pada kulit
dengan sudut kemiringan 90º (tegak lurus dengan bagian tubuh)
dan tekan ke bawah plunger
e) Menahan Jet insulin selama 5-10 detik
f) Melepaskan Jet Isulin setelah diseprotkan
g) Membersihkan kulit dan jarum Pen insulin dengan alcohol.
(MedStar Health, 2010)
4) Menggunakan Pump Insulin
a) Mencuci tangan terlebih dahulu
b) Menggunakan set infus steril yang secara otomatis memasukkan
kanula (suatu tabung yang sangat tipis) di bawah kulit, proses ini
mudah dan hampir tanpa rasa sakit.
c) Mengatur tingkat insulin basal (target glukosa darah rata-rata)
pada pompa insulin.
d) Mengisi pompa insulin dengan insulin.
e) Memasang reservoir pompa insulin untuk cannula tersebut.
f) Mencari lokasi yang aman pada tubuh untuk menyimpan
tempat pompa. (ABCD, 2006).
TEMPAT MENYUNTIKKAN INSULIN
1) Menyuntikkan insulin ke dalam perut (daerah perut), bekerja tercepat.
2) Menyuntikkan insulin ke lengan, bekerja dengan kecepatan sedang.
3) Menyuntikkan insulin ke paha, bekerja paling lambat.
4) Menyuntikkan insulin berpindah/berputar area injeksi 1 inci terpisah
(sekitar lebar 2 jari) dalam area tubuh yang sama akan mencegah
masalah kulit. (MedStar Health, 2010)
7. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik
a. Komplikasi Akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:
1) Diabetik Ketoasedosis (DKA) Ketoasidosis diabetik merupakan
defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM.
Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
2) Koma Hiperosmolar Nonketonik (KHHN) Koma Hipermosolar
Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah
tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah
50- 60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit.
b. Komplikasi Kronik
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
1) Mikrovaskuler
a) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi
ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine.
b) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala pengelihatan sampai
kebutaan keluhan pengelihatan kabur tidak selalu disebabkan
neuropati. Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem
saraf otonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbital dan perubahan- perubahan metabolik lain dalam sintesa
fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf.
2) Makrovaskuler
a) Penyakit Jantung Koroner Akibat kelainan fungsi pada jantung
akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah
akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b) Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf
sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor
dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren.
Infeksi di mulai dari celah –celah kulit yang mengalami
hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus
demikian juga pada daerah –daerah yang terkena trauma
c) Pembuluh Darah ke Otak
Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah ke otak menurun.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi
glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA
menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan
pada pasien hiperglikemi adalah :
a. Glukosa darah : Meningkat 200 –1000 mg/dl, atau lebih
b. Aseton plasma : Positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
1) Elektrolit :
a) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b) Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahanseluller),
selanjutnya akan menurun. Fospor : Lebih sering menurun.
c) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
d) Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik
e) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ),
leukositiosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap
stress atau infeksi.
f) Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal).
g) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
h) Insulin darah :Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada
(pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam
penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap  pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
i) Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
j) Urine :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas
mungkin menigkat.
k) Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi  pernapasan dan infeksi pada luka.
l) Ultrasonograf
D. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkaninformasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi
2. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,
umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat.
3. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan
gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan
turun.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi
apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus
misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,
penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada
anaknya.
5. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur
dan waktu tidur penderita
d. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self
esteem ).
f. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati
rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
g. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.
h. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain –
lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
6. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia)
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic
3. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
F. INTERVENSI

N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Kekurangan volume Tujuan : Setelah 1. Ukur vital sign tiap 8 jam. 1. Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh
cairan berhubungan dilakukan tindakan 2. Ukur berat badan tiap hipotensi dan takikardia.
dengan diuresis keperawatan 3 x 24 jam pagi. 2. Memberikan hasil pengkajian yang
osmotic (dari diharapkan kebutuhan 3. Observasi turgor kulit tiap terbaik dari status cairan yang sedang
hiperglikemia) cairan terpenuhi. KH : pagi, observasi mukosa berlangsung dan selanjutnya dalam
 Vital sign dalam bibir. memberikan cairan pengganti
batas normal 4. Observasi adanya muntah. 3. Merupakan indicator dari dehidrasi.
 TD 100-130/70- 5. Pantau intake-output tiap 4. kekurangan cairan dan elektrolit
90 24 jam. mengubah motilitas lambung, yang
 RR 16-20 x/ 6. Kolaborasi pemberian seringkali akan menimbulkan muntah
menit cairan sesuai indikasi. 5. membantu dalam memperkirakan
 Nadi 60-100 x/   kekurangan volume cairan tubuh.
menit 6. Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
 Suhu 36-37°C) derajat kekurangan cairan dan respon
 Intake output pasien secara individual
seimbang
 Turgor kulit baik 
 Mukosa bibir
lembab
 Kapilari refill < 2
detik .
2 Kelelahan Setelah diberikan 1. Sediakan lingkungan yang 1. lingkungan yang aman dan bersih dapat
berhubungan asuhan keperawatan aman dan bersih. membuat perasaan nyaman
dengan penurunan selama 1 x 24 jam 2. Posisikan pasien untuk 2. posisi yang nyaman dapat memberikan
produksi energy diharapkan klien tidak memfasilitasi kenyamanan perasaan rileks
metabolic kelelahan.
Kriteria hasil :
 Klien diharapkan
tidak mengalami
mual
 Klien diharapkan
tidak mengalami
muntah
 Tidak kehilangan
nafsu makan
 Tidak mengalami
syndrome retless
legs(kondisi dimana
tubuh tidak merasa
nyaman baik dalam
keadaan duduk
maupun berdiri
3 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan yang 1. Mencegah terjadinya risiko cidera
terhadap infeksi asuhan keperawatan aman untuk pasien 2. Menentukan kebutuhan pasien
(sepsis) selama 2 x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan terhadapm keamanan dan menentukan
berhubungan diharapkan risiko keamanan pasien, intervensi yang tepat
dengan kadar cidera dapat berdasarkan tingkat fisik, 3. Mencegah risiko cidera
glukosa tinggi, diminimalisir dengan fungsi kognitif dan sejarah 4. Mencegah risiko cidera
penurunan fungsi criteria hasil: tingkah laku 5. Mencegah pasien mengalami risiko
leukosit, perubahan 3. Hilangkan bahaya cidera
pada sirkulasi,  Pasien mengenal lingkungan 6. Membantu pasien memudahkan
infeksi pernafasan tanda dan gejala 4. Jauhkan objek berbahaya menjangkau tempat tidur dan
yang ada yang dari lingkungan mengurangi risiko cidera
mengindikasikan
sebelumnya, atau 5. Menjaga dengan siderail
faktor resiko cidera
ISK jika diperlukan
skala 5
6. Sediakan tempat tidur
 Pasien dapat yang rendah jika
mengidentifikasi diperlukan
resiko kesehatan
yang mungkin
terjadi skala 5
DAFTAR PUSTAKA

Ikhwan Pratama, 2014, Lp+ Askep Hiperglikemi, www.academia.edu, 25 Februari


2020

Esa Tria, 2016,Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Diabetes Melitus Konsep Dasar Penyakit, www.academia.edu, 25 Februari
2020

Dekwik, 2017, Askep Kelelahan, www.scribd.com, 25 Februari 2020

Yulia Meutia Sari, 2015, Laporan Hiperglikemia, http://repository.unika.ac.id/, 25


Februari 2020

Wendi Goxil, 2014, Askepp Hiperglikemia, www.scribd.com, 25 Februari 2020

Rismayanti, 2017, Dasar Teori Hiperglikemia, http://eprints.ums.ac.id, 25


Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai