Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis adalah inflamasi akut pada apendiks yang bukan

merupakan organ esensial dalam proses pencernaan. Apendiks adalah

sebuah kantong kecil pada usus yang dapat terisi oleh materi usus,

terinflamasi dan kemungkinan ruptur (Hurst,2016).

Appendisitis akut merupakan salah satu kegawatan bedah yang

paling sering, dan apendiktomi termasuk operasi darurat yang paling

sering dilakukan di seluruh dunia (Tampi, Sapan, & Sumangkut,

2016).

Apendisitis adalah penyebab paling umum dari nyeri perut akut

yang dijumpai pada bagian departemen bedah (Biricik et al., 2019).

Apendisitis didefinisikan sebagai peradangan pada apendiks

vermiformis (kantong cacing) yang merupakan darurat bedah paling

umum pada anak-anak dan dewasa muda dengan nyeri perut.

Apendisitis diduga disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks oleh

faecalith, stasis faecal, hiperplasia limfoid atau caecal neoplasma dan

berbagai infeksi oleh patogen (Guy & Wysocki, 2018). Rentang usia

yang paling umum terjadi antara 10-30 tahun (Sellars & Boorman,
2017). Prevalensi apendisitis lebih tinggi pada usia 25 tahun (Kowalak

et al., 2011). Risiko kejadian seumur hidup lebih tinggi pada pria

dengan persentase 8,6% daripada wanita 6,7% (Boardman & Musisca,

2019).

Penyembuhan luka pasca operasi akan berjalan dengan normal

tanpa meninggalkan parutan ataupun bekas jaringan operasi apabila

disertai dengan penyembuhan yang normal. Penyembuhan luka secara

normal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu koagulasi, gangguan

sistem imun (infeksi virus), gizi, penyakit kronis (diabetes, TBC),

keganasan, obat-obatan, teknik penjahitan, kebersihan diri,

vaskularisasi yang baik, mobilisasi dan ketegangan pada tepi luka

(Hartati, 2016).

Tindakan Operasi adalah tindakan pengobatan dengan melakukan

sayatan atau membuat luka pada jaringan tubuh dengan maksud

mengangkat bagian tertentu dari tubuh sebagai tindakan pengobatan.

Operasi Apendiktomi adalah operasi untuk mengangkat usus buntu

atau umbai cacing yangtelah terinfeksi (apendisitis) yang tidak dapat

diobati dengan obat-obatan. Jika apendisitis tidak ditangani segera,

usus buntu dapat pecah dan membahayakan jiwa pasien (Merianti,

2016).
Apendisitis merupakan beban yang signifikan terhadap

penanganan operasi umum darurat di Amerika Serikat (Dhillon et al.,

2019). Prevalensi apendisitis seumur hidup diAmerika Serikat adalah

1 dari 15. Tingkat prevalensi pada pria lebih tinggi dari wanita dengan

rasio sekitar 1,4 : 1 (Biricik et al., 2019). Apendisitis akut adalah salah

satu patologi yang paling sering menyerang manusia, dengan

perkiraan 8% populasi dunia melakukan operasi untuk keadaan

tersebut (Fortea-Sanchis et al., 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) 2004 dalam data

Global Burden Disease tercatat sebanyak 259 juta kasus apendisitis

pada pria seluruh dunia yang tidak terdiagnosis, sementara pada

wanita terdapat 160 juta kasus tidak terdiagnosis (The Global Burden

Of Disease, 2004). Insiden apendisitis akut di negara maju terjadi

sekitar 90-100 pasien per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan

letak geografis dilaporkan risiko seumur hidup apendisitis akut

sebesar 9% di Amerika Serikat, 8% di Eropa, dan 2% di Afrika.

Insiden apendisitis akut lebih rendah pada orang dengan asupan

makanan yang tinggi akan serat. Serat makanan diduga dapat

mengurangi viskositas feses, mengurangi waktu transit usus, dan

mencegah pembentukan faecalith yang dapat menyumbat lumen

apendiks (Podda & Cillara, 2018).


Kejadian apendisitis di indonesia menurut data yang dirilis oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang

dengan persentase 3.36% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi

621.435 orang dengan persentase 3.53%. Apendisitis merupakan

penyakit tidak menular tertinggi kedua di Indonesia pada rawat inap di

rumah sakit pada tahun 2009 dan 2010.

Berdasarkan data Rekam Medik di Rumah Sakit Umum Anutapura

Palu selama tahun 2012 jumlah pasien penderita apendisitis ada

sebanyak 218 pasien, Pada tahun 2013 terjadi peningkatan yaitu

sebanyak 278 pasien. Pada tahun 2014 kembali mengalami

peningkatan dan menduduki urutan ketiga dipoliklinik bedah yaitu

sebanyak 434 pasien.

Penelitian Indri U, dkk (2014), mengatakan risiko jenis kelamin

pada kejadian penyakit apendisitis terbanyak berjenis kelamin laki-

laki dengan presentase 72,2% sedangkan berjenis kelamin perempuan

hanya 27,8%. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih banyak

menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja dan lebih cenderung

mengkonsumsi makanan cepat saji, sehingga hal ini dapat

menyebabkan beberapa komplikasi atau obstruksi pada usus yang bisa

menimbulkan masalah pada sistem pencernaan salah satunya yaitu

apendisitis.
Menurut Nurhayati (2011) mengatakan bahwa pola makan yang

kurang serat menyebabkan apendisitis, selain itu bahan makanan yang

dikonsumsi dan cara pengolahan serta waktu makan yang tidak teratur

sehingga hal ini dapat menyebabkan apendisitis. kebiasaan pola

makan yang kurang dalam mengkonsumsi serat yang berakibat

timbulnya sumbatan fungsional appendiks dan meninggkatkan

pertumbuhan kuman, sehingga terjadi peradangan pada appendiks.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan "

Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Appendisitis.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan

gambaran penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Appendisitis

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan

Appendisitis.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Appendisitis.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan secara menyelurug

pada pasien dengan Appendisitis.

d. Mampu menerapkan implementasi keperawatan pada pasien

dengan Appendisitis.

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien

dengan Appendisitis.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Appendisitis.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Agar mampu mengembangkan wawasan atau ilmu pengetahuan

dan memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Appendisitis.

2. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Mampu menambahkan bahan masukan yang bermanfaat bagai

mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil proposal studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan dalam membuat suatu perencanaan bagi perawat.


4. Bagi Pembaca

Mampu memberikan pengertian, pengetahuan, dan pengambilan

keputusan yang tepat pada sipembaca. Kasusnya dalam menyikapi

jika ada penderita Appendisitis.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Apendisitis

I. Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan

merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering.

Appendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada

kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum

untuk bedah abdomen darurat (Kasron dan Susilawati, 2018).

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum

(cecum), infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga

memerlukan tindakan bedah segera mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya (Nanda, 2015).

Appendisitis adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-

kira 10 cm 94 inci, melekat pada sekum tepat di bawah katub

ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara


teratur ke dalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan

lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan

terhadap infeksi. (Nixson, 2018).

Anda mungkin juga menyukai