Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Appendisitis

1. Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab akut abdomen yang paling sering. Appendisitis adalah penyebab paling

umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab

paling umum untuk bedah abdomen darurat. Appendisitis adalah peradangan

apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Appendisitis

adalah infeksi pada apendik karena tersumbatnya lumen oleh fekalit (batu feses),

hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus (Kasron, 2018).

Appendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi

pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling

sering. Appendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini

dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus

buntu sebenarnya adalah sekum (Andra S, dkk, 2018)

Appendisitis adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya. Kira-kira 10cm

94 inci, melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi

makanan dan menggosongkat diri secara teratur ke dalam sekum. Karena

pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi

tersumbat dan rentan terhadap infeksi (Nixson M, 2018).


2. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan merupakan saluran panjang (kurang lebih 9 meter) yang

terlibat dalam proses mencerna makanan. Mulai dari mulut sampai dengan anus,

organ-organ tersebut adalah mulut (oris), faring, esopagus, lambung (gaster), usus

halus (terdiri atas duodenum, jejenum dan ileum), usus besar (terdiri atas seikum,

kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid, rektum

dan anus.

a. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk

sistem pencernaan. Secara umum mulut terdiri dari 2 bagian. Rongga bagian luar

(vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir pipi, dan rongga bagian dalam

yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan

mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring. Platum teridiri atas

platum durum (platum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk platum dari sebelah

depan tulang maksilaris dan platum mole (platum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa

dan selaput lendir.

a) Bibir, pipi dan tongsil

Merupakan dinding yang membentuk rongga mulut bagian samping yang

terdiri atas lapisan kulit serta otot-otot wajah yang membantu dalam proses

menghancurkan makanan, sedangkan bagian dalam pipi merupakan bagian yang

lembab dan tersusun dari epitel mukosa tang berlapis-lapis. Bibir bagian tubuh

yang membantu dalam proses berbicara, menghisap dan menjaga makan berada

dalam mulut.

b) Gigi

Makanan akan dihancurkan oleh gigi yang berjumlag 32 buah. Adapun

bentuk dan fungsi tiap gigi :

1. Gigi seri : Fungsinya memotong dan menggunting makanan

2. Gigi taring : Fungsinya untuk mencabik makanan

3. Gigi geraham kecil : Fungsinya menghaluskan makanan bersama-sama

geraham besar

4. Gigi geraham besar : Fungsinya untuk menggiling makanan

c) Lidah

Memiliki peran mengatur letak makanan dalam mulut, mengecap rasa

makanan, memindahkan makanan pada saat dikunyah dan membantu menelan

makanan.

d) Kelenjar saliva

Fungsi dari saliva :

1. Melumasi rongga mulut dan makanan


2. Memudahkan makan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus

3. Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga

memudahkan lidah bergerak untuk berbicara

4. Mengandung pytalin dan amylase, suatu enzim yang dapat mengubah

polisakarida menjadi disakarida

5. Memberikan rasa nyaman dimulut dan mencegah iritasi

6. Mencegah terbentuknya karies gigi dan bau mulut

7. Seperti zat buangan seperti obat, virus

8. Sebagai anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan

rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta menjaga kesehatan

gigi

c. Esofagus

Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang -/+ 25 cm dan berdiameter 2

cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubungkan rongga

mulut dengan lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi

cartilage crocoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae.

Ketika seorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis dan akan

membiarkan makanan atau minuman masuk kedalam lambung. Fungsi esophagus

adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan

sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat

berjalan menuju lambung.

d. Lambung

Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat

menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf j atau kubah
dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan lanjutan

esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus kecil bagian

duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah

bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).

e. Usus halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak diantara

spingter pilorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian awal

usus besar, posisinya terletak diantara bawah abdomen yang disuport dengan

lapisan mensentrika (berbentuk seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini

mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok). Mesentrika ini dilapisi

pembuluh darah, persyarafan dan saluran limfe yang menyuplai kebutuhan

dinding usus.

f. Usus besar

Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Ia

memiliki panjang 1,5 meter dan berbentuk huruf U terbalik. Usus besar dibagi

menjadi 3 daerah yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.

Gambar 1.2 Usus Besar

(Tartowo, dkk, 2015)


Fungsi apendiks tidak diketahui. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari.

Lendir secara normal dicurahkan kedalam lumen dan mengalir ke secum.

Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan pada patogenisasi

apendisitis.

Letak apendisk diujung sakrum kira-kira 2cm dibawah anterior ileo saekum,

bermuara dibagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga

taenia yaitu : taenia anterior, medial, dan posterior. Secara klinik apendiks terletak

pada daera Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis menghubungkan sias kanan

dan pusat.

Ukuran dan isi apendiks yaitu panjang rata-rata 6-9cm. Lebar 0,3-0,7 cm. Isi

0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Posisi apendiks

dilateral kolon asenden. Di daerah inguinal membelok ke arah dinding abdomen,

pelvis minor (Jitowiyono S, 2012).

3. Etiologi

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya appendisitis akut ditinjay dari

teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor biologi, faktor

lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Penyebab utama

appendisitis akut adalah oleh karena adanya penyumbatan pada lumen appendik

yang diikuti dengan terjadinya peradangan akut. Dimana sumbatan ini dapat

terjadi oleh karena fekalit, hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, adanya

struktur atau tumor pada dinding appendiks. Penyebab obstruksi yang paling

sering adalah fekalit. Fekalith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan

appendisitis. Penyebab lain dari obstruksi apendiks meliputi : Hiperplasia folikel


lymphoid carcinoid atau tumor lainnya, benda asing (pin, biji-bijian), kadang

parasit yang diduga menimbulkan appendisitis adalah parasit E. histolytica.

Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendisitis yaitu :

Bakteri aerob fakultatif, Bakteri anaerob Escherichia coli, Viridans streptococci,

Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus

micros, Bilophila species, Lactobacillus species.

Akibat penyumbatan lumen apendik yg mengikuti mekanisme "close loop

obstruction" menyebabkan penumpukan mukus dan meningginya tekanan intra

lumen dan distensi lumen appendik. Peninggian tekanan intralumen ini akan

menyebabkan hambatan aliran limfe, sehingga terjadi edema disertai hambatan

aliran vena dan arteri apendik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya iskemik dan

nekrosis, bahkan dapat terjadi perforasi. Pada saat terjadi obstruksi akan terjadi

proses sekresi mukus yang dapat menyebabkan peningkayan tekanan intraluminer

dan distensi lumen maka kondisi ini akan menstimulasi serat saraf aferen viseral

yang kemudian diteruskan menuju korda spinalis Th8-Th10, sehingga akan timbul

pelajaran nyeri di daerah epigastrium dan preumbilikal. Peningakatan tekanan

intraluminar akan menyebabkan peningkatan perfusi kapiler, yang akan

menimbulkan pelebaran vena, kerusakan arteri dan iskemi jaringan. Dengan

rusaknya barier dari epitel mukosa maka bakteri yang sudah berkembang biak

dalam lumen akan menginvasi dinding apendik sehingga akan terjadi inflamasi

transmural. Selanjutnya iskemia jaringan yang berlanjut akan menjmbulkan infark

dan perforasi. Proses inflamasi akan meluar ke periotenum parietalis dan jaringan

sekitarnya, termasuk ileum terminal, sekum dan organ pelvis (Kasron, 2018).
4. Klasifikasi

a. Appendistis akut

Appendistis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak

disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan

tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus.

Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun.

Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc burney. Nyeri dirasakan

lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Appendisitis akut dibagi menjadi :

1) Appendisitis Akut Sederhana

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa dan dikelilingi oleh

round cells disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen

apendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu

aliran limfe, mukosa apendiks menebal, edema dan kemerahan. Gejala klinis

diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia,

malaise, dan demam ringan. Pada appendisitis kataral terjadi leukositosis dan

apendik berukuran normal, hiperemia, edema dan tidak ada eksudat serosa.

Appendisitis akut pada pemeriksaan histologi dijumpai adanya infiltrasi sel -

sel limsofit dan neutrofil di dalam lapisan otot apendiks.

2) Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)


Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan

trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks.

Mikroorganisme yang ada di usu besar berinvasi ke dalam dinding apendiks

menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi

eksudat dan fibrin. Apendiks dan mesoapendiks terjadi edema, hiperemia, dan

di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan

peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc. Burney, defans

muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler

dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.

3) Appendisitis Akut Gangrenosa.

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, alirah darah arteri mulai

terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda

supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding

apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada

appendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan

peritoneal yang purulen.

4) Appendisitis Infiltrat

Appendisits infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya

dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum

sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu

dengan yang lainnya.

5) Appendisitis Abses
Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus),

biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan

pelvikal.

6) Appendisitis Perforasi

Appendisits Perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren dan

menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis

umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh

jaringan nekrotik.

b. Appendisitis kronik

Diagnosa appendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks

secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik

adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan persial atau total lumen

appendiks, adanya jaringan perut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel

inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Appendisitis kronik

kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut appendisitis kronik dengan

eksaserbasi aku yang tampak jelas sudah adanya pembentukan jaringan ikat

(Kasron, 2018).

5. Patofisiologi

Appendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbangan lumen apendiks oleh

hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat

peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus

diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin


banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga

menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut

akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis baketeri

dan ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai

oleh nyeri epigastrum.

Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus

dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum

setempat sehingga menimbulkan nyeri abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut

dengan apendisitis sukurati akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infark

dinding apendiks yang diikuti dengan gengrene stadium ini disebut dengan

appendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi

Appendisitis Perforasi.

Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak

kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate

apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau

menghilang.

Anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding

apendiks lebih tipis, keadaan tersebut dihambat dengan daya tahan tubuh yang

masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua

perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Andra S,

2017).

6. Manifestasi Klinis
Menurut Robinson,J.N & Saputra, L, (2014), Ada beberapa tanda dan gejala

yang mungkin muncul pada pasien dengan appendiksitis yaitu diantaranya :

- Nyeri abdomen (awalnya bersifat umum, namun dalam beberapa jam akan

terlokasi pada perut kuadran kanan bawah (titik McBurney), bertambah sakit

dengan perkusi ringan atau jika pasien batuk)

- Anoreksia

- Mual

- Muntah (satu atau dua episode)

- Demam tidak terlalu tinggi

- Malaise

- Konstipasi

- Jalan membungkuk untuk mengurangi nyeri kuadran kanan bawah

- Tiduran atau berbaring terlentang, menjaga agar lutut kanan ditekuk untuk

mengurangi nyeri

- Bising usus normal

- Nyeri tekan lepas (rebound tenderness) dan spasme otot abdomen (nyeri pada

kuadran kanan bawah ketika dilakukan palpasi pada kuadran kiri bawah)

- Sama sekali tidak terjadi nyeri abdomen jika apendiks terletak retroksekal atau

pada pelvis, sebagai pengganti terjadi nyeri panggung saat colok dubur atau

pemeriksaan pelvis.

- Abdomen yang kaku dan nyeri akan memburuk dalam perjalanan penyakit,

hilanganya nyeri abdomen secara mendadak mengidentifikasi adanya perforasi

atau infark.
7. Komplikasi

Komplikasi utama appendisitis adalah perforasi apendiks gang dapat

berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai

32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum

terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 C

atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang

kontinyu.

Komplikasi appendisitis diantaranya adalah :

a. Apendicular infiltrat : Infiltrat/massa yang terbentuk akibat mikro atau makro

perforasi dari apendiks yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum,

usus halus atau usus besar

b. Appendicular abscess : Abses yang berbentuk akibat mikro atau makro

perforasi dari Apendiks yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum,

usus halus atau usus besar

c. Perforasi

d. Peritonitis

e. Syok septik

f. Mesentrial pyemia dengan Abscess Hepar

g. Gangguan peristaltik

h. Ileus
8. Pemeriksaan Diagnostik

1.) Laboratorium

Ditemukan leukosit 10.000 s/d 18.000/mm3 disertai keluhan/gejala apoendiksitis

lebih dari empat jam mencurigakan perforasi sehingga diduga bahwa tingginya

leukosit sebanding dengan hebatnya peradangan.

2). Radiologi

Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada 55% kasus

appendisitis stadium awal akan ditemukan gambaran foto polos abdomen yang

abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa jaringan lunak di perut

kanan bawah dan mengandung gelembung-gelembung udara. Selain itu gambaran

radiologist yang ditemukan adanya fekalit, pemeriksaan barium enema dapat juga

dipakai pada kasus-kasus tertentu cara ini sangat bermanfaat dalam menentukan

lokasi sakum pada kasus "Bizar". Pemeriksaan radiology X-ray dan USG

menunjukan densitas pada kuadran kanan bawah atau tingkat aliran udara

setempat.

3). Pemeriksaan Penunjang Lainnya

a. Pada copy fluorossekum dan ileum terminasi tampak irritable

b. Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan nyeri bila di daerah infeksi, bisa

dicapai dengan jari telunjuk

c. Uji psoas dan uji obturator (Nixson M, 2018).

9. Penatalaksanaan apendiksitis
a) Sebelum operasi

1. Observasi

Dalam 8 - 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis

sering kali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan..

Pasien diminta melakukan tirah baring dam dipuasakan. Laksatif tidak boleh

diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis ataupun peritonitis lainnya.

Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan

hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak

dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada

kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah

kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

2. Antibiotik

Apendiksits tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,

kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi. Penundaan

tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau

perporasi.

b) Operasi

1. Apendiktomi

2. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka

abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika

3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin

mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam waktu beberapa

hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6

minggu sampai 3 bulan


4. Pasca Operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan di dalam, syok, hipotermia atau gangguan pernafasan, angkat

sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung

dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik

bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu pasien dipuaskan, bila

tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,

puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari pasca operasi

pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 X 30 menit.

Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan

dapat diangkat dan pasien diperboleh pulang (Andra S, 2017).

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, No.MR,

agama, suku bangsa, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, penanggung jawab, dan lain-lain.

2) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien dengan kasus appendisitis ini mempunyai kebiasaan

makan-makanan yang kurang serat dan ada berhubungan dengan masalah


kesehatan yang dialami sekarang atau bisa juga penyakit ini sudah pernah

dialami oleh pasien sebelumnya.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pre operasi

Biasanya klien kasus appendisitis mengeluhkan nyeri abdomen kuadran

kanan bawah pada titik Mc Burnay, nyeri tekan dan lepas, demam yang tidak

terlalu tinggi mual dan muntah.

Post operasi

Pada klien dengan appendisitis mengeluhkan nyeri pada luka operasi

pengangkatan apendik/apendiktomi, nyeri dirasakan saat bergerak atau

ditekan, dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit appendiksitis ini bukan merupakan penyakit keturunan, bisa

dalam anggota keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama

dengan klien, bisa juga tidak ada anggota yang menderita penyakit yang sama

seperti yang dialami oleh klien

3) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum klien

a) Tingkat kesadaran

Pre operasi

Biasanya pada pasien pre operasi appendisitis tingkat kesadaran

compos metis, keadaan lemah, pucat.

Post operasi
Biasanya pada pasien dengan operasi appendisitis mencapai

kesadaran penuh lebih kurang 1 jam kembali dari ruang operasi

keadannya menunjukan sakit ringan sampai berat tergantung pada

periode akut rasa nyeri.

b) Berat badan

Biasanya pada pasien pre dan post appendisitis berat badannya

normal.

c) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg, biasanya terjadi peningkatan

Nadi : 85 x/i, biasanya terjadi cepat dan tidak teratur

Suhu : 36°C, biasanya terjadi peningkatan

Pernafasan : 20 x/i, biasanya pernafasan dalam keadaan

normal.

2) Kepala

a) Rambut

Biasanya pada pemeriksaan rambut pasien pre dan post appendisitis

kulit kepala dan rambut bersih, tidak rontok dan rambut berwarna

hitam.

b) Mata

Biasanya pada pemeriksaan mata pasien pre dan post appendisitis

simeteis kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, selera tidak

ikterik, reflek cahaya normal.

c) Hidung
Biasanya pada pemeriksaan hidung pasien pre dan post appendisitis

simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, penciuman baik, tidak ada

peradangan.

d) Bibir

Biasanya pada pemeriksaan bibir pasien pre dan post appendisitis

bibir pucat, tidak ada edema, mukosa bibir kering.

e) Gigi

Biasanya pada pemeriksaan gigi pasien pre dan post appendisitis

giginya lengkap dan tidak ada ceries.

f) Lidah

Biasanya pada pemeriksaan lidah pasien pre dan post appenditis

pengucapan baik dan lidah tidak kotor

g) Telinga

Biasanya pada pemeriksaan telinga pasien pre dan post appendisitis

telinga bersih, tidak ada cerumen dan pendengaran baik.

h) Leher

Biasanya pada pemeriksaan leher pasien pre dan post appendisitis

tidak ada kesulitan menelan, tidak ada terdapat pembesaran kelenjar

tiroid dan kelenjar getah bening

3) Dada dan thorak

Inspeksi : Biasanya pada pasien pre dan post pergerakan dada

simetris kiri dan kanan

Palpasi : Biasanya pada pasien pre dan post fremitus pada

paru sama kiri dan kanan.


Perkusi : Biasanya pada pasien pre dan post terdengar bunyi sonor

Auskultasi : Biasanya pada pasien pre dan post terdengar bunyi

vesikuler dan tidak ada bunyi nafas tambahan

4) Jantung

Inspeksi : Biasanya pada pasien pre dan post ictus cardis tidak

terlihat

Palpasi : Biasanya pada pasien pre dan post ictus cardis teraba di

RIC V, satu jari dimedia clavikularis sinitris

Perkusi : Biasanya pada pasien pre dan post jantung dalam batas

normal (batas jantung karena RIC II, linea stralis dekstra, batas

jantung kiri RIC V, satu jari media clavikularis

Auskultasi : Biasanya pada pasien pre dan post irama jantung teratur,

kekuatan denyut nadi kuat

5) Abdomen

Pre operasi

Inpeksi : Biasanya tidak terdapat luka operasi

Auskultasi : Biasanya bising usus normal 5-30 x/i

Palpasi : Biasanya kulit tegang, nyeri tekan dan nyeri lepas pada

abdomen kanan bagian bawah

Post operasi
Inspeksi : Biasanya terdapat luka bekas operasi diperut bagian kanan

bawah dengan ukuran panjangnya +/- 9cm, keadaan luka bersih, dan

masih ditutup verban.

Auskultasi : Biasanya bising usus 6x/menit, bising usus melemah

karena pemberian anastesi

Palpasi : Biasanya keadaan kulit tampak memerah, di sekitar bekas

operasi luka akan terasa nyeri

Perkusi : Biasanya terdengar suara sonor pada abdomen kuadran

bawah.

6) Genitourinaria

Biasanya pada pasien pre dan post appendisitis genitalis bersih dan

tidak terpasang kateter.

7) Ekstremitas

Pre operasi

Biasanya pada pasien simetris kiri dan kanan terjadi keterbatasan

gerak karena ada nyeri

Post operasi

Biasanya pada pasien simetris kiri dan kanan, ekstremitas

atasterpasang infus

8) System integumen

Pre operasi
Biasanya pada pasien pre operasi appendisitis, pemeriksaan

integumen terdapat turgor kulit baik dan warna kulit tidak pucat

Post operasi

Biasanya pada pasien post operasi appenditis pemeriksaan integumen

ditemukan kemerahan luka operasi pada abdomen kuadran bawah.

4) Data pola kebiasaan sehari-hari

POLA SEHAT SAKIT


1. Nutrisi Biasanya pasien makan Biasanya pasien makan 6

a. Makan 3x sehari porsi lebih jam setelah operasi

kurang satu piring, dengan bubur lunak

memiliki riwayat makan dengan porsi sedikit

makanan rendah serat yang telah disediakan

seperti buah-buahan, biji- rumah sakit.

bijian dan sayur -sayuran.

Biasanya pasien minum

b. Minum air putih -/+ 1500 cc/hari, Biasanya pasien minum

susu teh, kopi, serta air putih 4 gelas yaitu -/+

sebagainya. 800cc/hari.
2. Eliminasi

a. BAB Biasanya pasien BAK 4- Biasanya pada pasien

6x/hari, warna dan jerni sesudah operasi

dan baunya khas. appendisitis BAK nya

beberapa jam akan

kembali normal, BAK 5-


7x/hari total urine -/+

600/hari.

b. BAK Biasanya pasien BAB Biasanya pasien BAB

tidak terganggu klien 1x/hari setelah operasi.

BAB 2x/hari warna

kuning dan konstipasi

encer.
3. Istirahat dan tidur Biasanya pola istirahat Biasanya pola istirahat

dan tidur cukup 6-8 dan tidur pasien tidur 5-6

jam/hari, tidak jam/hari, kurang tidur

mengalami kesulitan saat karena gelisah akibat

tidur. nyeri yang dirasakan.

4. Aktivitas sehari-hari Biasanya tidak terjadi Biasanya terjadi masalah

dan perawatan diri masalah pada saat aktivitasnya karena klien

melakukan aktivitas dibatasi akibat rasa nyeri

sehari-hari seperti mandi pada luka operasi

tetap 2x sehari atau 3x sehingga keperluan klien

sehari, gosok gigi, cuci harus dibantu.

rambut, serta berpakaian Diantaranya adalah

dilakukan sendiri tanpa di perawatan diri seperti

bantu. mandi, gosok gigi, cuci

rambut dan berpakaian.


5) Data Sosial Ekonomi

Biasanya pasien kesulitan dalam bersosialisasi dikarenakan terhadap

penyakit yang dialaminya. Biasanya pasien mengalami perubahan pada

ekonominya, dan terjadi masalah keuangan dikarenakan pasien perlu

pengobatan untuk kesembuhannya.

6) Data Psikososial

Biasanya pasien selama sakit mengalami perubahan terhadap konsep diri

seperti pasien merasa cemas dan gelisah terhadap penyakit yang dialaminya.

Biasanya pasien memerlukan dukungan serta motivasi baik dari perawat

maupun dari keluarga. Biasanya pasien tinggal bersama keluargannya,

anggota keluarga selalu memberikan semangat dan dukungan kepada pasien.

7) Data Spiritual

Biasanya pasien mengalami masalah dalam pelaksanaan ibadah saat sakit

dibandingkan saat pasien masih sehat, biasanya pasien berdoa kepada Allah

SWT memohon untuk kesembuhan penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan

1). Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik

2). Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri

3). Resiko infeksi b.d Kerusakan integritas kulit


4). Risiko Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif

5). Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri

(SDKI SLKI SIKI, 2017)

Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI AKTIFITAS


(NOC) (NIC)
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b.d Setelah Manajemen Observasi

Agen pencedera dilakukan Nyeri - Identifikasi lokasi,

fisik intervensi (I.08238) karakteristik, durasi,

selam 3 jam. frekuensi, kualitas,

Maka Tingkat intensitas nyeri

Nyeri menurun - Identifikasi skala

dengan kriteria nyeri

hasil : - Identifikasi

- Kemampuan respons nyeri non

menuntaskan verbal

aktivitas - Identifikasi faktor

meningkat yang memperberat

skala (5) dan memperingan

- Keluhan nyeri

nyeri menurun - Identifikasi

skala (5) pengetahuan dan

- Meringis keyakinan tentang

menurun skala nyeri

(5) - Identifikasi
- Sikap pengaruh budaya

protektif terhadap respon

menurun skala nyeri

(5) - Identifikasi

- Gelisah pengaruh nyeri pada

menurun skala kualitas hidup

(5) - Monitor

- Kesulitan keberhasilan terapi

tidur menurun komplementer yang

skala (5) sudah diberikan

- Menarik diri - Monitor efek

menurun skala samping

(5) penggunaan

- Berfokus analgetik

pada diri Terapeutik

sendiri - Berikan teknik

menurun skala nonfarmakologis

(5) untuk mengurangi

- Diaforesis rasa nyeri (mis.

menurun skala TENS, hipnosis,

(5) akupuntur, terapi

- Perasaan musik, biofeedback,

depresi terapi pijat,

(tertekan) aromaterapi, teknik


menurun skala imajinasi

(5) terbimbing,

- Perasaan kompres

takut hangat/dingin,

mengalami terapi bermain

cedera - Kontrol

berulang lingkungan yang

menurun skala memperberat rasa

(5) nyeri (mis. suhu

- Anoreksia ruangan,

menurun skala pencahayaan,

(5) kebisingan)

- Perineum - Fasilitas istirahat

terasa tertekan dan tidur

menurun skala - Pertimbangkan

(5) jenis dan sumber

- Uterus teraba nyeri dalam

membulat pemilihan stategi

ketegangan meredakan nyeri

otot menurun Edukasi

skala (5) - Jelaskan

- Pupil dilatasi penyebab, periode

menurun skala dan pemicu nyeri

(5) - Jelaskan strategi


- Muntah meredakan nyeri

menurun skala - Anjurkan

(5) memonitor nyeri

- Mual secara mandiri

menurun skala - Anjurkan

(5) menggunakan

- Frekuensi analgetik secara

nadi membaik tepat

skala (5) - Ajarkan teknik

- Tekanan nonfarmakologis

darah membaik untuk mengurangi

skala (5) rasa nyeri

- Proses kolaborasi

berfikir - Kolaborasi

membaik skala pemberian

(5) analgetik, jika perlu

- Fokus

membaik skala

(5)

- Fungsi

berkemih

membaik skala

(5)

- Perilaku
membaik skala

(5)

- Nafsu makan

membaik skala

(5)

- Pola tidur

membaik skala

(5)
2 Gangguan mobilitas Setelah Dukungan Observasi

fisik b.d Nyeri melakukan Mobilisasi - Identifikasi adanya

intervensi (I.05173) nyeri atau keluhan

selama 3 jam. fisik lainnya

Maka - Identifikasi

Mobilitas Fisik tolerasi fisik

Meningkat melakukan

dengan kriteria pergerakan

hasil : - Monitor frekuensi

- Pergeran jantung dan tekanan

ekstremitas darah sebelum

meningkat memulai mobilisasi

skala (5) - Monitor kondisi

- Kekuatan otot umum selama

meningkat melakukan

skala (5) mobilisasi

- Rentang Terapeutik
gerak (ROM) - Fasilitasi aktivitas

meningkat mobilisasi dengan

skala (5) alat bantu (mis.

- Nyeri Pagar tempat tidur)

menurun skala - Fasilitasi

(5) melakukan

- Kecemasan pergerakan, jika

menurun skala perlu

(5) - Libatkan keluarga

- Gerakan tidak untuk membantu

terkoordinasi pasien dalam

menurun skala meningkatkan

(5) pergerakan

- Gerakan Edukasi

terbatas - Jelaskan tujuan

menurun skala dan prosedur

(5) mobilisasi

- Gerakan - Anjurkan

terbatas melakukan

menurun skala mobilisasi dini

(5) - Ajarkan mobilisasi

- Kelemahan sederhana yang

fisik menurun harus dilakukan

(5) (mis. Duduk di


tempat tidur, duduk

di sisi tempat tidur,

pindah dari tempat

tidur ke kursi)
3 Resiko infeksi b.d Setelah Pencegahan Observasi

Kerusakan melakukan infeksi - Monitor tanda dan

integritas kulit. intervensi (I.14539) gejala infeksi lokal

selama 3 jam. dan sistematik

Maka Tingkat Terapeutik

infeksi - Batasi jumlah

Menurun pengunjung

dengan kriteria - Berikan perawatan

hasil : kulit pada area

- Kebersihan edema

tangan - Cuci tangan

meningkat sebelum dan

skala (5) sesudah kontak

- Kebersihan dengan pasien dan

badan lingkungan pasien

meningkat - Pertahankan

skala (5) teknik aseptik pada

- Nafsu makan pasien beresiko

meningkat tinggi

skala (5) Edukasi

- Demam - Jelaskan tanda dan


menurun skala gejala infeksi

(5) - Ajarkan cara

- Kemerahan mencuci tangan

menurun skala dengan benar

(5) - Ajarkan etika

- Nyeri batuk

menurun skala - Ajarkan cara

(5) memeriksa kondisi

- Bengkak luka atau luka

menurun skala operasi

(5) - Anjurkan cara

- Vesikel memeriksa kondisi

menurun skala luka atau luka

(5) operasi

- Cairan berbau - Anjurkan

busuk menurun menigkatkan asupan

skala (5) nutrisi

- Sputum - Anjurkan

berwarna hijau meningkatkan

menurun skala asupan cairan

(5) Kolaborasi

- Drainase - Kolaborasi

purulen pemberian

menurun skala imunisasi, jika perlu


(5)

- Piuria

menurun skala

(5)

- Periode

malaise

menurun skala

(5)

- Periode

menggigil

menurun skala

(5)

- Latergi

menurun skala

(5)

- Gangguan

kognitif

menurun skala

(5)

- Kadar sel

darah putih

membaik skala

(5)

- Kultur darah
membaik skala

(5)

- Kultur urine

membaik skala

(5)

- Kultur

sputum

membaik skala

(5)

- Kultur area

luka membaik

skala (5)

- Kultur feses

membaik skala

(5)

- Kadar sel

darah putih

membaik skala

(5)
4 Risiko Hipovolemia Setelah Manajemen Observasi

b.d kehilangan dilakukan Hipovolemia - Periksa tanda

cairan secara aktif intervensi (I.03116). hipovolemia.

selama 3 jam. - Monitor intake

Maka Status cairan.

Cairan Terapeutik
membaik hypovolemia

dengan kriteria dan gejala dan

hasil : output

- Kekuatan - Berikan asupan

nadi menurun cairan oral

skala (1) Edukasi :

- Turgor kulit - Anjurkan

menurun skala memperbanyak

(1) asupan cairan oral.

- Output urine - Anjurkan

menurun skala menghindari

(1) perubahan posisi

- Pengisian mendadak.

vena menurun Kolaborasi

skala (1) - Kolaborasi

- Ortopnea peberian cairan IV

menurun skala

(5)

- Dispnea

menurun skala

(5)

- Edema

anasarka

menurun skala
(5)

- Edema

perifer

menurun skala

(5)

- Berat badan

meningkat

skala (1)

- Distensi vena

jugularis

menurun skala

(5)

- Suara nafas

tambahan

menurun skala

(5)

- Kongesti paru

menurun skala

(5)

- Perasaan

lemah

menurun skala

(5)

- Keluhan haus
menurun skala

(5)

- Konsentrasi

urine sedang

skala (3)

- Frekuensi

nadi membaik

skala (5)

- Tekanan

darah membaik

skala (5)

- Tekanan nadi

membaik skala

(5)

- Membran

mukosa

membaik skala

(5)

- Jugular

venous

pressure (JVP)

membaik skala

(5)

- Kadar Hb
membaik skala

(5)

- Kadar Ht

membaik skala

(5)

- Central

Venous

Pressure

membaik skala

(5)

- Reluks

hepatojogular

membaik skala

(5)

- Berat badan

membaik skala

(5)

- Hepatomegali

membaik skala

(5)

- Oliguria

membaik skala

(5)

- Intake cairan
membaik skala

(5)

- Status mental

membaik skala

(5)

- Suhu tubuh

membaik skala

(5)
5 Ansietas b.d Setelah Terapi Observasi

Ancaman terhadap dilakukan Relaksasi - Identifikasi

konsep diri. intervensi ( I. 09326) penurunan tingkat

selama 3 jam. energi,

Maka Tingkat ketidakmampuan

Ansietas berkonsentrasi, atau

membaik gejala lain yang

dengan kriteria mengganggu

hasil : kemampuan

- Verbalisasi kognitif

kebingungan - Identifikasi teknik

menurun skala relaksasi yang

(5) pernah efektif

- Verbalisasi digunakan

khawatir akibat - Identifikasi

kondisi yang kesediaan,

dihadapi kemampuan dan


menurun skala penggunaan teknik

(5) sebelumnya

- Perilaku - Periksa

gelisah ketegangan otot,

menurun skala frekuensi nadi,

(5) tekanan darah dan

- Perilaku suhu sebelum dan

tegang sesudah latihan

menurun skala - Monitor respons

(5) terhadap terapi

- Keluhan relaksasi

pusing Terapeutik

menurun skala - Ciptakan

(5) lingkungan tenang

- Anoreksia dan tanpa gangguan

menurun skala dengan

(5) pencahayaan dan

- Palpitasi suhu ruanh nyaman,

menurun skala jika memungkinkan

(5) - Berikan informasi

- Frekuensi tertulis tentang

pernafasan persiapan dan

menurun skala prosedur teknik

(5) relaksasi
- Frekuensi - Gunakan pakaian

nadi sedang longhar

skala (3) - Gunakan nada

- Tekanan suara lembut

darah sedang dengan irama

skala (3) lambat dan berirama

- Diaforesis - Gunakan relaksasi

menurun skala sebagai strategi

(5) penunjang dengan

- Tremor analgetik atau

menurun skala tindakan medis lain,

(5) jika sesuai

- Pucat Edukasi

menurun skala - Jelaskan tujuan,

(5) manfaat, batasan

- Konsentrasi dan jenis relaksasi

membaik skala yang tersedia

(5) - Jelaskan secara

- Pola tidur rinci intervensi

membaik skala relaksasi yang

(5) dipilih

- Perasaan - Anjurkan

keberdayaan mengambil posisi

membaik skala nyaman


(5) - Anjurkan rileks

- Kontak mata dan merasakan

membaik skala sensasi relaksasi

(5) - Anjurkan seringa

- Pola mengulangi atau

berkemih melatih teknik yang

membaik skala dipilih

(5) - Demonstrasikan

- Orientasi dan latih teknik

membaik skala relaksasi

(5)

3. Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindkan keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah umpan balik dalam proses keperawatan dimana perawat

mencari kepastian keberhasilan rencana dan proses. Evaluasi adalah kegiatan

yang dilakukan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota

tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan

dalam rencana keperdapat tercapai atau tidaknya.


6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan askep penting dalam praktik keperawatan

sebagai segala sesuatu yang dapat diandalkan sebagai catatan atau bukti bagi

individu yang berwewenang. Tujuan dari dokumentasi ini adalah

mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mendokumentasikan

kebutuhan akan asuhan dan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

asuhan.

Anda mungkin juga menyukai