Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
Proses penuaan atau aging merupakan proses alami yang akan terjadi pada
semua manusia. Umumnya menjadi tua dianggap hal yang wajar, sehingga semua
masalah yang muncul dianggap memang seharusnya dialami, mengapa kita menjadi
fisiologis, tetapi dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran
optimalisasi berbagai organ tubuh sehingga sistem organ tubuh dapat berfungsi
seperti pada usia lebih muda dengan umur kronologis yang lebih tua. Hal ini dapat
dilihat dari penampilan dan kualitas hidupnya lebih muda dibandingkan dengan usia
Perkembangan Ilmu Kedokteran saat ini, telah membawa konsep baru tentang
penuaan, dimana penuaan diperlakukan sebagai suatu penyakit yang dapat diobati
bahkan dapat dicegah, sehingga usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan
kualitas hidup yang lebih baik, Ilmu ini dikenal dengan Anti Aging Medicine
(Pangkahila, 2011).
9
10
2.2 Hiperpigmentasi
salah satu masalah estetika kulit yang sering dikeluhkan masyarakat Indonesia,
terutama oleh perempuan ditandai dengan terbentuknya flek hitam atau noda coklat
pada kulit. Hiperpigmentasi lebih sering terjadi pada tipe warna kulit yang lebih gelap
.khususnya ras Hispanik, Asia, atau Afro-Amerika. Kelainan ini lebih sering dialami
(hiperpigmentasi).
dan dermis bagian atas yang tersebar pada melasma. Lentigo dan melasma
merupakan kelainan akibat proses penuaan yang paling sering dikeluhkan oleh
Dampak psikis dari perubahan warna kulit muka berupa bercak hitam atau
coklat di wajah akan menurunkan rasa percaya dan harga dirinya, serta
melasma, tetapi belum ada satu carapun yang memuaskan dalam mengobati
melasma. Dewasa ini telah banyak produsen obat-obatan serta kosmetik yang
berlomba-lomba membuat berbagai macam produk, namun belum ada juga yang
masyarakat terutama kaum wanita akan penampilan diri sekaligus estetika, ini
membawa arus global pada kemajuan industri peralatan yang berhubungan dengan
kesehatan kulit dan kecantikan, obat-obatan topikal maupun sistemik, serta bahan-
penyebab kelainan tersebut, menilai dasar kulit dan menentukan jenis bahan
melasma yang sulit membuat banyak orang mengambil tindakan lebih baik
mencegah dari pada mengobatinya. Salah satu cara untuk mencegah yaitu dengan
terdapat dalam tanaman yang dapat mencegah kerusakan kulit karena penuaan,
sinar matahari atau kanker. Banyak penelitian menemukan bahwa antioksidan dapat
meningkatkan produksi kolagen, mencegah kerusakan kulit karena UVA dan UVB,
12
mengoreksi masalah pigmentasi pada kulit, serta memperbaiki situasi radang pada
mutasi pada melanosit maupun sel lainnya (Brenner dan Hearing, 2008). Proses
dopa dan oksidasi Ldopa menjadi dopakuinon; kedua proses ini memerlukan
membentuk melanin. Enzim tirosinase akan bekerja langsung pada saat distimulasi
oleh sinar UV. Paparan sinar ultraviolet A (UV-A) dengan panjang gelombang 320-
keratinosit; pigmentasi ini mulai terjadi 2-3 hari setelah paparan dan bertahan
menjadi L-dopa dan oksidasi L-dopa menjadi dopakuinon, kedua proses ini
maupun faktor internal. Faktor eksternal yang paling sering terjadi adalah paparan
sinar UV dan obat-obatan, sedangkan dari faktor internal adalah hormon dan
berhubungan dengan hormon tersebut, seperti myoma uteri, tumor payudara, kista
Kedua mekanisme ini dibantu oleh hormon peptide dan glikoprotein serta
melibatkan aktivitas cyclic adenosin monophosphat (c-AMP) pada membran sel dan
Saat ini di pasaran banyak produk yang dikenal sebagai krim pencerah.
yaitu: iritasi, rebound phenomenon, dan okronosis. Oleh karena itu penggunaan
hidrokuinon saat ini sudah mulai sangat dibatasi. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu dicari bahan-bahan pemutih kulit lain yang bersifat alami dengan efek
panjang gelombang 290 – 320 nm, dan merupakan sinar ultraviolet yang paling
Kerusakan yang terjadi oleh karena ultraviolet B adalah lebih pada kerusakan DNA
sel yang merupakan kromofornya. Sinar UVB banyak terserap ke epidermis dan
menembus ke papila dermis. Gejala kerusakan yang terjadi akibat penyerapan UVB
Gambar 2.1
Pada paparan sinar UVB tunggal dengan dosis suberitema, gejala eritema
berangsur berkurang dalam waktu 24 jam. Pada paparan berulang akan terjadi efek
kumulatif dan terjadilah eritema. Gejala eritema setelah paparan sinar UV Bakan
terjadi kemudian dalam waktu 3-5 jam dan maksimal pada 12-24 jam kemudian,
dan berkurang dalam 72 jam. Sebelum terjadi eritema maka akan terjadi
kulit 1-μm yang disinari UVB tunggal dengan dosis tiga MED (minimal erythema
dose) terjadi kerusakan sel keratinosit pada 30 menit setelah paparan, dan paling
jelas pada 24 jam kemudian. Setelah 72 jam sel keratinosit yang rusak berubah
menjadi parakeratotik dan pembesaran sel endotel terjadi setelah 30 menit sampai
2.3.1.1 Eritema
kemerahan setelah paparan sinar UV. Eritema yang terbentuk tergantung pada
panjang gelombang UVA. Sinar UVA dibagi menjadi dua, yaitu UVA 1 (340-400
nm) dan UVA 2 (320-340 nm), dimana UVA 2 lebih meningkatkan eritema
dibanding UVA 1. Eritema juga dapat disebabkan oleh paparan sinar UVB, namun
interaksi antara Reactive Oxygen Species (ROS) dengan sel mast yang ada di lapisan
atas dermis. Sel mast akan melepaskan mediator – mediator yang dapat
kerusakan struktural kulit, kerusakan pembuluh darah kulit, pigmentasi yang tidak
2.3.1.2 Pigmentasi
seperti freckles, lentigo, dan melasma (Bauman dan Saghari, 2009). Respon
pigmentasi kulit mengikuti paparan sinar matahari yang terdiri dari reaksi
kulit tergantung panjang gelombang ultraviolet. Eritema yang diinduksi oleh UVB
17
diikuti dengan pigmentasi. Melanisasi yang terjadi akibat paparan kumulatif UVA
bertahan lebih lama dibandingkan yang terjadi akibat paparan UVB. Perbedaan ini
terjadi akibat lokalisasi pigmen yang diinduksi UVA lebih basal (Ardi, 2011).
proses tersebut terdapat peningkatan oxidasi dan distribusi dari melanin yang sudah
terbentuk sebelumnya, terjadi beberapa menit setelah paparan dan bertahan selama
6-8 jam. Paparan sinar UVA dan UVB menghasilkan delay pigmentari darkening,
keratinosit, mulai terjadi 2-3 hari setelah paparan dan bertahan selama 10-14 hari
mengelilingi permukaan inti sel, menyerap proton dan radikal bebas sebelum
bereaksi dengan DNA dan sel-sel lainnya. Paparan sinar matahari yang berlebihan
dan kronis akan menembus kemampuan proteksi kulit ini, sehingga dapat
DNA. Tetapi, apabila kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki maka p53 akan
penekanan sistem imun ini disebabkan oleh kombinasi antara kerusakan DNA,
pengurangan jumlah sel langerhans kulit dan sitokin. Gagalnya proses imun ini
Tabel 2.1
19
Keterangan tabel 2.1: Klasifikasi tipe kulit Fitzpatrick saat ini menyatakan enam
tipe kulit berbeda, warna kulit, dan reaksi terhadap paparan matahari yaitu sangat
terang (tipe kulit I) hingga sangat gelap (tipe kulit VI). Dua faktor utama yang
memengaruhi tipe kulit adalah, disposisi genetik,dan reaksi kulit menjadi cokelat
terhadap paparan matahari (Lloyd, 2009). Kulit berwarna paling sering ditentukan
sebagai fototipe kulit Fitzpatrick IV hingga VI. Tipe kulit tersebut mudah
kecokelatan dan jarang atau tidak pernah terbakar. Sistem penentuan tipe kulit ini
2.3.2.1 Photoaging
paparan kronis sinar UV, kasus ini lebih banyak dibandingkan kanker kulit.
Paparan kronis sinar UV menyebabkan penuaan kulit dini yang ditandai dengan
elastisitas kulit dan aktinik keratosis. Manifestasi klinis ini disebabkan oleh
perubahan dari dermis. Radiasi oleh sinar UVB lebih banyak diserap oleh
keratinosit.
tidak langsung, yaitu dengan terbentuknya ROS, kemudian akan merusak untai
pengaruh UVB terhadap penuaan kulit bersifat langsung, yaitu terjadi cross-
21
Havey, 2010).
2.3.2.2 Fotokarsinogenesis
kronis sinar UV merupakan penyebab 65% melanoma dan 90% kanker kulit
kanker tersebut: skuamous sel karsinoma dan basal sel karsinoma berasal dari
Penelitian menunjukkan bahwa basal sel karsinoma terjadi akibat paparan sinar UV
yang merubah jalur sinyal hedgehog yang merupakan sinyal untuk pertumbuhan sel
2.4 Kulit
alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat
sensitif, serta sangat bervariasipada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuhserta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan
tebalnya. Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6mm) terdapat di telapak
tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.Kulit merupakan
organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan
(Djuanda, 2007).
22
nya secara umum,etnis atau ras, gaya hidup dan usia. Kualitas penampilan kulit
ditentukan oleh warna kulit, tekstur dan bentuk (Fisher et al., 2008).Kulit terdiri
dari 3 lapisan berturut - turut terdiri luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, dan
hipordermis (subkutan). Epidermis terdiri dari 5 lapisan berturut- turut dari luar ke
95% tersusun oleh keratinosit yang terdiferensiasi. Sel - sel lain pada epidermis
Gambar 2.2
Lapisan epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Lapisan ini memberikan
tekstur kulit, kelembaban dan warna kulit. Epidermis disusun oleh lapisan
keratinosit, dimana keratinosit ini dihasilkan dari stem cells yang berada di bagian
yang dihasilkan akan berkembang dan bermigrasi ke atas epidermis, proses ini
maka epidermis menurut Baumann dan Saghari (2009) dibagi menjadi sebagai
berikut:
epidermis. Lapisan ini terdiri dari 10% stem cells, 50% amplifying cells dan
40% postmitotic cells. Secara normal, stem cells membelah perlahan, tetapi
growth factor, stem cells akan membelah dengan cepat. Amplifying cells
2. Stratum spinosum. Lapisan ini terdiri dari 5-12 lapisan mengandung granula
peptida antimikroba. Pada lapisan ini diikat oleh desmosom, yang berfungsi
3. Stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari 1-3 lapisan sel granula
4. Stratum korneum. Lapisan ini terdiri dari 15 lapisan yang sudah tidak
dan protein yang berasal dari granula lamelar. Lapisan ini banyak
Stratum korneum disebut juga lapisan mati, karena sel sudah tidak
mensintesi protein dan tidak dapat menangkap sinyal sel. Fungsi dari lapisan
Beberapa sel lainnya yang terdapat di lapisan epidermis adalah sel melanosit,
yaitu sel dendritik di stratum basal, berfungsi mensintesis melanin. Satu sel
berfungsi sebagai imunitas, dan sel Merkel, fungsinya masih belum jelas, tetapi sel
ini berkaitan dengan serabut saraf dan kelenjar endokrin (Scott dan Bennion, 2011).
dermis. Lapisan atas membran basal adalah tonofilamen sitoplasma dari sel basal
berikatan dengan lamina lusida dan lamina densa dari membran basal. Membran ini
akan mengeluarkan serat fibril yang dapat mengikat serat kolagen di lapisan dermis,
25
sehingga lapisan ini akan membentuk struktur yang kuat dan stabil dalam mengikat
seluruh lapisan epidermis sampai dengan lapisan dermis (Scott dan Bennion, 2011).
Gambar 2.3
Lapisan ini berada di bawah epidermis dengan ketebalan yang jauh lebih
tubuh dari trauma mekanik, mengikat air dan berperan pada termoregulasi dan
perbaikan dan pembentukan kembali kulit setelah perlukaan. Dermis terdiri dari
dua bagian yaitu papila dermis dan retikuler dermis. Papila dermis merupakan bag
ian dermis yang berbatasan langsung dengan epidermis dengan ketebalan tidak
lebih dari dua kalinya, mengandung pembuluh darah dan ujung serabut saraf.
Retikuler dermis menonjol ke hipodermis, terdiri dari serat kolagen, elastin dan
kolagen yang terdapat di lapisan dermis akan semakin berkurang akibat paparan
Gambar 2.4
Lapisan ini berada di bawah lapisan dermis, disebut juga sebagai lemak
subkutan karena terdiri dari sel-sel lemak. Lapisan ini memiliki kolagen tipe I, III
dan V, pembuluh darah, pembuluh saraf dan pembuluh limfe. Fungsi lapisan ini
adalah sebagai cadangan lemak dan panas tubuh (Scott dan Bennion, 2011).
2.5 Melanin
berfungsi sebagai penyerap sinar UV dan penahan radikal bebas sehingga dapat
melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV. Jumlah melanosit akan berkurang
1. Eumelanin
Pigmen ini memberikan warna coklat atau coklat gelap dan hitam. Tidak
mengandung nitrogen dan terjadi oleh karena proses oksidasi dan polimer
2. Feomelanin
Pigmen ini memberi warna cerah, yaitu kuning hingga coklat kemerahan.
mengandung sulfur dan asam amino sistein, terdapat dalam melanosom sferis.Pada
dasarnya pigmen melanin yang terdapat pada kulit, rambut dan mata adalah
Pada ras kulit hitam melanosom berada di stratum basal; satu melanosit
melanosom didegradasi lebih cepat daripada ras kulit hitam oleh karena itu akan
sangat sedikit ditemukan melanin pada stratum korneum ras kulit putih (Kindred
dan Halder, 2010). Distribusi melanosit pada dasarnya memiliki jumlah rata-rata
sama pada semua ras, terdapat 2000/mm2 melanosit pada kulit kepala dan lengan
Gambar 2.5
Proses pematangan melanosit menjadi melanin terdiri dari empat tahap yaitu
pada Tahap I, premelanosom ditandai dengan struktur sferis dan matriks protein
membentuk oval, aktivitas enzim tirosinase meningkat pada vesikel golgi, melanin
melanin.Tahap IV, melanin telah terbentuk sempurna dan matang, dengan panjang
2011).
enzim yang merupakan prekursor inisiasi tirosin, yaitu tirosinase. Enzim tirosinase
berperan dalam proses awal katalisis untuk mengkonversi tirosin menjadi L-3,4-
feomelanin yang berwarna kuning kemerahan, dan merupakan melanin yang larut.
Jika senyawa thiol (sistein dan glutation atau thioredoxin) tidak ada, DQ akan
tidak langsung akan kehilangan asam karboksilat dan 5,6 dihydroxyndole (DHI)
mengkonversi menjadi melanin DHICA berwarna coklat terang. Melanin DHI dan
Rasio antara eumelanin dan pheomelanin ditemui pada tipe kulit V dan IV
lebih tinggi dibandingkan tipe kulit I dan II. Pheomelanin lebih banyak terdapat
pada orang yang berambut merah dan eumelanin banyak terdapat pada orang
30
protein yaitu tirosinase, Trp-1 dan Trp-2. Melanin yang sudah terbentuk di dalam
Gambar 2.6
Melanogenesis pada kulit manusia dipengaruhi oleh banyak hal baik dari
faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang paling sering terjadi adalah
paparan sinar UV dan obat-obatan, sedangkan dari faktor internal adalah hormon
kerusakan DNA akan menstimulasi proses melanogenesis itu sendiri (Kindred dan
Halder, 2010).
Melanosit dan keratinosit memiliki respon yang sangat cepat terhadap sinar
(ACTH), Stem Cell Factor (SCF), steel factor (SLF), basic fibroblast growth factor
factor (GM-CSF), steel factor, leukemia inhibitory factor (LIF), hepatocyte growth
kemudian bekerja sebagai sinyal parakrin yang akan ditangkap oleh reseptor
permukaan sel melanosit antara lain fibroblast growth factor receptor (FGFR),
activated protein kinase (MAPK), protein kinase A (PKA), protein kinase C (PKC),
Gambar 2.7
yaitu protein activated receptor 2 (PAR-2), setelah reseptor ini terstimulasi maka
(Baumann dan saghari, 2009b). Sinar UVA akan menstimulasi pigmentasi hingga
terbentuk tanning, namum efek nya hanya sementara, dibanding UVB yang efeknya
jauh lebih lama. Sinar UVA harus bereaksi terlebih dahulu dengan fotosensitiser
endogen (flavin, porforin, melanin) sedangkan UVB dengan kuinon dan flavin yang
spektrum sinar UV akan bereaksi dengan target molekul di dalam sel yaitu molekul
33
kromofor. Molekul kromofor yang akan menyerap sinar UV ini adalah basa asam
nukleat yaitu purin dan pirimidin, dan protein yaitu triptofan dan tirosin.
Produk-produk yang dihasilkan oleh DNA setelah terpapar UVB telah banyak
melanin secara langsung juga dapat disebabkan oleh nitric oxide (NO), telah
diketahui bahwa NO adalah molekul messenger intra dan interseluler, yang akan
Gambar 2.8
berkurang, jumlah sel melanosit akan berkurang 10% per dekade. Proses ini juga
diikuti dengan menurunnya vaskularisasi di kulit sehingga kulit terlihat lebih pucat.
(Ardi, 2011)
hormon estrogen, progesteron dan MSH. Hormon seks steroid dapat meningkatkan
gen transkripsi yang mengkode enzim melanogenik yaitu TYR dan DCT.Sel
melanosit memiliki reseptor estrogen baik di sitosol maupun inti sel, sedangkan dari
hasil sebuah penelitian menyatakan bahwa hormon estrogen dapat bekerja pada sel
general transcription factor (GTF) untuk proliferasi dan diferensiasi sel. Estrogen
memiliki fungsi yang berbeda-beda berdasarkan tipe sel yaitu keratinosit, fibroblas
keratinosit, yang juga akan meningkatkan sekresi GM-CSF (Costin dan Hearing,
2007).
35
Gambar 2.9
normal diubah menjadi melanin. Bahan-bahan metal seperti arsen, bismuth, emas
dan perak akan berikatan dengan sulfihidril, dimana sulfihidril ini sebenarnya
diduga akibat toksisitas langsung bahan tersebut terhadap melanosit (Costin dan
Hearing, 2007).
sel-sel inflamasi lainnya untuk memproduksi sitokin dan mediator inflamasi, seperti
Mekanisme kerja mediator inflamasi ini masih belum jelas, namun terdapat
2.6.1 Lentigo
Lentigo disebut juga lentigo solaris atau liver spots. Lesi ini mengenai 60%
dari usia lanjut. Patofisiologi lentigo yaitu adanya proliferasi melanosit yang
terdapat pada daerah dermo-epidermal junction. Mula – mula tampak bercak kecil
dengan ukuran kurang dari 1mm, berwarna coklat muda – kehitaman, berbentuk
timbul di daerah kulit yang terpapar sinar matahari seperti wajah, punggung tangan,
Bercak pigmentasi berwarna coklat terang dengan ukuran lebih kecil dari
lentigo, permukaannya rata dengan kulit. Biasanya terdapat di daerah kulit yang
terpapar sinar matahari. Perbedaannya dengan lentigo, pada freckles sel melanosit
normal akan tetapi produksi pigmen melanin meningkat di lapisan basal epidermal
2.6.3 Melasma
melasma pada daerah wajah karena memiliki jumlah melanosit epidermal yang
lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya. Gambaran klinis berupa bercak
ireguler di wajah, berwarna coklat muda sampai coklat tua dengan batas tegas dan
(63% : dahi, hidung, dagu, di atas bibir), malar (21% : hidung dan pipi), dan
diklasifikasikan sebagai tipe epidermal, dermal dan campuran, tetapi sebagian besar
pasien melasma memiliki distribusi melanin di epidermis bagian basal dan dermis
Faktor- faktor risiko yaitu adanya riwayat sunburn atau terpapar sinar UV berlebih,
banyak terjadi pada kulit putih. Melanoma maligna mempunyai 3 bentuk yaitu
mediator inflamasi seperti NO, histamin dan PGE2, sehingga akan menimbulkan
2.6.6 Okronosis
(ochronotic) pada pars papilaris dermis. Kelainan ini paling sering terjadi pada
setelah penggunaan anti malaria, produk mengandung resorsinol, fenol, air raksa,
(Bruce, 2013).
aloevera. Senyawa ini akan menghambat enzim tirosinase dengan dua cara,
adalah asam kojik memiliki efek pengawet dan antibiotik sehingga bahan
dan cincin pyrane, lebih dari 4000 flavonoid telah diidentifikasikan dari
radikal bebas ini, sehingga proses melanogenesis yang dipicu oleh adanya
Gambar 2.10
kulit yang disintesis pada melanosom yaitu organela khusus pada melanosit
yang terletak pada lapisan basal epidermis. Sintesis melanin dimulai dengan
42
dikatalisis oleh tirosinase. DOPA quinone kemudian akan diubah menjadi DOPA
eumelanin yaitu melanin berwarna hitam dan juga coklat. Pada proses tersebut,
epidermal di sekitar melanosit maka akan terjadi pigmentasi kulit. Dari uraian
di atas tampak bahwa enzim utama dalam sintesis melanin adalah tirosinase.
1. Niasinamid, disebut juga sebagai nikotinamid merupakan zat aktif dari vitamin
Niasinamid dapat menurunkan pigmentasi kulit hingga 24% (Gu et al., 2014).
2. Kedelai, memiliki protein yang dapat mencerahkan kulit yaitu soybean trypsin
1. Asam azeleat, walaupun asam azeleat secara klinis telah terbukti dapat
monobenzon dipakai untuk pengobatan vitiligo, agar warna kulit putih merata
2.7.4 Antioksidan
Antioksidan adalah zat atau senyawa alami yang dapat melindungi sel tubuh
dari kerusakan dan penuaaan yang disebabkan oleh radikal bebas. Secara alami
tubuh kita memiliki antioksidan endogen yang dihasilkan sendiri oleh tubuh.
pola hidup yang dijalani masing-masing individu, serta faktor usia. Sistem
alami yang dihasilkan tubuh atau disebut pula sebagai antioksidan primer,
(Lingga, 2012).
b. Katalase, yang bekerja sebagai katalisator H2O2 menjadi H2O dan O2.
mengkatalisir H2O.
45
sistein.
jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk dalam famili
panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat,
pertulangan menyirip, warna hijau tua dan merupakan tumbuhan khas di wilayah
Asia Tenggara . Nama jengkol di daerah sebagai berikut: Riau: Joghing, Gayo:
Gambar 2.11
untuk digunakan dalam kehidupan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Madihah
pada tahun 2017 mengenai Uji toksisitas akut ekstrak etanol kulit buah jengkol
terhadap tikus wistar. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa Biji dan
kulit buah jengkol diketahui memiliki senyawa aktif yaitu Flavonoid, dan alkaloid.
utami (2007) pada biji jengkol menghasilkan bahwa Ekstrak Etanol 70% biji
jengkol mempunyai aktivitas daya reduksi terhadap ion ferri yang kemungkinan
disebabkan adanya senyawa Flavonoid dan polifenol dari serbuk biji jengkol.
47
menghasilkan bahwa jengkol mengandung unsur kimia Tanin, fenol, Flavonoid dan
Hasil dari analisis fitokimia tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Flavonoid merupakan turunan benzopyrane yang memiliki cincin fenol dan cincin
pyrane, lebih dari 4000 flavonoid telah diidentifikasikan dari berbagai tanaman.
berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas ini, sehingga proses
melanogenesis yang dipicu oleh adanya ROS dapat dihambat dan dinetralisir (
Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu antioksidan yang poten
dan telah terbukti dapat meminimalkan eritema dan terbentuknya sel sunburn
setelah paparan sinar UV. Potensi antioksidan pada bahan topikal inilah yang
terbukti dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV. Vitamin C
terdiri dari 6 rantai karbon lakton yang disintesis dari glukosa di dalam hepar
sehingga gangguankulit dan kanker kulit tidak terjadi. Polifenol memiliki efek anti
48
fungsi sel. Oleh karena itu, polifenol dapat menghambat terjadinya proses
Pada lapisan epidermis, sinar UVB dapat menghasilkan ROS terutama dari
berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas ini, sehingga proses
melanogenesis yang dipicu oleh adanya ROS dapat dihambat dan dinetralisir.
senyawa fenolik. Tanin dapat mencegah kerusakan oksidatif DNA dengan dua cara
yaitu mengikat logam terutama besi dan secara langsung menangkal radikal bebas.
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales
Suku : Fabaceae
Genus : Pithecellobium
dan kuinon fenolik juga tertdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan
polimer penting alam tumbuhan lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa
polifenol dan kadang - kadang satuan fenolik dijumpai pada protein, alkaloida, dan
(misalnya lignin sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen
kemampuan untuk mereduksi. Diduga Zat aktif yang berkhasiat sebagai antioksidan
apabila senyawa tersebut berfungsi sebagai reduktor yang dapat dan mudah
Penelitian yang dilakukan oleh Zakky dan Wahyu (2007) bahwa biji
antioksidan karena ketiga senyawa tersebut dengan gugus –OH yang terikat pada
Gambar 2.12
menjadi orto-kuinon.
Penghambat enzim tirosinase dibagi menjadi 4 grup oleh Chang (2009) yaitu:
didapat, tidak mahal, mudah penanganannya dan cepat berkembang biak. Syarat
hewan yang digunakan untuk penelitian farmakologi harus jelas fisiologinya, bebas
dari penyakit, didapat dari breeding center yang baik (Fatchiyah, 2013).Etika pada
Etik Penelitian Kedokteran Tahun 1986. Salah satu butir dalam etika tersebut
adalah bila percobaan menimbulkan sesuatu yang lebih dari sekedar rasa nyeri atau
penderitaan ringan dalam waktu singkat, harus dilakukan dengan premedikasi yang
memadai dan dianestesi sesuai dengan praktik kedokteran hewan yang lazim. Pada
butir yang lainnya dijelaskan bahwa pada akhir percobaan, hewan yang akan
menanggung nyeri hebat atau kronik penderitaan, rasa tidak enak, cacat yang tidak
dapat disembuhkan, harus dibunuh dengan cara yang layak (Fatchiyah, 2013).
terhadap manusia, oleh karena itu marmut banyak digunakan pada penelitian.Warna
52
kulit marmut beragam karena marmut memiliki melanin, baik dari jenis eumelanin
dan pheomelanin, tetapi ada juga yang albino. Karakter marmut lebih penakut
dibandingkan mencit dan kelinci. Marmut jarang menggigit, tidak dapat melompat
atau memanjat, oleh karena itu dalam pemeliharaannya secara berkelompok lebih
mudah karena ketidakmampuannya untuk melarikan diri. Berat lahir marmut adalah
75-100 gram, berat usia dewasa betina 450 gram, sedangkan jantan 500 gram
(Suryanto, 2012).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Hystricomorpha
Family : Caviidae
Subfamily : Caviinae
Genus : Cavia
Species : Cavia Porcellus
Gambar 2.13
Marmut (Cavia porcellus)(Suryanto, 2012)
53
54