Anda di halaman 1dari 6

REVEW JURNAL

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI HEPAR DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSART BLU


RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE MARET – JUNI 2014

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Ultrasonografi Dasar


Dosen Pengampu:
1. Edy Susanto, SH, S.Si, M.Kes
2. dr. Soegimin Ardi Suwarno, Sp.Rad
3. Rizki Amalia, S.ST, M.Tr.ID
4. Akhmadi, S.ST, M.Si

Disusun Oleh:

Anisa Rahmawati
P1337430319043 (2A)

PRODI RADIOLOGI PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA JURUSAN


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2021
A. Nama Penulis
Rahadiyan Hadinata, Elvie Loho, Johan F. J. Timban
B. Judul Jurnal
“Gambaran Ultrasonografi Hepar di Bagian Radiologi FK Unsart BLU RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode Maret – Juni 2014”
C. Ringkasan
1. Pendahuluan
Ultrasonografi merupakan salah satu modalitas penunjang dalam
mendiagnosa penyakit hepar. Ultrasonografi menjadi pemeriksaan yang akurat,
karena mampu menentukan penyakit hati lokal atau difus, staging tumor
primer, mendeteksi deposit sekunder, sebagai penunjang biopsi hepar, serta
kalkulus dan jaundice. Menurut WHO, penyakit hepar merupakan salah satu
penyakit kronik yang telah menjadi penyebab kematian terbesar di beberapa
negara di dunia. Penyakit hepar yang diderita terdiri dari berbagai jenis, seperti
sirosis hepar, obese, perlemakan hepar sederhana, dan Non Alcoholic Steato
Hepatitia (NASH).
Salah satu negara dengan kematian tertinggi akibat hepar adalah
Indonesia. Kematian akibat penyakit hepar di Indonesia menduduki peringkat
ke tiga setelah penyakit infeksi yang menempati urutan pertama, dan penyakit
paru pada urutan kedua. Kaus penyakit hepar yang paling sering ditemukan
diantaranya hepatitis akut, sirosis, kanker, dan obses dimana hepatitis dan
sirosis menduduki urutan keatas sebagai penyebab kematian tertinggi.
Hepatitis dan sirosis juga menempati posisi teratas pada salag satu
Provinsi di Indonesia, yakni Provinsi Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara,
tercatat kasus hepatitis dan sirosis mengalami peningkatan selama 5 tahun,
yakni dari tahun 2007 sampai tahun 2013 sebanyak 1,1%. Berdasarkan
penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2014, tercatat
prosentase kasus sirosis hepar mencapai 42,9% yang mana angka tersebut
didapat berdasarkan study terhadap pasien dengan diagnosis sirosis hepar,
pada rentang usia 46-75 tahun.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa berbagai jenis kasus
penyakit hepar terus mengalami peningkatan, terutama kasus hepatitis dan
sirosis. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Maret – 30 Juni 2014 terkait penyakit
hepar dengan modalitas penunjang pemeriksaan berupa ultrasonografi.

2. Metode Penelitian
Penelitian yang dilangsungkan pada bulan November sampai
Desember 2014 tersebut menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan
memanfaatkan data sekunder berupa catatan medik pasien dengan klinis
penyakit hepar yang ada di Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
pada periode 1 Maret – 31 Juni 2014. Subjek penelitian berupa lembar
permintaan dan jawaban pasien penderita nephrolithiasis. Gambaran hasil
ultrasonografi hepar, diagnosa klinis, kelompok umur dan jenis kelamin,
digunakan sebagai variabel penelitian. Data data tersebut kemudian
dikelompokan menjadi 3 yaitu, berdasar diagnosa klinis, umur, dan jenis
kelamin. Masing – masing kelompok data tersebut, dikelompokan lagi
berdasarkan diagnosa klinis penyakit hepar, kemudian dilakukan perhitunggan
sehingga didapatkan prosentasenya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan data yang dikumpulkan, didapatkan sebanyak 77 sampel
gambaran hasil ultrasonografi pasien dengan penyakit hepar yang kemudian
dikelompokan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Kategori pertama,
berdasarkan diagnosa klinis didapatkan 8 kelompok penyakit hepar dengan
kasus berupa fatty liver menempati urutan teratas yakni dengan prosentase
37,7% (29 gambaran) dari 77 sampel gambaran. Selanjutnya diikuti oleh sirosis
hati 26,0% (20 gambaran), hepatomegaly 15,6% (12 gambaran), hepatoma
7,8% (6 gambaran), hepatitis 6,5% (5 gambaran), metastase hati 3,9% (3
gambaran), serta kista dan abses yang masing-masing memiliki prosentase
1,3% (1 gambaran). Hal ini membuktikan kesesuaian dengan teori yang
menyatakan bahwa modalitas ultrasonografi memiliki kemampuan yang baik
dalam memvisualisasikan fatty liver secara jelas pada pemeriksaan penyakit
hepar.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di dunia,
diketahui bahwa penyakit hepar seperti hepatomegaly dan hepatitis lebih
banyak diderita oleh laki laki. Sedangkan perempuan, cenderung lebih banyak
menderita metastase hepar. Hal ini dikarenakan pada laki-laki tidak terdapat
hormon untuk menekan inflamasi, yakni hormone estrogen. Selain itu,
penelitian juga membuktikan bahwa penyakit hepar mayoritas diderita oleh
orang usia 40-50 tahun. Beberapa sebab diantaranya ialah pola hidup tidak
sehat yang dijalani, serta minimnya aktivitas atau olahraga.
Kategori kedua, berdasarkan kelompok umur. Berdasarkan penelitian
tersebut, didapatkan data pasien yang menderita penyakit hepar terbanyak
pada usia 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan 56-65 tahun, dengan prosentase
masing-masing 23,4% atau 18 orang. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di dunia, dibuktikan bahwa penyakit hepar diderita oleh orang usia
lanjut (60-70 tahun). Hal ini disebabkan oleh ukuran hepar yang semakin
mengecil serta penurunan aliran darah ke hepar seiring bertambahnya usia,.
Pengurangan ukuran hepar terjadi pada usia 20-70 tahun sebesar 25%.
Kategori ketiga, berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian
tersebut, didapatkan data bahwa penderita penyakit hepar terbanyak dialami
oleh laki – laki dengan prosentase 57,1% atau 44 orang. Sedangkan
prosentase penyakit hepar pada perempuan sebanyak 42,9% atau 33 orang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prieto, yang
membuktikan penyakit hepar terbanyak diderita oleh laki – laki. Hal ini
dikarenakan pada laki-laki tidak terdapat hormon estrogen seperti halnya pada
perempuan. Sehingga tidak ada hormon sitokin yang mampu menekan
inflamasi. Penyakit hepar pada perempuan, akan meningkat setelah memasuki
masa menopause. Hal ini dikarenakan pada masa manopouse, kadar hormon
estrogen dalam tubuh mengalami penurunan. Sehingga fungsi sitokin dalam
menekan inflamasi juga mengalami penurunan.

4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bagian Radiologi FK
UNSRAT/SMF Radiologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1
Maret hingga 30 Juni 2014 tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
penyakit hepar mayoritas diderita oleh laki-laki, yang pada penelitian tersebut
didapatkan prosentase sebanyak 57,1%. Penyakit hepar juga banyak diderita
pasien pada umur 36-65 tahun. Salah satu faktor penyebab diantaranya
penurunan gaya hidup sehat. Berdasarkan 77 sampel data penyakit hepar
yang digunakan, urutan pertama ditempati oleh faaty liver sebayak 29
gambaran, sirosis hepar dengan 20 gambaran, hepatomegaly dengan 12
gambaran, hepatoma dengan 6 gambaran, hepatitis dengan 5 gambaran,
metastase hati dengan 3 gambaran, kista hepar dan abses hepar yang masing
– masing 1 gambaran.

5. Saran
Pencegahan sejak dini perlu dilakukan guna menghindari penyakit
hepar. Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya seperti: menghindari
konsumsi alcohol yang berlebih, menjaga pola hidup sehat, serta olahraga
secara teratur. Bagi yang mengalami gejala atau keluhan seperti nyeri
abdomen kronik, sebaiknya segera pergi ke rumah sakit untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, agar dapat diketahui penyebab dari gejala tersebut,
sehingga dapat dilakukan tindakan yang cepat dan tepat. Pemeriksaan yang
bisa dilakukan contohnya ultrasonografi. Selain itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pemeriksaan ultrasonografi khususnya pada abdomen,
agar kajian mengenai pemeriksaan terebut semakin banyak dan dapat
digunakan sebagai literatur.

D. Komentar
Pemeriksaan ultrasonografi hepar dapat dijadikan salah satu pilihan
modalitas untuk menunjang diagnosa penyakit hepar, karena memiliki hasil
gambaran yang akurat, aman, serta tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien
yang diperiksa. Ultrasonografi hepar mampu menampakkan bagian-bagian dari
hepar dan organ di sekitarnya seperti empedu dan pankreas dengan jelas. Hal
penting sebelum melakukan pemeriksaan hepar yakni, pasien harus dipastikan
untuk berpuasa selama kurang lebih 8 jam untuk membersihkan dari facial
material.
Kelainan yang ada pada hepar seperti fatty liver, hepatomegaly, hepatitis,
sirosis hepar, abses hepar, dan lain sebagainya, mampu diperlihatkan
menggunakan ultrasonografi. Penyakit hepar dapat diderita oleh laki-laki maupun
perempuan dari berbagai usia. Berdasarkan penelitian di dunia, dibuktikan bahwa
penyakit hepar terbesar diderita oleh laki-laki dibanding perempuan. Penyakit ini
juga banyak menyerang pada usia lanjut, yakni pada kisaran umur 60-70 tahun.
Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang biasanya terjadi pada usia-
usia lanjut, dimana orang sudah mulai jarang berolahraga dan banyak
mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi, sehingga mempengaruhi fungsi
hepar.
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu untuk
menjaga kesehatan tubuh. Upaya yang dapat dilakukan seperti menjaga pola
hidup sehat, makan makanan yang bergizi dan seimbang, serta berolahraga
secara rutin. Dengan begitu, kesehatan tubuh akan lebih terjaga dan terhindar dari
berbagai penyakit.

Anda mungkin juga menyukai