Anda di halaman 1dari 12

PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN AJARAN 2019/2020

KELOMPOK :

RIVANDI 118 079

BOMBOM SEPTONIKO 118 106

MUKTI JANI PURNAMA 118 074

ABPIN MANDALA PUTRA 193030303185

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Paper yang berjudul Penagihan pajak dengan surat pasaksa
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Perpajakan Selain itu, Paper ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pajak penghasilan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maureen Marsenne,SE.,M.Ak, selaku dosen Perpajakan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan paper ini.

Saya menyadari, paper yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan paper ini.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.    Latar Belakang............................................................................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK.....................................................................................................2
1. Pengertian Pejabat.....................................................................................................................2
2. Pengertian Jurusita.....................................................................................................................2
B. PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS.........................................................................................2
1. Pengertian Penagihan Seketika dan Seekaligus.........................................................................2
C. SURAT PAKSA.................................................................................................................................3
1. Pengertian Surat Paksa..............................................................................................................3
2. Surat Paksa Diterbitkan Apabila.................................................................................................3
D. PENYITAAN...................................................................................................................................3
1. Pengertan Pennyitaan...............................................................................................................3
D. LELANG......................................................................................................................................4
1. Pengertian Lelang......................................................................................................................4
E. PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN.................................................................................4
1. Pengertian Pencegahan dan Penyanderaan..............................................................................4
F. GUGATAN......................................................................................................................................5
1. Penjelasan Gugatan.......................................................................................................................5
G. PERMOHONAN PEMBETULAN ATAU PENGGANTAN.....................................................................5
1. Penjelasan Permohonan Pembetulan Atau Penggantian...........................................................5
H. KETENTUAN PIDANA.....................................................................................................................5

iii
1. Penanggung Pajak dilarang :..........................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
PENUTUP.............................................................................................................................................6
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................6
B. SARAN............................................................................................................................................6
DAFTA PUSTAKA..............................................................................................................................7

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penagihan pajak merupakan salah satu perhatian utama para pihak di pemerintahan, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Secara garis besar, Penagihan pajak merrupakan serangkaian
upaya atau tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan mengatur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melakukan
penyanderaan, menjual barang-barang yang telah disita.

Tujuan penagihan pajak di dalam instansi pemerintahan antara lain adalah untuk menjaga
kestabilan pendapat keuangan baik di daerah maupun pusat. Karena pajak merupakan salah
satu sumber pendapatan negara. Harus diakui bahwa kesadaran masyarakat dalam
pembayaran pajak masih sangat kurang. Salah satu penyebab tidak lancarnya pembayaran
pajak adalah karena ketidakjelasan dari sistem pembayaran pajak itu sendiri yang digunakan
selama ini dan tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai inisiatif,
aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat dan potensi sumberdaya yang dimilikinya.

Dalam tiap-tiap masyarakat, ada hubungan antara manusia dengan manusia, dan selalu ada
peraturan yang mengikatnya yaitu hukum. Hukum mengatur tentang hak dan kewajiban
manusia. Hak untuk memperoleh gaji / upah dari pekerjaan membawa kewajiban untuk
menghasilkan atau untuk bekerja. Demikian juga dengan pajak, hak untuk mencari dan
memperoleh penghasilan sebanyak-banyaknya membawa kewajiban menyerahkan sebagian
kepada negara dalam bentuk untuk membantu negara dalam meninggikan kesejahteraan
umum. Begitu pula hak untuk memperoleh dan memiliki gedung, mobil dan barang lain
membawa kewajiban untuk menyumbang kepada negara.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu pejabat dan jurusita pajak.
2. Untuk mengetahui apa itu penagihan seketika dan sekaligus.
3. Untuk mengetahui apa itu surat paksa.
4. Untuk mengetahi apa itu penyitaan.
5. Untuk mengetahui apa itu lelang.
6. Untuk mengetahui apa itu pencegahan dan penyanderaan.
7. Untuk mengetahui apa itu gugatan.
8. Untuk mengetahui apa itu permohonan pembetulan atau penggantian.
9. Untuk mengetahui apa itu ketentuan pidana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK

1. Pengertian Pejabat

Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak,
menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, dan surat lain yang
diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak.

2. Pengertian Jurusita
Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan
sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas Jurusita Pajak:

-Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

-Memberitahukan Surat Paksa

-Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah


Melaksanakan Penyitaan

-Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

B. PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

1. Pengertian Penagihan Seketika dan Seekaligus


Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh
Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.

2. 2. Surat Paksa Diterbitkan Apabila

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;

2
b. terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus; atau

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagimana tercantum dalam keputusan


persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

3.Surat Perintah Penagihan seketika dan Sekaligus Sekurang-Kurangnya Memuat

a.Nama wajib pajak,atau nama wajib pajak dan penanggung pajak.

b.Besarnya utang pajak.

b.Perintah untuk membayar.

c.Saat pelunasan pajak

Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan surat
paksa.

C. SURAT PAKSA
1. Pengertian Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak
berdasarkan Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.

2. Surat Paksa Diterbitkan Apabila


a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksankan penagihan seketika dan sekaligus.

c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam


keputusan perseujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

3. Surat Paksa Sekurang-Kurangnya meliputi

a. Nama wajib pajak dan Penanggung pajak.

b. Dasar penagihan.

c. Besarnya utang pajak.

d. Perintah untuk membayar.

D. PENYITAAN

1. Pengertan Pennyitaan
Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak,
guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-

3
undangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 1 ayat (14) Undang-Undang Republik
Indonesia No 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Barang Yang Disita

Objek sita dapat berupa barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan
penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau barang tidak bergerak termasuk tanah,
bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu. Melalui Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, JSPN akan menyegel/menyita barang-barang tersebut dengan memberikan
Berita Acara Pelaksanaan Sita.

D. LELANG

1. Pengertian Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara menawarkan harga
secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon
pembeli.Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat
14(empat belas) hari setelah pengumuman lelang melalui media massa.

Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang
belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.Dalam hal penjualan secara
lelang,biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari pokok lelang dan secara
tidak lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu persen )dai hasil penjualan.Besar
biaya penagihan pajak adalah Rp50.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap
pemberitahuan surat paksa dan Rp100.000,00 (seratus ribu) untuk setiap pelaksanaan
surat pemerintah melaksanakan penyitaan.

E. PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN

1. Pengertian Pencegahan dan Penyanderaan


a. Pencegahan  adalah  larangan  yang  bersifat  sementara terhadap  Penanggung  Pajak 
tertentu  untuk  keluar  dari wilayah Negara Republik  Indonesia berdasarkan alasan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencegahan  sangat  selektif  dan  hati-hati.  Tidak  boleh sewenang-wenang, diberikan


syarat-syarat yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Syarat  Kualitatif  tunggakan  sebesar  Rp100.000.000,00  dan syarat kuantitatif adalah

4
diragukan itikad baiknya.

Pencegahan  terhadap  Penanggung  Pajak  tidak mengakibatkan  hapusnya  utang 


pajak  dan  terhentinya pelaksanaan penagihan pajak. 

b. Penyanderaan  dalam  rangka  penagihan  pajak  dengan Surat  Paksa  di  Indonesia 
merupakan  salah  satu  upaya penagihan  pajak  yang  wujudnya  berupa  pengekangan
sementara waktu  terhadap  kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya  di 
tempat  tertentu,  yaitu  rumah tahanan negara yang terpisah dari tahanan lain. 

F. GUGATAN
1. Penjelasan Gugatan
Gugatan penanggung pajak terhadap pelanksanaan surat paksa,surat perintah
melaksankan penyitaan,atau pengumuman lelang hanya dapat diajukan kepada
pengadilanpajak.Dalam hal gugatan pelanggan pajak dikabulkan ,penanggung pajak
memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat paling banyak
Rp5.000.000,00 (lima juta rupia) .Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan
keputusan menteri keuangan atau keputusan kepala daerah.Gugatan diajukan dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak surat paksa,surat perintah melaksanakn
penyitaan,atau pengumuman lelang dilaksanakan.

G. PERMOHONAN PEMBETULAN ATAU PENGGANTAN


1. Penjelasan Permohonan Pembetulan Atau Penggantian
Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau pergantian kepada
pejabat terhadap surat teguran atau surat peringatan atau surat lain sejenis,surat perintah
penagihan seketika dan sekaligus,surat paksa,surat perintah pelaksanaan penyitaan ,surat
perintah penyanderaan ,pengumuman lelang dan surat penentuan harga limit yangdalam
penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan .Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak
tanggal diterima permohonan tersebut ,pejabat harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan.Apabila dalam waktu tersebut pejabat tidak memberi
keputusan ,permohonan penanggung ajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda
untuk sementara waktu.Tndakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah
kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh pejabat.Dalam halpermohanan tesebut
ditolak ,tindakan pelaksaan penagihan pajak dilanjutkan sesuai jangka waktu semula.

H. KETENTUAN PIDANA
1. Penanggung Pajak dilarang :
Memndahkan hak, memindahtangankan, meyewakan,
meminjam,menyempunyikan’mehilang atau merusakan barang yang telah disita.

Membebani barang tdak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu.

Membebani barang bergerak yang telah disita dengan peducia atau diagunkan untuk

5
pelunasan utang tertentu .

Merusak,mencabut,atau menghilangkan segel sita atau salinan berita acara pelaksanaan


sita yang telah ditempel pada barang sitaan.

Penanggung pajak melanggar ketentuan ini dipidanakan dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).Setiap orang yang dengan sengaja tidakan menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut undang- undang ,atau dengan sengaja mencegah ,menghalang-
halangi,atau menggagalkan tindakan dalam pelaksanaan ketentuan undang -undang yang
dilakuan oleh Jurusita Pajak ,dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat )
tahun bulan 2 (dua) minggu dan denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha dalam
negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk
memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara
berkewajiban membayar pajak kepada negara.

Penagihan pajak merupakan serangkaian upaya yang dilakukan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melakukan penyanderaan, serta
menjual barang-barang yang telah disita. Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi
2 yaitu penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Penagihan pajak pasif
merupakan penagihan pajak yang dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak
atau Surat Ketetapan Pajak. Sedangkan Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari
Penagihan Pajak Pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam
arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti
dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak,
sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib
pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga
kepadanya diwajibkan pajak.

B. SARAN
Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara demi

6
terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara. Yang paling penting agar penagihan
pajak itu dapat berjalan dengan baik adalah partisipasi dari seluruh elemen masyarakat.
Dengan begitu jalannya penagihan pajak di suatu wilayah akan dapat terlaksana dengan
baik. Dan semua proses penyelenggaraan negara pun akan dapat berjalan dengan lancer
tanpa terkendala sedikit pun. Partisipasi aktif tersebut baik dari pihak-pihak yang dikenai
pajak maupun aparat penegak hukum yang bertindak sebagai penagih pajak.

DAFTA PUSTAKA
Mardiasmo,2018.Perpajakan.Yogyakarta:ANDI

7
8

Anda mungkin juga menyukai