Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Pusaka, Vol. 2, No.

1, 2014

Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam Kuno

Measuring the Existence of Ancient Tomb’s Ornaments

Meisar Ashari
Prodi. Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universutas Muhammadi-
yah Makassar. Jl. Sultan Alauddin Km. 7 No. 259 Gedung AB Lantai III
Meisar.ashari@yahoo.com
Info Artikel Abstract
Artikel ini adalah hasil penelitian tentang peninggalan warisan kebudayaan fisik
yang juga merupakan produk kesenian peninggalan kejayaan kerajaan Islam abad
XVII-XIX. Oleh karena itu ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam
menakar eksistensi estetika ornamen makam kuno. Pertama konteks estetika yang
mencakup bentuk, keahlian dan gaya. Kedua adalah konteks makna (meanings),
yang mencakup pesan dan kaitan lambang-lambangnya (symbolic value).
Penelusuran nilai estetika pada bentuk dan fungsi ornamen makam adalah untuk
menggali makna yang mengendap dibalik sebuah karya, dengan demikian
eksistensi ornamen dianalisis berdasarkan interaksi dan interpretasi analisis melalui
Diterima pendekatan estetika arkeologi. Interaksi analisis dilakukan untuk mendapatkan
23 intersubjektif dari data-data yang dihasilkan dengan menggunakan riset etik atau
Januari berdasarkan data pada kajian pustaka atau berdasarkan pengetahuan dan pendapat
2014 dari peneliti. Hasil analisis diketahui bahwa eksistensi ornamen makam adalah
selain sebagai identitas budaya masyarakat setempat juga sebagai gudang
Revisi I informasi yang dikomunikasikan melalui simbol-simbol visual dalam pola atau
25 motif pada ornamen makam.
Februari
2014 Kata Kunci: Eksistensi, Estetika, ornamen makam.
Revisi II This article is the result of research on physical cultural heritage heritage is also a
23
product of the triumph of art heritage of the Islamic empire XVII-XIX century.
Maret
2014
Therefore, there are two aspects that need to be considered in the art of measuring
the existence of aesthetic trappings of ancient tombs. First aesthetic context that
Disetujui includes shape, craftsmanship and style. The second is the context of meaning
22 (meanings), which includes the message and link the symbols (symbolic value).
April Search aesthetic value on the form and function of the tomb ornament is to explore
2014 the meaning of that settles behind a work, thus the existence of ornaments were
analyzed by analysis of interaction and interpretation of archaeological aesthetic
approach. Interaction analysis is performed to obtain intersubjective of the data
generated by the use or conduct research based on data on the study of literature
or based on the knowledge and opinions of researchers. The results of analysis
show that the existence of ornaments tomb is in addition to the cultural identity of
the local community as well as a repository of information that is communicated
through visual symbols in the pattern or motif on the tomb ornaments.

Keywords: Existence, Aesthetics, ornaments tomb.

73
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

PENDAHULUAN budaya tersebut. Salah satu diantara-


nya adalah makam raja-raja pe-
Ornamen Makam sebagai Mani- ninggalan kepurbakalaan Islam
festasi Kebudayaan Bugis kerajaan Bugis pada abad XVII-XIX,
Sulawesi Selatan terdiri atas seperti yang terdapat pada kompleks
tiga etnis suku bangsa, Toraja, makam kuno raja-raja Lamuru dan
Makassar dan Bugis, ketiganya Bone di Kabupaten Bone serta
memiliki potensi budaya, kesenian, kompleks makam kuno Jera‘ Lom-
unsur-unsur tradisi serta peninggalan poe di Kabupaten Soppeng.
sejarah dan prasejarah (Purbakala). Keberadaan makam raja-raja
Etnis Bugis adalah suku bangsa yang Bugis menjadi salah satu warisan
memiliki populasi penduduk dan kebudayaan fisik yang juga meru-
wilayah terbesar di daerah Sulawesi pakan produk kesenian masa lampau.
Selatan, sehingga masyarakat Bugis Kesenian tidak pernah lepas dari
sangat dikenal sebagai gudang aja- masyarakat sebagai salah satu unsur
ran-ajaran dan norma-norma yang penting kebudayaan, dan kesenian
dipersatukan dalam kelompok ma- adalah ungkapan kreativitas (Umar
syarakatnya, seperti adat istiadat, Kayam 1981:38). Oleh karena itu ada
agama dan sistem kepercayaan, dua aspek kesenian yang perlu
status sosial cita rasa keindahan diperhatikan, yaitu konteks estetika
(estetika), serta keterampilan, yang atau penyajiannya yang mencakup
senantiasa berpedoman kepada bentuk dan keahlian yang melahirkan
ajaran nenek moyang masa lalu yang gaya. Yang kedua adalah dalam
saat ini banyak dipengaruhi oleh konteks makna (meanings), yang
ajaran Islam. Maka dalam setiap mencakup pesan dan kaitan lambang-
kebudayaan yang terkandung di lambangnya (symbolic value). Dalam
dalamnya seperti norma-norma dan rangka konteks inilah pendekatan
nilai-nilai kehidupan itulah menjadi masalah kesenian hendaknya dipa-
pedoman bagi tiap individu pen- hami. Tidak mungkin orang bicara
dukung kebudayaan tersebut, se- kesenian tanpa memperhatikan ben-
hingga ajaran-ajaran, nilai-nilai serta tuk, wujud, dan gayanya. Begitupun
norma-norma pada masyarakat Bugis sebaliknya, tidak mungkin orang
terintegrasi menjadi unsur-unsur bicara soal kesenian tanpa mem-
kearifan lokal (lokal wisdom). perhatikan pesan-pesan yang ter-
Kedudukan kearifan lokal kandung secara simbolis, di samping
begitu sentral, karena merupakan kegiatan kesenian itu sendiri meru-
kekuatan yang mampu bertahan pakan wujud fungsionalisasinya dari
terhadap unsur-unsur yang datang subsistem kebudayaan tertentu
dari luar dan mampu pula ber- (Budhisantoso, 1994: 3). Hadirnya
kembang untuk masa-masa men- kesenian di tengah masyarakat
datang. Sulawesi Selatan, khususnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
pada wilayah etnis Bugis terdapat jasmani dan rohani manusia, yang
beberapa situs peninggalan sejarah hampir disetiap aktivitas manusia
dan kepurbakalaan yang sangat dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
menarik, dan merefleksikan potensi senantiasa dipenuhi dengan keha-

74
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

diran bentuk kesenian. Salah satu ditempatkan pada sisi makam dan
cabang kesenian itu adalah seni rupa nisan guna mendapatkan keindahan
yang dapat dilihat dari segi dimensi semata, tetapi lebih dari itu ornamen
ungkapannya yaitu perpaduan antara makam di kompleks makam raja-raja
garis, warna, serata bidang atau Bugis tidak lepas dari unsur-unsur
ruang, dan dari sekian banyak cabang kearifan lokal (local wisdom) dan
seni rupa salah satu diantaranya cerminan kebudayaan setempat, serta
adalah ornamen. konteksnya sebagai perangkap ritual
Ornamen merupakan salah berupa ragam hias dan motif-motif
satu produk kebudayaan, keberadaan yang mengandung makna filosofis
ornamen hadir seiring dengan religius nenek moyang masa lalu
terciptanya kebutuhan manusia. Pada (masa pra-Islam sampai masuknya
awalnya ornamen merupakan bagian Islam). Secara umum bahwa kebe-
dari ritual. Ornamen adalah gam- radaan makam raja-raja Bugis adalah
baran ekspresi manusia menaklukkan selain sebagai tempat peristirahatan
alam, dalam hal ini tumbuh-tum- terakhir atau tanda dan alat legitimasi
buhan dan binatang sebagai cerminan bagi suatu dinasti yang berkuasa juga
pada lukisan-lukisan di dinding gua sebagai bentuk penghargaan (keagu-
manusia purba. Ornamen juga me- ngan) rakyat terhadap rajanya se-
rupakan ungkapan rasa dari manusia bagai orang yang dipandang dan
akan sebuah nilai keindahan dihormati.
(Kosasih, 1987: 16-18). Kaitannya Dengan demikian, berdasar-
dengan seni rupa, ornamen dapat kan pemikiran dan atas pertimba-
dilihat sebagai bagian dari sebuah ngan-pertimbangan tersebut di atas,
kegiatan berkesenian. Esensi seni menjadi sebuah asumsi yang cukup
yang mengutamakan keindahan kuat terhadap kecenderungan konsep
merupakan dasar dari hadirnya bu- pemikiran yang paling signifikan dan
daya ornamen dan sebagai jawaban menonjol tentang esensi kehidupan
atas kebutuhan manusia mengha- sosial budaya, serta sistem budaya
dirkan nilai-nilai keindahan. dan kesenian suatu suku bangsa.
Dalam kesenian tradisional Maka dari itu, keberadaan unsur-
seperti ornamen makam, karya seni unsur lokal dalam kerangka budaya
rupa yang dicipta tidak untuk inilah yang melatar belakangi keter-
keindahan semata, sebaliknya tidak tarikan dalam memahami lebih jauh
ada benda pakai yang dibuat semata- keberadaan ornamen makam raja-
mata fungsionalnya saja. Aspek raja Bugis di Sulawesi selatan.
keindahan pada produk seni bukan Konsentrasi analisis diarah-
sekedar memuaskan mata, melainkan kan pada studi terhadap ornamen
berpadu dengan kaidah moral, adat makam di kompleks makam raja-raja
kepercayaan, dan sebagainya. Se- Bugis, substansinya bertujuan untuk
hingga memiliki makna sekaligus mengungkap secara analitis dan
indah (Tabrani, 1999: 19). Pada deskritif apa yang menjadi pokok
hakekatnya ornamen makam raja- permasalahan, yaitu menakar eksis-
raja Bugis di Sulawesi Selatan tidak tensi estetika ornamen makam kuno
sekedar menjadi suguhan indera mata mengenai bentuk, fungsi serta makna
saja (visual), atau sesuatu yang ornamen makam yang terdapat di

75
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

kompleks makam raja-raja Bugis. fisik terhadap tanggapan kesadaran


Oleh karena itu setiap permasalahan emosionalnya.
dalam artikel ini, yaitu yang ada pada
substansi penelitian adalah yang PEMBAHASAN
terkait dengan pemahaman eksistensi A. Bentuk Ornamen Makam
estetika ornamen, sehingga diharap-
kan dapat memberikan informasi dan Kompleks makam raja-raja
gambaran mengenai keberadaan Bugis merupakan salah satu
bentuk, fungsi, dan makna ornamen peninggalan kebudayaan fisik dari
makam di kompleks makam raja-raja masa kejayaan Islam di wilayah
Bugis secara komprehensif. Bugis yang memiliki banyak unsur-
Untuk itu, agar dapat mem- unsur esensial yang dapat mengantar
beri eksplanasi keberadaan serta kita dalam ruang apresiasi yang
interpretasi terhadap makna pada positf terhadap eksistensinya, sebab
pola dan motif dalam ornamen merupakan pengejewantahan sistem
makam, maka pendekatan estetika norma dan adat dari warisan pe-
diarahkan pada masa yang ber- ninggalan ajaran nenek moyang
hubungan dengan makam raja-raja masyarakat Bugis, namun yang tidak
Bugis, oleh sebab itu estetika ar- kalah pentingnya adalah sistem kese-
keologi sangat representatif diimple- nian sebagai unsur utama dalam
mentasikan untuk membangun mengungkapan cita rasa keindahan
eksplanasi yang konstruktif, terlebih yang dapat kita kagumi, sebagai
pada bentuk ornamen terdapat dua suatu hasil karya manusia pendukung
struktur bentuk, yaitu tuntunan kebudayaan yang sarat dengan nilai-
(ajaran) dan tontonan. Olehnya itu nilai estetika.
dalam menganalisis peninggalan Adanya sifat dasar manusia
budaya megalitik, estetika arkeologi yang ingin mengungkapkan jati diri
hanya dipahami dalam konteks sebagai mahluk yang bermoral,
fungsi, yaitu sakral, setengah sakral, berselera, berakal, dan berperasaan
dan profan (Haris Sukendar, 1987: merupakan salah satu kebutuhan
38). manusia yang tergolong dalam
Kemudian pada analisis kebutuhan intgratif, seperti menik-
bentuk di jelaskan oleh Dharsono mati keindahan, mengapresiasi, serta
(2004: 34) bahwa kategori bentuk mengungkapkan perasaan keindahan
dalam mendukung karya seni ada (estetis). Mengacu pada pendapat
dua macam yang pertama adalah Noryan Bahari (2008: 45) Kebutuhan
bentuk visual (visual form) yaitu estetika sama atau serupa dengan
bentuk fisik dari sebuah karya seni pemenuhan kebutuhan primer dan
atau kesatuan dari unsur-unsur skunder yang dilakukan manusia
pendukung karya seni tersebut. Se- melalui kebudayaannya. Dalam
lanjutnya adalah bentuk khusus memenuhi kebutuhan estetik ini,
(special form), yaitu bentuk yang ter- kesenian menjadi bagian integral
cipta karena adanya hubungan timbal yang tidak terpisahkan dengan
balik antara nilai-nilai yang kebudayaan.
dipancarkan oleh fenomena bentuk Dari segi bentuk fisik,
makam terdiri dari jirat, nisan dan

76
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

gunungan sebagai bagian dari stru- memberi tanda kubur dengan batu
ktur utama makam. Nisan dan jirat atau tanda lain pada bagian kepala‖.
menjadi satu kesatuan utuh yang Pemberian tanda kepala berupa
saling terintegrasi menjadi sebuah menhir pada masa prasejarah dan
tanda pusara, berikut gunungan nisan pada masa Islam, secara prinsip
makam yang merupakan satu elemen mempunyai kesamaan, yaitu tanda
kesatuan jirat. Pusara adalah tanda, adanya penguburan. Untuk itu ben-
yaitu tanda bahwa ditempat tersebut tuk (form) adalah merupakan totalitas
ada seseorang yang dimakamkan, dari pada karya seni itu sendiri. Ben-
pemberian tanda pada penguburan tuk itu merupakan organisasi atau
Islam merupakan salah satu sunnah, suatu kesatuan dari komposisi
sebagai hadits yang diriwayatkan dengan unsur pendukung karya
Akhmad dan Muslim, ―disunnahkan lainnya.

Gambar 1. Bentuk makam La Cella Datu (Raja) Lamuru ke V


(Foto: Meisar Ashari 2013)

Bentuk (form) adalah meru- dan (4) relief cekung (uncreaux


pakan totalitas dari pada karya seni relief).
itu sendiri. Bentuk itu merupakan Bentuk ornamen makam di
organisasi atau suatu kesatuan dari kompleks makam menjadi elemen
komposisi dengan unsur pendukung pendukung utama makam dan ter-
karya lainnya. lihat semakin khas dengan hadirnya
jenis-jenis relief yang memperkaya
1. Jenis Relief Ornamen ragam hias pada ornamen makam.
Jenis-jenis relief yang diap- (Hendrawati, 1976: 80-81). Istilah
likasikan di kompleks makam raja- relief secara etimologi menurut (H.V.
rja Bugis memiliki berbagai macam Fowler dan F.G. Fowler, 1968: 104)
tipe seperti, (1) relief rendah (low mengatakan bahwa relief adalah
relief; stacciato relievo), (2) relied berasal dari bahasa Prancis yang
sedang (bas relief; bassa relivo), (3)
relief tinggi (high relief; alto relivo),

77
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

artinya ―timbul‖. namun dalam baha- sa Italia disebut “relivo” dari


kata “relivare” yang artinya juga Dalam ornamen, pola meru-
timbul. Kemudian (Pringgodigdo, pakan bentuk pengulangan motif,
1973: 1123) menyatakan relief artinya sejumlah motif yang diulang-
adalah suatu lukisan timbul yang ulang secara struktural dipandang
dipahatkan pada sebuah bidang sebagai pola. Jika sebuah motif mi-
berlatar belakang yang tidak mem- salnya berupa sebuah garis lengkung,
punyai dimensi plastis yang sebe- kemudian diatur dalam ulangan
narnya. tertentu, maka susunannya akan
menghasilkan suatu pola, sesuai
2. Motif dan Pola Ornamen dengan pernyataan Herbert Read
Pola dan bentuk motif hias (1957) bahwa pola merupakan
ornamen yang terdapat di kompleks penyebaran garis dan warna dalam
makam raja-raja Bugis tergolong ulangan tertentu.
variatif, dan dapat dikelompokkan Menurut Gustami (1980)
secara sederhana berdasarkan motif bahwa sebuah pola yang merupakan
serta pola hiasnya, seperti: (1) Orna- sususnan motif, dapat diulang dan
men pola geometris; (2) Ornamen diatur lagi sehingga membentuk pola
pola organis dan inorganis; dan (3) yang baru, sedangkan pola lama
Ornamen pola kaligrafi. menjadi motifnya. Sebagai salah satu
Ketiga jenis motif hias ter- contoh adalah pola setangkup yang
sebut (geometris, organis dan inor- banyak diaplikasikan pada keba-
ganis, serta kaligrafi) kemudian nyakan ornamen di nisan makam
melahirkan banyak pola yang di- datu (raja) dan kerabat kerajaan atau
aplikasikan pada ornamen makam bangsawan (anakarung). Pola se-
berdasarkan kebutuhan dan fung- tangkup menggambarkan corak
sinya. Seperti motif geometris meng- susunan yang menunjukkan kesa-
hasilkan pola hias segi empat belah maan atau kemiripan bentuk dan
ketupat atau dalam bahasa Bugis ukuran diantara bagian kiri dan
disebut sulapa eppa‟, dan motif kanan secara berbalikan sebagaimana
bunga yang disebut dengan belo- terlihat sebuah benda dan bayangan
belo. dalam cermin yaitu sifatnya simetris.
Motif merupakan unsur po- Belo-belo menurut Andi Na-
kok sebuah ornamen. Melalui motif, jamuddin (wawancara 4 Mei 2013)
tema atau ide dasar sebuah ornamen dan A. Kahar Wahid (wawancara 21
dapat dikenali sebab perwujudan Maret 2013) adalah hiasan atau motif
motif umumnya merupakan gubahan yang dijadikan penghias agar bentuk
atas bentuk-bentuk di alam, atau barang atau benda menjadi lebih
sebagai representasi alam yang kasat kelihatan indah dan menarik untuk
mata. Akan tetapi ada pula yang dipandang.
merupakan hasil hayalan semata, Belo-belo bunga massulapa‟
karena itu bersifat imajinatif, bahkan atau sering juga disebut dengan
tidak dapat dikenali kembali gu- sebutan bunga tabbakka (bunga yang
bahan-gubahan suatu motif ke- mekar). Sedang tumpal melahirkan
mudian disebut bentuk abstrak motif segi tiga berderet, bagi ma-
(Sunaryo, 2009: 14). syarakat Bugis dinamakan belo-belo

78
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

cidu‟, untuk motif organis melahir- Bugis disebut Lodung (Colli‟ Pakue
kan motif yang menyarankan ke- serta motif kaligrafi. Semuanya akan
hidupan, walaupun pada motif dibahas lebih lanjut jenis-jenis motif
geometris juga menggambarkan jenis ornamen di kompleks makam raja-
tumbuhan, namun pada motif organis raja Bugis, baik yang berada di Ka-
cara merepresentasikannya agak le- bupaten Bone maupun di Kabupaten
bih realistis seperti contohnya, bunga Soppeng berdasarkan tipologi motif
tanri (teratai), bua pandang, bunga dan pola hias ornamen dalam
panasa dan motif flora yang pembahasan berikut
ujungnya melingkar, dalam bahasa

Gambar 2. Aplikasi ornamen pada makam La Rumpangmegga Datu (Raja)


Lamuru ke VIII (Foto: Meisar Ashari 2013)
1) Ornamen Pola Hias Geometris 2000 tahun SM saat munculnya pe-
Berdasarkan hasil observasi radaban Mikenis (Mycenaea) telah
yang dilakukan pada kedua tempat muncul ornamen geometris yang
terpisah, diidentifikasi bahwa ben- dibuat dari logam. Yang dimaksud
tuk motif dan pola ornamen makam dengan pola Geometris adalah or-
yang eksistensinya tersebar di wi- namen yang bentuknya tersusun atas
layah Bugis, khususnya yang ter- garis-garis dan raut atau bangun
dapat di kompleks makam raja-raja yang dikenali pada bidang geometri.
Lamuru dan Jera‘ Lompoe diklasi- Dalam hal garis, misalnya, terdapat
fikasikan dalam tiga kelompok mo- garis-garis lurus, zigzag, atau leng-
tif, masing-masing sebagai berikut. kung mekanis. Sedangkan mengenai
Motif hias yang dianggap raut, terdapat bangunan persegi,
paling tertua diantara motif hias lingkaran, segitiga, dan lain-lain.
lainnya adalah motif geometris, ke- Dengan demikian ornamen geo-
beradaannya sudah dikenal sejak metris memiliki struktur yang terdiri
jaman prasejarah, di jaman Yunani atas garis-garis lurus atau lengkung

79
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

dan raut bersegi-segi atau (a) Ornamen Motif Hias Sulapa


lingkaran. Dilihat dari corak motif eppa‟ adalah jenis motif hias de-
hiasnya ornamen geometris ngan pola segi empat belah ke-
berbentuk abstrak atau setengah tupat yang umum digunakan oleh
abstrak, tetapi dapat pula berbentuk masyarakat Bugis sebab diyakini
sesuatu yang menyerupai ojek-objek mengandung makna yang baik.
yang terdapat di alam. Pada (b)Ornamen motif Belo-belo massu-
umumnya yang digolongkan pada lapa‟ atau lebih dikenal lagi de-
ornamen geometris ialah yang mem- ngan sebutan Belo-belo bunga
iliki motif hias bercorak abstrak atau tabbakka, yaitu jenis bunga me-
setengah abstrak, yakni ornamen kar yang berbentuk persegi empat
yang motif hiasnya tidak dapat belah ketupat.
dikenali kembali objek asalnya, atau (c) Ornamen Motif Hias Belo-Belo
yang memang benar-benar abstrak, Cidu‟ adalah jenis motif hias
karena tidak menggambarkan objek- yang berbentuk segi tiga berderet
objek alam melainkan semata terdiri (repetisi), walaupun tidak me-
atas unsur-unsur garis dan bidang. miliki makna yang signifikan
Demikian pula motif hias yang namun eksistensinya sangat
melukiskan matahari, bulan, atau memberi apresiasi yang besar
bintang, meskipun bentuknya bagi masyarakat Bugis.
goemetris tidak dikelompokkan 2) Ornamen Organis & Inorganis
kedalam ornamen geometris (Van Organis menurut Guntur
der Hoop, 1984). (2004: 27) adalah jenis ornamen
Kemunculan motif geometris yang dalam tampilan-tampilannya
pada ornamen makam salah satu menggunakan elemen-elemen atau
diantaranya adalah adanya larangan organ-organ hayati, baik yang bera-
terhadap seni representasional, yaitu sal dari tanaman, binatang, maupun
dalam konteks agama, sebab pola- manusia. Oleh karena ornmen or-
pola geometri merupakan ilmu ganis memiliki motif hias yang men-
pengetahuan yang penting dalam citrakan objek-objek yang terdapat
Islam dan figur-figur serta konstru- di alam, maka jenis ornamen ini
ksi-konstruksinya dirembesi oleh banyak dijumpai pada berbagai
kepentingan-kepentingan simbolis, objek dari banyak tempat dan dari
kosmologis, dan filosofis (Guntur berbagai kurun waktu. Jenis tana-
2004: 162). Motif hias pola geo- man tertentu di suatu daerah tertentu
meris di kompleks makam raja-raja menjadi inspirasi perwujudan orna-
Bugis memiliki pola hias yang men yang karakteristik. Selanjutnya
beragam, ada yang berkedudukan inorganis adalah perwujudan orna-
sebagai sekedar hiasan, tetapi ada men yang bersumber dari fenomena
pula yang diinterpretasikan secara alam yang tidak hidup (nirhayati),
beragam sebagai simbol. Dari hasil yaitu tampak seperti, awan, bintang,
observasi di lapangan diidentifikasi bulan, matahari, sungai, karang dan
bahwa pada kompleks makam raja- lain-lain.
raja Bugis terdapat tiga jenis motif Motif hias organis yang di-
hias yang tergolong ornamen pola aplikasikan pada ornamen makam
geometri, yaitu antara lain: umumnya berpola hias jenis

80
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

tumbuh-tumbuhan, atau yang biasa terkesan dekoratif seperti bunga


disebut dengan motif flora, menurut teratai, bunga lodung atau colli‟
Van Der Hoop (1949) bahwa dalam pakue, bua pandang, dan bunga
zaman prasejarah Indonesia tidak panasa. Stilisasi motif atau pola
terdapat ornamen tanaman, tetapi yang direpresentasikan pada orna-
kemudian, di zaman pengaruh Hin- men makam di kompleks makam
du yang datang dariIndia, ornamen adalah implementasi ekspresi kese-
tumbuh-tumbuhan menjadi sangat nian dengan cita rasa budaya Bugis
umum dan sejak ini pula menjadi yang melahirkan karakter.
bagian yang utama dalam dunia 3) Ornamen Pola Hias Kaligrafi
ornamentasi di Indonesia (Sunaryo, Setelah mengalami sejumlah
2009: 153). Penggambaran motif proses akulturasi seiring dengan
yang mengacu pada tumbuhan oleh sosialisasi Islam di Nusantara, Islam
Guntur (2004) juga mempunyai telah mencapai tahapan perkem-
fungsi sakral atau simbolik. Fungsi bangan yang sedemikian rupa, yang
sakral atau simbolik yang melekat berlanjut dengan tumbuhnya pusat-
pada ornamen dalam rupa tumbuhan pusat kebudayaan Islam. Dilihat dari
dilatari oleh konsepsi atau pan- segi kebudayaan Islam, Islam di In-
dangan suatu masyarakat terhadap donesia telah memberi sumbangsih
jenis-jenis tumbuhan tertentu. dalam memperkaya anasir-anasir
Jenis motif tumbuhan adalah budaya asli Indonesia yang kemu-
jenis motif yang banyak diap- dian menjadi budaya Nasional
likasikan dalam pola hias disetiap (Ambary, 1993: 5).
daerah, tidak terkecuali pada daerah Kaligrafi merupakan tulisan
Bugis, khususnya pada ornamen ma- indah atau seni tulis-menulis.
kam. Motif hias tumbuhan adalah Sesungguhnya kaligrafi tidak ter-
motif yang paling banyak digunakan batas pada aksara Arab, tetapi dalam
pada ornamen makam, biasanya pa- pengertian khusus biasanya dikait-
da tiap-tiap daerah menggambarkan kan dengan khat (kaligrafi bertu-
jenis tanaman yang banyak terdapat liskan Arab) sebab kaligrafi, aksara
di lingkungan sekitarnya, sebab di- serta bahasa Arab merupakan salah
sesuaikan dengan konsep atau pan- satu konstribusi Islam terhadap
dangan masyarakat stempat, se- entitas budaya di Indonesia, khusus-
hingga pada umumnya akan mela- nya pada wilayah suku bangsa
hirkan interpretasi yang berbeda- Bugis. Menurut ambary (2000) data
beda. Motif hias tumbuhan meram- arkeologi mengenai kaligrafi Islam
bat adalah motif hias yang sangat Nusantara terutama bersumber pada
populer sebab disetiap ruang selalu bukti-bukti epigrafi, dan lebih khu-
dihiasi dengan jenis tumbuhan sus lagi, epigrafi yang terdapat pada
merambat, dan banyak digunakan makam-makam kuno. Menurut Bae-
sebagai motif selingan atau isian. tal Mukaddas
Motif tumbuhan yang ter- Kaligrafi merupakan salah
dapat pada ornamen makam umum- satu jenis karya seni rupa dengan
nya telah mengalami stilisasi seperti menekankan keindahan yang
menjadi tumbuhan bunga parenreng terdapat pada bentuk-bentuk huruf
(sulur), sehingga motif dan polanya sehingga mengalami stilasi atau

81
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

digayakan untuk mendapatkan nilai satu pola hias utama pada bangunan
estetika. Maka dari itu kaligrafi di- suci, termasuk pada batu-batu nisan
jadikan sebagai sarana pemuasan bersama-sama dengan ornamennya.
kebutuhan estetik juga sebagai Pada kompleks makam raja-
sarana da‘wah yang paling efektif raja Bugis, baik yang terdapat di
bagi umat Islam dalam menjalankan Kabupaten Bone maupun di
syiar Islam. Untuk itu eksistensi Kabupaten Soppeng, ornamen
kaligrafi pada masa pertumbuhan kaligrafi dijadikan sebagai motif
Islam seperti wilayah Bugis di abad utama, kemunculan kaligrafi
ke XVII merupakan da‘wah, yaitu diperkirakan seiring dengan usia
salah satu upaya masyarakat Bugis makam tersebut, yaitu pada abad ke
dalam menyiarkan Islam secara XVII. Perpaduan antara motif-motif
fundamental (wawancara, 16 kaligrafi serta geometris dan organis
Februari 2013). pada makam menjadikan perpaduan
Abay D. Subarna (2007: 66) integrasi karya yang sangat dinamis
menambahkan bahwa sebagai dan harmonis.
komponen kaligrafi, aksara Kajian mengenai epigrafi
memiliki fungsi spiritual, praktis, pada ornamen makam di kompleks
dan estetis. Meskipun motif hias makam raja-raja Bugis, terutama
kaligrafi sudah lama ada, tetapi ditinjau dari data verbal (inskripsi)
motif hias ini menjadi berkembang tersebut, maka ornamen makam
seiring dengan berkembangnya dapat dikategorikan atas (1) tulisan
kebudayaan Islam di Nusantara. dengan kalimat Syahadat, yakni
Teristimewa kaligrafi Arab, tidak pengakuan terhadap Allah S.W.T.,
sekedar menjadi unsur estetis (2) tulisan dengan kalimat dzikir, (3)
melainkan juga mengandung pesan- tulisan dengan kalimat Allah (Ismul
pesan agama yang biasanya diambil Jalalah), dan (4) tulisan yang
dari Al Quran dan Hadits. bersifat do‘a. Ketiga kalimat yang
Eksistensi kaligrafi Arab terdapat pada ornamen makam
atau epigrafi pada batu nisan meru- tersebut dikategorikan ke dalam
pakan peninggalan seni rupa Islam kalimat tauhid, yaitu kalimat
di Indonesia yang paling menonjol kesaksian yang memiliki keutamaan
jika dibandingkan dengan bentuk sangat besar. Kalimat-kalimat tauhid
peninggalan seni rupa Islam lainnya. seperti itu, cukup banyak ditemukan
Motif hias kaligrafi Arab paling tua pada makam-makam kuno di
di Nusantara ditemukan pada batu- Sulawesi Selatan, yakni diwujudkan
batu nisan pada abad ke XII. Pada sebagai elemen estetis pada struktur
mulanya batu nisan yang berhiaskan makam, seperti nisan, jirat serta
kaligrafi Arab didatangkan dari luar, gunungannya. Untuk menelusuri
dalam gaya India Barat berikut makna esensial mengapa keberadaan
bahan dari batu pualamnya, Dalam kalimat-kalimat tauhid diaplikasikan
pertumbuhan dan perkembangannya pada ornamen makam, maka
kemudian, kaligrafi menjadi salah sebelumnya perlu dipahami makna
satu karya kesenian Islam yang hakikinya, yaitu pada pembahasan
sangat penting (Subarna, 1986: 22). yang mengurai makna filosofi
Bahkan di Indonesia menjadi salah

82
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

ornamen makam pada bab beri- membangkitkan kepekaan penger-


kutnya. tian dan mengandung tanggapan
(a) Motif Kalimat Syahadat adalah emosional, yang dapat membina
jenis kaligrafi arab yang keseimbangan hidup perorangan
berlafadskan kalimat syahadat, maupun kolektif. Karena itu
yaitu pengakuan terhadap kesenian tidak hanya penting bagi
keesaan Allah dan kalimat yang sarana ungkapan dan pernyataan
berkaitan dengan persaksian perasaan serta pemikiran
terhadap rasulullah perorangan, tetapi juga sebagai sa-
(b)Motif Kalimat Dzikir adalah jenis rana ungkapan dan pernyataan
kaligrafi berupa puji-pujian yaitu kolektif yang mengandung pesan-
suatu cara atau media untuk pesan kebudayaan (Budhisantoso:
menyebut dan mengingat nama 1994: 9-10). Salah satu sarana
Allah, jadi semua bentuk ungkapan dan pernyataan kolektif
kaligrafi yang bertujuan untuk yang holistik diciptakan oleh ma-
mendekatkan diri kepada Allah syarakat pendukung kebudayaan
dinamakan kalimat dzikir masa lalu adalah eksistensi ornamen
(c) Motif Kalimat Allah (Ismul makam, termasuk didalamnya ada-
Jalalah) adalah jenis tulisan lah fungsi ornamen di kompleks
kaligrafi arab yang berlafadzkan makam raja-raja Bugis.
kalimat Allah Ornamen makam adalah
(d)Motif Kalimat Muhammad produk kesenian masa lampau maka
adalah jenis kaligrafi dengan pola pendekatan analisisnya diarahkan
kalimat Muhammad, yaitu pada pendekatan estetika arkeologi.
Rasulullah, seseorang sebagai Ada hal mendasar yang sangat
utusan Allah. prinsipil dalam estetika arkeologi
(e) Motif Kalimat Do‘a adalah motif untuk dapat membangun eksplanasi
kaligrafi dengan pola-pola doa secara holistik. Sebab substansi
yaitu berupa harapan-harapan kajiannya mengarah pada benda-
bagi si penghuni kubur. benda artifisial atau karya seni
peninggalan purbakala. Untuk itu
B. Fungsi Ornamen Makam penelusuran nilai estetika pada
ornamen makam adalah untuk
Pentingnya fungsi sosial
menggali makna yang mengendap
kesenian bagi kehidupan suatu
dibalik sebuah karya. Sebab seperti
masyarakat, maka tidaklah
yang sudah dijelaskan sebelumnya
mengherankan kalau di dunia ini
bahwa lahirnya karya seni tidak
tidak ada suatu masyarakat yang
hanya untuk pemuasan hasrat
tidak mengembangkan kesenian.
keindahannya saja, namun lebih dari
Walaupun fungsi pokok kesenian
itu mengandung makna yang tersirat
pada mulanya sekedar sarana untuk
dibalik nilai artistiknya. Menurut
membebaskan seseorang dari
pendapat R. Sieber (1962: 653) ada
ketegangan dengan cara
dua aspek kesenian yang perlu
mengungkapkan perasaan dan
diperhatikan, yaitu konteks estetika
pemikiran secara objektif Dalam
dan makna. Estetika atau penya-
perkembangannya, ia mampu
jiannya yang mencakup bentuk
menanggung fungsi sebagai sarana

83
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

(form) dan keahlian yang mela- elemen yang sengaja dihadirkan un-
hirkan gaya. Selanjutnya konteks tuk memperindah ruang kekosongan
makna (meanings), yang mencakup pada sebuah barang atau benda,
pesan dan kaitan lambang-lam- kemudian menjadi sebuah karya
bangnya (symbolic value). Dalam seni artifisial yang menarik dan
rangka kedua konteks inilah pen- indah. Akan tetapi seiring dengan
dekatan masalah kesenian hen- eksistensinya ornamen tidak hanya
daknya dipahami. (Budhisantoso, dijadikan sebagai elemen untuk
1994: 3). memperindah saja, akan tetapi juga
Ornamen makam di memiliki fungsi lain seperti untuk
kompleks makam raja-raja Bugis dijadikan sebagai tempat pemujaan
berdasarkan wujud dan karakternya dan sebagai sarana penyampaian
adalah ciri sebuah artefak peningga- informasi atau sistem simbol yang
lan megalitik yang berlanjut (ber- dijadikan sebagai sarana komunikasi
kembang). Motif-motif artifak, baik bagi masyarakat pendukung kebu-
yang berbentuk goresan, relief, dan dayaannya. Untuk itu dalam kai-
arca megalitik, ada yang masih tannya dengan estetika arkeologi
berlanjut dan tidak berlanjut. Se- maka akan diuraikan fungsi orna-
dangkan konsep obyek estetik me- men pada makam di kompleks
galit digolongkan dalam tiga bagian makam raja-raja Bugis, seperti (1)
yaitu: sakral, semi sakral, dan profan Fungsi Sakral. (2) Fungsi Semi
(Edy Sedyawati (1987: 64). Sakral, dan (3) Fungsi Profan.
Selama karya seni difungsi- 1) Ornamen dengan Fungsi
kan di luar upacara, semuanya Sakral
hanya punya nilai profan, meskipun Dalam pembahasan tentang
memiliki simbol-simbol religi. Un- fungsi sakral ornamen perlu di-
tuk mengetahui apakah simbol- bicarakan aspek kehidupan spiritual
simbol seni masih punya makna (spiritual live) masyarakatnya. Hal
kosmologis-religius cukup sulit ini didasarkan pada asumsi bahwa
dalam fenomena seni ―tradisional‖ latar kehidupan spiritual tidak hanya
sekarang. Orang sudah tidak tahu memiliki pengaruh besar terhadap
―apa yang harus‖ dan ―apa yang aktifitas ritual, tetapi berpengaruh
tidak boleh‖. Kadang manusia pula terhadap instrumen penyer-
mencampur adukkan saja mana tanya. Berkaitan dengan hal itu,
yang harus, dan mana yang tabu. ornamen sebagai instrumen penyerta
Pola-pola seninya juga seenaknya praktik ritual menjadi hal pokok
bagi keperluan moderennya, yakni bagi masyarakat. Ornamen yang
demi estetika belaka. Dalam budaya menggambarkan berbagai bentuk
religi, benda-benda (alam maupun atau figur ditujukan untuk kepen-
buatan), ruang dan waktu bahkan tingan sakral dan upacara
pelaku, tidak mempunyai nilai yang keagamaan. Karena terdapat pan-
sama, Ada ruang profan, semi dangan bahwa segala sesuatu ber-
sakral, dan sakral (Jacob Sumardjo, kaitan dengan segala sesuatu yang
2006: 95) lain, medium dari kesatuan mistik
Ornamen sebagai mana ini adalah kekuatan yang hidup
fungsi dasarnya adalah sebuah disebut mana. Pada masa prasejarah

84
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

terdapat pandangna umum yang (2004) cerita tentang asal-usul


mempercayai adanya kekuatan nenek moyang dibangun untuk
adikodrati. Pada lingkup kehidupan mendapatkan ―legitimasi‖ bahwa
mitologis itu, seperti yang diklasi- manusia adalah bagian dari roh
fikasikan oleh Peursen, tidak ada nenek moyang yang telah meninggal
pemisah yang jelas antara manusia sehingga tidak mengganggu kehi-
dan dunia, antara subjek dan objek, dupan yang dijalaninya. Banyak
menusia dan alam raya saling me- mitos yang diciptakan untuk me-
resapi sehingga kekuatan manusiawi ngabsahkan asal-usul manusia dari
dan ilahi saling melebur (Guntur, roh nenek moyangnya. Secara
2004: 56). leksikal mitos, yang merupakan kata
Untuk itu dapat disimpulkan serapan dari myth atau mythos,
bahwa dikatakan sebagai ornamen diantaranya diartikan cerita yang
yang memiliki fungsi sakral ketika disampaikan secara turun temurun
pola ornamen tersebut memiliki dari zaman nenek moyang tentang
keterkaitan dengan konsepsi ke- keyakinan lama suatu ras (suku
tuhanan. Atau ornamen yang bangsa), terutama penjalasan-pen-
polanya menjadi motif utama dapat jelasan tentang peristiwa alam.
dikategorikan sebagai ornamen Dalam upaya berpartisipasi
dengan fungsi yang sakral. Dalam pada alam sekitar dan menanggapi
kompleks makam raja-raja Bugis daya kekuatan alam, manusia me-
ornamen yang tergolong dalam lakukan serangkaian-serangkaian
fungsi sakral adalah Motif yang upacara untuk menciptakan harmo-
ditempatkan pada nisan makam nisasi kehidupan. Upacara atau ritus
seperti Sulapa eppa, Bunga Tanri, adalah tindakan-tindakan simbolis
dan semua ornamen motif kaligrafi yang mengkonsolidasikan manusia
(kalimat syahadat, dzikir, Ismul atau memulihkan tata alam sehingga
Jalalah, dan doa). manusia dan tindakannya mem-
2) Ornamen dengan Fungsi punyai tempat dalam tata alam
Semi Sakral tersebut (R.Subagia, 81: 116). Untuk
Disebut sebagai fungsi semi itu dapat disimpulkan bahwa
sakral jika berhubungan antara ornamen dengan fungsi semi sakral
manusia dengan alam serta yang adalah ornamen yang polanya men-
berhubungan dengan roh nenek jadi motif selingan, atau menjadi
moyang. Misalnya, kepercayaan penghias pola ornamen. Dalam
terhadap kekuatan alam yang kompleks makam raja-raja Bugis
mengarahkan manusia untuk berlaku ornamen yang tergolong dalam
harmonis terhadap alam. Menu- fungsi semi sakral adalah motif yang
rutnya bahwa segala sesuatu yang memiliki fungsi sebagai penghias
ada di alam pada dasarnya memiliki bentuk dan banyak ditempatkan
kekuatan tertentu, olehnya, upaya pada jirat dan gunungan makam
untuk itu dilakukan dengan berbagai seperti Bunga Tanri, Bua Pandang,
cara. Ritus-ritus yang diselengga- Belo-belo Massulapa, dan motif
rakan ditujukan untuk menghindari inorgania (matahari dan bintang).
disharmoni dan untuk menyelaras-
kan kehidupan. Menurut Guntur

85
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

3) Ornamen dengan Fungsi C. Makna Ornamen Makam


Profan Mencari makna dan nilai
Fungsi profan pada motif maka orientasinya akan mengarah
dalam pembahasan ini lebih ditekan- pada kata filsafat, perkataan filsafat
kan pada peran motif sebagai ele- berasal dari bahasa Yunani philo-
men estetik atau unsur hias pada sophia dan berarti cinta kearifan
suatu objek. Motif sebagai unsur (The Love of Wisdom) (Dharsono,
hias berfungsi sebagai elemen 2019:4). Untuk itu salah satu tujuan
pemikat perhatian atau elemen yang filsafat adalah mencari kebenaran
menggugah perasan indah. Pan- atau hakikat segala sesuatu yang
dangan ini juga menempatkan motif ada. Sedangkan filosofi adalah ilmu
secara formalistik sebagai bagian yang menjadi penuntun untuk
dari keseluruhan motif itu sendiri pelaksanaan atas pemahaman yang
dan juga pengaplikasiannya pada
menjadi keyakinan setiap individu
objek yang dihiasi. maupun kelompok. atau filosofi juga
Ornamen berkedudukan se- bisa dikatakan sebagai kebenaran
bagai elemen dekorasi terhadap yang diperoleh melalui berpikir
obje-objek yang dihiasi. Dengan logis, sistematis, dan metodis.
demikian, ornamen menjadi bgian Falsafah hidup secara fun-
dari permasalahan desain dokoratif, damental, dipahami sebagai nilai-
yaitu suatu elemen dekorasi yang nilai sosio kultural yang dijadikan
dirancang untuk memperindah objek oleh masyarakat pendukungnya se-
dengan tujuan untuk mendukung bagai pola atau patron dalam berak-
tampilan struktural objek atau tivitas keseharian (Ahmadin,
desain strukturalnya. Ornamen 2008:35). Nilai normatif tersebut
makam di kompleks makam raja- masih melekat pada masyarakat
raja Bugis banyak juga dijumpai Bugis yang implementasinya men-
ornamen yang hanya memiliki jadi roh atau spirit dalam menen-
fungsi profan sebab banyak dihiasi tukan pola pikir dan menstimulasi
dengan bermacam-macam elemen tindakan dalam bermasyarakat. Da-
dekorasi yang tidak bersangkut paut lam tradisi dan budaya masyarakat
dengan kebutuhan-kebutuhan yang Bugis nilai-nilai merupakan pemicu,
bersifat sakral. Dalam kompleks etos kerja, watak, kepribadian atas
makam raja-raja Bugis ornamen adanya etika yang ditopang oleh bu-
yang tergolong dalam fungsi profan daya serta adat dan panngadĕrrĕng
adalah Motif yang hanya terlihat sebagai pandangan hidup untuk
sebagai penghias motif atau sebagai mencari kesempurnaan. Budaya adat
motif isian, dan ditempatkan pada ini masih terpelihara dan menjadi
setiap struktur makam (jirat, nisan titik sentral kebudayaan masyarakat
dan gunungan) seperti misalnya Bugis, pada hakekatnya menjangkau
Sulapa eppa pola berderet, Bunga
semua aspek kehidupan manusia.
Tanri pola berderet, Belo-belo Cidu, Bentuk ornamen di komp-
Bua Pandang, dan Bunga Parenreng. leks makam raja-raja Bugis, seperti
yang dijelaskan sebelumnya di atas
mengaplikasikan jenis ornamen pola
geometris, pola organis dan inor-

86
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

ganis serta pola kaligrafi. Pola geo- tulis, (2) ilmu syariat, yaitu ilmu
metris terdiri dari motif sulapa agama yang erat hubungannya
eppa‟, belo-belo cidu‟ dan lodung dengan dunia akhirat, (3) ilmu silat,
atau colli‟paku, sedangkan pada yaitu ilmu bela diri dan ilmu magic,
pola organik dan inorganik seperti dan (4) ilmu yang menggunakan
motif tumbuhan (flora) yang terdiri tenaga alam.
dari motif teratai, parenreng, 2. Ornamen Motif Hias Belo-Belo
colli‟paku, bunga panasa, pola alam Cidu’
terdiri atas motif matahari dan motif Motif hias belo-belo cidu‟
bintang, serta motif kaligrafi yang (tumpal) memiliki makna sebagai
terdiri atas motif dengan kalimat simbol keteguhan (agettengeng),
tauhid, motif kalimat dzikir, motif yaitu sebagai makna persatuan dan
kalimat Allah dan Muhammad serta kekuatan, fungsinya hanya bersifat
motif kalimat doa. profan, untuk itu oleh orang Bugis
1. Ornamen Motif Hias Sulapa menyebutnya belo-belo cidu‟. Ben-
eppa’ tuknya yang kaku sehingga eksis-
Motif hias Sulapa eppa‟ tensinya terlihat kontras dengan
adalah jenis ornamen berpola segi ornamen-ornamen lainnya, dan ha-
empat belah ketupat. Segi empat nya menghiasi jirat dan gunungan
adalah suatu istilah dengan sistem makam saja, yaitu pada posisis utara
pengetahuan atau bisa juga disebut dan selatan makam.
filsafat hidup orang Bugis. Sulapa 3. Ornamen Motif Hias Belo-belo
eppa‟ merupakan dasar pandangan Massulapa
mitologis terhadap makrokosmos Makna dalam motif hias
orang Bugis dalam memandang Belo-belo Massulapa hampir sama
alam raya ini sebagai sulapa eppa‟ dengan motif Sulapa eppa, Namun
walasuji (segi empat belah ketupat). dalam visualisasinya Belo-belo
Oleh Suriadi Mappangara (2007: Massulapa adalah bunga yang
458) dijelaskan bahwa sulapa eppa‟ distilasi berbentuk segi empat. Kon-
model kosmos yang dihubungkan sep suku Bugis, asal manusia bera-
dengan adanya empat sarwa alam, sal dari empat unsur yakni tanah,
yaitu: udara, air, api, dan tanah yang air, api, dan angin. Keempat unsur
tidak terpisahkan dari kehidupan inilah yang merupakan pembentuk
manusia. Untuk itu orang yang telah manusia sempurna. Bila dikaitkan
mengetahui pengetahuan tersebut dengan empat penjuru mata angin,
dianggap orang yang sempurna. maka manusia hidup pada satu tem-
Adapun keempat ilmu tersebut pat dengan empat penjuru mata
adalah (1) ilmu surat, yaitu ilmu angin seperti utara, timur, selatan,
yang berhubungan dengan baca dan barat.

87
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

Gambar 3. ornamen makam dengan pola belo-belo massulapa‟


(Foto: Meisar Ashari 2013)
4. Ornamen Motif Hias Bunga kalangan masyarakat Bugis yang
Tanri melahirkan banyak tafsir terhadap
Motif hias bunga tanri atau eksistensi bunga teratai, namun in-
bunga teratai dimaknai oleh masya- tinya bahwa teratai mekar dengan
rakat Bugis sebagai simbol kesucian membawa kesucian dan kemurnian
yang melahirkan banyak interpretasi bunganya. (Wawancara 21 Maret
berdasarkan dimana motif ditem- 2013).
patkan dan di daerah mana kebera- Untuk itu motif ornamen
daannya. Dari pemaparan A. Kahar dengan jenis bunga Tanri banyak
Wahid menjelaskan bahwa diaplikasikan pada ornamen makam
Bunga tanri atau teratai me- dengan beragam bentuk, yaitu bentuk
mang bukan tipe bunga yang harum yang telah distilasi atau di integra-
semerbak, tetapi eksistensinya mam- sikan dengan jenis motif lainnya.
pu membuat orang terkesimak de- 1. Ornamen Motif Hias
ngan pesonanya, menoleh dan Lodung (Colli’Paku)
memperhatikan. Tidak peduli hidup- Motif lodung ini dijelaskan
nya dimana gedung mewah atau di bahwa bagi kalangan masyarakat
kubangan lumpur belantara, tetaplah Bugis dianggap sebagai simbol harga
akan memberi kesan mendalam bagi diri (siri‟ na pesse), yaitu sebagai si-
yang melihatnya. Bunga teratai juga kap kesabaran dan sifat selalu tun-
merupakan bunga yang tak pernah duk, taat dan merendahkan diri. Da-
"mati" saat kemarau melingkupi bu- lam ajaran Islam disebut tawaddhu
mi, dia tetap hidup dalam umbinya, dengan makna dan arti yang sama,
terpuruk dalam tanah kering keron- yaitu tunduk, taat dan merendah.
tang. Tetapi begitu hujan datang, 2. Ornamen Motif Hias Bunga
kuncup bunga akan segera mekar Parenreng
ditengah hijau dedaunan. Untuk Motif hias tanaman menjalar
itulah mengapa bunga tanri dianggap dianggap sebagai perlambangan po-
sebagai bunga yang memiliki makna hon hidup, dalam konsep
filisofi yang baik, terutama bagi

88
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

kosmologis masyarakat Bugis me- 5. Ornamen Motif Bintang


namakannya bunga parenreng. Bintang adalah benda langit
Bunga parenreng oleh masyarakat yang bercahaya, tinggi, dan ter-
Bugis mempunyai arti bunga yang pandang. Terkesan tampak lebih
menarik. Hidupnya yang melata, mulia dibandingkan benda langit
serta dapat menjalar kemana-mana lainnya. Ia menjadi mulia karena ca-
tanpa dapat diketahui dimana ujung hayanya tidak hanya untuk dirinya
pangkalnya, sehingga dipandang sendiri. Ia mulia karena bercahaya
sebagai tanaman yang memiliki nilai untuk menerangi seluruh alam.
yang baik Bintang bercahaya dengan
3. Ornamen Motif Hias Bua cahayanya sendiri, bintang juga yang
Pandang (Buah Nenas) membuat bulan bercahaya di malam
Motif bua pandang atau hari dan bumi terang di sebelah
umumya disebut buah nenas adalah sisinya. Dengan adanya bintang ini,
tanaman yang dianggap memiliki kita lalu mengenal siang dan malam.
keistimewaan. Buah ini di samping Satu dari bintang ini yang kemudian
memiliki rasa yang manis, buahnya kita mengenalnya dengan nama ma-
selalu menghadap ke atas. Pada ba- tahari. Bintang yang jaraknya terdek-
gian samping buah, keluar daun yang at dengan bumi. Bintang dipandang
mirip orang yang sementara berdoa, memiliki pengaruh terhadap
sehingga tanaman ini oleh orang Bu- kehidupan manusia, umumnya
gis disebutnya tanaman mamminasa bintang banyak digunakan sebagai
(tanaman yang selalu berdoa untuk lambang-lambang kelahiran. Oleh
kebaikan). Kehadiran motif ornamen karena itu, dalam perbintangan
bua pandang di kompleks makam dilambangkan dengan beraneka
diharapkan agar penghuni kubur bentuk umumnya sejenis bintang,
tetap mendapatkan doa dan amalan yang dapat dijadikan motif hias.
yang baik sekalipun sudah meninggal 6. Ornamen Kalimat Tauhid
sehingga selalu tetap diterima disisi- (syahadatin)
Nya. Kalimat Syahadat adalah
4. Ornamen Motif Matahari kalimat persaksian atau pengakuan
Keberadaan motif hias jenis seseorang terhadap ketauhidan
matahari dipandang hanya berfungsi (keesaan) Allah, Kalimat syahadat
sebagai profan semata, namun se- menurut Ust. M. Syahputra (2011:
kalipun hanya berfungsi sebagai 33) adalah merupakan kalimat yang
penghias semata namun bagi ma- sangat besar kedudukannya di dalam
syarakat Bugis menganggap bahwa Islam. Ia merupakan pintu gerbang
matahari adalah sumber cahaya Islam sekaligus sebagai identitas
terbesar bagi bumi dan mengap- seorang Muslim yang asasi.
likasikan motif matahari pada ma- Ornamen kaligrafi dengan
kam misalnya dapat diyakini bahwa motif kalimat Tauhid adalah jenis
dimasa hidupnya si mati dipandang ornamen dengan fungsi sakral sebab
sebagai orang yang menjadi tauladan selain keterkaitan dengan konsep
dalam masyarakatnya. ketuhanan ornamen ini juga
umumnya menjadi motif utama pada

89
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

ornamen makam di kompleks makam 8. Ornamen Kalimat Allah


raja-raja Bugis. (Ismul Jalalah)
Ismul jalalah (Allah) ‫ﷲ‬
adalah kalimat yang mengandung
pengertian bahwa sesugguhnya
segala bentuk kekuasaan adalah
milik Allah S.W.T.. Sesuai firman-
Nya, Allah adalah sebuah nama
untuk wujud sejati, wujud yang
mempersatukan sifat-sifat Ilahiah,
wujud yang menunjukkan subyek
sifat ketuhanan. Allah adalah nama
yang paling agung diantara sembilan
puluh sembilan nama Allah yang
menunjukkan esensi yang memper-
satukan segala sifat Ilahiah (Al-
Ghazali, 2000: 69-70).
9. Ornamen Kalimat Doa
Doa bukanlah sekedar media
untuk memenuhi kebutuhan serta
Gambar 4. Ornamen kaligrafi pola mencurahkan segala problematika
kalimat Tauhid (syahadatain) yang dihadapi. Dalam Islam, doa
(Foto: Meisar Ashari, 2013) memiliki kedudukan yang penting
dan agung, sehingga setiap napas dan
7. Ornamen Kalimat Dzikir. gerak langkah kita haruslah diiringi
Motif kalimat dzikir dijelas- dengan doa-doa. Setiap manusia,
kan dalam Al-Qur‘an dan Hadits, laki-laki maupun perempuan, kaya
diantaranya adalah menjadikan hati atau miskin, tua atau muda, raja atau
menjadi tenang dan tenteram, rakyat, saudagar atau buruh, selalu
menjadikan diri dekat kepada Allah, dianjurkan untuk berdoa. Dengan
menjadikan diri dan agamanya demikian seperti disebutkan sebe-
dilindungi dari hal-hal yang meru- lumnya bahwa kaligrafi atau tulisan
sak, dan menggantikan kewajiban yang bersifat doa, merupakan
yang tidak mampu dikerjakan. Dari rangkaian dari kalimat syahadat dan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan dzikir, yakni sebagai kalimat per-
bahwa orang yang senantiasa ber- mohonan doa dan perlindungan dari
dzikir (mengingat) Allah, akan men- Allah S.W.T. Sayidina Aqasah ber-
jadi dekat kepada Allah, sehingga ia pendapat bahwa do‘a itu otaknya
akan selalu dijaga oleh Allah dari ibadah. Karena itu, do‘a yang di-
hal-hal yang menyesatkan. Motif tuliskan pada nisan kubur dapat di-
kaligrafi kalimat dzikir pada makam maknai sebagai simbol akidah Islam.
semuanya menjadi motif utama pada
ornamen makam, yang menandakan PENUTUP
bahwa kalimat dzikir adalah jenis
ornamen yang berfungsi sakral. Ornamen makam kuno Raja-
raja Bugis adalah salah satu produk
kesenian dan aset kekayaan kebu-

90
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014

dayaan masyarakat Bugis dari masa


lampau. Secara morfologis ornamen
memiliki karakteristik yang spesifik, KEPUSTAKAAN
unik dan sederhana. Sesungguhnya
Bahari, Nooryan, 2008. Kritik Seni:
ornamen memiliki kaitan yang erat
Wacana, Apresiasi, dan
dengan sejumlah gagasan atau ide
Kreasi, Cetakan I,
serta prilaku masyarakat sehingga
Yogyakarta: Penerbit
eksistensinya diyakini sebagai
Pustaka Pelajar.
ekspresi masyarakat Bugis dalam
merepresentasikan nilai-nilai kebu- Budhisantoso, S., 1994. Kesenian
dayaannya dan Kebudayaan, Jurnal
Penelusuran nilai estetika pa- Seni Wiled, Tahun I Juli
da bentuk dan fungsi ornamen ma- 1994 (hlm, 1-12), Surakarta:
kam adalah untuk menggali makna STSI Press
yang mengendap dibalik sebuah
karya. Untuk itu dijelaskan bahwa Guntur, 2004. Studi Ornamen;
lahirnya karya seni tidak hanya untuk Sebuah Pengantar,
pemuasan hasrat keindahannya saja, Cetakan I, Surakarta:
namun lebih dari itu mengandung Penerbit STSI Press
makna yang tersirat dibalik nilai
artistiknya. Secara filosofis, bangu- Gustami, S.P., 1980. Nukilan Seni
nan makam kuno Raja-raja Bugis Ornamen Indonesia,
merupakan ekspresi budaya bangsa Yogyakarta: STSRI.
yang sarat dengan nilai-nilai filosofis Kahar Wahid, Drs. H. A., 76 tahun,
serta simbol-simbol estetis yang Akademisi dan Budayawan
diapresiasikan pada jirat, nisan dan Sul-Sel. Wawancara, 21
gunungan makam melalui lambang- Maret 2013.
lambang tarekat, tauhid, akidah
islamiyah serta simbolisasi budaya. Mappangara, Suriadi, 2007.
Pandangan kosmologis masyarakat Glosarium Sulawesi
suku Bugis menganggap bahwa mak- Selatan; Daftar Istilah-
rokosmos (alam raya) ini bersusun istilah Budaya, Makassar,
tiga tingkat yaitu: Boting langi' (du- Penerbit BPSNT.
nia atas), Ale kawa (dunia ten-
gah), Uri' Li'yu' (dunia bawah). Se- Rohidi, Tjetjep Rohendi, 2000.
bagai pusat dari ketiga bagian alam Kesenian dalam Pendekatan
raya ini ialah Boting langi' (langit Kebudayaan, Bandung:
tetinggi) tempat Dewata SeuwaE STSI Press.
(Tuhan Yang Maha Esa) bersema-
Sedyawati, Edi (Universitas Indone-
yam. Pandangan inilah yang menjadi
sia), 1986. Local Genius da-
elemen utama dalam membangun ide
lam Kesenian Indonesia, da-
serta gaghasan kreatif sehingga
lam buku: Kepribdian Bu-
terwujudnya bentuk-bentuk
daya Bangsa (Local Geni-
bangunan makam termasuk
us), Penyunting Ayatrohae-
ornamentasi di kompleks makam
di, Cetakan I, hlm. 186-191,
raja-raja Bugis.
Jakarta: Pustaka Jaya.

91
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar

Sony Kartika, Dharsono, 2004. Seni Indonesia, Jakarta: Ikatan


Rupa Modern, Cetakan I, Ahli Arkelogi Indonesia.
Bandung; Penerbit
Rekayasa Sains. Sumardjo, Jakob, 2006. Estetika
Paradoks, Cetakan I,
SP, Gustami, 1980. Nukilan Seni Or- Bandung; Penerbit Sunan
namen Indonesia, STSRI- Ambu STSI Press.
ASRI Yogyakarta.
Sunaryo, Aryo, 2009. Ornamen
Sukendar, Haris, Konsep-konsep Nusantara: Kajian Khusus
Keindahan pada Peningga- tentang Ornamen
lan Megalitik, dalam buku: Indonesia, Cetakan I,
Estetika Dalam Arkeologi Semarang: Penerbit
Dahara Prize.

DAFTAR NARASUMBER Dosen dan sebagai Ketua


Jurusan Pendidikan Seni
A. Baetal Mukaddas, S.Pd., M. Sn., Rupa FKIP Unismuh.
47 tahun, Budayawan dan Makassar. Wawancara, 16
Peneliti Budaya, serta Februari 2013.

92

Anda mungkin juga menyukai