1, 2014
Meisar Ashari
Prodi. Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universutas Muhammadi-
yah Makassar. Jl. Sultan Alauddin Km. 7 No. 259 Gedung AB Lantai III
Meisar.ashari@yahoo.com
Info Artikel Abstract
Artikel ini adalah hasil penelitian tentang peninggalan warisan kebudayaan fisik
yang juga merupakan produk kesenian peninggalan kejayaan kerajaan Islam abad
XVII-XIX. Oleh karena itu ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam
menakar eksistensi estetika ornamen makam kuno. Pertama konteks estetika yang
mencakup bentuk, keahlian dan gaya. Kedua adalah konteks makna (meanings),
yang mencakup pesan dan kaitan lambang-lambangnya (symbolic value).
Penelusuran nilai estetika pada bentuk dan fungsi ornamen makam adalah untuk
menggali makna yang mengendap dibalik sebuah karya, dengan demikian
eksistensi ornamen dianalisis berdasarkan interaksi dan interpretasi analisis melalui
Diterima pendekatan estetika arkeologi. Interaksi analisis dilakukan untuk mendapatkan
23 intersubjektif dari data-data yang dihasilkan dengan menggunakan riset etik atau
Januari berdasarkan data pada kajian pustaka atau berdasarkan pengetahuan dan pendapat
2014 dari peneliti. Hasil analisis diketahui bahwa eksistensi ornamen makam adalah
selain sebagai identitas budaya masyarakat setempat juga sebagai gudang
Revisi I informasi yang dikomunikasikan melalui simbol-simbol visual dalam pola atau
25 motif pada ornamen makam.
Februari
2014 Kata Kunci: Eksistensi, Estetika, ornamen makam.
Revisi II This article is the result of research on physical cultural heritage heritage is also a
23
product of the triumph of art heritage of the Islamic empire XVII-XIX century.
Maret
2014
Therefore, there are two aspects that need to be considered in the art of measuring
the existence of aesthetic trappings of ancient tombs. First aesthetic context that
Disetujui includes shape, craftsmanship and style. The second is the context of meaning
22 (meanings), which includes the message and link the symbols (symbolic value).
April Search aesthetic value on the form and function of the tomb ornament is to explore
2014 the meaning of that settles behind a work, thus the existence of ornaments were
analyzed by analysis of interaction and interpretation of archaeological aesthetic
approach. Interaction analysis is performed to obtain intersubjective of the data
generated by the use or conduct research based on data on the study of literature
or based on the knowledge and opinions of researchers. The results of analysis
show that the existence of ornaments tomb is in addition to the cultural identity of
the local community as well as a repository of information that is communicated
through visual symbols in the pattern or motif on the tomb ornaments.
73
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
74
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
diran bentuk kesenian. Salah satu ditempatkan pada sisi makam dan
cabang kesenian itu adalah seni rupa nisan guna mendapatkan keindahan
yang dapat dilihat dari segi dimensi semata, tetapi lebih dari itu ornamen
ungkapannya yaitu perpaduan antara makam di kompleks makam raja-raja
garis, warna, serata bidang atau Bugis tidak lepas dari unsur-unsur
ruang, dan dari sekian banyak cabang kearifan lokal (local wisdom) dan
seni rupa salah satu diantaranya cerminan kebudayaan setempat, serta
adalah ornamen. konteksnya sebagai perangkap ritual
Ornamen merupakan salah berupa ragam hias dan motif-motif
satu produk kebudayaan, keberadaan yang mengandung makna filosofis
ornamen hadir seiring dengan religius nenek moyang masa lalu
terciptanya kebutuhan manusia. Pada (masa pra-Islam sampai masuknya
awalnya ornamen merupakan bagian Islam). Secara umum bahwa kebe-
dari ritual. Ornamen adalah gam- radaan makam raja-raja Bugis adalah
baran ekspresi manusia menaklukkan selain sebagai tempat peristirahatan
alam, dalam hal ini tumbuh-tum- terakhir atau tanda dan alat legitimasi
buhan dan binatang sebagai cerminan bagi suatu dinasti yang berkuasa juga
pada lukisan-lukisan di dinding gua sebagai bentuk penghargaan (keagu-
manusia purba. Ornamen juga me- ngan) rakyat terhadap rajanya se-
rupakan ungkapan rasa dari manusia bagai orang yang dipandang dan
akan sebuah nilai keindahan dihormati.
(Kosasih, 1987: 16-18). Kaitannya Dengan demikian, berdasar-
dengan seni rupa, ornamen dapat kan pemikiran dan atas pertimba-
dilihat sebagai bagian dari sebuah ngan-pertimbangan tersebut di atas,
kegiatan berkesenian. Esensi seni menjadi sebuah asumsi yang cukup
yang mengutamakan keindahan kuat terhadap kecenderungan konsep
merupakan dasar dari hadirnya bu- pemikiran yang paling signifikan dan
daya ornamen dan sebagai jawaban menonjol tentang esensi kehidupan
atas kebutuhan manusia mengha- sosial budaya, serta sistem budaya
dirkan nilai-nilai keindahan. dan kesenian suatu suku bangsa.
Dalam kesenian tradisional Maka dari itu, keberadaan unsur-
seperti ornamen makam, karya seni unsur lokal dalam kerangka budaya
rupa yang dicipta tidak untuk inilah yang melatar belakangi keter-
keindahan semata, sebaliknya tidak tarikan dalam memahami lebih jauh
ada benda pakai yang dibuat semata- keberadaan ornamen makam raja-
mata fungsionalnya saja. Aspek raja Bugis di Sulawesi selatan.
keindahan pada produk seni bukan Konsentrasi analisis diarah-
sekedar memuaskan mata, melainkan kan pada studi terhadap ornamen
berpadu dengan kaidah moral, adat makam di kompleks makam raja-raja
kepercayaan, dan sebagainya. Se- Bugis, substansinya bertujuan untuk
hingga memiliki makna sekaligus mengungkap secara analitis dan
indah (Tabrani, 1999: 19). Pada deskritif apa yang menjadi pokok
hakekatnya ornamen makam raja- permasalahan, yaitu menakar eksis-
raja Bugis di Sulawesi Selatan tidak tensi estetika ornamen makam kuno
sekedar menjadi suguhan indera mata mengenai bentuk, fungsi serta makna
saja (visual), atau sesuatu yang ornamen makam yang terdapat di
75
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
76
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
gunungan sebagai bagian dari stru- memberi tanda kubur dengan batu
ktur utama makam. Nisan dan jirat atau tanda lain pada bagian kepala‖.
menjadi satu kesatuan utuh yang Pemberian tanda kepala berupa
saling terintegrasi menjadi sebuah menhir pada masa prasejarah dan
tanda pusara, berikut gunungan nisan pada masa Islam, secara prinsip
makam yang merupakan satu elemen mempunyai kesamaan, yaitu tanda
kesatuan jirat. Pusara adalah tanda, adanya penguburan. Untuk itu ben-
yaitu tanda bahwa ditempat tersebut tuk (form) adalah merupakan totalitas
ada seseorang yang dimakamkan, dari pada karya seni itu sendiri. Ben-
pemberian tanda pada penguburan tuk itu merupakan organisasi atau
Islam merupakan salah satu sunnah, suatu kesatuan dari komposisi
sebagai hadits yang diriwayatkan dengan unsur pendukung karya
Akhmad dan Muslim, ―disunnahkan lainnya.
77
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
78
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
cidu‟, untuk motif organis melahir- Bugis disebut Lodung (Colli‟ Pakue
kan motif yang menyarankan ke- serta motif kaligrafi. Semuanya akan
hidupan, walaupun pada motif dibahas lebih lanjut jenis-jenis motif
geometris juga menggambarkan jenis ornamen di kompleks makam raja-
tumbuhan, namun pada motif organis raja Bugis, baik yang berada di Ka-
cara merepresentasikannya agak le- bupaten Bone maupun di Kabupaten
bih realistis seperti contohnya, bunga Soppeng berdasarkan tipologi motif
tanri (teratai), bua pandang, bunga dan pola hias ornamen dalam
panasa dan motif flora yang pembahasan berikut
ujungnya melingkar, dalam bahasa
79
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
80
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
81
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
digayakan untuk mendapatkan nilai satu pola hias utama pada bangunan
estetika. Maka dari itu kaligrafi di- suci, termasuk pada batu-batu nisan
jadikan sebagai sarana pemuasan bersama-sama dengan ornamennya.
kebutuhan estetik juga sebagai Pada kompleks makam raja-
sarana da‘wah yang paling efektif raja Bugis, baik yang terdapat di
bagi umat Islam dalam menjalankan Kabupaten Bone maupun di
syiar Islam. Untuk itu eksistensi Kabupaten Soppeng, ornamen
kaligrafi pada masa pertumbuhan kaligrafi dijadikan sebagai motif
Islam seperti wilayah Bugis di abad utama, kemunculan kaligrafi
ke XVII merupakan da‘wah, yaitu diperkirakan seiring dengan usia
salah satu upaya masyarakat Bugis makam tersebut, yaitu pada abad ke
dalam menyiarkan Islam secara XVII. Perpaduan antara motif-motif
fundamental (wawancara, 16 kaligrafi serta geometris dan organis
Februari 2013). pada makam menjadikan perpaduan
Abay D. Subarna (2007: 66) integrasi karya yang sangat dinamis
menambahkan bahwa sebagai dan harmonis.
komponen kaligrafi, aksara Kajian mengenai epigrafi
memiliki fungsi spiritual, praktis, pada ornamen makam di kompleks
dan estetis. Meskipun motif hias makam raja-raja Bugis, terutama
kaligrafi sudah lama ada, tetapi ditinjau dari data verbal (inskripsi)
motif hias ini menjadi berkembang tersebut, maka ornamen makam
seiring dengan berkembangnya dapat dikategorikan atas (1) tulisan
kebudayaan Islam di Nusantara. dengan kalimat Syahadat, yakni
Teristimewa kaligrafi Arab, tidak pengakuan terhadap Allah S.W.T.,
sekedar menjadi unsur estetis (2) tulisan dengan kalimat dzikir, (3)
melainkan juga mengandung pesan- tulisan dengan kalimat Allah (Ismul
pesan agama yang biasanya diambil Jalalah), dan (4) tulisan yang
dari Al Quran dan Hadits. bersifat do‘a. Ketiga kalimat yang
Eksistensi kaligrafi Arab terdapat pada ornamen makam
atau epigrafi pada batu nisan meru- tersebut dikategorikan ke dalam
pakan peninggalan seni rupa Islam kalimat tauhid, yaitu kalimat
di Indonesia yang paling menonjol kesaksian yang memiliki keutamaan
jika dibandingkan dengan bentuk sangat besar. Kalimat-kalimat tauhid
peninggalan seni rupa Islam lainnya. seperti itu, cukup banyak ditemukan
Motif hias kaligrafi Arab paling tua pada makam-makam kuno di
di Nusantara ditemukan pada batu- Sulawesi Selatan, yakni diwujudkan
batu nisan pada abad ke XII. Pada sebagai elemen estetis pada struktur
mulanya batu nisan yang berhiaskan makam, seperti nisan, jirat serta
kaligrafi Arab didatangkan dari luar, gunungannya. Untuk menelusuri
dalam gaya India Barat berikut makna esensial mengapa keberadaan
bahan dari batu pualamnya, Dalam kalimat-kalimat tauhid diaplikasikan
pertumbuhan dan perkembangannya pada ornamen makam, maka
kemudian, kaligrafi menjadi salah sebelumnya perlu dipahami makna
satu karya kesenian Islam yang hakikinya, yaitu pada pembahasan
sangat penting (Subarna, 1986: 22). yang mengurai makna filosofi
Bahkan di Indonesia menjadi salah
82
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
83
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
(form) dan keahlian yang mela- elemen yang sengaja dihadirkan un-
hirkan gaya. Selanjutnya konteks tuk memperindah ruang kekosongan
makna (meanings), yang mencakup pada sebuah barang atau benda,
pesan dan kaitan lambang-lam- kemudian menjadi sebuah karya
bangnya (symbolic value). Dalam seni artifisial yang menarik dan
rangka kedua konteks inilah pen- indah. Akan tetapi seiring dengan
dekatan masalah kesenian hen- eksistensinya ornamen tidak hanya
daknya dipahami. (Budhisantoso, dijadikan sebagai elemen untuk
1994: 3). memperindah saja, akan tetapi juga
Ornamen makam di memiliki fungsi lain seperti untuk
kompleks makam raja-raja Bugis dijadikan sebagai tempat pemujaan
berdasarkan wujud dan karakternya dan sebagai sarana penyampaian
adalah ciri sebuah artefak peningga- informasi atau sistem simbol yang
lan megalitik yang berlanjut (ber- dijadikan sebagai sarana komunikasi
kembang). Motif-motif artifak, baik bagi masyarakat pendukung kebu-
yang berbentuk goresan, relief, dan dayaannya. Untuk itu dalam kai-
arca megalitik, ada yang masih tannya dengan estetika arkeologi
berlanjut dan tidak berlanjut. Se- maka akan diuraikan fungsi orna-
dangkan konsep obyek estetik me- men pada makam di kompleks
galit digolongkan dalam tiga bagian makam raja-raja Bugis, seperti (1)
yaitu: sakral, semi sakral, dan profan Fungsi Sakral. (2) Fungsi Semi
(Edy Sedyawati (1987: 64). Sakral, dan (3) Fungsi Profan.
Selama karya seni difungsi- 1) Ornamen dengan Fungsi
kan di luar upacara, semuanya Sakral
hanya punya nilai profan, meskipun Dalam pembahasan tentang
memiliki simbol-simbol religi. Un- fungsi sakral ornamen perlu di-
tuk mengetahui apakah simbol- bicarakan aspek kehidupan spiritual
simbol seni masih punya makna (spiritual live) masyarakatnya. Hal
kosmologis-religius cukup sulit ini didasarkan pada asumsi bahwa
dalam fenomena seni ―tradisional‖ latar kehidupan spiritual tidak hanya
sekarang. Orang sudah tidak tahu memiliki pengaruh besar terhadap
―apa yang harus‖ dan ―apa yang aktifitas ritual, tetapi berpengaruh
tidak boleh‖. Kadang manusia pula terhadap instrumen penyer-
mencampur adukkan saja mana tanya. Berkaitan dengan hal itu,
yang harus, dan mana yang tabu. ornamen sebagai instrumen penyerta
Pola-pola seninya juga seenaknya praktik ritual menjadi hal pokok
bagi keperluan moderennya, yakni bagi masyarakat. Ornamen yang
demi estetika belaka. Dalam budaya menggambarkan berbagai bentuk
religi, benda-benda (alam maupun atau figur ditujukan untuk kepen-
buatan), ruang dan waktu bahkan tingan sakral dan upacara
pelaku, tidak mempunyai nilai yang keagamaan. Karena terdapat pan-
sama, Ada ruang profan, semi dangan bahwa segala sesuatu ber-
sakral, dan sakral (Jacob Sumardjo, kaitan dengan segala sesuatu yang
2006: 95) lain, medium dari kesatuan mistik
Ornamen sebagai mana ini adalah kekuatan yang hidup
fungsi dasarnya adalah sebuah disebut mana. Pada masa prasejarah
84
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
85
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
86
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
ganis serta pola kaligrafi. Pola geo- tulis, (2) ilmu syariat, yaitu ilmu
metris terdiri dari motif sulapa agama yang erat hubungannya
eppa‟, belo-belo cidu‟ dan lodung dengan dunia akhirat, (3) ilmu silat,
atau colli‟paku, sedangkan pada yaitu ilmu bela diri dan ilmu magic,
pola organik dan inorganik seperti dan (4) ilmu yang menggunakan
motif tumbuhan (flora) yang terdiri tenaga alam.
dari motif teratai, parenreng, 2. Ornamen Motif Hias Belo-Belo
colli‟paku, bunga panasa, pola alam Cidu’
terdiri atas motif matahari dan motif Motif hias belo-belo cidu‟
bintang, serta motif kaligrafi yang (tumpal) memiliki makna sebagai
terdiri atas motif dengan kalimat simbol keteguhan (agettengeng),
tauhid, motif kalimat dzikir, motif yaitu sebagai makna persatuan dan
kalimat Allah dan Muhammad serta kekuatan, fungsinya hanya bersifat
motif kalimat doa. profan, untuk itu oleh orang Bugis
1. Ornamen Motif Hias Sulapa menyebutnya belo-belo cidu‟. Ben-
eppa’ tuknya yang kaku sehingga eksis-
Motif hias Sulapa eppa‟ tensinya terlihat kontras dengan
adalah jenis ornamen berpola segi ornamen-ornamen lainnya, dan ha-
empat belah ketupat. Segi empat nya menghiasi jirat dan gunungan
adalah suatu istilah dengan sistem makam saja, yaitu pada posisis utara
pengetahuan atau bisa juga disebut dan selatan makam.
filsafat hidup orang Bugis. Sulapa 3. Ornamen Motif Hias Belo-belo
eppa‟ merupakan dasar pandangan Massulapa
mitologis terhadap makrokosmos Makna dalam motif hias
orang Bugis dalam memandang Belo-belo Massulapa hampir sama
alam raya ini sebagai sulapa eppa‟ dengan motif Sulapa eppa, Namun
walasuji (segi empat belah ketupat). dalam visualisasinya Belo-belo
Oleh Suriadi Mappangara (2007: Massulapa adalah bunga yang
458) dijelaskan bahwa sulapa eppa‟ distilasi berbentuk segi empat. Kon-
model kosmos yang dihubungkan sep suku Bugis, asal manusia bera-
dengan adanya empat sarwa alam, sal dari empat unsur yakni tanah,
yaitu: udara, air, api, dan tanah yang air, api, dan angin. Keempat unsur
tidak terpisahkan dari kehidupan inilah yang merupakan pembentuk
manusia. Untuk itu orang yang telah manusia sempurna. Bila dikaitkan
mengetahui pengetahuan tersebut dengan empat penjuru mata angin,
dianggap orang yang sempurna. maka manusia hidup pada satu tem-
Adapun keempat ilmu tersebut pat dengan empat penjuru mata
adalah (1) ilmu surat, yaitu ilmu angin seperti utara, timur, selatan,
yang berhubungan dengan baca dan barat.
87
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
88
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
89
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
90
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
91
Menakar Eksistensi Estetika Ornamen Makam…. Meisar
92