Anda di halaman 1dari 3

Kanker Kandung Kemih Akibat Infestasi

Schistosoma haematobium pada Masyarakat


Pertanian

1
Muhammad Fikri Udin and 2Yudha Nurdian
1
Student, Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia
2
Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia
Corresponding Author: Muhammad Fikri Udin, udinfikri911@gmail.com
152010101035@students.unej.ac.id

Abstrak
Latar Belakang
Schistosoma haematobium merupakan jenis cacing yang biasa menyerang bagian
perkemihan. Cacing ini banyak tersebar pada daerah Afrika dan Timur Tengah. Cacing ini
memiliki hospes definitif dan hospes intermediet. Manusia dan kera sebagai hospes definitif
dan siput bergenus Bulinus sebagai hospes perantara. Cacing ini menginfeksi manusia dalam
bentuk serkaria yang melakukan penetrasi melalui kulit. menyebabkan beberapa penyakit
perkemihan seperti sistisis dan ureteritis. Di seluruh dunia, kanker kandung kemih dikenal
terkait dengan berbagai faktor resiko seperti merokok, paparan kimia, dan faktor infeksi
parasit. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kasus kanker kandung kemih pada daerah yang
endemis terhadap infeksi cacing Schistosomiasis. Kanker kandung kemih akibat infestasi
cacing banyak terjadi di daerah pertanian yang menggunakan sungai atau sistem irigasi
sebagai pengairannya . Sebuah studi mengatakan bahwa di Mesir pada daerah sungai nil rata-
rata pengidap kanker kandung kemih akibat infestasi cacing S.haematobium berprofesi
sebagai petani. Hal ini disebabkan karena kebiasaan masyarakat untuk mandi, mencuci
pakaian dan makanan di sungai menjadi faktor peningkatan infeksi Schistosimiasis. Selain itu
penggunaan berlebihan dari bahan-bahan kimia seperti pestisida, herbisida, dan pupuk buatan
menyebabkan peningkatan dari transmisi cacing S.haematobium. Mekanisme pasti mengenai
keterkaitan infestasi S.haematobium dengan kanker kandung kemih masih belum ditemukan.
Beberapa teori menyatakan bahwa kanker kandung kemih muncul akibat inflamasi kronis
yang disebabkan oleh cacing ini pada epitel mukosa dan submukosa kandung kemih.
Inflamasi ini mendorong metaplasi sel epitel dan menyebabkan karsinoma sel skuamosa.
Inflamasi kronis tersebut juga menjadi penyebab dari adanya fibrosis kandung kemih.
Fibrosis kandung kemih ini akan menyumbat urin dan menyebabkan stasis urin yang nantinya
akan menyebab super infeksi dari bakteri. Bakteri-bakteri tersebut akan mengubah senyawa
nitrat dan nitrit menjadi senyawa nitrosamin, yang merupakan zat karsinogenik dan dapat
menyebabkan kanker ganas kandung kemih. Pemberian prazikuantel secara massal yang
dikombinasikan dengan penyuluhan kepada masyarakat tebukti mampu menurunkan angka
kejadian kanker kandung kemih akibat infestasi cacing S.haematobium. Selain pemberian
prazikuantel dapat dilakukan juga kemoterapi dan prosedur pembedahan untuk tatalaksana
karsinoma sel skuamosa pada kandung kemih.

Kesimpulan
Artikel ini menjelaskan tentang adanya hubungan antara infestasi cacing S.haematobium
dengan kejadian karsinoma skuamosa kandung kemih pada masyarakat Pertanian. Serta
pemberian prazikuantel secara massal yang dikombinasikan dengan penyuluhan kepada
masyarakat mampu menurunkan angka kejadian kanker kandung kemih akibat infestasi
cacing S.haematobium.

Referensi
Baidowi, I. I. dan Nurdian, Y. 2018. Water-Based Diseases Caused by Schistosomiasis in
Agricultural Setting. http://researchgate.net//

Mumtaza, H. I. dan Nurdian, Y. 2018. Peningkatan Kejadian Schistosomiasis Akibat


Pengunaan Bahan Kimia pada Pertanian. http://researchgate.net//

Khaled, H. M. 2013. Schistosimiasis and Cancer in Egypt. Journal of Advanced Research, do


i: http://dx.doi.org/10.1016/j.jare.2013.06.007

Rambau, P. F., Chalya, P. L. dan Jackson, K. 2013. Schistosomiasis and urinary Bladder
Cancer in North Western Tanzania: a Retrospective Review of 185 Patients.
Infectious Agents and Cancer. doi: 10.1186/1750-9378-8-19

Amuta, E. U. dan Houmsou, R.S. 2014. Prevalence, Intensity of Infection and Risk Factors of
Urinary Schistosomiasis in pre-school and school aged children in Guma Local
Government Area, Nigeria. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. doi: 10.1016/
S1995-7645(13)60188-1

Felix, A. S. et all. 2008. The Changing Patterns of Bladder Cancer in Egypt over the past 26
years. Cancer Causes Control. doi: 10.1007/s10552-007-9104-7

Dematei, A., Fernandes, R., Soares, R., Alves, H., Richter, Joachim. dan Botelho, M. C.
2017. Angiogenesis in Schistosoma haematobium-associated Urinary Bladder Cancer.
AMPIS Journal of Pathology, Microbiology and Immunology. doi:
https://doi.org/10.1111/apm.12756
Botelho, M. C., Machado, J. C. dan Correia da Costa, J. M. 2014. Schistosoma haematobium
and Bladder Cancer : What Lies Beneath?. Virulence. doi:
http://dx.doi.org/10.4161/viru.1.2.10487

Ozbey, E. G. 2015. Squamos Cell Carcinoma in Bladder Secondary to Schistosoma


haematobium Infection. Edorium Journals. doi: 10.5348/I03-2015-4-CR-3

Bernardo, C., Cunha, M. C., Santos, J. H. et al. 2016. Insight into The Molecular Basis of
Schistosoma hametobium-induced Bladder Cancer Through Urine Proteomics. Tumor
Biology. doi: https://doi.org/10.1007/s13277-016-4997-y

Salam, H. Kamal, Y. M., El-laithy, A.J., Amer, H. M., Abouali, H. A. dan Al Shawa, R. M.
2016. Paterns of Schistosoma-associated Bladder Cancer in Egypt: A Retrospective
Study. European Journal of Cancer. doi: https://doi.org/10.1016/j.ejca.2016.03.053

Pusarawati, S. dkk. 2017. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Anda mungkin juga menyukai