IR YUFNIATI ZA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan
Laporan Akhir Tahun Kegiatan Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan
Penggunaan Varietas Unggul Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo tahun 2112 yang
dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh
Dinas/Instansi yang terkait, BP3K Bebesan, BP3K Celala, BP3K Janarata, PPL, petani
responden dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami
menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu saran dan keritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang
akan datang sangat diharapkan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini
bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ir Yufniati ZA
NIP. 19570304 198303 2 004
i
RINGKASAN
Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi Arabika
Di Dataran Tinggi Gayo bertujuan untuk memperoleh data faktor penentu dan alasan pemilihan
varietas yang digunakan, data identifikasi varietas yang di tanam dan perbandingan performa
kebun serta produktivitas kopi yang dihasilkan dari kombinasi beberapa varietas kopi arabika yang
di tanam. Disamping itu pula dari BPTP Aceh bertujuan agar Varietas kopi Gayo 1 dan Gayo 2
yang sudah dilepas melalui Keputusan Menteri Pertanian pada bulan Desember tahun 2010, dapat
ditanam sesuai dengan indeks Geografis. Kopi merupakan komoditas primadona yang menjadi
andalan sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di dataran tinggi Gayo. Varietas
Gayo 1 dan Gayo 2 memang sudah sangat adaptif dan ditanaman petani, namun untuk
mengurangi resiko kegagalan panen dari penggunaan satu varietas , perbaikan mutu dan citarasa
serta pertimbangan ketahanan terhadap hama ( Penggerek Buah Kopi ) dan penyakit tertentu
(penyakit karat daun dan jamur akar putih ), maka petani menanam beberapa varietas dilokasi
kebunnya. Penanaman satu varietas memiliki keunggulan sekaligus kekurangan, oleh karena itu
perlu studi faktor penentu penggunaan varietas kopi arabika yang ditanam petani
dikebunnya.Penggunaan kombinasi varietas apa yang paling menguntungkanterhadap ketahanan
hama dan penyakit , antisipasi kegagalan panen dari penanaman satu varietas, dan akhirnya
citarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas yang ditanam oleh petani.
Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan antara
peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani , kelompok tani sebagai responden, serta melibatkan
Dinas/ Instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah dan Bener Meriah,
BP3k Bebesan, BP3K Celala dan BP3K Janarata serta Lembaga Desa. Penelitian ini menggunakan
metoda survey, melalui pemilihan performa kebun yang didasarkan pada ketinggian tempat, yang
dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) ketinggian 800-1.000m dpl, (2) ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl,
dan (3) ketinggian 1.200-1.400 m dpl.Jumlah petani responden sebanyak 120 orang untuk dua
kabupaten, dan dipilih secara sengaja ( purposive sampling) dengan kreteria petani yang
menanam satu varietas unggul kopi arabika dan yang menanam tiga varietas unggul kopi arabika.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Desember 2012. Data yang dijadikan
sumber bahasan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui observasi lapangan , wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan kuessioner, dan lebih mendalam dengan melakukan diskusi kelompok terfokus (
Focus Group Discussion/FGD ). Data primer yang dikumpulkan antara lain (a) karakteristik
responden, (b) keragaan pengelolaan usahatani, (c ) observasi keragaan performa kebun dan (d)
alur adopsi pemilihan varietas oleh petani responden. Hasil sementara yang diperoleh dari kajian
ini adalah umumnya kepemilikan kebun kopi milik sendiri dengan luas rata-rata 1 ha sampai 2 ha,
lama kebun yang diusahakan sudah mencapai 15-25 tahun, varietas yang ditanam sebagian besar
dari kopi arabika ( Gayo 1, Gayo 2, Ateng Super/Catimor Jaluk ) dan sebagian kecil menanam
varietas P88. Alasan menggunakan beberapa varietas tersebut tentunya pertama sekali sudah
beradaptasi , selanjutnya berproduksi tinggi dan umur tanaman tahan lama. Petani yang
termasuk responden dengan performa kebun menanam kombinasi varietas, tentunya juga punya
alasan yaitu karena kondisi kebun kopi tidak semua datar, ada juga yang mempunyai kemiringan
sekitar 15-20% . Untuk lahan yang datar tentu yang sesuai varietas Ateng Super dan yang agak
miring dapat ditanam varietas kopi Gayo1 .Petani kopi dalam memperoleh bahan tanaman
umumnya melakukan sendiri, dengan umur bibit berkisar 8 bulan dari semai biji yang diperoleh
dari kebun sendiri, alasannya karena mudah dalam perawatan dan akarnya belum terlalu
panjang. Untuk luas kebun 1 ha dibutuhkan bahan tanaman/bibit tanaman kopi sebanyak 1.280
batang. Tanaman pelindung yang digunakan dari jenis tanaman lamtoro, jarak tanamnya 5mx5m
dengan jumlah perha 600 batang. Produksi rata rata yang dicapai ditingkat petani baru mencapai
500 – 800 kg/ha, dan beberapa petani ada yang mencapai standar nasional yaitu 1 sampai 1,2
ton/ha. Panen raya kopi jatuh pada bulan Februari sampai bulan Mei setiap tahun, dan akhir
panen bulan Nopember sampai minggu 2 bulan Desember. Kebiasaan petani kopi menjual hasil
panen dalam bentuk gabah dengan kekeringan air, harga jual Rp 17.000,-/bambu, kepada
pedagang pengumpul, sedangkan dalam bentuk gelondong merah Rp 65.000- Rp 70.000,-/
kaleng. Pemanenan kopi dilakukan setiap tahun 10-12 kali dengan interval waktu 2 minggu sekali.
Hama dan Penyakit yang sering menyerang tanaman kopi petani adalah PBKo dan jamur akar
putih, pengalaman petani yang tahan terhadap hama/penyakit tersebuat adalah varietas Gayo 1.
ii
Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik pemangkasan tanaman
kopi, pemupukan menggunakan limbah kulit kopi, kompos kulit kopi, pupuk kandang dan
sebagian kecil menggunakan pupuk an organik.
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 3
1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 3
1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 4
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
III. PROSEDUR................................................................................................ 10
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 10
3.2. Pendekatan ...................................................................................... 10
3.3. Pola Pendampingan ........................................................................... 10
3.4. Komponen Teknologi PTT Jagung ....................................................... 11
3.5. Bahan .............................................................................................. 12
3.6. Teknik Diseminasi ............................................................................. 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1. Hasil ................................................................................................. 13
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 22
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 22
5.2. Saran ................................................................................................. 22
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 23
iv
I. PENDAHULUAN
1
arabika yang ditanam petani dikebunnya. Penggunaan kombinasi varietas apa yang
paling menguntungkan terhadap ketahanan hama penyakit , antisipasi kegagalan panen
dari penanaman satu varietas, dan citarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas
yang ditanam oleh petani.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat : (1) factor penentu dan alasan pemilihan
varietas yang digunakan petani, (2) data identifikasi varietas yang ditanam , dan (3)
perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi
arabika yang ditanam petani.
1.3. Keluaran
Tersedianya data ; (1) factor penentu dan alasan pemilihan varietas yang
digunakan petani , (2) data identifikasi varietas yang ditanam petani dan (3)
perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi
arabika yang ditanam petani.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
>1000 m dpl. Agak tahan terhadap serangan nematoda parasit dan tahan penyakit
karat daun (Hemilea vastatrix). Produktivitas 1.000-1.500 kg/ha untuk populasi 2.000
pohon/ha.
2. Borbor
Merupakan hasil seleksi individual pada keturunan Arabusta Timtim yang dilakukan
oleh petani atau pekebun di Gayo, tahan penyakit karat daun (Hemilea vastatrix).
Dapat tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 1.000-1.500 kg/ha
untuk populasi 1.600 pohon/ha.
3. Timtim
Merupakan Arabika asal Timor Timur (sekarang Timor Leste), yang telah beradaptasi
di dataran tinggi Gayo. Ketahanan terhadap penyakit karat daun (Hemilea vastatrix)
antar individu tanaman sangat beragam mulai dari agak rentan–tahan. Dapat
tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 900-1.500 kg/ha untuk
populasi 1.600 pohon/ha.
Varietas Andung Sari 1 yang berasal dari varietas harapan dengan nomor seleksi
BP 426 A, BP 426 A, merupakan salah satu hasil seleksi pohon induk dari populasi
varietas Catimor yang diintroduksikan dari Kolombia. Keragaman individu pada populasi
tersebut sangat nyata, baik habitus, ketahanan terhadap penyakit karat daun,
pembuahan dll. Pada saat pembuahan pertama dan kedua (1987-1988) dilakukan seleksi
individual terhadap sifat daya hasil dan ketahanan terhadap karat daun; terpilih tiga
nomor seleksi, yaitu BP 425 A, BP 426 A dan BP 427 A.
Menilik perbedaan sifat morfologi dan sifat agronomi lainnya yang berbeda
dengan populasi Catimor keturunan HW 26 (Kartika 1 dan Kartika 2), diduga BP 426 A
merupa-kan keturunan Catimor H-440 dengan induk persilangan Catura vermelho (CIFC
19/1) x Hibrido de Timor CIFC 1343/269. Catimor keturunan H-440 ini banyak ditanam
sebagai varietas praktek di Kolombia. Pengujian aras bibit dilakukan terhadap sifat
ketahanan pada kondisi lengas tanah dan hara minimal, serta pengujian lapangan
terhadap sifat daya hasil dan mutu biji yang dilakukan di beberapa kondisi lingkungan.
Pengujian ketahanan ter-hadap penyakit karat daun dilakukan pada aras bibit maupun di
lapangan baik dengan metode inokulasi cakram daun di laboratorium maupun metode
scoring di lapangan.
Berdasarkan penelitian ini BP 426 A dapat ditanam mulai ketinggian tempat 700
m ke atas, dengan be-berapa tipe iklim, yaitu tipe A, B, C, dan D (menurut klasifikasi
Schmith & Ferguson). Meskipun demikian produk-tivitas paling baik adalah penanaman
di lahan dengan = 1000 m dpl, klas lahan S1 dan S2 dengan tipe iklim B atau C.
Pengujian citarasa (cup test) dilakukan oleh panelis dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
4
dan dari luar negeri dengan cara mengirimkan contoh ke laboratorium Uji Mutu milik
Nestle S.A, Switzerland.
Tanaman kopi (Coffea Sp.) merupakan tanaman perkebunan yang termasuk ke
dalam famili Rubiaceae yang memiliki ±100 spesies/jenis, tetapi hanya dua jenis saja
yang banyak dibudidayakan dan diperdagangkan yaitu jenis kopi Arabika dan Robusta.
Kedua jenis kopi ini mempunyai perbedaan yang nyata baik dari segi fisik maupun
kualitas buah yang dihasilkan dimana kopi Arabika menghasilkan kualitas buah kopi yang
lebih baik dibandingkan kopi Robusta.
5
III. PROSEDUR
3.2. Pendekatan
Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan
kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP NAD, PPL, petani, kelompok tani serta
melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh
Tengah dan Bener Meriah, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain–lain.
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode survey, dimana
petani sebagai responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu yang
menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi Arabika di kebunnya.
6
menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi arabika di kebunnya.
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai dengan bulan Desember 2012.
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Profil Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah
Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah ,
terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa yang
mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl yaitu ; ( a)
Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai Penyuluh THL
dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas tanamnya dan
menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam (terlampir). Desa ini
dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi seluas 158 Ha, tanah
pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah terlantar ( tidak diusahakan )
seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK
yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan Perempuan 554 orang. Sarana
perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa
Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai PPL dengan jumlah responden
sebanyak 10 orang dengan rincian yang menanam 1 varietan dan kombinasi
varietas serta luas tanamnya (terlampir ). Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun
Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah
terlantar/tidak diusahakan 2 Ha, kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang
pengembalaan ternak 1 Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK,
Laki-laki 210 orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri
8
dari warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping
Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan luas
tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini luasnya 250
Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah pekarangan ½
Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa ini dengan jumlah
penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang, Perempuan 174 orang,
sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios sembako. (d) Desa Tansaran yang
didampingi oleh penyuluh yang bernama Agus Nari dengan jumlah responden 10
orang yang terdiri dari menanam 1 varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah
luas tanamnya (terlampir). Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi
100 Ha, sawah irigasi sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah
tegalan/ladang 20 Ha, tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha,
padang pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan
lain-lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang
dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios sembako,
koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2
dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi non PU
541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi 2.781 Ha,
ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara 3.221 Ha dan lain-
lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700- 900m dpl , dengan suhu
tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari 15˚- 20˚C dengan
kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir
berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari hujan rata-rata 163 hari pada
bulan September sampai dengan April. Jumlah penduduk di Kemacatan Celala 8.556
jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata
pencaharian penduk sebagai petani ( 1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP
Celala terletak di desa Makmur , dan merupakan wilayah kerja BPP Celala yang
terdiri dari 17 desa definitive , juga merupakan unit koordinasi serta operasional
kegiatan penyuluhan bagi PPL dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai
macam komoditi yang diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun
berbagai usaha sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman
kopi. Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk dikembangkan,
9
tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani belum mencapai
produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi pupuk untuk tanaman kopi
Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha, sedangakan
untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha.
Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun 2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17
desa dengan kelas kelompok pada tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani (
Gapoktan ) .
Permasalahan yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih
rendahnya kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan
belum mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran
ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala terdapat 2
desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1 ) Desa Kuyen
Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani Siner Kuara,
dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas kopi arabika. Luas
dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran. Penyuluh yang
mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa Belang Jorong termasuk
dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani Tuah Bertona, dengan jumlah
responden yang dipilih untuk kegiatan ini sebanyak 10 orang , yang menanam
kombinasi varietas kopi arabika dengan luas tanam masing masing responden dapat
dilihat pada lampiran. Kabupaten Bener Meriah sebagai kabupaten pemekaran baru
dari kabupaten Aceh Tengah, yang diformalkan sejak tahun 2004. Kabupaten ini
luas wilayahnya 1.454,09 km yang terdiri dari 7 kecamatan , 13 mukim dan 232
desa. Komposisi penggunaan lahan sebagai berikut; sawah 21.234 Ha,
pekarangan/bangunan 3.172,80 Ha, kebun/ ladang 50.384 Ha, hutan lindung
21.604,78 Ha dan hutan produksi 36.447 Ha. Kabupaten ini merupakan kabupaten
termuda dalam wilayah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata 1.000 2.500 m dpl
dengan suhu rata-rata antara 20 derajat celcius , sebelah utara dengan kabupaten
Bireun , sebelah selatan dengan kabupaten Aceh Tengah, sebelah timur dengan
kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat dengan kabupaten Aceh Tengah.
Kabupaten ini jika ditinjau dari zona dan dibagi pada dua zona dengan kesuburan
tanah yang merata hampir disetiap kecamatan, jenis tanah Podzolik adalah yang
mendominasi kawasan Bener Meriah ,sehingga sangat cocok untuk tanaman
hortikultura serta tanaman perkebunan seperti kopi,kelapa sawit, karet, coklat dan
teh.
Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan pengusaha
kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain kopi Arabika juga
10
kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik terutama dikalangan
pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk dijadikan kopi bubuk dengan
aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar merupakan salah satu kecamatan
yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian 900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan
1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat
celcius. Kecamatan ini terdiri dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah
penduduk 30.434 jiwa. Luas wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian
dipilih 20 responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang
dan yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl
yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan jumlah
3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku. Kreteria ketinggian
1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat dan Tawar Sedenge yang
didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian 1.400-1.600 m dpl didampingi
oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan mewaki desa Pondok Gajah.
11
1. Pengumpulan Data Informasi umum.
Tanggal 18-19 April melakukan koordinasi pada BPP Bebesan dan Celala, yaitu
choaching / penjelasan singkat tentang tatacara pengisian kuessiner yang dihadiri Ka
BPP, PPL. Pada perinsipnya ke dua BPP tersebut mendukung pelaksanaan kegiatan
kajian ini, Ismail SP sebagai Kepala BPP Celala menetapkan 2 orang penyuluh untuk
membantu dan mendampingi petani dalam pengisian kuessioner, yaitu Thallea
Nedwar,SP dan Sudianto. Masing-masing PPL mendampingi 10 orang petani. Untuk
Kecamatan Celala ada dua desa yang terwakili dengan ketinggian 900-1.200 m dpl, yaitu
desa Kuneken ( petani yang menanam 1 varietas) dan desa Paya Kolak ( petani yang
menanam kombinasi beberapa varietas).
Untuk kecamatan Bebesan yang masuk dalam wilayah kerja BPP Bebesan yang
dikepalai oleh Sampit Tarigan ,SP menunjuk 4 orang PPL yaitu Syukurmi, Agusnari, Leli
dan Sila Wirda. Masing masing PPL mendampingi 10 orang petani dan mengumpulkan
data berdasarkan dengan klasifikasi performa kebun yaitu yang menanam 1 varietas
dan kombinasi beberapa varietas. Untuk kecamatan Bebesan ada 5 desa yang mewakili
ketinggian dari 1.200 -1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 mdpl, yaitu desa Tensaran, Daling,
Lelabu,Blang Gele dan Sadong.
Tanggal 20-21 April 2012, melalukan koordinasi dengan BPP Bandar , karena
untuk Kabupaten Bener Meriah terwakili tiga kreteria ketinggian dari 900-1.200m dpl,
1.200-1.400 m dpl dan 1.400 1.600m dpl yaitu kecamatan Bandar dan merupakan
wilayah kerja BPP Bandar, yang di kepalai oleh Linda, SP. Pada perinsipnya beliau
mendukung kegiatan ini , sehingga ditunjuk 3 orang PPL, yaitu Bambang Purnomo, Aria
Zulfikar dan Effendi sebagai pendamping petani dalam pengisian kuessioner sesuai zona
ketinggian yang telah ditentukan.
Untuk masing-masing enumerator diberi insentif sejumlah Rp 200.000, perbulan
yang terhitung sejak bulan Mei sampai November 2012.
12
dpl ,1200- 1400 m dpl dan 1400 -1600 m dpl. Dari hasil diskusi tersebut didapat
informasi tentang daerah atau kecamatan yang dapat mewakili ketiga kriteria diatas.
Adapun lokasi yang mewakili kriteria ketinggian yang di sebut di atas maka terpilihlah
Kecamatan Bebesan untuk ketinggian 1200 – 1400 m dpl dan 1400 – 1600 m dpl.
Sedangkan untuk ketinggian 900 – 1200 m dpl diwakili oleh kecamatan Celala. Jumlah
Responden yang terlibat pada kegiatan ini berjumlah 60 orang, dan enumerator
berjumlah 6 orang yang berasal dari BPP Bebesan dan Celala.
13
dan Sila Wirda. Masing-masing PPL di kecamatan Bebesan bertanggung jawab
menentukan responden 10 orang dan mengumpulkan data berdasarkan klasifikasi
penanaman satu varietas maupun kombinas varietas. Kecamatan Bebesan ada 5
desa yang mewakili ketinggian dari 1.200 m dpl- 1.400dpl dan 1.400 – 1.600 m
dpl , yaitu desa Tensaran, Daling, Lelabu, Blang Gele dan Sadong.
Kabupaten Bener Meriah terwakili ketinggian dari 900 -1.200 m dpl , 1.200 -1.400
m dpl dan 1.400 – 1.600 m dpl yaitu Kecamatan Bandar termasuk wilayah kerja
BPP Bandar yang dikepalai oleh Ibu Linda, dan menunjuk 3 orang PPL yaitu
Bambang Purnomo, Aria Zulfikar dan Effendi yang membantu menentukan petani
responden sesuai zona ketinggian yang telah ditentukan. Berbeda dengan
kecamatan Bebesan dan Celala, di sini masing masing PPL bertanggung jawab
terhadap 20 orang petani yang dibagi berdasarkan performa kebun yang
pengelolaan kebun didasarkan pada penanaman satu varietas maupun kombinasi
varietas.
Telah diperoleh data petani yang akan dijadikan responden sesuai pengelolaan
kebunnya dari BPP Celala ( terlampir ), sedangkan dari BPP Bebesan dan Bandar
belum diperoleh dan akan dipenuhi pada kegiatan perjalanan mendatang. Telah
dilakukan coaching singkat kepada seluruh PPL yang telah ditunjuk, disampaikan
teknik pengisian kuesioner dan beberapa hal yang menjadi fokus data yang ingin
diperoleh. Seluruh PPL yakin dapat mengumpulkan datanya, dirasa yang cukup
berat adalah mengambil data riil jumlah batang masing-masing varietas dari
setiap petani responden. Hal ini dirasa berat karena PPL harus melakukan sensus
langsung ke batang tanaman kopi Arabika di kebun petani tersebut. (kuesioner
terlampir). Untuk memperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan ,
tentunya diberikan insentif atau uang pengganti BBM kepada masing-masing PPL
sebanyak Rp 200,000.- agar dapat melaksanakan tugas yang telah disepakati
untuk kegiatan pengkajian ini. Untuk data produksi dan produktivitas kopi
ditingkat petani dapat dikumpulkan sejak bulan Januari sampai Nopember 2012.
Data ini sangat diperlukan untuk melihat perbandingan performa kebun yang
menanam 1 varietas dengan kombinasi varietas.
4.1.6. Pelaksanaan Survey
Telah melakukan pengumpulan data responden yang terpilih sesuai dengan
masing-masing klasifikasi performa kebun.
14
1. Kab. Aceh Tengah
Kecamatan Bebesen mewakili untuk ketinggian tempat dari 1.200 m – 1.400
m dpl dan 1.400 m – 1.600 m dpl, dan kecamatan Celala dengan ketinggian
900 m – 1.200 m dpl. Untuk masing-masing ketinggian tempat di tetapkan 2
klasifikasi kebun, yaitu : kebun petani yang ditanam hanya 1 varietas dari
jenis kopi arabika, dan kebun petani yang menanam lebih dari 1 varietas (2-5
varietas). Untuk setiap klasifikasi/performa kebun ditetapkan 10 petani
sebagai responden, yang namanya serta asal desanya terlampir.
Untuk Kabupaten Bener Meriah dengan lokasi terpilih yaitu Kecamatan Bandar,
merupakan lokasi kegiatan yang mewakili tiga ketinggian tempat dari 900 m -
1.200 m dpl, 1.200m- 1.400 m dpl dan 1.400m -1.600 m dpl. Petani kopi yang
terpilih sebagai responden pada kegiatan pengkajian ini sebanyak 60 orang
yang tersebar pada 6 desa yaitu desa Blang Pulo,Paya Lingkar,Muyang Kuta
Mangku, Jadi Sepakat, Tawar Sedenge dan Pondok Gajah, dengan jumlah PPL
3 orang. Petani sebagai responden yang terlibat dalam kegiatan ini dapat
15
dilihat pada lampiran sesuai dengan performa kebun dan penggunaan varietas
yang ditanam.
Data yang ingin dihimpun dari responden yang terpilih antara lain; (1)
performa kebun ,seperti status kepemilikan kebun kopi,keberadaan lokasi
kebun pada ketinggian berapa, luas kebun yang dikelola, jenis tanaman
pelindung yang ditanam dan kapan mulai berusatani kopi; (2) penggunaan
varietas; seperti dari mana asal bibit kopi, berapa jumlah bibit yang digunakan
, umur berapa bibit yang baik untuk ditanam dan apa alasan memilih varietas
tersebut; (3) produksi, seperti interval panen, berapa jumlah panen dalam
setahun, rata-rata produksi pada saat panen, perbedaan produksi per varietas;
(4) pemasaran, seperti dalam bentuk apa dijual ( gelondong merah,labu,
gabah ,beras), berapa harga/kg dan kemana dipasarkan; (5) ketahanan hama
dan penyakit, seperti hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang
tanaman kopi, bagaimana pengendaliannya, varietas apa saja yang tahan dan
rentan terhadap serangan hama/penyakit; (6) pengelolaan kebun, seperti
dikelola secara budidaya organik sempurna, setengah organik dan bukan
budidaya organik; (7) analisa usahatani kopi dalam setahun.
Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah
, terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa
yang mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl
yaitu ; ( a) Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai
Penyuluh THL dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas
tanamnya dan menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam
(terlampir). Desa ini dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi
seluas 158 Ha, tanah pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah
terlantar ( tidak diusahakan ) seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah
16
penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan
Perempuan 554 orang. Sarana perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako
dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai
PPL dengan jumlah responden sebanyak 10 orang dengan rincian yang
menanam 1 varietan dan kombinasi varietas serta luas tanamnya (terlampir ).
Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang
seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 2 Ha,
kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang pengembalaan ternak 1
Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK, Laki-laki 210
orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri dari
warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping
Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan
luas tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini
luasnya 250 Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah
pekarangan ½ Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa
ini dengan jumlah penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang,
Perempuan 174 orang, sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios
sembako. (d) Desa Tansaran yang didampingi oleh penyuluh yang bernama
Agus Nari dengan jumlah responden 10 orang yang terdiri dari menanam 1
varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah luas tanamnya (terlampir).
Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi 100 Ha, sawah irigasi
sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah tegalan/ladang 20 Ha,
tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha, padang
pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan lain-
lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang
dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios
sembako, koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.
1. Kecamatan Celala mewakili kreteria ketinggian 900-1.200m dpl.
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2
dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi
17
non PU 541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi
2.781 Ha, ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara
3.221 Ha dan lain-lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700-
900m dpl , dengan suhu tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari
15˚- 20˚C dengan kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan
rata-rata 5 tahun terakhir berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari
hujan rata-rata 163 hari pada bulan September sampai dengan April. Jumlah
penduduk di Kemacatan Celala 8.556 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-
rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata pencaharian penduk sebagai petani (
1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP Celala terletak di desa Makmur , dan
merupakan wilayah kerja BPP Celala yang terdiri dari 17 desa definitive , juga
merupakan unit koordinasi serta operasional kegiatan penyuluhan bagi PPL
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai macam komoditi yang
diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun berbagai usaha
sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman kopi.
Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk
dikembangkan, tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani
belum mencapai produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi
pupuk untuk tanaman kopi Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha
dan KCl 250 kg/ha, sedangakan untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP
36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha. Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun
2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17 desa dengan kelas kelompok pada
tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani ( Gapoktan ) Permasalahan
yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih rendahnya
kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan belum
mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran
ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala
terdapat 2 desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1
) Desa Kuyen Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani
Siner Kuara, dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas
kopi arabika. Luas dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran.
Penyuluh yang mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa
Belang Jorong termasuk dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani
18
Tuah Bertona, dengan jumlah responden yang dipilih untuk kegiatan ini
sebanyak 10 orang , yang menanam kombinasi varietas kopi arabika dengan
luas tanam masing masing responden dapat dilihat pada lampiran.
Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan
pengusaha kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain
kopi Arabika juga kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik
terutama dikalangan pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk
dijadikan kopi bubuk dengan aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar
merupakan salah satu kecamatan yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian
900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan
pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat celcius. Kecamatan ini terdiri
dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah penduduk 30.434 jiwa. Luas
wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian dipilih 20
responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang dan
yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl
yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan
jumlah 3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku.
19
Kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat
dan Tawar Sedenge yang didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian
1.400-1.600 m dpl didampingi oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan
mewaki desa Pondok Gajah.
Pengumpulan data tahap V terhadap responden yang performa kebun petani yang
menanam satu varietas dan kombinasi varietas dari jenis kopi arabika, serta terhadap
sistim budidaya yang dilakukan petani . Adapun kegiatan yang dilakukan dengan cara
mengunjungi Balai Penyuluh Pertanian di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah. Untuk Kabupaten Aceh Tengah diwakili oleh kecamatan Celala yang
merupakan wilayah kerja BPP Celala dan Kecamatan Bebesan yang merupakan
wilayah kerja BPP Bebesan sedangkan untuk Kabupaten Bener Meriah diwakili oleh
Kecamatan Bandar. Pertemuan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan enumerator
yang terdiri penyuluh lapangan di masing-masing BPP. Pada pertemuan tersebut tim
BPTP melihat kuessioner yang telah diisi dan mengoreksi data-data yang perlu diisi
kembali . Data sementara yang diperoleh dari pengisian kuessioner dimana
kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1 sampai
dengan 2 ha. Lama kebun kopi yang diusahakan rata-rata sudah 15 – 25 tahun
dimana kebun tersebut sudah turun temurun. Varietas kopi yang ditanam dikebun
umumnya juga masih beragam yaitu varietas Gayo I (Tim-tim), Ateng super, Arabika,
Borbor (Gayo 2), Robusta,dll. Pohon pelindung yang banyak digunakan yaitu tanaman
Lamtoro dan tanaman Jeruk. Pohon pelindung pada kebun kopi saat ini sudah banyak
yang mati dan tua, sebaiknya sudah bisa diganti dengan pohon pelindung baru yang
sesuai untuk tanaman kopi.
Pemanenan buah kopi dilakukan setiap 2 minggu sekali. Panen raya kopi
berbeda beda ada yang bulan Maret - May ada juga yang jatuh pada bulan
September-Desember, dimana produksi rata-rata setiap tahunnya 500-800
kg/ha, dengan harga jual rata-rata Rp. 65.000 - 70.000/kaleng gelondong
merah. Petani umumnya menjual hasil panennya dalam bentuk gelondong
merah dengan alasan mudah dijual dan cepat menghasilkan uang.
20
Pertemuan juga dilakukan dengan kepala BPP tempat kegiatan dilakukan
untuk membicarakan rencana akan dilaksanakan kegiatan workshop Kajian
Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di Dataran Tinggi Gayo pada akhir bulan Nopember. Kegiatan
workshop akan dilaksanakan di dua kabupaten yaitu kabupaten Aceh Tengah
dan Kabupaten Bener Meriah dengan mengundang Kepala Dinas Perkebunan
dan instansi terkait, kepala BPP dan penyuluh serta petani kopi.
21
Kabupaten Aceh Tengah yang terwakili untuk ketinggian 1.200m-1.400 m
dpl dan 1.400 m- 1.600 m dpl berada di Kecamatan Bebesan, dan ketinggian
900m – 1.200m dpl terwakili oleh Kecamatan Celala. Dari hasil identifikasi
oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah , bahwa
tingkat serangan Penggerek Buah Kopi ( PBKo ) cukup tinggi di Celala dan
Trussep demikian juga dengan penyakit jamur akar. Untuk penyakit mati
pucuk sering menyerang tanaman kopi pada ketinggian diatas 1.400m dpl,
dan pemanfaatan tanaman pelindung sangat dianjurkan untuk menanam
kopi . Hal ini dirasa cukup penting disebabkan oleh karena tanaman kopi
merupakan tanaman yang tidak menyukai mendapat matahari langsung.
22
Tabel.Keragaan Pelaksanaan Survey Kajian Faktor Penentu
Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di DTG (lihat Lampiran)
4.2. Pembahasan
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN SEMENTARA
5.1. Kesimpulan
1. Lokasi Kegiatan di Kabupaten Aceh Tengan dan Kabupaten Bener Meriah di
survey di 3 (tiga) Kecamatan, Kabupaten Aceh Tengah di Kecamatan Bebesen
dan Celala, di Kabupaten Bener Meriah di kecamatan Bandar.
2. Hasil koordinasi baik ditingkat kabupaten/kota dan kecamatan lokasi Kajian
Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di dataran Tinggi Gayo
3. Kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1
sampai 2 ha
4. Lama kebun yang diusAhakan sudah 15 – 25 Tahun.
5. Varietas kopi yang ditanam dikebun umumnya varietas Gayo I, Ateng Super,
sedangan Gayo 2 dan sebagian kecil Robusta.
6. Produksi rata-rata setiap tahunnya 500 – 800 kg/ha
7. Harga jual rata-rata Rp. 65.000,- - Rp. 70.000,-/kaleng gelondong merah.
5.2. Saran
Untuk meningkatn produktivitas kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo diperlukan
pembinaan kepada petani kopi melalui pelatihan keterampilan seperti teknik
pemangkasan, pemeliharaan. Disarankan Hasil Panen kopi dipasarkan dalam bentuk
beras/labu karena kulit merah bisa dimanfaatkan sebagai baku pembuatan kompos
limbah kulit kopi.
24
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
25
DAFTAR PUSTAKA
3. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Propinsi NAD, 2008. Statistik Perkebunan Propinsi
NAD.
5. Gupta, P.C. & J.C. O’Toole. 1986. Upland Rice A Global Perspective. Manila. IRRI.
p360.
6. Hulupi, R. (1999). Bahan Tanam Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di
Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1), 64-81.
10. Rahim, A. & D.R.D, Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan
Kasus). Jakarta, Penebar Swadaya.
11. Roesmanto, J. (1991). Kopi: Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media.Yogyakarta. 165
P.
12. Saifuddin Sarief, 1988. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit CV.Pustaka Buana.
Bandung.
14. Suhaeti, R.N. & E. Basuno. 2004. Analisis Dampak Pengkajian Teknologi Pertanian
Unggulan Spesifik Lokasi Terhadap Produktivitas Kasus: BPTP Nusa Tenggara
Timur. Soca (Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness 4 (1).
15. Surip Mawardi, et. al. 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
26
FOTO KEGIATAN
31
Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah
32
Lokasi Lahan Petani di Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah
33