Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR TAHUN

KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN


KEPUTUSAN PENGGUNAAN VARIETAS
UNGGUL KOPI ARABIKA DI DATARAN
TINGGI GAYO

PENYULUH PERTANIAN MADYA

IR YUFNIATI ZA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan
Laporan Akhir Tahun Kegiatan Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan
Penggunaan Varietas Unggul Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo tahun 2112 yang
dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh
Dinas/Instansi yang terkait, BP3K Bebesan, BP3K Celala, BP3K Janarata, PPL, petani
responden dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami
menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu saran dan keritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang
akan datang sangat diharapkan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini
bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, Desember 2012


Penanggung Jawab,

Ir Yufniati ZA
NIP. 19570304 198303 2 004

i
RINGKASAN

Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi Arabika
Di Dataran Tinggi Gayo bertujuan untuk memperoleh data faktor penentu dan alasan pemilihan
varietas yang digunakan, data identifikasi varietas yang di tanam dan perbandingan performa
kebun serta produktivitas kopi yang dihasilkan dari kombinasi beberapa varietas kopi arabika yang
di tanam. Disamping itu pula dari BPTP Aceh bertujuan agar Varietas kopi Gayo 1 dan Gayo 2
yang sudah dilepas melalui Keputusan Menteri Pertanian pada bulan Desember tahun 2010, dapat
ditanam sesuai dengan indeks Geografis. Kopi merupakan komoditas primadona yang menjadi
andalan sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di dataran tinggi Gayo. Varietas
Gayo 1 dan Gayo 2 memang sudah sangat adaptif dan ditanaman petani, namun untuk
mengurangi resiko kegagalan panen dari penggunaan satu varietas , perbaikan mutu dan citarasa
serta pertimbangan ketahanan terhadap hama ( Penggerek Buah Kopi ) dan penyakit tertentu
(penyakit karat daun dan jamur akar putih ), maka petani menanam beberapa varietas dilokasi
kebunnya. Penanaman satu varietas memiliki keunggulan sekaligus kekurangan, oleh karena itu
perlu studi faktor penentu penggunaan varietas kopi arabika yang ditanam petani
dikebunnya.Penggunaan kombinasi varietas apa yang paling menguntungkanterhadap ketahanan
hama dan penyakit , antisipasi kegagalan panen dari penanaman satu varietas, dan akhirnya
citarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas yang ditanam oleh petani.
Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan antara
peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani , kelompok tani sebagai responden, serta melibatkan
Dinas/ Instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah dan Bener Meriah,
BP3k Bebesan, BP3K Celala dan BP3K Janarata serta Lembaga Desa. Penelitian ini menggunakan
metoda survey, melalui pemilihan performa kebun yang didasarkan pada ketinggian tempat, yang
dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) ketinggian 800-1.000m dpl, (2) ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl,
dan (3) ketinggian 1.200-1.400 m dpl.Jumlah petani responden sebanyak 120 orang untuk dua
kabupaten, dan dipilih secara sengaja ( purposive sampling) dengan kreteria petani yang
menanam satu varietas unggul kopi arabika dan yang menanam tiga varietas unggul kopi arabika.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Desember 2012. Data yang dijadikan
sumber bahasan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui observasi lapangan , wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan kuessioner, dan lebih mendalam dengan melakukan diskusi kelompok terfokus (
Focus Group Discussion/FGD ). Data primer yang dikumpulkan antara lain (a) karakteristik
responden, (b) keragaan pengelolaan usahatani, (c ) observasi keragaan performa kebun dan (d)
alur adopsi pemilihan varietas oleh petani responden. Hasil sementara yang diperoleh dari kajian
ini adalah umumnya kepemilikan kebun kopi milik sendiri dengan luas rata-rata 1 ha sampai 2 ha,
lama kebun yang diusahakan sudah mencapai 15-25 tahun, varietas yang ditanam sebagian besar
dari kopi arabika ( Gayo 1, Gayo 2, Ateng Super/Catimor Jaluk ) dan sebagian kecil menanam
varietas P88. Alasan menggunakan beberapa varietas tersebut tentunya pertama sekali sudah
beradaptasi , selanjutnya berproduksi tinggi dan umur tanaman tahan lama. Petani yang
termasuk responden dengan performa kebun menanam kombinasi varietas, tentunya juga punya
alasan yaitu karena kondisi kebun kopi tidak semua datar, ada juga yang mempunyai kemiringan
sekitar 15-20% . Untuk lahan yang datar tentu yang sesuai varietas Ateng Super dan yang agak
miring dapat ditanam varietas kopi Gayo1 .Petani kopi dalam memperoleh bahan tanaman
umumnya melakukan sendiri, dengan umur bibit berkisar 8 bulan dari semai biji yang diperoleh
dari kebun sendiri, alasannya karena mudah dalam perawatan dan akarnya belum terlalu
panjang. Untuk luas kebun 1 ha dibutuhkan bahan tanaman/bibit tanaman kopi sebanyak 1.280
batang. Tanaman pelindung yang digunakan dari jenis tanaman lamtoro, jarak tanamnya 5mx5m
dengan jumlah perha 600 batang. Produksi rata rata yang dicapai ditingkat petani baru mencapai
500 – 800 kg/ha, dan beberapa petani ada yang mencapai standar nasional yaitu 1 sampai 1,2
ton/ha. Panen raya kopi jatuh pada bulan Februari sampai bulan Mei setiap tahun, dan akhir
panen bulan Nopember sampai minggu 2 bulan Desember. Kebiasaan petani kopi menjual hasil
panen dalam bentuk gabah dengan kekeringan air, harga jual Rp 17.000,-/bambu, kepada
pedagang pengumpul, sedangkan dalam bentuk gelondong merah Rp 65.000- Rp 70.000,-/
kaleng. Pemanenan kopi dilakukan setiap tahun 10-12 kali dengan interval waktu 2 minggu sekali.
Hama dan Penyakit yang sering menyerang tanaman kopi petani adalah PBKo dan jamur akar
putih, pengalaman petani yang tahan terhadap hama/penyakit tersebuat adalah varietas Gayo 1.

ii
Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik pemangkasan tanaman
kopi, pemupukan menggunakan limbah kulit kopi, kompos kulit kopi, pupuk kandang dan
sebagian kecil menggunakan pupuk an organik.

Kata Kunci :Performa kebun , Varietas kopi Arabika , Ketinggian tempat

iii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 3
1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 3
1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 4
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
III. PROSEDUR................................................................................................ 10
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 10
3.2. Pendekatan ...................................................................................... 10
3.3. Pola Pendampingan ........................................................................... 10
3.4. Komponen Teknologi PTT Jagung ....................................................... 11
3.5. Bahan .............................................................................................. 12
3.6. Teknik Diseminasi ............................................................................. 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1. Hasil ................................................................................................. 13
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 22
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 22
5.2. Saran ................................................................................................. 22
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24


LAMPIRAN ....................................................................................................... 24

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Propinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia
dengan pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo , yaitu di Kabupaten
Aceh Tengah dan Bener Meriah . Pada tahun 2009 luas perkebunan rakyat di Dataran
Tinggi Gayo adalah 87.492 ha dengan rincian 48.001 ha di Kabupaten Aceh Tengah dan
39.491 ha berada di Kabupaten Bener Meriah ( Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Provinsi NAD, 2009 ). Akan tetapi dari luasan areal perkebunan rakyat tersebut produksi
yang dihasilkan hanya berkisar ± 27.444 ton dengan tingkat produktivitas per hektar ±
718 kg /tahun . Tingkat produksi dan produktivitas tersebut masih rendah, jika
dibandingkan dengan produktivitas kopi arabika nasional mencapai ± 852,36 kg/ha/th.
Varietas yang digunakan petani umumnya yaitu Lini S, Bergendal, Catimor
Jaluk, BP 542 A, S-288, C-50, Andungsari, S-795, Borbor dan TimTim. Untuk 10 varietas
ini telah dilakukan suatu penelitian awal dengan melakukan identifikasi dan seleksi
terhadap 10 varietas tersebut, dimana Pemerintahb Aceh bekerjasama dengan Forum
Kopi, Aceh Partnerships Economic Development Project ( APED ), Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, dan BPTP Aceh pada tahun 2007 yang berlokasi di nKabupaten
Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh 3 varietas kopi yang sesuaib dengan
ketinggian tempat yaitu P88,Borbor dan Timtim. Untuk varietas Gayo 1 yaitu varietas
Timtim dan Gayo 2 adalah varietas Borbor, ke dua varietas ini telah dilepas oleh Menteri
Pertanian menjadi Varietas Unggul Nasional.
Perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total
areal 1,06 juta ha atau 94,14 %, sementara areal perkebunan besar negara 39,3 ribi ha
(3,48%) dan perkebunan besar swasta 26,8 ribu ha ( 2,38%). Areal perkebunan rakyat
tersebut dikelola olehb sekitar 2,12 juta kepala keluarga petani ( Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan, 2004 ).
Varietas Gayo 1 dan Gayo 2 memang sudah sangat adaptif dan ditanam petani
di Dataran Tinggi Gayo ( Aceh Tengah dan Bener Meriah ), namun untuk mengurangi
resiko kegagalan panen dari penggunaan satu varietas , perbaikan mutu dan citarasa
serta pertimbangan ketahanan terhadap hama penyakit tertentu ( penyakit karat daun
dan jamur akar putih ). Berkaitan dengan masalah tersebut maka petani menanam
beberapa varietas kopi dilokasi kebunnya.
Penggunaan satu varietas memiliki keunggulan sekaligus kekurangan, olekarena
itu perlu dilakukan penelitian atau study factor penentu penggunaan varietas kopi

1
arabika yang ditanam petani dikebunnya. Penggunaan kombinasi varietas apa yang
paling menguntungkan terhadap ketahanan hama penyakit , antisipasi kegagalan panen
dari penanaman satu varietas, dan citarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas
yang ditanam oleh petani.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat : (1) factor penentu dan alasan pemilihan
varietas yang digunakan petani, (2) data identifikasi varietas yang ditanam , dan (3)
perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi
arabika yang ditanam petani.

1.3. Keluaran
Tersedianya data ; (1) factor penentu dan alasan pemilihan varietas yang
digunakan petani , (2) data identifikasi varietas yang ditanam petani dan (3)
perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi
arabika yang ditanam petani.

1.4. Hasil yang Diharapkan


1) Data morfologi, deskripsi dan identifikasi varietas kopi arabika yang ditanam
petani di Dataran Tinggi Gayo.
2) Data produktivitas kebun dari berbagai kombinasi varietas kopi arabika yang
ditanam petani.
3) Data identifikasi alasan petani menggunakan 1 varietas ataupun kombinasi
varietas yang ditanam.
4) Data performa kebun dari berbagai kombinasi varietas yang ditanam petani
1.5.Perkiraan Manfaat dan Dampak
1) Diharapkan dari penelitian ini ada rekomendasi dari Dinas Perkebunan
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah tentang performa kebun yang
ditanam satu varietas atau kombinasi beberapa varietas dengan data yang
telah dianalisis oleh BPTP Aceh.
2) Meningkatnya luas penanaman kopi varietas Gayo 1 dan Gayo 2 oleh petani
sesuai dengan performa kebun menurut ketinggian tempat di Dataran Tinggi
Gayo.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Varietas Kopi Arabika


Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan kopi di Indonesia pada
umumnya dan di dataran tinggi Gayo khususnya adalah masih rendahnya produktivitas
dan mutu kopi Arabika yang dihasilkan. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan kopi nasional di bidang budidaya kopi. Salah satunya adalah optimalisasi
penggunaan bahan tanam/bibit unggul yang sesuai kondisi agroklimat tempat
penanaman (Retno Hulupi, 1999).
Pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk
mendapatkan varietas toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Dengan
perawakan katai peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan populasi
tanaman per satuan lahan. Hasil seleksi terhadap beberapa nomor introduksi kopi
arabika berperawakan katai dari CIFC, Portugal melahirkan BP 453 A dan BP 454 A yang
akhirnya pada tahun 1993 dilepas sebagai varietas Kartika 1 dan Kartika 2. Keduanya
selain memiliki sifat daya hasil tinggi (2.000-3.000 kg kopi pasar per hektar), toleran
serangan penyakit karat daun serta mempunyai mutu biji baik, sehingga dapat
dianjurkan ditanam pada lahan ketinggian menengah.
Selain itu untuk mengatasi masalah lahan marginal, pada tahun 1995 telah
dilepas varietas S 795. Selain produktivitasnya cukup baik (1.500-2.000 kg kopi pasar per
hektar), varietas ini juga toleran penyakit karat daun, sehingga dapat ditanam mulai 700
mdpl. Pada saat yang sama juga dilepas varietas Abesinia 3 dan USDA 762. Meskipun
daya hasilnya lebih rendah karena kurang tahan penyakit karat daun, tetapi dua varietas
tersebut merupakan pilihan bagi pekebun yang memiliki lahan di atas 1.000 mdpl,
tanahnya subur dengan tipe iklim basah serta memiliki tenaga kerja terbatas
(www.ipard.com).
Pemerintah Aceh bekerjasama dengan Forum Kopi Aceh, Aceh Partnership
Economic Development (APED), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan BPTP
NAD telah melakukan suatu penelitian awal dengan melakukan identifikasi dan seleksi
terhadap 10 varietas kopi Arabika yang dibudidayakan di dataran tinggi Gayo. Dari hasil
penelitian ini telah diperoleh tiga varietas kopi yang sesuai dengan ketinggian tempat
yaitu P88, Borbor, dan Timtim. Adapun identifikasi ketiga varietas tersebut menurut
Surip, et. al (2008) adalah sebagai berikut :
1. P88
Merupakan hasil seleksi individual pada keturunan Catimor koleksi introduksi dari
Thailand yang diuji di Balai Penelitian Kopi Gayo, dapat tumbuh pada ketinggian

3
>1000 m dpl. Agak tahan terhadap serangan nematoda parasit dan tahan penyakit
karat daun (Hemilea vastatrix). Produktivitas 1.000-1.500 kg/ha untuk populasi 2.000
pohon/ha.
2. Borbor
Merupakan hasil seleksi individual pada keturunan Arabusta Timtim yang dilakukan
oleh petani atau pekebun di Gayo, tahan penyakit karat daun (Hemilea vastatrix).
Dapat tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 1.000-1.500 kg/ha
untuk populasi 1.600 pohon/ha.
3. Timtim
Merupakan Arabika asal Timor Timur (sekarang Timor Leste), yang telah beradaptasi
di dataran tinggi Gayo. Ketahanan terhadap penyakit karat daun (Hemilea vastatrix)
antar individu tanaman sangat beragam mulai dari agak rentan–tahan. Dapat
tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 900-1.500 kg/ha untuk
populasi 1.600 pohon/ha.
Varietas Andung Sari 1 yang berasal dari varietas harapan dengan nomor seleksi
BP 426 A, BP 426 A, merupakan salah satu hasil seleksi pohon induk dari populasi
varietas Catimor yang diintroduksikan dari Kolombia. Keragaman individu pada populasi
tersebut sangat nyata, baik habitus, ketahanan terhadap penyakit karat daun,
pembuahan dll. Pada saat pembuahan pertama dan kedua (1987-1988) dilakukan seleksi
individual terhadap sifat daya hasil dan ketahanan terhadap karat daun; terpilih tiga
nomor seleksi, yaitu BP 425 A, BP 426 A dan BP 427 A.
Menilik perbedaan sifat morfologi dan sifat agronomi lainnya yang berbeda
dengan populasi Catimor keturunan HW 26 (Kartika 1 dan Kartika 2), diduga BP 426 A
merupa-kan keturunan Catimor H-440 dengan induk persilangan Catura vermelho (CIFC
19/1) x Hibrido de Timor CIFC 1343/269. Catimor keturunan H-440 ini banyak ditanam
sebagai varietas praktek di Kolombia. Pengujian aras bibit dilakukan terhadap sifat
ketahanan pada kondisi lengas tanah dan hara minimal, serta pengujian lapangan
terhadap sifat daya hasil dan mutu biji yang dilakukan di beberapa kondisi lingkungan.
Pengujian ketahanan ter-hadap penyakit karat daun dilakukan pada aras bibit maupun di
lapangan baik dengan metode inokulasi cakram daun di laboratorium maupun metode
scoring di lapangan.
Berdasarkan penelitian ini BP 426 A dapat ditanam mulai ketinggian tempat 700
m ke atas, dengan be-berapa tipe iklim, yaitu tipe A, B, C, dan D (menurut klasifikasi
Schmith & Ferguson). Meskipun demikian produk-tivitas paling baik adalah penanaman
di lahan dengan = 1000 m dpl, klas lahan S1 dan S2 dengan tipe iklim B atau C.
Pengujian citarasa (cup test) dilakukan oleh panelis dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

4
dan dari luar negeri dengan cara mengirimkan contoh ke laboratorium Uji Mutu milik
Nestle S.A, Switzerland.
Tanaman kopi (Coffea Sp.) merupakan tanaman perkebunan yang termasuk ke
dalam famili Rubiaceae yang memiliki ±100 spesies/jenis, tetapi hanya dua jenis saja
yang banyak dibudidayakan dan diperdagangkan yaitu jenis kopi Arabika dan Robusta.
Kedua jenis kopi ini mempunyai perbedaan yang nyata baik dari segi fisik maupun
kualitas buah yang dihasilkan dimana kopi Arabika menghasilkan kualitas buah kopi yang
lebih baik dibandingkan kopi Robusta.

2.2. Keragaman Varietas


Usaha pertanian modern cenderung menuju pola satu spesies satu varietas dalam
skala hamparan luas sehingga memiskinkan keanekaragaman hayati alamiah.
Penggunaan satu varietas homogen-homozigot dalam hamparan luas, seperti pada
usahatani padi, memusnahkan keanekaragaman hayati di tingkat spesies itu sendiri,
mengakibatkan timbulnya biotipe dan strain baru hama dan penyakit, sebagai akibat
seleksi terarah ke strain yang lebih virulen.
Penanaman satu spesies dalam hamparan luas mengakibatkan terjadinya
pendesakan spesies, sehingga spesies asli musnah. Biota penyerta, termasuk
arthropoda, mollusca, nematoda, mikroba, dan lain-lain ikut terdesak dan termusnahkan,
yang tinggal hanya yang serasi dengan ekologi satu spesies tanaman yang diusahakan.
Pemiskinan keanekaragaman hayati pada ekologi lahan pertanian memang tidak
dapat dihindarkan, tetapi pemeliharaan keragaman hayati masih memungkinkan.
Penggunaan varietas nonhomogen-nonhomozigot, penanaman multivarietas, varietas
campuran, multilini, sintetik dan komposit, menghindarkan keseragaman dalam spesies
dan membentuk keanekaragaman genetik, meningkatkan plastisitas dan daya sangga
genetik tanaman terhadap berbagai cekaman lingkungan. Penanaman multispesies
dalam hamparan secara tumpangsari, karang kitri, hedgerows, dan lain-lain menambah
besarnya keragaman hayati pada ekologi pertanian.
Pelestarian plasmanutfah (keanekaraman genetik dalam spesies) dapat lebih terjamin
apabila dibentuk Pusat Plasma Nutfah Nasional untuk pelestarian komoditas spesies yang
bersangkutan. Pelestarian keragaman hayati perlu dilakukan di tingkat pedesaan,
kabupaten, dan wilayah, dengan membangun Taman Botani atau Gene Park yang
berfungsi sebagai sistem konservasi, rekreasi, edukasi, dan penyediaan bibit (N.
Zuraida,2000).

5
III. PROSEDUR

3.1.Ruang Lingkup Kegiatan


Penelitian ini merupakan kajian faktor penentu pengambilan keputusan
penggunaan varietas unggul kopi arabika di dataran tinggi Gayo, dilakukan untuk
memperoleh data identifikasi alasan petani menggunakan varietas unggul kopi arabika,
data performa kebun yang menanam 1 varietas maupun kombinasi varietas. Selanjutnya
kajian ini juga ingin mendapatkan data produksi kopi dari berbagai kombinasi varietas
yang ditanam serta data morfologi dari varietas kopi yang ditanam berdasarkan
ketinggian tempat yaitu dari 900m sampai 1.600m diatas permukaan laut. Kegiatan ini
dilaksanakan pada 2 kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan masing
masing lokasi melibatkan 60 petani kopi sebagai responden dan enumerator sebanyak 12
orang yang terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan termasuk Penyuluh THL. Untuk
memperoleh data sesuai dengan harapan, tentu ada beberapa kegiatan yang dilakukan
BPTP Aceh, diantaranya; (1) memberikan coaching kepada penyuluh sebagai enumerator
yang berlokasi di BP3K ( Celala, Bebesan dan Janarata ); (2) melakukan wawancara
dengan beberapa orang responden secara bersamaan dengan cara diskusi, dan (3)
melaksanakan workshop yang melibatkan petani kopi, kepala desa, Penyuluh Lapangan ,
Dinas terkait.

3.2. Pendekatan
Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan
kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP NAD, PPL, petani, kelompok tani serta
melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh
Tengah dan Bener Meriah, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain–lain.
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode survey, dimana
petani sebagai responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu yang
menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi Arabika di kebunnya.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
yang menjadi sentra produksi kopi Arabika provinsi Aceh. Penentuan lokasi kebun
berdasarkan ketinggian tempat yang dibagi pada: (1) ketinggian 800-1000 meter dpl, (2)
1000-1200 meter dpl, dan (3) 1200-1400 meter dpl. Kebun petani yang dipilih
berdasarkan penggunaan varietas yang ditanamnya yang dibagi kepada petani yang

6
menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi arabika di kebunnya.
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai dengan bulan Desember 2012.

3.4. Bahan dan Alat


Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner model terbuka
dan tertutup untuk mengumpulkan data primer, sedangkan data sekunder dikumpulkan
dari instansi terkait.

3.5. Analisis Data


Data yang dijadikan sumber bahasan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan dari responden yang terdiri dari PPL, Pejabat dari Dinas-dinas
Lingkup Pertanian di tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta petani di lapangan.
Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui observasi lapangan,
wawancara langsung engan responden maupun pakar dengan menggunakan kuesioner
untuk mengumpulkan informasi lebih mendalam, dapat pula dilakukan diskusi kelompok
terfokus (Focus Group Discussion - FGD). Data primer yang dikumpulkan, antara lain
adalah sebagai berikut:
(a) Karakteristik responden, meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani dan
lain-lain yang relevan.
(b) Keragaan pengelolaan usahatani, yang di dalamnya memuat uraian komponen
teknologi budidaya, panen, pasca panen hingga pemasaran biji kopi yang dilakukan
petani responden.
(c) Observasi keragaan performa kebun, terutama produksi dan ketahanan terhadap
serangan hama penyakit.
(d) Alur adopsi pemilihan varietas oleh petani responden, termasuk di dalamnya
mengungkap sumber informasi, teknologi, keunggulan dan kelemahan varietas,
dan data pendukung lain yang relevan.
Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen dan publikasi yang
relevan, Puslit/Balit yang terkait, Dinas Perkebunan, lembaga atau pemangku kebijakan
lainnya, dan sumber lain yang terkait.
Data identifikasi varietas, morfologi dan deskripsi kopi arabika di kebun petani
akan dianalisis secara dekriptif kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan untuk
membandingkan performa kebun dari kombinasi varietas yang ditanam petani digunakan
alat analisis linear berganda dilanjutkan dengan chi square untuk melihat berapa
besarnya faktor yang menentukan petani memilih varietas kopi arabika yang
ditanamnya.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1.Profil Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salahsatu kabupaten di Provinsi Aceh dengan


ibukotanya Takengon. Kabupaten ini berada di kawasan Dataran Tinggi Gayo
Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 Kecamatan, yang terdiri dari 271 desa.
Kegiatan Pengkajian yang dilakukan pada 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bebesan
dan Celala. Kreteria ketinggian 1.200- 1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 m dpl terwakili
di kecamatan Bebesan dengan jumlah responden yang menanam 1 varietas kopi
arabika sebanyak 10 orang dan yang menanan secara kombinasi sebanyak 10
orang , sehingga jumlah responden untuk kecamatan Bebesan berjumlah 40 orang
dan untuk masing masing responden secara terlampir. Adapun kegiatan yang
dilakukan dengan cara mengunjungi responden untuk mengumpulkan data umum
dan data produksi bulan juni serta data data lain yang berkaitan dengan kegiatan
pengkajian. Kajian ini melibatkan penyuluh lapangan sebagai enumerator dan petani
kopi sebagai responden ,disamping itu juga melibatkan Kepala BPP dan petugas dari
Dinas Perkebunan dan Kehutanan.

Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah ,
terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa yang
mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl yaitu ; ( a)
Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai Penyuluh THL
dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas tanamnya dan
menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam (terlampir). Desa ini
dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi seluas 158 Ha, tanah
pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah terlantar ( tidak diusahakan )
seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK
yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan Perempuan 554 orang. Sarana
perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa
Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai PPL dengan jumlah responden
sebanyak 10 orang dengan rincian yang menanam 1 varietan dan kombinasi
varietas serta luas tanamnya (terlampir ). Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun
Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah
terlantar/tidak diusahakan 2 Ha, kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang
pengembalaan ternak 1 Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK,
Laki-laki 210 orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri

8
dari warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping
Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan luas
tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini luasnya 250
Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah pekarangan ½
Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa ini dengan jumlah
penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang, Perempuan 174 orang,
sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios sembako. (d) Desa Tansaran yang
didampingi oleh penyuluh yang bernama Agus Nari dengan jumlah responden 10
orang yang terdiri dari menanam 1 varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah
luas tanamnya (terlampir). Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi
100 Ha, sawah irigasi sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah
tegalan/ladang 20 Ha, tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha,
padang pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan
lain-lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang
dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios sembako,
koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2
dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi non PU
541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi 2.781 Ha,
ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara 3.221 Ha dan lain-
lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700- 900m dpl , dengan suhu
tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari 15˚- 20˚C dengan
kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir
berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari hujan rata-rata 163 hari pada
bulan September sampai dengan April. Jumlah penduduk di Kemacatan Celala 8.556
jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata
pencaharian penduk sebagai petani ( 1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP
Celala terletak di desa Makmur , dan merupakan wilayah kerja BPP Celala yang
terdiri dari 17 desa definitive , juga merupakan unit koordinasi serta operasional
kegiatan penyuluhan bagi PPL dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai
macam komoditi yang diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun
berbagai usaha sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman
kopi. Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk dikembangkan,

9
tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani belum mencapai
produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi pupuk untuk tanaman kopi
Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha, sedangakan
untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha.
Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun 2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17
desa dengan kelas kelompok pada tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani (
Gapoktan ) .
Permasalahan yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih
rendahnya kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan
belum mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran
ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala terdapat 2
desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1 ) Desa Kuyen
Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani Siner Kuara,
dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas kopi arabika. Luas
dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran. Penyuluh yang
mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa Belang Jorong termasuk
dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani Tuah Bertona, dengan jumlah
responden yang dipilih untuk kegiatan ini sebanyak 10 orang , yang menanam
kombinasi varietas kopi arabika dengan luas tanam masing masing responden dapat
dilihat pada lampiran. Kabupaten Bener Meriah sebagai kabupaten pemekaran baru
dari kabupaten Aceh Tengah, yang diformalkan sejak tahun 2004. Kabupaten ini
luas wilayahnya 1.454,09 km yang terdiri dari 7 kecamatan , 13 mukim dan 232
desa. Komposisi penggunaan lahan sebagai berikut; sawah 21.234 Ha,
pekarangan/bangunan 3.172,80 Ha, kebun/ ladang 50.384 Ha, hutan lindung
21.604,78 Ha dan hutan produksi 36.447 Ha. Kabupaten ini merupakan kabupaten
termuda dalam wilayah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata 1.000 2.500 m dpl
dengan suhu rata-rata antara 20 derajat celcius , sebelah utara dengan kabupaten
Bireun , sebelah selatan dengan kabupaten Aceh Tengah, sebelah timur dengan
kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat dengan kabupaten Aceh Tengah.
Kabupaten ini jika ditinjau dari zona dan dibagi pada dua zona dengan kesuburan
tanah yang merata hampir disetiap kecamatan, jenis tanah Podzolik adalah yang
mendominasi kawasan Bener Meriah ,sehingga sangat cocok untuk tanaman
hortikultura serta tanaman perkebunan seperti kopi,kelapa sawit, karet, coklat dan
teh.

Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan pengusaha
kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain kopi Arabika juga

10
kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik terutama dikalangan
pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk dijadikan kopi bubuk dengan
aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar merupakan salah satu kecamatan
yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian 900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan
1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat
celcius. Kecamatan ini terdiri dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah
penduduk 30.434 jiwa. Luas wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian
dipilih 20 responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang
dan yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl
yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan jumlah
3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku. Kreteria ketinggian
1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat dan Tawar Sedenge yang
didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian 1.400-1.600 m dpl didampingi
oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan mewaki desa Pondok Gajah.

4.1.2.Koordinasi dan Penentuan lokasi kegiatan


Tanggal 14-15 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah dengan tujuan melakukan sosialisasi tentang
kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan kajian perkembangan terhadap tanaman kopi
arabika yang ditanam oleh petani, baik varietas Gayo 1 dan Gayo 2 serta P88 pada 3
kreteria ketinggian,yaitu dari 900-1.200m dpl, 1.200 -1.400 m dpl dan 1.400-1.600m
dpl.Dari hasil diskusi tersebut diperoleh informasi tentang daerah atau kecamatan yang
mewakili kreteria ketinggian dimaksud, terpilih kecamatan Bebesan ( 1.200 -1.400 m
dpl dan 1.400-1.600 m dpl ) dan Kecamatan Celala untuk ketinggian 900 -1.200 m dpl.
Jumlah responden yang terlibat dalam kegiatan kajian ini berjumlah 60 orang, dan
enumerator berjumlah 6 orang yang status penyuluh yang berasal dari BPP Bebesan dan
BPP Celala.
Tanggal 16-17 Maret 2012 melakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bener Meriah yang tujuan juga mensosialisasikan kegiatan BPTP
Aceh yaitu Kajian perkembangan varietas Gayo 1 , Gayo 2 dan P88 yang ditanam petani
pada 3 kreteria ketinggian yaitu 900-1.200m dpl, 1.200-1.400m dpl dan 1.400 -1.600 m
dpl. Dari hasil diskusi diperoleh informasi bahwa lokasi yang mewakili ke 3 kreteria
tersebut terpilih Kecamatan Bandar . Jumlah responden pada kegiatan ini berjumlah 60
orang, dan enumerator berjumlah 3 orang yang statusnya penyuluh berasal dari BPP
Bandar.

11
1. Pengumpulan Data Informasi umum.
Tanggal 18-19 April melakukan koordinasi pada BPP Bebesan dan Celala, yaitu
choaching / penjelasan singkat tentang tatacara pengisian kuessiner yang dihadiri Ka
BPP, PPL. Pada perinsipnya ke dua BPP tersebut mendukung pelaksanaan kegiatan
kajian ini, Ismail SP sebagai Kepala BPP Celala menetapkan 2 orang penyuluh untuk
membantu dan mendampingi petani dalam pengisian kuessioner, yaitu Thallea
Nedwar,SP dan Sudianto. Masing-masing PPL mendampingi 10 orang petani. Untuk
Kecamatan Celala ada dua desa yang terwakili dengan ketinggian 900-1.200 m dpl, yaitu
desa Kuneken ( petani yang menanam 1 varietas) dan desa Paya Kolak ( petani yang
menanam kombinasi beberapa varietas).
Untuk kecamatan Bebesan yang masuk dalam wilayah kerja BPP Bebesan yang
dikepalai oleh Sampit Tarigan ,SP menunjuk 4 orang PPL yaitu Syukurmi, Agusnari, Leli
dan Sila Wirda. Masing masing PPL mendampingi 10 orang petani dan mengumpulkan
data berdasarkan dengan klasifikasi performa kebun yaitu yang menanam 1 varietas
dan kombinasi beberapa varietas. Untuk kecamatan Bebesan ada 5 desa yang mewakili
ketinggian dari 1.200 -1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 mdpl, yaitu desa Tensaran, Daling,
Lelabu,Blang Gele dan Sadong.
Tanggal 20-21 April 2012, melalukan koordinasi dengan BPP Bandar , karena
untuk Kabupaten Bener Meriah terwakili tiga kreteria ketinggian dari 900-1.200m dpl,
1.200-1.400 m dpl dan 1.400 1.600m dpl yaitu kecamatan Bandar dan merupakan
wilayah kerja BPP Bandar, yang di kepalai oleh Linda, SP. Pada perinsipnya beliau
mendukung kegiatan ini , sehingga ditunjuk 3 orang PPL, yaitu Bambang Purnomo, Aria
Zulfikar dan Effendi sebagai pendamping petani dalam pengisian kuessioner sesuai zona
ketinggian yang telah ditentukan.
Untuk masing-masing enumerator diberi insentif sejumlah Rp 200.000, perbulan
yang terhitung sejak bulan Mei sampai November 2012.

4.1.3. Hasil wawancara dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, BPP


Bebesan dan BPP Celala Kabupaten Aceh Tengah

Pada tanggal 14 – 15 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas


Perkebunan dan Kehutanan, BPP Bebesan dan BPP Celala Kab. Aceh Tengah yang
bertujuan untuk mensosialisasikan tentang kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan
kajian tentang perkembangan tanaman kopi Arabika yang ditanam oleh petani, baik
varietas Gayo 1,Gayo 2 dan P88 pada 3 kreteria ketinggian ,yaitu dari 900 -1200 m

12
dpl ,1200- 1400 m dpl dan 1400 -1600 m dpl. Dari hasil diskusi tersebut didapat
informasi tentang daerah atau kecamatan yang dapat mewakili ketiga kriteria diatas.
Adapun lokasi yang mewakili kriteria ketinggian yang di sebut di atas maka terpilihlah
Kecamatan Bebesan untuk ketinggian 1200 – 1400 m dpl dan 1400 – 1600 m dpl.
Sedangkan untuk ketinggian 900 – 1200 m dpl diwakili oleh kecamatan Celala. Jumlah
Responden yang terlibat pada kegiatan ini berjumlah 60 orang, dan enumerator
berjumlah 6 orang yang berasal dari BPP Bebesan dan Celala.

4.1.4. Hasil wawancara dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, BPP


Bandar Kabupaten Bener Meriah

Kemudian pada tanggal 16 - 17 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas


Perkebunan dan Kehutanan dan BPP Bandar Kab. Bener Meriah yang bertujuan untuk
mensosialisasikan tentang kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan kajian tentang
perkembangan tanaman kopi Arabika yang ditanam oleh petani, baik varietas Gayo
1,Gayo 2 dan P88 pada 3 kreteria ketinggian ,yaitu dari 900 -1200 m dpl ,1200- 1400
m dpl dan 1400 -1600 m dpl. Dari hasil diskusi tersebut didapat informasi tentang
daerah atau kecamatan yang dapat mewakili ketiga kriteria diatas. Adapun lokasi
yang mewakili kriteria ketinggian yang di sebut di atas maka terpilihlah Kecamatan
Bandar untuk semua ketinggian. Jumlah Responden yang terlibat pada kegiatan ini
berjumlah 60 orang, dan enumerator berjumlah 3 orang yang berasal dari BPP
Bandar.

4.1.5. Hasil Peninjauan Lapangan untuk lokasi Survey


Koordinasi kegiatan pengkajian dengan BPP Celala dan Bebesan Kabupaten Aceh
Tengah dan BPP Bandar Kabupaten Bener Meriah. Telah dilakukan koordinasi
kegiatan pengkajian pada BPP kedua kabupaten, dimana pada prinsipnya seluruh
BPP mendukung pelaksanaan kegiatan pengkajian tersebut. Untuk mendukung
kegiatan pengkajian ini Ka. BPP Celala Ismail, SP telah menetapkan dua orang
PPL untuk membantu dan mendampingi petani dalam pengisian kuessioner yaitu
Thallea Nedwar, SP dan Sudianto. Masing-masing PPL mendampingi 10 orang
petani.Untuk Kecamatan Celala ada dua desa yang terwakili dengan ketinggian
900-1.200 m dpl, yaitu desa Kuneken ( petani yang menanam 1 varietas ) dan
Paya Kolak ( petani yang menanam kombinasi varietas ). Untuk Kecamatan
Bebesen yang masuk dalam wilayah kerja BPP Bebesan yang dikepalai oleh
Bapak Sampit Tarigan, SP menunjuk 4 orang PPL yaitu Syukurmi, Agusnari, Leli,

13
dan Sila Wirda. Masing-masing PPL di kecamatan Bebesan bertanggung jawab
menentukan responden 10 orang dan mengumpulkan data berdasarkan klasifikasi
penanaman satu varietas maupun kombinas varietas. Kecamatan Bebesan ada 5
desa yang mewakili ketinggian dari 1.200 m dpl- 1.400dpl dan 1.400 – 1.600 m
dpl , yaitu desa Tensaran, Daling, Lelabu, Blang Gele dan Sadong.
Kabupaten Bener Meriah terwakili ketinggian dari 900 -1.200 m dpl , 1.200 -1.400
m dpl dan 1.400 – 1.600 m dpl yaitu Kecamatan Bandar termasuk wilayah kerja
BPP Bandar yang dikepalai oleh Ibu Linda, dan menunjuk 3 orang PPL yaitu
Bambang Purnomo, Aria Zulfikar dan Effendi yang membantu menentukan petani
responden sesuai zona ketinggian yang telah ditentukan. Berbeda dengan
kecamatan Bebesan dan Celala, di sini masing masing PPL bertanggung jawab
terhadap 20 orang petani yang dibagi berdasarkan performa kebun yang
pengelolaan kebun didasarkan pada penanaman satu varietas maupun kombinasi
varietas.
Telah diperoleh data petani yang akan dijadikan responden sesuai pengelolaan
kebunnya dari BPP Celala ( terlampir ), sedangkan dari BPP Bebesan dan Bandar
belum diperoleh dan akan dipenuhi pada kegiatan perjalanan mendatang. Telah
dilakukan coaching singkat kepada seluruh PPL yang telah ditunjuk, disampaikan
teknik pengisian kuesioner dan beberapa hal yang menjadi fokus data yang ingin
diperoleh. Seluruh PPL yakin dapat mengumpulkan datanya, dirasa yang cukup
berat adalah mengambil data riil jumlah batang masing-masing varietas dari
setiap petani responden. Hal ini dirasa berat karena PPL harus melakukan sensus
langsung ke batang tanaman kopi Arabika di kebun petani tersebut. (kuesioner
terlampir). Untuk memperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan ,
tentunya diberikan insentif atau uang pengganti BBM kepada masing-masing PPL
sebanyak Rp 200,000.- agar dapat melaksanakan tugas yang telah disepakati
untuk kegiatan pengkajian ini. Untuk data produksi dan produktivitas kopi
ditingkat petani dapat dikumpulkan sejak bulan Januari sampai Nopember 2012.
Data ini sangat diperlukan untuk melihat perbandingan performa kebun yang
menanam 1 varietas dengan kombinasi varietas.
4.1.6. Pelaksanaan Survey
Telah melakukan pengumpulan data responden yang terpilih sesuai dengan
masing-masing klasifikasi performa kebun.

14
1. Kab. Aceh Tengah
Kecamatan Bebesen mewakili untuk ketinggian tempat dari 1.200 m – 1.400
m dpl dan 1.400 m – 1.600 m dpl, dan kecamatan Celala dengan ketinggian
900 m – 1.200 m dpl. Untuk masing-masing ketinggian tempat di tetapkan 2
klasifikasi kebun, yaitu : kebun petani yang ditanam hanya 1 varietas dari
jenis kopi arabika, dan kebun petani yang menanam lebih dari 1 varietas (2-5
varietas). Untuk setiap klasifikasi/performa kebun ditetapkan 10 petani
sebagai responden, yang namanya serta asal desanya terlampir.

2. Kab. Bener Meriah


Kecamatan Bandar merupakan kecamatan yang terpilih untuk mewakili ke-3
ketinggian tempat, dari 900 m – 1.600 m dpl, dengan klasifikasi kebun
dengan penanaman 1 varietas dan lebih dari 1 varietas.
Untuk kecamatan Bandar petani sebagai responden sebanyak 60 orang,
dengan nama dan asal desa terlampir.

3. Data produksi dan produktivitas kopi di tingkat petani dapat ditampilkan


sampai hasil November 2012.

Pengumpulan data tahap II terhadap responden yang performa kebunnya


menanam satu varietas dan kombinasi varietas dari jenis kopi arabika. Untuk
masing-masing performa kebun dipilih 10 petani , dan sesuai dengan kreteria
ketinggian tempat . Untuk kegiatan pengkajian ini Kabupaten Aceh Tengah
mendapat 2 lokasi yang mewakili ketinggian tempat 900m -1.200 m dpl
terwakili dilokasi kecamatan Celala yang merupakan wilayah kerja BPP Celala.
Petani kopi yang terpilih sebagai responden sebanyak 10 orang pada performa
kebun yang menanam satu varietas dan 10 orang petani pada performa kebun
yang menanam kombinasi varietas ( data terlampir). Sedangkan untuk
ketinggian 1.200m- 1.400m dpl dan 1.400m- 1.600 m dpl terwakili pada
Kecamatan Bebesan yang merupakan wilayah BPP Bebesan. Petani yang
terlibat dalam kegiatan pengkajian ini sebanyak 40 orang , sehingga jumlah
responden untuk kabupaten Aceh Tengah sejumlah 60 orang.

Untuk Kabupaten Bener Meriah dengan lokasi terpilih yaitu Kecamatan Bandar,
merupakan lokasi kegiatan yang mewakili tiga ketinggian tempat dari 900 m -
1.200 m dpl, 1.200m- 1.400 m dpl dan 1.400m -1.600 m dpl. Petani kopi yang
terpilih sebagai responden pada kegiatan pengkajian ini sebanyak 60 orang
yang tersebar pada 6 desa yaitu desa Blang Pulo,Paya Lingkar,Muyang Kuta
Mangku, Jadi Sepakat, Tawar Sedenge dan Pondok Gajah, dengan jumlah PPL
3 orang. Petani sebagai responden yang terlibat dalam kegiatan ini dapat

15
dilihat pada lampiran sesuai dengan performa kebun dan penggunaan varietas
yang ditanam.

Data yang ingin dihimpun dari responden yang terpilih antara lain; (1)
performa kebun ,seperti status kepemilikan kebun kopi,keberadaan lokasi
kebun pada ketinggian berapa, luas kebun yang dikelola, jenis tanaman
pelindung yang ditanam dan kapan mulai berusatani kopi; (2) penggunaan
varietas; seperti dari mana asal bibit kopi, berapa jumlah bibit yang digunakan
, umur berapa bibit yang baik untuk ditanam dan apa alasan memilih varietas
tersebut; (3) produksi, seperti interval panen, berapa jumlah panen dalam
setahun, rata-rata produksi pada saat panen, perbedaan produksi per varietas;
(4) pemasaran, seperti dalam bentuk apa dijual ( gelondong merah,labu,
gabah ,beras), berapa harga/kg dan kemana dipasarkan; (5) ketahanan hama
dan penyakit, seperti hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang
tanaman kopi, bagaimana pengendaliannya, varietas apa saja yang tahan dan
rentan terhadap serangan hama/penyakit; (6) pengelolaan kebun, seperti
dikelola secara budidaya organik sempurna, setengah organik dan bukan
budidaya organik; (7) analisa usahatani kopi dalam setahun.

Adapun kegiatan yang dilakukan dengan cara mengunjungi Balai Penyuluh


Pertanian dengan cara mengumpulkan enumerator yang terdiri dari Penyuluh
Lapangan dari BPP Celala dan BPP Bebesan. Data sementara yang diperoleh
data umum dan data produksi bulan juni serta data data lain yang berkaitan
dengan kegiatan pengkajian. Kajian ini melibatkan penyuluh lapangan sebagai
enumerator dan petani kopi sebagai responden ,disamping itu juga melibatkan
Kepala BPP dan petugas dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan.

Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah
, terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa
yang mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl
yaitu ; ( a) Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai
Penyuluh THL dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas
tanamnya dan menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam
(terlampir). Desa ini dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi
seluas 158 Ha, tanah pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah
terlantar ( tidak diusahakan ) seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah

16
penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan
Perempuan 554 orang. Sarana perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako
dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai
PPL dengan jumlah responden sebanyak 10 orang dengan rincian yang
menanam 1 varietan dan kombinasi varietas serta luas tanamnya (terlampir ).
Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang
seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 2 Ha,
kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang pengembalaan ternak 1
Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK, Laki-laki 210
orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri dari
warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping
Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan
luas tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini
luasnya 250 Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah
pekarangan ½ Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa
ini dengan jumlah penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang,
Perempuan 174 orang, sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios
sembako. (d) Desa Tansaran yang didampingi oleh penyuluh yang bernama
Agus Nari dengan jumlah responden 10 orang yang terdiri dari menanam 1
varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah luas tanamnya (terlampir).
Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi 100 Ha, sawah irigasi
sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah tegalan/ladang 20 Ha,
tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha, padang
pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan lain-
lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang
dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios
sembako, koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.
1. Kecamatan Celala mewakili kreteria ketinggian 900-1.200m dpl.

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah
kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2
dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi

17
non PU 541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi
2.781 Ha, ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara
3.221 Ha dan lain-lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700-
900m dpl , dengan suhu tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari
15˚- 20˚C dengan kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan
rata-rata 5 tahun terakhir berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari
hujan rata-rata 163 hari pada bulan September sampai dengan April. Jumlah
penduduk di Kemacatan Celala 8.556 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-
rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata pencaharian penduk sebagai petani (
1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP Celala terletak di desa Makmur , dan
merupakan wilayah kerja BPP Celala yang terdiri dari 17 desa definitive , juga
merupakan unit koordinasi serta operasional kegiatan penyuluhan bagi PPL
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai macam komoditi yang
diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun berbagai usaha
sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman kopi.
Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk
dikembangkan, tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani
belum mencapai produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi
pupuk untuk tanaman kopi Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha
dan KCl 250 kg/ha, sedangakan untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP
36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha. Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun
2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17 desa dengan kelas kelompok pada
tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani ( Gapoktan ) Permasalahan
yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih rendahnya
kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan belum
mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran
ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala
terdapat 2 desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1
) Desa Kuyen Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani
Siner Kuara, dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas
kopi arabika. Luas dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran.
Penyuluh yang mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa
Belang Jorong termasuk dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani

18
Tuah Bertona, dengan jumlah responden yang dipilih untuk kegiatan ini
sebanyak 10 orang , yang menanam kombinasi varietas kopi arabika dengan
luas tanam masing masing responden dapat dilihat pada lampiran.

A. Kabupaten Bener Meriah sebagai kabupaten pemekaran baru dari kabupaten


Aceh Tengah, yang diformalkan sejak tahun 2004. Kabupaten ini luas
wilayahnya 1.454,09 km yang terdiri dari 7 kecamatan , 13 mukim dan 232
desa. Komposisi penggunaan lahan sebagai berikut; sawah 21.234 Ha,
pekarangan/bangunan 3.172,80 Ha, kebun/ ladang 50.384 Ha, hutan lindung
21.604,78 Ha dan hutan produksi 36.447 Ha. Kabupaten ini merupakan
kabupaten termuda dalam wilayah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata
1.000 2.500 m dpl dengan suhu rata-rata antara 20 derajat celcius , sebelah
utara dengan kabupaten Bireun , sebelah selatan dengan kabupaten Aceh
Tengah, sebelah timur dengan kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat
dengan kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten ini jika ditinjau dari zona dan
dibagi pada dua zona dengan kesuburan tanah yang merata hampir disetiap
kecamatan, jenis tanah Podzolik adalah yang mendominasi kawasan Bener
Meriah ,sehingga sangat cocok untuk tanaman hortikultura serta tanaman
perkebunan seperti kopi,kelapa sawit, karet, coklat dan teh.

Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan
pengusaha kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain
kopi Arabika juga kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik
terutama dikalangan pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk
dijadikan kopi bubuk dengan aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar
merupakan salah satu kecamatan yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian
900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan
pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat celcius. Kecamatan ini terdiri
dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah penduduk 30.434 jiwa. Luas
wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian dipilih 20
responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang dan
yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl
yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan
jumlah 3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku.

19
Kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat
dan Tawar Sedenge yang didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian
1.400-1.600 m dpl didampingi oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan
mewaki desa Pondok Gajah.
Pengumpulan data tahap V terhadap responden yang performa kebun petani yang
menanam satu varietas dan kombinasi varietas dari jenis kopi arabika, serta terhadap
sistim budidaya yang dilakukan petani . Adapun kegiatan yang dilakukan dengan cara
mengunjungi Balai Penyuluh Pertanian di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah. Untuk Kabupaten Aceh Tengah diwakili oleh kecamatan Celala yang
merupakan wilayah kerja BPP Celala dan Kecamatan Bebesan yang merupakan
wilayah kerja BPP Bebesan sedangkan untuk Kabupaten Bener Meriah diwakili oleh
Kecamatan Bandar. Pertemuan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan enumerator
yang terdiri penyuluh lapangan di masing-masing BPP. Pada pertemuan tersebut tim
BPTP melihat kuessioner yang telah diisi dan mengoreksi data-data yang perlu diisi
kembali . Data sementara yang diperoleh dari pengisian kuessioner dimana
kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1 sampai
dengan 2 ha. Lama kebun kopi yang diusahakan rata-rata sudah 15 – 25 tahun
dimana kebun tersebut sudah turun temurun. Varietas kopi yang ditanam dikebun
umumnya juga masih beragam yaitu varietas Gayo I (Tim-tim), Ateng super, Arabika,
Borbor (Gayo 2), Robusta,dll. Pohon pelindung yang banyak digunakan yaitu tanaman
Lamtoro dan tanaman Jeruk. Pohon pelindung pada kebun kopi saat ini sudah banyak
yang mati dan tua, sebaiknya sudah bisa diganti dengan pohon pelindung baru yang
sesuai untuk tanaman kopi.

Pemanenan buah kopi dilakukan setiap 2 minggu sekali. Panen raya kopi
berbeda beda ada yang bulan Maret - May ada juga yang jatuh pada bulan
September-Desember, dimana produksi rata-rata setiap tahunnya 500-800
kg/ha, dengan harga jual rata-rata Rp. 65.000 - 70.000/kaleng gelondong
merah. Petani umumnya menjual hasil panennya dalam bentuk gelondong
merah dengan alasan mudah dijual dan cepat menghasilkan uang.

Penggunaan input produksi seperti pemberian pupuk umumnya petani


kopi masih memanfaatkan limbah organik misalnya kulit merah, sisa
pangkasan pelindung dan dari penyiangan rumput-rumputan. Pupuk kimia
digunakan hanya bagi sebagian kecil petani dikarenakan kendala di bidang
ekonomi.

20
Pertemuan juga dilakukan dengan kepala BPP tempat kegiatan dilakukan
untuk membicarakan rencana akan dilaksanakan kegiatan workshop Kajian
Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di Dataran Tinggi Gayo pada akhir bulan Nopember. Kegiatan
workshop akan dilaksanakan di dua kabupaten yaitu kabupaten Aceh Tengah
dan Kabupaten Bener Meriah dengan mengundang Kepala Dinas Perkebunan
dan instansi terkait, kepala BPP dan penyuluh serta petani kopi.

Kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yaitu mendapatkan data


produksi kopi selama setahun dan analisa usahatani masing-masing
responden. Pengumpulan data tersebut melalui enumerator yaitu PPL yang
telah dipilih untuk mendampingi petani yang berada di BP3K Bebesan .
Untuk ini tentunya mengambil tempat di kantor BP3K Bebesan mengadakan
pertemuan dan melakukan verifikasi data yang dimaksud. Sebagian data
tersebut tidak dapat diperoleh sesuai dengan permintaan , seperti data
produksi dapat diperoleh akhir Bulan Desember, sedangkan data analisa
usahatani dapat diperoleh terhadap masing-masing responden. Data
produksi kopi dalam setahun terdiri dari beberapa kali panen yaitu sejak
bulan Februari sampai Desember sebanyak 12 kali panen, dan panen raya
jatuh pada bulan Februari sampai April , dengan rata rata produksi 150 kg
dalam bentuk beras dengan kering air 18%. Sedangkan rata-rata produksi
diluar panen raya sekitar 3 kg dalam bentuk beras dengan kering air 18 %.
Adapun interval hari panen yang kebiasaan dilakukan petani yaitu 14 hari
sekali, dalam bentuk gelondong merah antara 60- 65 kaleng , dalam bentuk
gabah seberat 5 bambu, dalam bentuk labu seberat 6 kg dan dalam bentuk
beras 3 kg. Rata-rata produktivitas ditingkat petani berkisar rata-rata 500-
600 kg/ha. Data ini diperoleh sebagian kecil dari pengisian Kuessioner,
sedangkan secara lengkap masih menunggu sampai minggu ketiga bulan
Desember. Produktivitas yang dicapai ditingkat petani masih jauh dengan
Produktivitas rata-rata nasional yaitu 900 kg sampai 1 ton /ha. Kebanyakan
petani kopi menanam varietas Timtim , karena mempunyai daya tahan yang
kuat terhadap hama dan penyakit , juga berbuah banyak dan stabil. Untuk
perbedaan ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap produksi dan
ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

21
Kabupaten Aceh Tengah yang terwakili untuk ketinggian 1.200m-1.400 m
dpl dan 1.400 m- 1.600 m dpl berada di Kecamatan Bebesan, dan ketinggian
900m – 1.200m dpl terwakili oleh Kecamatan Celala. Dari hasil identifikasi
oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah , bahwa
tingkat serangan Penggerek Buah Kopi ( PBKo ) cukup tinggi di Celala dan
Trussep demikian juga dengan penyakit jamur akar. Untuk penyakit mati
pucuk sering menyerang tanaman kopi pada ketinggian diatas 1.400m dpl,
dan pemanfaatan tanaman pelindung sangat dianjurkan untuk menanam
kopi . Hal ini dirasa cukup penting disebabkan oleh karena tanaman kopi
merupakan tanaman yang tidak menyukai mendapat matahari langsung.

Kabupaten Bener Meriah juga merupakan lokasi kegiatan pengkajian yang


mana Kecamatan Bandar dapat terwakili untuk 3 ketinggian tempat yaitu
dari 900m -1.600m dpl . Untuk pengambilan data produksi dan usahatani
petani kopi di kumpulkan di BP3K Janarata, dimana sebagai enumerator
pendamping responden /petani kopi yaitu PPL yang satmingkalnya berada di
BP3K Janarata. Umumnya petani kopi menanam varietas Gayo 1 atau
sebelumnya disebut dengan varietas Timtim dan varietas Gayo 2 yang
sebelumnya disebut Borbor. Alasannya memilih varietas tersebut yaitu daya
tahan terhadap hama dan penyakit dan produksi lebih lama waktunya dan
kualitas biji yang dihasilkan lebih baik. Ada juga sebagian pendapat petani
bahwa, dengan menanam beberapa varietas dikebun kopi tentu akan
menambah atau meningkatkan produksi kopi.Panen raya kopi jatuh pada
bulan Maret sampai Mei dengan interval panen 2 minggu sekali. Produksi
yang diperoleh pada saat panen raya yaitu dalam bentuk gelondong merah
sebanyak 150 kaleng, dalam bentuk labu 570 kg , dalam bentuk gabah
sebanyak 60 kaleng dan bentuk beras 300 kg, terhadap varietas Gayo 1.
Sedangkan untuk varietas Ateng Super dalam bentuk gelondong merah 50
kaleng, dalam bentuk labu 190 kg, dalam bentuk gabah sebanyak 20 kaleng
dan bentuk beras 100 kg. Rata-rata produksi yang dicapai ditingkat petani
berkisar antara 500 – 600 kg/ha. Pada umumnya petani menjual hasil panen
dalam bentuk gabah , dan sebagian kecil menjual dalam bentuk beras
dengan upah penggilingan untuk 1 kaleng sebesar 1 bambu.

22
Tabel.Keragaan Pelaksanaan Survey Kajian Faktor Penentu
Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di DTG (lihat Lampiran)

4.2. Pembahasan

Propinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia


dengan pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo , yaitu di Kabupaten
Aceh Tengah dan Bener Meriah . Pada tahun 2009 luas perkebunan rakyat di Dataran
Tinggi Gayo adalah 87.492 ha dengan rincian 48.001 ha di Kabupaten Aceh Tengah dan
39r.491 ha berada di Kabupaten Bener Meriah ( Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Provinsi NAD, 2009 ), dengan tingkat produktivitas per hektar ± 718 kg /tahun . Tingkat
produksi dan produktivitas tersebut masih rendah, jika dibandingkan dengan
produktivitas kopi arabika nasional mencapai ± 852,36 kg/ha/th.
Variietas Gayo 1 dan Gayo 2 sebagai Verietas unggul Nasional telah dilepas oleh
Menteri pertanian RI Nomor : 3998/Kpts/SR.120/12/2010 pada tanggal 29 Desember
2010.

23
V. KESIMPULAN DAN SARAN SEMENTARA

5.1. Kesimpulan
1. Lokasi Kegiatan di Kabupaten Aceh Tengan dan Kabupaten Bener Meriah di
survey di 3 (tiga) Kecamatan, Kabupaten Aceh Tengah di Kecamatan Bebesen
dan Celala, di Kabupaten Bener Meriah di kecamatan Bandar.
2. Hasil koordinasi baik ditingkat kabupaten/kota dan kecamatan lokasi Kajian
Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi
Arabika di dataran Tinggi Gayo
3. Kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1
sampai 2 ha
4. Lama kebun yang diusAhakan sudah 15 – 25 Tahun.
5. Varietas kopi yang ditanam dikebun umumnya varietas Gayo I, Ateng Super,
sedangan Gayo 2 dan sebagian kecil Robusta.
6. Produksi rata-rata setiap tahunnya 500 – 800 kg/ha
7. Harga jual rata-rata Rp. 65.000,- - Rp. 70.000,-/kaleng gelondong merah.

5.2. Saran
Untuk meningkatn produktivitas kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo diperlukan
pembinaan kepada petani kopi melalui pelatihan keterampilan seperti teknik
pemangkasan, pemeliharaan. Disarankan Hasil Panen kopi dipasarkan dalam bentuk
beras/labu karena kulit merah bisa dimanfaatkan sebagai baku pembuatan kompos
limbah kulit kopi.

24
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN

Pelaksanaan Survey Kajian Faktor Penetu Pengambilan Keputusan Penggunaan


Varietas Unggul Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo berjalan baik, yang dimulai dari
koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten/Kota dan BPP di 2 (dua) Kecamatan, terutama dalam penentuan/penetapan
lokasi.
Khusus untuk survey dibuat kuisioner yang dibagikan kepada petani kopi di 2 (dua)
Kabupaten/kota dan 2 (dua) kecamatan dimana kuisioner diedarkan melalui penyuluh
pendamping di masing-masing Kecamatan.
Lokasi survey di Kabupaten Aceh Tengah dilakukan di Kecamatan Bebesen 4
(empat ) orang PPL, di Kecamatan Celala 2 (dua) orang PPL sedangkan di Kabupaten
Bener Meriah di Kecamatan Bandar 3 (tiga) orang PPL yang membagikan kuisioner ke
petani kooperator.
Tujuan dari kegiatan ini adalah : (1) factor penentu dan alasan pemilihan varietas
yang digunakan petani, (2) data identifikasi varietas yang ditanam, dan (3)
perbandingan performa kebun dari produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi
arabika yang ditanam petani.
Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya data : (1) factor
penentu dan alasan pemilihan varietas yang digunakan petani, (2) data identifikasi
varietas yang ditanam petani dan (3) perbandingan performa kebun dan produktivitas
dari kombinasi varietas kopi arabika yang ditanam petani

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Aksi Agraris Kanisius, 1998. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

2. Baon, J. et.al., 2003. Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kopi dalam


Mewujudkan Usaha Tani yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia.

3. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Propinsi NAD, 2008. Statistik Perkebunan Propinsi
NAD.

4. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. 2004.


Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi 2001-2003. Jakarta 87p.

5. Gupta, P.C. & J.C. O’Toole. 1986. Upland Rice A Global Perspective. Manila. IRRI.
p360.

6. Hulupi, R. (1999). Bahan Tanam Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di
Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1), 64-81.

7. International Coffee Organization. 2004. Coffee Market Report. Agustus 2004

8. Iskandar, S. H. (1988). Beberapa Aspek Budidaya Tanaman Perkebunan. Jurusan


Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48
Hal.

9. Muslim, 1993. Pemupukan melalui Daun. Informasi Pertanian Jakarta.

10. Rahim, A. & D.R.D, Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan
Kasus). Jakarta, Penebar Swadaya.

11. Roesmanto, J. (1991). Kopi: Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media.Yogyakarta. 165
P.

12. Saifuddin Sarief, 1988. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit CV.Pustaka Buana.
Bandung.

13. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.

14. Suhaeti, R.N. & E. Basuno. 2004. Analisis Dampak Pengkajian Teknologi Pertanian
Unggulan Spesifik Lokasi Terhadap Produktivitas Kasus: BPTP Nusa Tenggara
Timur. Soca (Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness 4 (1).

15. Surip Mawardi, et. al. 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

26
FOTO KEGIATAN

Koordinasi dengan Kadis Perkebunan dan Kehutana Kabupaten Aceh Tengah

Koordinasi dengan Kadis Perkebunan dan Kehutana Kabupaten Bener Meriah

31
Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah

Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Bandar Kab. Bener Meriah

32
Lokasi Lahan Petani di Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah

Lokasi Lahan Petani di Kecamatan Celala Kab. Aceh Tengah

33

Anda mungkin juga menyukai