Anda di halaman 1dari 4

Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869

Volume 11, Nomor 2, Juli 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

PERBEDAAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY


LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN SISTEM REPRODUKSI
TUMBUHAN DAN HEWAN
Ratu Siti Chodijah1), Muh Rais2), Nestiyanto Hadi3)
1
Prodi Pendidikan Biologi, STKIP Arrahmaniyah Depok
Email: chodijah1978@gmail.com
23
Prodi Pendidikan Biologi, STKIP Arrahmaniyah Depok
Email: ntaybio@gmail.com

APA Citation: Chodijah, R.S., Rais, M., & Hadi, N. (2019). Perbedaan Problem Based Learning
Dan Discovery Learning Terhadap Pemahaman Sistem Reproduksi Tumbuhan
Dan Hewan. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi, 11(2), 55-58. doi:
10.25134/quagga.v11i2.1863.

Received: 14-07-2019 Accepted: 25-07-2019 Published: 26-07-2019

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran PBL dan Discovery Learning
terhadap pemahaman siswa pada sistem reproduksi tumbuhan dan hewan. Penelitian dilakukan di SMP.IT Al
Fariida dan SMP.IT Luqman Al Hakim Desa Jampang Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Dalam
penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi eksperimendua variabel hasil tes
(Y1 dan Y2) dari pemahaman siswa yang belajar dengan model PBL (X1) dan hasil tes dari pemahaman siswa
yang belajar dengan model Discovery Learning (X2). Data kedua variabel hasil tes dideskripsikan melalui
frekuensi kelas interval data dan nilai-nilai terpusat, yaitu modus (Mo), median (Md), mean (Me) dan nilai
simpangan baku (S). Perbedaan pembelajaran PBL dan Discovery Learning diketahui melalui Uji t-perbedaan.
Ukuran sampel sebanyak 30 siswa kelas IX SMP.IT Al Fariida dan 30 siswa kelas IX SMP.IT Luqman Al
Hakim. Instrumen tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh bahwa terdapat perbedaan model pembelajaran PBL dan discovery learning terhadap pemahaman
siswa pada sistem reproduksi tumbuhan dan hewan. Dapat disimpulkan bahwa PBL lebih efektif dibandingkan
Discovery Learning dengan indikasi meningkatnya motivasi, pengalaman dan pengetahuan serta kemampuan
siswa dalam memecahkan permasalahan.
Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Pemahaman siswa, Instrumen tes.

Abstract: This study aims to determine the differences in PBL and Discovery Learning towards students'
understanding of the reproductive systems of plants and animals. The study was conducted at the SMP.IT Al
Fariida and SMP .IT Luqman Al Hakim, Jampang Village, Kemang District, Bogor Regency. In this study
quantitative descriptive method was used with the experimental study approach two test results variables (Y1
and Y2) from students 'understanding of learning with PBL models (X1) and test results from students'
understanding of the Discovery Learning model (X2). The data of the two test results variables are described
through the interval class data and centralized values, namely mode (Mo), median (Md), mean (Me) and
standard deviation values (S). The difference between PBL and Discovery Learning is known through t-
difference test. The sample size was 30 students of class IX SMP.IT Al Fariida and 30 students of class IX
SMP.IT Luqman Al Hakim. Test instruments in the form of multiple choice questions were 30 items. Based on
the results of data analysis, it was found that there were differences in PBL learning models and discovery
learning of students' understanding of the reproductive systems of plants and animals. It can be concluded that
PBL is more effective than Discovery Learning with an indication of increasing motivation, experience and
knowledge as well as students' ability to solve problems.
Keywords: Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Student understanding, Test instruments.

1. PENDAHULUAN sulit tumbuh dan berkembang menjadi maju


Kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan tanpa adanya pendidikan. Pendidikan adalah
teknologi (IPTEK) dan globalisasi menuntut investasi dalam menghadapi persaingan global.
tersedianya sumber daya manusia dengan Mutu pendidikan yang dihasilkan harus selaras
kualitas yang baik. Pendidikan menjadi salah dengan perkembangan IPTEK. Pendidikan harus
satu faktor terpenting yang dapat menentukan menghasilkan output yang kompetitif dan
kualitas sumber daya manusia. Suatu negara akan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional

55
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 2, Juli 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

dan internasionan untuk menghadapi tantangan sendiri. Selain itu Problem Based Learning
global. Selain itu,sumber daya manusia yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan
dihasilkan juga harus memiliki moral dan budi masalah dan mengutarakan alternatif-alternatif
pekerti yang luhur,tidak hanya menguasai penyelesaian masalah (Purnamaningrum dkk,
pengetahuan kognitif saja. Proses pendidikan 2012). Siswa mngembangkan pengetahuan,
diharapkan mampu menyiapkan generasi muda mengkonstruksi suatu prosedur, dan
yang mampu bersaing di masa mendatang. mengintegrasikan pengetahuan konsep dengan
Terdapat beberapa faktor yang dapat keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan di
menghasilkan proses pendidikan yang baik. Guru dalam PBL menjadikan siswa semakinterampil
menjadi salah satu faktor yang memiliki peran dalam menyeleksi informasi yang relevan, untuk
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. selanjutnya dilakukan penganalisisan secara
Guru diharapkan memiliki pengetahuan tentang kritis hingga memperoleh hasil yang akurat.
metode mengajar yang baik serta mampu Dengan demikian rangkaian kegiatan tersebut
menerapkan dengan efektif dan efisien. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan
peserta didik mampu menguasai kompetensi- konsep siswa.
kompetensi yang ditentukan dalam pembelajaran Berbagai konsep dan kenyataan yang ada,
yang dilakukan (Kusumaningtias dkk, 2013). menjadikan peneliti berkeinginan untuk
Berbagai literatur model-model melakukan penelitian yang menjadikan siswa
pembelajaran, diantaranya adalah model Problem mendapatkan pengalaman untuk memperoleh
Based Learning, Project Based Learning, Inquiry pemahaman melalui pembelajaran berdasarkan
Learning, Discovery Learning dan Problem masalah. Dengan harapan siswa generasi
Solving. Diantaranya berbagai model tersebut, berikutnya akan lebih baik pengalaman dan
model Problem Based Learning dan Discovery pemahamannya dibandingkan dengan yang
Learning memiliki potensi yang kuat dalam terdahulu. Adapun rumusan masalah terkait
rangka mendorong siswa untuk mencari tahu dari perbedaan penerapan model pembelajaran
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan Problem Based Learning (PBL) dan Discovery
hanya diberi tahu oleh para guru. Learning terhadap pemahaman siswa pada materi
Pembelajaran berdasarkan masalahmelalui sistem reproduksi tumbuhan dan hewan.
model Problem Based Learning (PBL) dan
Discovery Learning mampu mengarahkan siswa 2. METODOLOGI PENELITIAN
untuk berpikir secara sistematis dalam mencari Metode penelitian yang digunakan adalah
solusi permasalahan yang ditemukan. Siswa metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
diarahkan untuk merefleksikan masalah yang studi eksperimen dua variabel hasil tes (Y1 dan
ditemukan selama proses pembelajaran ke Y2) dari pemahaman siswa yang belajar dengan
dalamkehidupan sehari-hari. Sehingga belajar model PBL (X1) dan hasil tes dari pemahaman
tidak hanya proses menghafal suatu konsep tetapi siswa yang belajar dengan model Discovery
juga adanya interaksi dengan lingkungan serta Learning (X2). Data kedua variabel hasil tes
pengalaman yang telah dimilikinya.Pembelajaran dideskripsikan melalui frekuensi kelas interval
dengan model PBL dan Discovery Learning data dan nilai-nilai terpusat, yaitu modus (Mo),
mampu melibatkan siswa untuk belajar median (Md), mean (Me) dan nilai simpangan
menyelesaikan suatu permasalahan dalam baku (S). Perbedaan model pembelajaran PBL
kehidupan sehari-hari dan belajar mengenai dan Discovery Learning dapat diketahui melalui
pengetahuan yang diperlukan. Pembelajaran PBL Uji t-perbedaan.
dapat memandu siswa untuk dapat Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan di dua sekolah wilayah Kecamatan Kemang
secara berkelanjutan serta dapat Kabupaten Bogor, yaitu SMP.IT Al Fariida dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan SMP.IT Luqman Al Hakim. Jumlah sampel pada
(Sani, 2014). masing-masing sekolah sebanyak 30 siswa.
Kemapuan mengevaluasi siswa akan muncul Instrumen tes mengenai pemahaman siswa pada
pada tahap analisis dan evaluasi pemecahan materi sistem reproduksi tumbuhan dan hewan
masalah, dengan bantuan guru. Siswa (variabel Y)disusun berdasarkan kisi-kisi dengan
memberikan pertimbangan terhadap jumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda.
penyelesaikan suatu masalah yang telah Selain itu, dilakukan pula observasi yang
dikemukakan berdasarkan sudut pandangnya meliputi kegiatan pemantauan perhatian

56
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 2, Juli 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

menggunakan seluruh indera untuk mengetahui Adapun hasil deskripsi dan analisis data di
penerapan model PBL dan Discovery Learning atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan
(Sugiyono, 2013). pemahaman siswa dalam materi sistem
reproduksi pada tumbuhan dan hewan dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN model pembelajaran PBL dan model
Hasil penelitian pembelajaran Discovery Learning yang terlihat
Tabel 1. Data Pemahaman Siswa pada nilai-nilai modus, median, dan mean dari
Keterangan
Model
Model DL
masing-masing hasil pemahaman siswa di kedua
PBL kelas menunjukkan skor pemahaman di kelas
Frekuensi tertinggi model PBL umumnya lebih tinggi dari pada
14 – 15 13 – 14
skor kelas interval pemahaman di kelas model Discovery Learning.
Nilai Modus 14,41 13,04 Keadaan diduga berhubungan erat dengan
Nilai Median 14,23 12,50
perhatian, rasa ingin tahu dan kemampuan
Nilai Mean 14,10 12,23
berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
Sedangkan pada kelas model Discovery Learning
Tabel 2. Data Uji Statistik
siswa memiliki perhatian dan rasa ingin tahu tapi
Keterangan Hasil
masih belum pada tahap ingin menemukan
Uji F 1,14
sesuatu dari materi yang dipelajari, disamping itu
Uji t 2,92 jumlah siswa yang cukup banyak menyebabkan
F tabel 1,18
kurang efisisen dan membutuhkan waktu yang
t table 2,00 cukup lama untuk membantu mereka
menemukan sesuatu pada materi yang dipelajari,
Berdasarkan tabel 1, frekuensi kelas interval sehingga ketika menjawab soal tes
di atas dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi pertimbangannya hanya berdasarkan teori dan
berada pada kelas interval 14 - 15. Dengan bukan pengalaman nyata.
demikian secara garis besar pemahaman siswa Menurut Ridwan Abdullah Sani 2014, PBL
menggunakan metode Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan
(PBL) dalam materi sistem reproduksi pada dengan menyajikan permasalahan secara
tumbuhan dan hewan cukup baik. Sedangkan terstruktur, mengajukan beragam variasi
pada metode Discovery Learning frekuensi pertanyaan yang difasilitasi adanya penyelidikan
tertinggi berada pada kelas interval 13 – 14. dan membuka ruang dialog serta diskusi.
Berdasarkan tabel 2, Nilai t hitung yang Permasalahan diselesaikan dengan menerapkan
diperoleh lebih besar dari nilai t tabel (dk = konsep dan prinsip yang secara simultan
(n1+n2)-2 =58) dan kesalahan 5% yaitu 2,00, dipelajari di dalam kurikulum mata pelajaran.
atau 2,92 > 2,00. Dengan demikian H0 ditolak Hal tersebut membantu siswa dalam
dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan : memecahkan masalah dan meningkatkan
“Terdapat perbedaan pemahaman siswa dalam keterampilan intektual serta rasa tanggung jawab
materi sistem reproduksi pada tumbuhan dan selama proses pembelajaran (Siswanto dkk,
hewan dengan model pembelajaran Problem 2012).
Based Learning dan model pembelajaran Model pembelajaran PBL sejalan dengan
Discovery Learning di kelas IX SMP di Gugus hakikat pembelajaran IPA yang mempelajari
Jampang Kecamatan Kemang Kabuptaen Bogor. gejala-gejala melalui proses ilmiah yang
Ada sedikit perbedaan hasil pemahaman dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya
siswa antara PBL dan Discovery Learning, terwujud menjadi produk ilmiah dengan tiga
namun secara umum hasil keduanya masih komponen yaitu konsep, prinsip dan teori
masuk kedalam kategori cukup baik. Hal tersebut (Kusumaningtias dkk, 2013).Model
ditunjang dengan adanya beberapa faktor yang pembelajaran PBL memiliki karakteristik
berjalan dengan baik saat pelaksanaan di dalam diantaranya siswa harus mempunyai rasa
kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa setiap tanggung jawab, simulasi permasalahan yang
tahapan yang terdapat dalam rencana diterapkan dalam pembelajaran berbasis masalah
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. yang terstruktur dan memungkinkan free inquiry.
Terdapat komunikasi dua arah antara guru Selain itu, perlu adanya pengintegrasian dari
dengan siswa, baik saat siswa kurang memahami berbagai disiplin ilmu agar siswa dapat
materi maupun saat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.

57
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 2, Juli 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

menganalisis permasalahan secara mandiri dan Peningkatan Kemampuan Berpikir


komperhensif (Trianto, 2012). Kreatif Melalui Problem Based Learning
Analisis akhir mengenai apa yang telah (PBL) pada Pembelajaran Biologi Siswa
dipelajari dari permasalahan dan diskusi tentang Kelas X-10 SMAN 3 Surakarta Tahun
apa konsep dan prinsip-prinsip yang telah Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan
dipelajari sangat penting untuk dilakukan. Biologi. 4(3): 39-51.
Penilaian diri dan sejawat harus dilakukan pada
penyelesaian setiap masalah yang dibahas dan Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk
pada akhir setiap unit. Kegiatan yang dilakukan Implementasi Kurikulum 2013. Edisi 1.
dalam pembelajaran berbasis masalah harus Bumi Aksara. Jakarta.
berguna di dunia nyata, ujian siswa harus
mengukur kemajuan siswa terhadap tujuan Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah (Savery, 2006). Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam Edisi 1. Kencana Prenada Media Group.
mencapai keberhasilan penerapan model Jakarta.
pembelajaran PBL ialah faktor guru. Dalam hal
ini, guru berperan untuk membimbing siswa agar Savery, J.R. 2006. Overview of Problem Based
dapat menggali dan mengoptimalkan potensi Learning, Definitions and Distinctions.
yang dimiliki. Guru memiliki kewajiban untuk Interdisciplinary Journal of Problem
dapat mengetahui serta memahami dan terampil Based Learning. 1(1): 9-20.
dalam proses perencanaan pembelajaran, baik
saat merencanakan tujuan dan kompetensi yang Siswanto, Maridi dan Marjono. 2012. Pengaruh
akan dicapai maupun juga dalam hal Model Problem Based Learning (PBL)
merencanakan proses pembelajarannya (Sanjaya, Terhadap Kemampuan Memecahkan
2008). Masalah dan Hasil Belajar Kognitif
Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14
4. SIMPULAN Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan Jurnal Pendidikan Biologi. 4(2): 53-59.
bahwa model Problem Based Learning (PBL)
lebih efektif dibandingkan dengan model Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendekatan
Discovery Learning. Model PBL dapat Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Edisi 1.
menambah motivasi, pengalaman dan Alfabeta. Bandung.
pengetahuan serta kemampuan siswa dalam
memecahkan permasalahan. Adapun guna dapat Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu:
meningkatkan efektifitas penerapan model PBL Konsep, Strategi dan Implementasinya
perlu diperhatikan tata letak (layout) meja dan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
kursi di dalam kelas yang sebaiknya disusun Pendidikan (KTSP). Edisi 1. Bumi
saling berhadapan. Posisi tersebut Aksara. Jakarta.
memungkinkan setiap anggota kelompok siswa
dan antar kelompok siswa dapat melakukan
diskusi serta interaksi secara maksimal.

5. REFERENSI
Kusumaningtias, A., S. Zubaidah, dan S.E.
Indriwati. 2013. Pengaruh Problem
Based Learning Dipadu Strategi
Numbered Heads Together Terhadap
Kemampuan Metakognitif, Berpikir
Kritis, dan Kognitif Biologi. Jurnal
Penelitian Kependidikan. 23(1): 33-47.

Purnamaningrum, A., S. Dwiastuti, R.M.


Probosari dan Noviawati. 2012.

58

Anda mungkin juga menyukai