MAKALAH SOSIOLOGI
PENDEKATAN SOSIOLOGI
TERHADAP HUKUM
NAMA DOSEN :
MAMAY KOMARIAH SH.,M.H.
DISUSUN OLEH :
VINCEN ANDRIAS
1902010092
III C (SORE)
A. Pendahuluan
Memasuki dunia hukum dan melibatkan diri di dalamnya sangatlah
berbeda dengan memasuki alam maya melalui internet. Hukum penuh dengan
keteraturan, sementara penolakan terhadap keteraturan ini sangat jarang
dikumandangkan. Hal tersebut menuntut kita untuk bisa merubah dunia yang
penuh keteraturan itu. Satjipto Rahardjo1 mengatakan, “mengajarkan
keteraturan, menemukan ketidakteraturan (teaching order inding
disorder)”.Berangkat dari hal itu, dalam bagian ini, penulis akan mengajak
pembaca untuk belajar memasuki dunia hukum secara teratur. Pada bagian
selanjutnya akan dikemukakan dunia hukum yang penuh dengan
ketidakteraturan. Inilah yang dijadikan langkah awal untuk memasuki dunia
hukum.
Apabila kita mau melihat hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai
tertentu, pilihan tersebut akan membawa kita kepada metode yang bersifat
idealis. Metode ini akan berusaha untuk menguji hukum yang mau mewujudkan
nilai-nilai tertentu. Di sisi lain, apabila kita memilih untuk melihat hukum
sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, perhatian kita akan
terpusat pada hukum sebagai lembaga yang benar-benar otonom, yaitu yang
bisa kita bicarakan sebagai subjek tersendiri. Hal ini akan membawa kita kepada
metode normatif, sesuai dengan cara pembahasannya yang bersifat analitis.
Sedangkan apabila kita mau memahami hukum sebagai alat untuk mengatur
masyarakat, metode yang digunakan bersifat sosiologis2. Hal ini sangat berbeda
dengan pemahaman hukum dari kedua pendekatan yang pertama. Pendekatan
terakhir ini mengaitkan hukum kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
serta memenuhi kebutuhan konkrit dalam masyarakat. Oleh karena itu, metoda
itu memusatkan perhatiannya kepada pengamatan mengenai efektivitas hukum.
B. Rumusan Masalah
I. Bagaimana Pendekatan Sosiologi terhadap Hukum ?
II. Bagaimana cara Pemikiran Hukum secara Sosiologis ?
III. Jelaskan secara Hukum dan Basis Sosialnya ?
IV. Jelaskan Tiga Pilihan Cara dalam Hukum ?
V. Apa tujuan Sosiologi terhadap Hukum ?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Marxisme
Menurut Marx, dialektika tidak berlangsung dalam alam
pikiran (yang dalam kenyatan dibuat menjadi dapat dimengerti),
akan tetapi berlangsung dalam kenyataan itu sendiri. Pada analisis
Marx tentang kenyataan menunjukkan bahwa karya manusia
memainkan peranan penting yang sentral. Karya manusia berada
dalam suatu hubungan praktikal terhadap alam, yang dialamnya
alam diubah bentuknya dan dibuat berguna untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Jadi, dalam pemikiran Marx, produksi
dan pemenuhan kebutuhan merupakan kategori-kategori sentral.
Pada diri Marx tidak terdapat pemikiran hukum dan negara
sebagai bentuk perwujudan dari kebebasan, akan tetapi terdapat
pemikiran bahwa hukum adalah sebagai alat penindas warga
negara.
4. Reine Rechtslehre
Hukum dalam pandangan Hans Kelsen, telah direduksi
pada sifatnya yang normatif. Dari perspektif ini, hukum harus
dipandang sebagai suatu kaidah yang tersusun secara Hierakhikal,
yang berlandaskan pada suatu grundnorm. Ini harus dipandang
sebagai suatu sudut pandang Hipotetikal. Jika kita hendak
memaparkan (mengerti, memahami) hukum menurut Hans Kelsen,
kita harus memandangnya sebagai suatu Stufenbau.
Kajian Empiris
Kajian ini memandang hukum sebagai kenyataan yang mencakup
kenyataan sosial, kultur. Kajian ini bersifat deskriptif. Jika dilihat dari
peralihan zaman dari abad ke-19 ke abad ke-20, metode empiris ini lahir
disebabkan karena metode atau kajian hukum secara normatif, tidak lagi
mendapat tempat. Pendekatan hukum melalui kajian empiris yang lahir di
awal abad ke-20 ini bersamaan lahirnya dengan ilmu baru yang oleh A.
Comte (1798-1857) diberi nama Sosiologi. Olehnya, sosiologi disebut
sebagai ilmu tentang tatanan sosial dan kemajuan sosial. Kajian terhadap
hukum melalui pendekatan sosiologis dan perkembangannya ini, akan
penulis bahas dalam bab selanjutnya.
Ketiga pendekatan terhadap hukum itu, merupakan langkah awal
bagi kita (hamba hukum) untuk memahami apakah hukum itu?. Berlainan
dengan tiga pendekatan itu, namun masih memiliki karakteristik yang
sama, Achmad Ali dalam pidatonya ketika menerima jabatan guru besar
tetap pada Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, memberikan suatu
pencerahan terhadap pendekatan hukum sebagai berikut.
a. beggrifenwissenchaft adalah ilmu tentang asas-
asas yang fundamental di bidang hukum,
termasuk di dalamnya mata kuliah Pengantar
Ilmu Hukum, Filsafat Hukum, Logika Hukum,
dan Teori Hukum.
b. Normwissenchaft adalah ilmu tentang norma,
termasuk di dalamnya adalah sebagian besar
mata kuliah yang diajarkan di fakultas-fakultas
hukum di Indonesia, seperti Hukum Pidana,
Hukum Perdata dan Hukum Tata Negara.
c. Tatsachenwissenchaft adalah ilmu tentang
kenyataan hukum, termasuk di dalamnya
Sosiologi Hukum, Hukum & Masyarakat,
Antropologi Hukum dan Psikologi Hukum.
Dari berbagai macam pendekatan terhadap hukum tersebut di atas,
hukum dapat ditafsirkan sebagai sebuah konsep. Soetandyo
Wigjosoebroto, mengatakan tak ada konsep yang tunggal mengenai apa
yang disebuat dengan hukum itu. Menurut pendapatnya, dalam sejarah
pengkajian hukum, tercatat sekurang-kurangnya ada tiga konsep.
Pertama, hukum dikonsepkan sebagai asas moralitas atau asas keadilan
yang bernilai universal dan menjadi bagian inheren sistem hukum alam.
Kedua, hukum dikonsepkan sebagai kaidah-kaidah positif yang berlaku
pada suatu waktu dan tempat tertentu, sebagai produk eksplisit suatu
sumber kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi. Ketiga, hukum
dikonsepkan sebagai institusi sosial yang rill dan fungsional dalam sistem
kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini hukum berperan dalam proses
pemulihan ketertiban, penyelesaian sengketa, maupun dalam proses
pengarahan dan pembentukan pola-pola perilaku yang baru.
Selain alasan itu, cara ini dipakai karena studi tentang hukum
dewasa ini masih lebih banyak berkisar pada pemahaman dan analisis
hukum secara dogmatis. Studi hukum hanya melihat hukum sebagai
suatu sistem yang logis-konsisten. Dari keadaan itu, menurut penulis,
dewasa ini dibutuhkan adanya perubahan dalam pemahaman hukum,
atau lebih tepatnya pemahaman hukum dan masyarakat. Studi tentang
hukum dan masyarakat akan melibatkan telaah kita mengenai hukum,
sehingga menyangkut pembicaran-pembicaran yang dulu lazimnya
diletakkan di luar dunia hukum
yang esoterik itu
BAB III
KESIMPULAN
SARAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. membawa perubahan yang cukup besar dalam perkembangan
manusia. Hal ini dapat dilihat dengan peradaban yang tumbuh di kota-kota
besar. Akan tetapi disisi lain modernisasi membawa dampak negatif bagi
manusia, seperti pola hidup sekuler, yang pada akhirnya mereka
meningalkan agama. Kekosongan spiritual ini mengakibatkan manusia
modern mudah terkena gangguan-gangguan psikis seperti stres, depresi dan
neurosis. Kondisi ini mengharuskan mereka mencari sebuah cara yang efektif
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan nilai transenden tersebut.
Berbagai tawaran munculseperti melalui penyembuhan dengan medis
sampai dengan penyembuhan yang berbasiskan spiritual.
Berdasarkan uraian dari BAB I sampai dengan BAB II sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Stres merupakan sesuatu yang menekan individu baik dari ekternal
maupun internal individu. Ketika mengalami stres, tubuh melakukan
interaksi dan adaptasi sebagai usaha mempertahankan keseimbangan.
Faktor latar belakang sosial, pendidikan, budaya, keturunan serta
pengahayatan terhadap agama mempengaruhi individu dalam
merespon stres tersebut.
2. Dalam mengatasi dan menyembuhankan stres, Kuhsari dan Mustamir
menawarkan beberapa cara yang dapat dilakukan ketika mengalami
stres. Yakni memanajemen stres tersebut dengan mengarahkannya ke
dalam hal yang positif. Selain itu merujuk pada agama merupakan hal
terpenting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. dengan
mengamalkan, menghayati serta berpegang teguh pada agama dapat
mengembalikan kejernihan moralitas manusia serta memberikan
petunjuk dalam mengatasi berbagai persoalan psikologi hidup
manusia, sehingga harapan manusia kembali hidup baik, damai,
tenang terhindar dari gangguan kejiwaan dapat terwujud. Dalam
hubungannya dengan bimbingan dan konseling Islam, upaya
penyembuhan stres yang ditawarkan Kuhsari dan Mustamir dapat
dijadikan materi bagi konselor dalam membimbing dan
mengkonseling konseli yang belum atau sedang menghadapi masalah.
Upaya penyembuhan yang ditawarkan Kuhsari dan Mustamir sesuai
dengan asas-asas dan tujuan bimbingan konseling Islam.
B. Saran-saran
Dengan memperhatikan konsep stres pada masyarakat modern dan
upaya penyembuahnnya, maka saran yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Bahwa perlu adanya pemahaman manusia tentang makna stres
dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya stress sendiri bergantung
pada pemaknaan diri terhadap peristiwa yang dialami dan pada
hakikatnya stres dapat membangun dan melatih manusia untuk
menjadi pribadi yang tangguh.
2. Agar adanya kesamaan dalam pandangan, maka menjadi tugas
ulama dan para da'i sebagai ujung tombak syi'ar Islam dalam
mensosialisasikan manfaat stres sebagai sebuah kebutuhan bagi
manusia untuk mengenal dirinya dan Allah Dzat yang menciptakan
alam dan jagat raya
C. Penutup
Puji syukur alhamdulillah, dengan rahmat dan hidayah Allah SWT,
maka peneliti dapat menyelesaikan makalah ini, peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, sistematika maupun analisisnya.
Hal tersebut semata mata bukan kesengajaan peneliti, namun karena
keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki karenanya peneliti memohon
kritik dan saran.Akhirnya peneliti memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan
membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi khazanah
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosoebroto. 1998. Hukum dan Perkembangan Sosial.
Jilid I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
A., Hasan Zaini. 1974. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.Bandung: Alumni.
Abidin, E. Zainal. 1997. Budaya Hukum Dalam Peradilan di Indonesia. Jurnal Ilmu
Hukum UII. 4(9).
Adian, Donny Gahral. 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David
Hume sampai homas Kuhn. Bandung: Teraju.
Adian, Donny G. Percikan Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar
Komprehensif. 2006. Yogyakarta: Jalasutra.
Ali, Achmad. 2004. Sosiologi Hukum: Kajian Empiris terhadap Pengadilan. Jakarta:
Iblam.
Alpert, Harry. 1939. Emile Durkheim and His Sociology. New York: Columbia
University Press.
Althusser, Louis. 1976. “Ideology and Ideological State Apparatuses”. Dalam: Essays
on Ideology. 1976. London: Verso Press.
Barlin, Isaiah. 1959. Karl Marx: His Life and Environment. New York: Oxford
University Press.