Anda di halaman 1dari 6

No. Dok.

:UNIS-FHIH-SOAL-01
SOAL
Revisi : 00
Tanggal : 16 Maret 2020
HUKUM Halaman : 1 dari 1
Program Studi Ilmu INTERNASIONAL
Hukum Fakultas Hukum

Soal ujian dibuat oleh : Ditinjau & diverifikasi oleh :


Acuan Pembuatan Soal :
1. SAP/Silabus/Pustaka
2. Standar Prosedur ISO
(Fitri, SH., MH) Beggy Tamara, MH.,MSy.

PETUNJUK PENGERJAAN UTS


1. Dibawah ini terdapat tulisan atau berita yang dimuat di https://cnbcindonesia.com
2. Berdasarkan tulisan tersebut, tugas kalian adalah:
a. Memberikan analisis atau pendapat pribadi terkait permasalahan yang dibahas
dalam tulisan tersebut;
b. Analisis harus didasarkan pada teori atau materi yang telah dipelajari baik terkait
PKWT, Alih daya, dan UU Cipta Kerja serta PP No. 35 Tahun 2021;
c. Analisis TIDAK BOLEH SAMA ANTARA MAHASISWA YANG SATU
DENGAN MAHASISWA YANG LAIN;
d. Format analisis atau jawaban sudah tersedia di halaman 6, mahasiswa tinggal
melengkapi data dan mengetik analisis pada halaman tersebut;
e. Tidak ada batasan halaman;
f. Font = Times New Roman, Size = 12, Spasi = 1,15, A4
3. Tugas dikumpulkan kembali via google classroom paling lambat hari Selasa, 01 Juni
2021 Pukul 08.00 WIB

Selamat Mengerjakan

1
Raja Tega, Perusahaan Babat Habis Para
Pekerja Kontrak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kesulitan banyak perusahaan membiayai operasional akibat


covid-19 sehingga mereka harus tega merumahkan dan mem-PHK karyawan. Selain itu, yang
tak kalah menyedihkan adalah mereka harus lebih tega mengakhiri kontrak pekerja yang
berstatus kontrak, yang jadi prioritas kena efisiensi.

Dewan Penasihat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Chris Kanter mengatakan,
para pengusaha saat ini harus rela merumahkan hingga melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), bahkan pekerja-pekerja kontrak harus dulu jadi korban dengan tak diperpanjang
masa kerjanya.

"Teman-teman industri yang selalu menikmati pertumbuhan saja kena, apalagi itu yang padat
karya itu bahkan bisa kolaps. Sekarang pun banyak yang sudah merumahkan dan PHK
karyawannya, industri-industri besar juga banyak yang mendahulukan
(mengakhiri) karyawan kontrak," jelasnya dalam virtual video interview dengan CNBC
Indonesia, Senin (18/05/20).

Contohnya ada di sektor otomotif, salah satu industri yang cukup terdampak dari pandemi
Covid-19. Penjualan mobil pada April 2020 anjlok 90,6% berdampak pada nasib pekerja
mereka termasuk yang status kontrak.

2
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengaku banyak perusahaan tak akan perpanjang
masa kontrak bagi para karyawan dengan sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
Imbalannya mereka akan berusaha untuk tak ambil kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK).

"Kami terus terang akan merumahkan beberapa karyawan karena pabrik sebagian sudah


nggak jalan. Tentunya kayak karyawan kontrak yang sudah habis masa kontraknya, kita
nggak bisa perpanjang lagi, tapi karyawan tetapnya kita pertahankan untuk tidak di-PHK,"
ungkap Yohannes.

Selain kondisi perusahaan yang memicu pemutusan kontrak kerja massal, kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) cukup memperparah nasib para pekerja kontrak,
termasuk di sektor alih daya atau outsourcing.

"Karena banyak industri terdampak oleh corona, sehingga banyak pekerjaan yang akhirnya
berhenti maka banyak perusahaan alih daya yang akhirnya tidak melanjutkan kontrak dengan
karyawannya," kata Ketua Umum Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) Mira Sonia kepada
CNBC Indonesia, Selasa (19/5). "Bisa mencapai 10 ribu karyawan ya, kalau saya lihat di
industri alih daya saja," katanya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200519125119-4-159534/raja-tega-perusahaan-babat-
habis-para-pekerja-kontrak

3
NAMA : Elsa Titania Ramadani
NIM : 1902010104
KELAS : 4C (Sore)

ANALISIS

Pada masa pandemi Covid-19, anggota Komisi IX DPR, Obon Tabroni, meminta
pengusaha tidak melakukan PHK, terutama di wilayah – wilayah yang rentan terkena dampak
Covid-19. Namun imbauan untuk tidak melakukan PHK agak sedikit sulit untuk diterapkan.
Apalagi jika pengusaha mengalami kerugian, PHK menjadi hal yang paling mungukin untuk
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan boleh memasukan sebagian pekerja/buruhnya dengan
mempertimbangkan pembayaran upah pekerja/buruh dilakukan dengan sesuai dengan
kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh.

Pemerintah memutuskan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),


istilah dan pemaknaan yang mengacu pada Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan.
Dalam UU ini dijelaskan PSBB bertujuan mencegah meluasknya penyebaran penyakit Covid-
19 antara orang yang telah ditetapakn berisiko dan menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (Pasal 59 ayat 2).

 Berdasarkan pada Pasal 59 ayat (3) UU Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa


PKWT ini hanya boleh dilakukan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Jika
pengusaha melakukan perpanjangan PKWT, maka perusahaan harus memberitahukan
secara tertulis maksud perpanjangan pada pekerja paling lama 7 hari sebelum PKWT

4
berakhir secara tertulis kepada karyawan, dengan menyatakan bahwa akan
diperpanjang kontrak kerjanya dan jika pengusaha tidak memberitahukan
perpanjangan PKWT ini dalam waktu 7 (tujuh) hari maka perjanjian kerjanya demi
hukum menjadi Perjanjian Kerja dengan Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

Apabila perusahaan memutuskan secara sepihak maka perusahaan memiliki kewajiban


membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. Misalnya kontrak masih tersisa
selama 2 bulan, lalu di PHK secara seiphak. Pengusahaan wajib memberikan pesangon
kepada karyawan tersebut, besar pesangon sesuai dengan sisa masa kontrak yang berlaku.
Jika gaji seorang karyawan adalah sebesar Rp4.000.000 perbulan, berarti perusahaan
harus membayar sebesar Rp4.000.000 x 2 bulan = Rp8.000.000. Namun, apabila
perusahaan tidak memperpanjang kontrak kerja dengan PKWT maka tidak ada pesangon
untuk karyawan kontrak.

 Berdasarkan UU 13 Tahun 2003 Pasal 66 ayat (1) bidang-bidang pekerjaan untuk alih
daya diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Usaha pelayanan Kebersihan,


b) Usaha penyedia tenaga pengaman,
c) Usaha penyedia Angkutan pekerja/buruh,
d) Usaha penyedia makanan bagi pekerja/buruh,
e) Usaha jasa penunjang Pertambangan dan Perminyakan.

 Berdasarkan Pasal 66 UU Nomor 13 Tahun 2003 Pekerja/buruh dari perusahaan


penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk
melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan
proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Sementara di pasal PP turunan UU
Cipta Kerja, tak dicantumkan lagi batasan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang dilarang
dilakukan oleh pekerja alih daya.

5
6

Anda mungkin juga menyukai