Anda di halaman 1dari 19

PERBEDAAN PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI

PADA SAAT DARURAT DAN SAAT BENCANA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan


memperoleh nilai tugas individu

mata kuliah Ilmu dan Seni Kebidanan Dalam


Kebencanaan

DOSEN PENGAMPUH :

EVI KURNIAWATI, SST, M. Keb

DISUSUN OLEH :

CUT AZIZAH

NIM : 15201200

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


ACEH
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
BANDA ACEH
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada penulis sehingga penulis berhasil
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbedaan Pelayanan Asuhan
Kesehatan Reproduksi Pada Saat Darurat dan Saat Bencana”.

Shalawat beriringkan salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad


SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada ibu dosen pembimbing serta kepada teman-teman, dan pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 30 Maret 2021

CUT AZIZAH

DAFTAR ISI
Kata pengatar........................................................................................i

Daftar isi...............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang............................................................................3
2. Rumusan masalah.......................................................................3
3. Tujuan penulisan.........................................................................3

BAB II Konsep dasar PPAM reproduksi dalam situasi bencana

A.Kesehatan reproduksi...................................................................5
B. Manfaat informasi kesehatan reproduksi.....................................5
C. Defenisi PPAM............................................................................6
D.Pentingya PPAM..........................................................................7
E. Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi...................8
F. Sasaran PPAM..............................................................................9
G.Tujuan dan kegiatan PPAM........................................................10
H.Pelecehan seksual.......................................................................11
I. Cara mengakses informasi PPAM..............................................12

BAB III PENUTUP............................................................................20

A. Kesimpulan...............................................................................20
B. Saran.........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang
seperti semua hak asasi manusia lainnya, berlaku juga pada pengungsi
eksternal, pengungsi internal dan penduduk lainnya yang hidup didalam
situasi darurat. Guna mewujudkan hak tersebut penduduk yang terkena
dampak harus memiliki akses ke informasi dan layanan kesehatan
reproduksi komprehensif sehingga mereka bebas membuat pilihan
berdasarkan informasi terkait kesehatan serta kesejahteraan mereka.
Penyediaan layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan
berkualitas tinggi membutuhkan pendekatan terpadu yang bersifat
multisektoral, personel dari berbagai sektor, seperti perlindungan,
kesehatan, nutrisi, pendidikan dan layanan masyarakat. Semua memainkan
peran penting dalam merencanakan dan memberikan layanan kesehatan
reproduksi. Cara terbaik memenuhi kebutuhan adalah dengan melibatkan
masyarakat yang terkena dampak dalam tiap-tiap fase respon , mulai dari
menilai kebutuhan sampai merancang program, meluncurkan dan
melaksanakan program dan mengevaluasi dampaknya.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu PPAM Kesehatan Reproduksi.
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari PPAM Kesehatan Reproduksi.
3. Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari PPAM Kesehatan
Reproduksi

C. MANFAAT
Mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga mengetahui asuhan
kesehatan reproduksi pada saat bencana.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas
dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Kesehatan
reproduksi oleh karena itu menyatakan bahwa seseorang mampu
memiliki kehidupan seks yang memuaskan dan aman dan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk memproduksi dan bebas untuk
memutuskan kapan dan seberapa sering melakukannya. Yang tersirat
dalam persyaratan terakhir adalah hak laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh informasi dan memiliki akses ke metode-metode
keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau dan dapat diterima,
yang mereka pilih sendiri untuk pengaturan kesuburan yang tidak
bertentangan dengan hukum. Mereka juga harus memiliki hak untuk
mengakses layanan kesehatan yang tepat untuk memungkinkan
perempuan untuk menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman
sehingga memberikan para pasangan peluang yang terbaik untuk
mendapatkan seorang bayi yang sehat.

B. Manfaat informasi kesehatan reproduksi dan tujuan PPAM


1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang
dewasa mengenai pentingnya kesehatan remaja (KKR)
2. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas
yang cukup berat
3. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan
reproduksi terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS
serta kehamilan tak diharapkan.
4. Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja melalui sekolah maupun diluar sekolah

C. Definisi PPAM
Situasi darurat bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang telah mengakibatkan ancaman yang kritis terhadap
kesehatan, keselamatan, keamanan atau kesejahteraan suatu
masyarakat atau sekelompok besar orang. Kemampuan bertahan dari
masyarakat yang terdampak menjadi kewalahan dan bantuan dari luar
dibutuhkan. Hal ini bisa merupakan akibat dari peristiwa seperti
konflik bersenjata, bencana alam, epidemi atau kelaparan dan sering
kali menyebabkan penduduk harus mengungsi.
Paket Layanan Awal Minimum (MISP) untuk Kesehatan
Reproduksi  digunakan dalam Situasi Krisis. Paket Layanan Awal
Minimum (Minimum Initial Service Package/MISP) untuk Kesehatan
Reproduksi adalah seperangkat kegiatan prioritas terkoordinasi yang
dirancang untuk: mencegah dan menangani akibat dari kekerasan
seksual; mengurangi penyebaran HIV; mencegah kelebihan angka
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi; dan merencanakan layanan
Kesehatan Reproduksi lengkap pada hari-hari dan minggu-minggu
awal dari situasi darurat. Modul pembelajaran jarak-jauh MISP
bertujuan meningkatkan pengetahuan para pelaku kemanusiaan
mengenai layanan Kesehatan Reproduksi prioritas ini agar dapat
dimulai di awal situasi krisis. MISP secara garis-besar menguraikan
tanggap Kesehatan Reproduksi awal dan akan dijelaskan secara rinci
dalam modul ini.

D. Pentingnya PPAM
Alasan PPAM sebagai pentingya/kebutuhan pada situasi darurat
bencana,karena salah satu dari hak asasi manusia(HAM) adalah untuk
mendapat layanan kesehatan yang bermutu,termasuk di dalamya
layanan kespro dalam kondisi normal ataupun darurat.dari 8 tujuan
MDG(melenium development goals),dari goals itu terkait dengan
kesehatan reproduksi,MDG (3):kesetaraan gender.MDG (4) dan
(5)kesehatan ibu dan anak(KIA) termasuk akses universal ke layanan
kespro,MDG (6)pemberantasan penyakit menular termasuk
HIV/AIDS .jika kita ingin mencapai target MDGs harus dipastikan
kalau jika kita ingin mencapai dalam kondisi apapun termasuk kondisi
darurat.
Dalam kondisi normal indonesia sudah banyak permasalahan
terkait kespro dan kondisi akan lebih buruk saat terjadi
bencana.kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat harus diberikan
karena merupakan standard SPHERE/piagam kemanusiaan. standard
SPHERE telah di pergunakan sebagai acuan bagi para pekerja
kemanusiaan di seluruh dunia.PPAM untuk kespro dalam kondisi
bencana sudah masuk standard SpHERE edisi tahun 2004 yaitu akses
terhadap PPAM kespro dalam kondisi darurat.
1. Dalam kondisi darurat terutama konflik,biasanya tidak ada hukum
dan aturan yang berlaku dalam situasi pengungsian
2. Resiko untuk meningkatkan penularan HIV adalah karena
meningkatnya resiko karena seksual
3. Malnutri akan mengakibatkan anemia,yang akan meningkatkan
resiko pendarahan post partum.jika ibu hamil tingal di tempat
pengunngsian yang cukup lama,kemungkinan kebutuhan gizinya
tidak terpenuhi misalnya terjadi anemia, kurang gizi, sehingga
melahirkan bayi berat lahir rendah.

E. Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi\


Komponen Kespro komprehensif diberikan pada kondisi
normal, namun tidak semua harus diberikan dalam kondisi darurat, tapi
hanya fokus pada PPAM, misalnya:
1. Safe motherhood atau Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terdiri
dari: Ante Natal Care (ANC), Persalinan, Post Natal Care
(PNC). Semuanya adalah penting, tapi dalam kondisi darurat
karena keterbatasan tenaga dan alat, prioritas diberikan untuk
persalinan karena kematian banyak terjadi saat proses persalinan,
Tindakan pencegaanh meningkatnya kesakitan dan kematian
maternal serta  neonatal:
a. Pelayananan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal
tersedia
b. Terbentuknya Sistem rujukan 24 jam/7hari 
c.  Kit persalinan bersih: terdiri dari peralatan sederhana seperti
perlak,   sabun cuci tangan silet untuk memotong tali pusat,
tali untuk mengikat tali pusat dll. Kit persalinan bersih
didistribusikan kepada ibu hamil yang akan melahirkan dalam
waktu dekat  dengan pesan bahwa ibu hamil tetap harus
melahirkan di tenaga kesehatan.
2. KB, layanan ginekologis, penghapusan FGM (sunat perempuan)
dan praktek tradisional yang membahayakan tidak termasuk
PPAM. Tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi yang sudah
memakai KB sebelum bencana adalah dianjurkan
3. Pencegahan IMS/HIV saat daruart fokus pada pencegahan
penularan HIV, dengan cara:
a. Pemberian Transfusi darah yang aman, Transfusi darah hanya
diberikan atas indikasi, gunakan cairan pengganti darah selama
masih memungkinkan, Pilih donor dari golongan yang tidak
beresiko, Darah yang akan ditransfusikan harus di-
screening/disaring terlebih dahulu untuk virus HIV, Hepatitis B
dan Syphillis
b. Diterapkannya standard kewaspadaan universal : Praktek
pencegahan infeksi harus diterapkan, karena dalam kondisi
darurat ada kecenderungan tenaga kesehatan untuk potong
kompas, Alat dan bahan harus tersedia secara mencukupi
c. Disediakan Kondom gratis tersedia.  Menyediakan kondom bagi
yang sudah memakai kondom sebelumnya dan tidak
didistribusikan secara luas, misalnya disediakan di toilet, pos
kesehatan dll
4. Pencegahan dan penanganan Kekerasan Berbasis Gender (GBV),
PPAM hanya fokus pada pencegahan dan penanganan kekerasan
seksual pada fase akut
F. Sasaran PPAM
Sasaran PPAM/MISP adalah mengurangi angka kematian,
penyakit dan cacat di antara populasi yang terkena pengaruh krisis,
terutama wanita dan gadis. Populasi ini dapat berupa pengungsi lintas
batas, pengungsi internal (IDP) atau populasi yang menampung
pengungsi lintas batas atau IDP. Sasaran dari PPAM yaitu mengurangi
angka kematian, penyakit, dan cacat diantara populasi yang terkena
pengaruh krisis terutama wanita dan gadis. Populasi ini dapat berupa
pengungsi lintas batas atau internal. pengungsi lintas batas adalah
seseorang yang oleh karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan
dianiaya berdasarkan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada suatu
kelompok sosial tertentu, atau pandangan politik.
Sedangkan pengungsi internal ialah orang-orang atau kelompok-
kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau
meninggalkan rumah mereka atau tempat mereka dahulu biasa tinggal,
terutama sebagai akibat dari, atau dalam rangka menghindarkan diri
dari dampak-dampak konflik bersenjata, situasisituasi rawan yang
ditandai oleh maraknya tindak kekerasan secara umum, pelanggaran-
pelanggaran hak-hak asasi manusia, bencana-bencana alam, atau
bencana-bencana akibat ulah manusia, dan yang tidak melintasi
perbatasan negara yang diakui secara internasional.

G. Tujuan dan kegiatan PPAM


1. Mengidentifikasi organisasi dan perorangan untuk
memudahkan koordinasi dan pelaksanaan MISP dengan:
a. Memastikan Koordinator Kesehatan Reproduksi keseluruhan
ada dan berfungsi di bawah tim koodinasi kesehatan;
b. Memastikan titik fokus Kesehatan Reproduksi dalam kamp dan
instansi pelaksana ada di tempat
c. Menyediakan materi untuk pelaksanaan MISP dan memastikan
penggunaannya.
2. Mencegah kekerasan seksual dan memberikan bantuan yang tepat
kepada mereka yang selamat dengan:
a. Memastikan tersedianya sistem untuk melindungi populasi
pengungsi internal, terutama wanita dan gadis, dari kekerasan
seksual
b. Memastikan tersedianya layanan medis, termasuk dukungan
psikososial, bagi mereka yang selamat dari kekerasan seksual
3. Mengurangi penyebaran HIV dengan:
a. Menjunjung tindak pencegahan universal;
b. Menjamin tersedianya kondom gratis;
c. Memastikan darah transfusi benar-benar aman
4. Mencegah kelebihan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan
bayi dengan:
a. Menyediakan kit kelahiran bayi yang bersih untuk semua wanita
yang nyata hamil dan para bidan untuk meningkatkan kelahiran
bayi di rumah dalam keadaan bersih;
b. Menyediakan kit kelahiran bayi bagi para bidan (UNICEF atau
sejenisnya) untuk memfasilitasi kelahiran bayi yang bersih dan
aman di fasilitas kesehatan
c. Memprakarsai penetapan sistem rujukan untuk mengelola situasi
darurat obstetrik
5. Merencanakan penyediaan layanan Kesehatan Reproduksi lengkap,
yang menyatu ke dalam Perawatan Kesehatan Utama, sesuai
dengan situasi yang dihadapi, dengan:
a. Mengumpulkan informasi dasar yang melatar-belakangi
mengenai pemantauan dan evaluasi)
b. Mengidentifikasi lokasi untuk penyediaan layanan Kesehatan
Reproduksi lengkap di masa mendatang
c. Menilai staf dan mengidentifikasi protokol pelatihan;
d. Mengidentifikasi jalur pengadaan dan menilai konsumsi obat
setiap bulan
H. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak
diinginkan, permintaan untuk melakukan perbuatan seksual,
tindakan lisin, fisik, yang bersifat seksual atau perilaku lain apapun
yang bersifat seksual membuat orang lain tersinggung,
dipermalukan, terintimidasi dimana reaksi seperti itu adalah masuk
akal dalam situasi dan kondisi yang ada dan tindakan tersebut
mengganggu kerja, bermusuhan atau bersifat tidak sopan,
pelecehan seksual dikategorikan 5 kelompok:
1. Pelecehan fisik Mencium, mencubit, menatap penuh nafsu.
2. Pelecehan secara lisanMengungkit kehiduapna pribadi, lelucon
atau komentar bernada seksual
3. Pelecehan isyarat  Bahasa tubuh yang bernada seksual dengan
jari, bibir, menjilat.
4. Pelecehan tertulis atau gambar Pornografi
5. Pelecehan psikologis
Pelecehan Seksual terhadap Anak Sering dilakukan oleh orang
yang dekat dengan anak tersebut. Pada akhir-akhir ini pelecehan
seksual terhadap anak sedang marak terjadi, jadi komisi
perlindungan anak menginginkan perubahan UU hukuman
pelecehan seksual terhadap anak 20 tahun penjara dan seumur
hidup. Pencegahan dini perlindungan seksual terhadap anak, adalah
sebagai berikut:
1. Selalu diberitahu untuk tidak mudah menerima makanan dan
uang dari orang lain
2. Jika anak pergi bermain, harus sepengetahuan dan seizin orang
tua
3. Pengawasan orang tua ketika anak bermain mutlak dilak
4. Pakaian anak tidak mengundang rangsangan untuk melakukan
pelecehan
5. Tidak memperlihatkan tayangan atau gambar yang bersifat
pornografi
6. Jika sibuk, sebaiknya anak dititipkan kepada orang yang
dipecaya. Contoh: orang tua. Jangan sembarangan menitipkan
anak.

I. Cara mengakses informasi PPAM


Banyak pedoman pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat yang dihasilkan oleh kelompok kerja kesehatan reproduksi
dalam kondisi darurat/inter-Agency working group on RH in
emergency situation(IAWG)yang telah di publikasikan dapat di akses
secara bebas juga tersedia secara line,dan sebagi besar sudah
diterjemahankan kedalam bahasa indonesia,seperti PPAM kesehatan
reproduksi.
1. Langkah-Langkah Penanganan Kespro Dalam Situasi Darurat
Bencana. Menurut Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tahapan
bencana dibagi menjadi 3 tahap. Tahap – tahap tersebut meliputi:
a. Pra Bencana
- Fase kesiapan (situasi normal).
- Fase kesiapsiagaan (situasi dimana dinyatakan adanya
potensi bencana)
Perbedaan antara kedua situasi tersebut terletak pada
kondisi masing-masing wilayah pada suatu waktu. Ketika
pihak yang berwenang menyatakan bahwa suatu wilayah
berpotensi akan terjadi suatu bencana maka situasi yang
semula dinyatakan tidak terjadi bencana akan secara
otomatis berubah menjadi situasi terdapat potensi bencana.
b. Saat Bencana
Keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok
masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
yang memerlukan respon intervensi sesegera mungkin guna
menghindari kematian dan atau kecacatan serta kerusakan
lingkungan yang luas. (SK Menkes No.145 Tahun 2007,
Pedoman Penanggulangan Bencana di bidang kesehatan).
c. Pasca Bencana
Transisi dari fase tanggap bencana ke fase pasca bencana tidak
secara tegas dapat ditetapkan. Keadaan pasca bencana dapat
digambarkan dengan keadaan angka kematian sudah menurun
hingga <1 per 10.000 penduduk/hari,ditandai dengan sudah
terpenuhinya kebutuhan dasar dari penduduk, kondisi
keamanan sudah membaik dan pelayanan kesehatan sudah
mulai kembali ke normal.
a. Tahap Pra Bencana
Tindakan yang dilakukan adalah penyusunan rencana
kesiapsiagaan kesehatan reproduksi pada setiap tingkat
pemerintahan, mulai dari tingkat kabupaten atau kota, propinsi dan
tingkat pusat. Rencana Kesiapsiagaan adalah rencana kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
1. Tujuan Rencana Kesiapsiagaan
a) Membangun kesadaran stakeholder agar turut aktif dalam
program penanganan bencana.
b) Memastikan koordinasi yang efektif dari respon bencana.
c) Memastikan respon bencana yang cepat, tepat dan efisien
melalui penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum untuk
Kesehatan Reproduksi sejak fase awal bencana.
2. Waktu Penyusunan
a. Pada kondisi normal sebelum terjadi bencana
Rencana kesiapsiagaan disusun pada kondisi normal sebelum
terjadi bencana dan harus direview dan direvisi secara
berkala sesuai dengan perkembangan kondisi daerah
setempat (minimal 1 tahun sekali).

b. Pada saat terdapat potensi bencana


Rencana kesiapsiagaan harus disesuaikan dengan kondisi
daerah setempat. Pada saat terdapat potensi bencana dimana
sering terjadi perubahan kondisi daerah, maka frekuensi
review dan revisi rencana kesiapsiagaan harus ditingkatkan.
Disamping itu harus pula ditingkatkan persiapan
operasionalisasi dari rencana kesiapsiagaan tersebut.
3. Tahap Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
a. Tahap Persiapan
- Pembentukan tim kesehatan reproduksi (telah dijelaskan
pada bab III).
- Mengadakan pertemuan/lokakarya untuk mendapatkan
kesepahaman tentang konsep PPAM (Paket
Pelayanan Awal Minimum) dan penerapannya dalam
penyusunan rencana kesiapsiagaan pada tahap berikutnya.
Penjelasan PPAM dapat dilihat pada apendiks 2 dan pada
buku Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pengungsi.
b. Tahap Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
- Identifikasi data-data kesehatan reproduksi (baik data
cakupan maupun data sarana yang ada), termasuk data
kerentanan di wilayah tersebut\
- Pembuatan peta
- Tindakan untuk mengurangi kerentanan dan risiko
kesehatan reproduksi
- Penyiapan komponen rencana kesiapsiagaan. Proses
identifikasi kerentanan kesehatan reproduksi dalam
masyarakat melalui langkah
- Menilai status kesehatan reproduksi setempat berdasarkan
indikator kesehatan reproduksi yang ada seperti angka
kematian ibu
- Mengenali faktor – faktor kerentanan kesehatan
reproduksi seperti faktor kemiskinan, akses terbatas ke
pelayanan kesehatan reproduksi, ketrampilan tenaga
kesehatan dll
c. Peta Kerentanan dan Risiko
Peta adalah salah satu dari cara terbaik untuk
mempresentasikan hasil dari penilaian kerentanan dan
analisa risiko. Langkah – Langkah Menggambar Peta :
1. Membuat simbol – simbol yang menggambarkan :
- Kelompok – kelompok rentan seperti ibu hamil dan bayi.
- Kelompok risiko tinggi kesehatan reproduksi pada
populasi yang ada dalam wilayah setempat seperti :
wilayah dengan prevalensi HIV, IMS, dll.
- Masalah kesehatan reproduksi pada masyarakat seperti
tingginya jumlah kematian ibu, bayi, dll.
- Tenaga kesehatan khususnya dalam bidang kesehatan
reproduksi
- Fasilitas kesehatan dan alur rujukan pelayanan kesehatan
reproduksi (puskesmas PONED dan Rumah sakit
PONEK).
2. Menggambar alur yang menghubungkan antara populasi
setempat dengan fasilitas layanan kesehatan
reproduksi terdekat dan alur rujukan antar fasilitas
layanan kesehatan reproduksi.
d. Penyiapan Komponen Kesiapan Penanggulangan Bencana
1. Sumber daya manusia, Tim siaga kesehatan reproduksi
bertanggung jawab untuk menyiapkan kemampuan
sumber daya manusia untuk pelaksanaan rencana
kesiapsiagaan sesuai bidangnya masing-masing
2. Pengorganisasian: sesuai pengorganisasian pada bab II
3. Fasilitas, alat dan bahan.

Langkah-langkah :
1) Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi
2) Mengidentifikasi tempat penyimpanan logistik
3) Mengidentifikasi tempat pelayanan
4) Mengidentifikasi institusi/organisasi (nasional/internasional) yang
memiliki potensi dalam penyediaan logistik dan fasilitas kesehatan
reproduksi. Penyediaan dan penyiapan kebutuhan material Kesehatan
Reproduksi yang terdiri dari :
 RH kit.
 Bidan kit (di luar paket RH kit).
 Individual kit: hygiene kit, kit bayi, kit ibu hamil, kit ibu bersalin.
 Peralatan penunjang Kesehatan Reproduksi: tenda, generator, lampu
penerangan, dll.
5) Perencanaan Anggaran
Tiap tingkatan pemerintahan perlu menyiapkan alokasi anggaran dan
memobilisasi anggaran untuk membiayai rencana kegiatan pada rencana
kesiapsiagaan.
6) Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Langkah yang dilakukan adalah Penyusunan materi KIE yang berkaitan
dengan situasi bencana seperti :
 Bagaimana mendapatkan pelayanan dalam kondisi bencana
 Tempat-tempat pelayanan yang tersedia dan menyebarkannya secara
luas kepada masyarakat.
7) Penyiapan Mekanisme Respon
Penyiapan mekanisme respon dapat dilakukan dengan melakukan
gladi/simulasi pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi
tanggap bencana. Simulasi pelaksanaan berdasarkan rencana kesiapsiagaan
dan tindakan operasional yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

a. Tahap Saat Bencana


Tindakan yang Dilakukan adalah Operasionalisasi dari rencana
kesipasiagaan dibawah koordinasi koordinator tim siaga kesehatan
reproduksi.
1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Operasional
Untuk memberikan respon yang cepat, tepat dan sistematis segera
setelah dan selama tanggap bencana, sehingga efek yang ditimbulkan
bencana terhadap kesehatan reproduksi dapat seminimal mungkin
2. Tahapan Tindakan Operasional
Tindakan operasional dari rencana kesiapsiagaan dibedakan menjadi
respon awal dan respon lanjutan.
1) Respon Awal
Penentuan tingkat wewenang penanganan bencana. Tingkat
Kabupaten/Propinsi/Nasional :
a) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Propinsi PPK regional setempat
b) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Kabupaten
c) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi PPK Pusat tidak tertangani
2) Mengintegrasikan tim siaga kespro ke dalam tim koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana.
3) Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian
awal dan kegiatan lain secara simultan

b. Tahap Pasca Bencana


Kegiatan difokuskan pada upaya pemulihan kondisi kesehatan
reproduksi. Secara definisi pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dan
difokuskan pada perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi
komprehensif.
1) Pelayanan Kespro Komprehensif
a. KIA
b. KB
c. IMS, HIV dan AIDS
d. Kespro Remaja
e. Kespro usia lanjut
f. Kasus kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan seksual
2) Kegiatan Pemulihan
 Melakukan assessment untuk menilai kesiapan pelayanan kesehatan
reproduksi sesuai kondisi normal penanggung jawab: Koordinator
bidang data dan informasi. Data yang dikumpulkan meliputi :
 Validasi data penduduk pasca bencana.
 Lihat data-data awal kesehatan reproduksi sebelum bencana.
 Mengidentifikasi sarana dan pra sarana (fasilitas kesehatan,
ketersediaan staff, termasuk ketersediaan alat dan bahan) yang dapat
direhabilitasi dan dikembangkan untuk pelaksanaan pelayanan RH
yang komprehensif terpadu.
 Perencanaan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi komprehensif
terpadu. Perencanaan disusun berdasarkan hasil dari proses
assessment. Komponen perencanaan meliputi : sumber daya
manusia, fasilitas, alat dan bahan serta anggaran.
 Pelaksanaan Upaya Pemulihan Kesehatan Reproduksi
Operasionalisasi dari perencanaan pelaksanaan kespro komprehensif
terpadu.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyediaan layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan
berkualitas tinggi membutuhkan pendekatan terpadu yang bersifat
multisektoral, personel dari berbagai sektor, seperti perlindungan,
kesehatan, nutrisi, pendidikan dan layanan masyarakat. Semua memainkan
peran penting dalam merencanakan dan memberikan layanan kesehatan
reproduksi.
Tujuan dan Kegiatan PPAM : Mengidentifikasi organisasi dan
perorangan untuk memudahkan koordinasi dan pelaksanaan MISP,
mencegah kekerasan seksual dan memberikan bantuan yang tepat kepada
mereka yang selamat, Mengurangi penyebaran HIV, Mencegah kelebihan
angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi, Merencanakan penyediaan
layanan Kesehatan Reproduksi lengkap.

B.     Saran
Bagi masyarakat diharapkan semoga makalah ini dapat dipahami dan
memberikan sedikit pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Bagi
mahasiswa serta dapat mengetahui apa itu Paket Pelayanan Awal Minimum
Kesehatan Reproduksi dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai