Telah dijelaskan oleh Prijotomo, bahwa arsitektur Nusantara berpedoman pada semboyang
ke-Bhineka Tungga Ika-an. Hal ini memiliki kesamaan pandangan dengan Hidayatun (2003)
yang menyatakan bahwa, Arsitektur Nusantara merupakan sebuah pernyataan yang
mengandung beribu gambaran dan persepsi. Nusantara merupakan sebuah setting tempat
yang luas, terdiri dari beberapa pulau dan berisikan penduduk dengan latar belakang budaya
yang sangat beragam. KeBineka Tunggal Ika-an yang menunjukkan bahwa tempat yang
begitu luas dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang budaya, namum
tetap dalam satu naungan yakni Nusantara. (Bakhtiar, 2014)
Gambar Joglo
Sumber: seringjalan.com
Gambar Uma
Sumber: nationalgeographic.grid.id
Kesemestaan juga dapat ditemukan pada bentuk arsitektur rumah Batak Toba yang disebut
Banua dan Toraja yang disebut Tongkonan, keduanya mempunyai bentuk atap melengkung
di kedua ujungnya menjulang ke atas. Bentuk ini lebih didasarkan pada orientasi rumah yang
mengarah ke gunung. Keduanya merupakan rumah panggung, dengan kolong bagian bawah
yang difungsikan sebagai tempat untuk hewan piaraan dan tempat peralatan. Kemiripan
kolong dengan penyelesaian bentuk yang dikarenakan struktur menjadikan hal ini semakin
memperkuat adanya nilai kesemestaan yang sama antara rumah Batak Toba dan rumah
Toraja atau Tongkonan. (Maria DKK, 2013)
Sumber: http://danautoba.org/makna-dan-filosofi-rumah-batak-yang-perlu-kita-ketahui/
Gambar toraja
Sumber: https://www.99.co/blog/indonesia/keunikan-rumah-adat-tongkonan/
Struktur dan detail konstruksi mengandung nilai kesetempatan dan kesemestaan pada
perwujudan architectonic dalam arsitektur Nusantara
Antara struktur dan detail konstruksi seringkali tidak dapat dipisahkan, bahkan kadang
menjadi satu kesatuan. Dalam beberapa detail-detail konstruksi merupakan bagian yang erat
hubungannya dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi yang dipunyai masyarakatnya,
bahkan sampai pada kepercayaan yang dianutnya. Kesamaan prinsip struktur pada bangunan
antara satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan oleh kondisi geologis alam,
ketersediaan bahan dan pengetahuan terhadap konsep berteduh, sehingga bukan
hanyaperlindungan semata terhadap gangguan alam tetapi terlebih karena perlindungan
terhadap cuaca. (Maria DKK, 2013)
Struktur yang mempunyai kesamaan adalah struktur bangunan rumah Jawa Joglo dengan
bangunan Uma di Sumba. Keduanya mempunyai empat saka guru atau empat tiang utama
sebagai struktur utamanya. Hal ini termauk juga bagaimana balok-balok melintang diatas
saka guru merupakan beban yang memperberat struktur, sehingga tahan terhadap gaya lateral.
Gambar Joglo
Sumber: https://hakimhomint.wordpress.com/2017/06/26/cara-membuat-joglo/
Gambar uma
Sumber: https://www.haniwidiatmoko.com/filosofi-rumah-menara-di-kampung-adat-sumba/
Sedangkan pada objek rumah honai, rumah honai memiliki kesamaan dengan rumah
manggarai dan atoni. Antara lain:
Mempunyai kemiripan bentuk rumah antara adat Arsitektur Manggarai, Atoni, dan
Honai. Bahan penutup atap umumnya sama-sama menggunakan ilalang (alang-alang)
selain bahan-bahan penutup atap lainnya, seperti jerami dan daun gewang
Sistem pemukiman ketiga arsitektur di atas biasanya memilih puncak sebuah bukit
sebagai pusat kampungnya.
Mempunyai kemiripan bentuk rumah adatnya.
Antara Arsitektur Atoni, Manggarai, dan Papua juga ditemukan perbedaan yang signifikan
baik dari segi pola ruang , pola permukiman, bentuk denah, tampilan dan juga wujud ritual
adatnya, tetapi memiliki makna dan nilai simbolis yang hampir sama, kondisi lingkungan
(site) dan juga cara hidup masyarakat adat (Engkos, 2013).
Hidayatun, Maria. DKK. 2013. Architectonic pada Arsitektur Nusantara sebagai Cerminan
Regionalisme Arsitektur di Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/292965442_B0-
18_ARCHITECTONIC_PADA_ARSITEKTUR_NUSANTARA_SEBAGAI_CERMINAN_
REGIONALISME_ARSITEKTUR_DI_INDONESIA
Dzhano, Engkos. 2013. Arsitektur Vernakular Antoni, Manggarai, Papua.
https://id.scribd.com/doc/138369217/Arsitektur-Vernakular-Atoni-Manggarai-Papua