Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIKA

FORMULASI SEDIAAN PEWARNA RAMBUT PIRANG


SEMIPERMANEN (CAIR)

Disusun Oleh:
Kelompok 15

Asriyan Fasa (19334731)


Sela Dwi Agraini (19334732)
Annisa Aulia Rahmawati (19334734)

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Teti Indrawati, Apt.


Mata Kuliah: Teknologi Kosmetika (K)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Teknologi Kosmetika yang berjudul “Formulasi Sediaan Pewarna Rambut Pirang
Semipermanen (Cair)”. Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Dr. Teti Indrawati, Apt. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Kosmetika.
2. Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat
dinantikan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami
maksud kami. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
serta bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Semoga Tuhan senantiasa
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua.

Jakarta , April 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................2
BAB TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................4
2.1 Anatomi dan Fisiologi Rambut..........................................................................................3
2.1.1 Struktur Rambut............................................................................................................4
2.1.2 Susunan Rambut...........................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi Rambut ......................................................................................................6
2.1.4 Siklus Pertumbuhan Rambut .......................................................................................7
2.1.5 Fungsi Rambut .............................................................................................................8
2.2 Sediaan Pewarna Rambut .................................................................................................8
2.2.1 Pewarnaan Sementara (Temporary Color) ..................................................................9
2.2.2 Pewarna Semi Permanen (Semi Permanent Color) ....................................................10
2.2.3 Pewarna Tetap (Permanent Color) .............................................................................10
2.2.4 Praformulasi Bahan ....................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................................16
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................21
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................21
4.2 Saran .................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rambut merupakan mahkota kecantikan baik pria maupun wanita. Warna
rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan
korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi
rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang
menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna.1
Warna rambut manusia bermacam-macam. Warna hitam, merah, cokelat,
keemasan (pirang) muncul tergantung pada jenis-jenis pigmen yang terdapat di
dalam korteks rambut. Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah
menjadi putih, yang sering kurang disukai keberadaannya.2
Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat
rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut, yaitu mengecat rambut putih
(uban) agar tetap nampak hitam. Warna rambut pada manusia bermacam-macam, ada
yang berwarna hitam, merah kecokelatan, cokelat, keemasan atau pirang dan
sebagainya.1
Rambut yang rusak dan kusam juga kurang disukai karena membuat diri
tampak kurang menarik. Untuk mengatasinya, orang seringkali datang ke salon
meminta rambutnya diwarnai. Salah satu permintaan yang sering diajukan di salon
adalah mewarnai rambut agar bewarna pirang.2
Pewarna rambut pirang adalah preparat kosmetika yang digunakan untuk
merubah warna rambut menjadi berwarna keemasan. Warna pirang biasanya dipilih
untuk menutupi keadaan rambut yang tampak kusam atau mulai berubah warna
menjadi keputihan. Jika keadaan ini dapat diubah, akan membuat orang tampil lebih
baik dan lebih percaya diri.2
Di era sekarang ini merubah warna rambut dengan warna-warna yang tidak
lazim seperti biru, hijau, ungu, silver-abu merupakan suatu trend. Dimana biasanya
orang-orang ingin menirukan aktris/aktor atau publik figur idolanya. Lain halnya
ketika seseorang berprofesi sebagai model, aktris ataupun aktor biasanya orang
tersebut akan mencari suatu ciri khas agar mudah dikenal oleh masyarakat salah
satunya adalah dengan mengubah warna rambut dengan warna yang tidak lazim
tersebut.2
Salah satu bahan alam yang dijadikan alternatif sebagai pewarna rambut
adalah tumbuhan kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Proses isolasi yang
dilakukan terhadap ekstrak pigmen kayu secang menunjukkan bahwa komponen
utama yang terkandung di dalamnya adalah brazilin.3
Selain kayu secang, dapat juga menggunakan serbuk biji kesumba keling dan
ekstrak mahoni sebagai zat aktif. Penelitian tentang isolasi zat warna kayu secang,
serbuk biji kesumba keling dan ekstrak mahoni pada sediaan pewarna rambut pirang
semipermanen cair belum dilakukan. Hal itu menjadi salah satu yang mendasari
mengapa formulasi larutan infus kayu secang, serbuk biji kesumba keling dan
ekstrak mahoni pewarna rambut merah kecokelatan (pirang) semipermanen dibuat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa karakteristik sediaan pewarna rambut pirang semipermanen cair yang baik?
2. Apa saja komponen sediaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan pewarna
rambut pirang semipermanen cair?
3. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk membuat sediaan pewarna rambut
pirang semipermanen cair?
4. Evaluasi apa saja yang harus dilakukan pada sediaan pewarna rambut pirang
semipermanen cair?
5. Bagaimana formula, metode, evaluasi, dan karakteristik dari sediaan pewarna
rambut pirang semipermanen cair yang kelompok 15 buat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami karakteristik sediaan pewarna rambut pirang semipermanen
cair yang baik.
2. Untuk memahami komponen sediaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan
pewarna rambut pirang semipermanen cair.
3. Untuk memahami metode digunakan untuk membuat sediaan pewarna rambut
pirang semipermanen cair.
4. Untuk memahami evaluasi dilakukan pada sediaan pewarna rambut pirang
semipermanen cair.
5. Untuk memahami formula, metode, evaluasi, dan karakteristik dari sediaan
pewarna rambut pirang semipermanen cair yang kelompok 15 buat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Rambut


2.1.1 Struktur Rambut
Rambut adalah organ seperti benang, hasil dari sel berserabut, yang
mengandung keratin, yang tumbuh di kulit. Rambut muncul dari epidermis (lapisan
terluar pada kulit), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di bawah
dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada
tumbuhan. Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan, kaki dan bagian
dorsal dari falang distal, seperti jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.4
Rambut adalah helaian benang tipis yang tumbuh dari bawah permukaan
kulit, dibentuk oleh lapisan sel yang tertutup lapisan yang tersusun, bentuknya seperti
sisik ikan pada lapisan luarnya, dan terdiri dari zat horney atau disebut juga dengan
keratin. Bagian-bagian rambut ada yang terdapat di bawah permukaan dan di atas
permukaan kulit.4

Gambar 2.1. Anatomi Rambut (Histologis Microscopis)


Keterangan Gambar :
1. Folicle, ialah saluran untuk tumbuhnya rambut yang menentukan besar, kecil,
lurus dan keritingnya rambut.
2. Dermis, ialah seluruh ruangan yang berada di bawah epidermis. 
3. Bulp, yaitu bongkol rambut yang memuat pigmen, pembuluh darah, papila dan
folicle.
4. Epidermis, ialah lapisan kulit yang berada paling luar.
5. Arector muscle, ialah garis yang menghubungkan folicle dan kulit.
6. Papila, menghasilkan sel-sel, membentuk rambut-rambut baru yang lebih kuat.
Pada papila setiap rambut mempunyai pembuluh darah yang berbeda, yang
bertugas untuk membawa makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel
rambut dalam papil.
7. Pigmen (warna rambut).
8. Kelenjar minyak yang sangat dibutuhkan oleh rambut.
9. Pembuluh darah.
10. Akar rambut.
11. Kelenjar keringat.
12. Batang rambut.
13. Penampang akar rambut.4
2.1.2 Susunan Rambut
Berdasarkan hal itu bagian-bagian rambut dikenal dengan rambut yang berada di
dalam kulit dan berada diluar kulit. Bagian-bagian rambut ini dapat dibagi atas:
1. Akar Rambut (Hair Folicle)
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Seperti yang
terlihat pada gambar di atas maka akar rambut terbagi:
a) Bulp yaitu bagian pangkal rambut yang membesar, seperti bentuk bola,
gunanya untuk melindungi papil rambut.
b) Papil rambut adalah bagian yang terlindungi di dalam bulp atau terletak
dibagian terbawah dari folicel rambut. Papil rambut tidak ubahnya seperti
piring kecil yang tengahnya melengkung dan menonjol ke arah rambut,
lengkungan inilah yang menyebabkan ia disebut papil, berasal dari sel-sel kulit
jangat (corium) serta kulit ari (epidermis). Diantara sel-sel papil juga terdapat
melanosit. Melanosit menghasilkan pigmen (zat warna), yang akan disebarkan
terutama ke dalam contek, kemudian ke dalam medulla rambut. Di samping itu
juga terdapat di dalam papil rambut yaitu pembuluh darah dan getah bening,
yang berfungsi memberi makanan kepada rambut (memelihara kehidupan
rambut), serta terdapat juga saraf yang mensarafi folicel rambut. Itu sebabnya
rambut tidak mempunyai saraf perasa. Oleh karenanya kita tidak merasa sakit
bila rambut digunting atau dipangkas.
c) Folicle rambut ialah kandungan atau kantong rambut tempat tumbuhnya
rambut. Kantong rambut terdiri dari 2 lapis. Lapisan dalamnya berasal dari sel-
sel epidermis, sedangkan lapisan luarnya berasal dari sel-sel dermis. Rambut
yang panjang dan tebal mempunyai folicel berbentuk besar, folicel rambut ini
bentuknya menyerupai silinder pipa. Kalau folicel bentuknya lurus, rambut
juga lurus dan bila melengkung rambut jadi berombak. Tetapi kalau
lengkungannya itu lebih lengkung lagi, maka rambutnya keriting. Di dalam
folicel ini bermuara kelenjar lemak (palit).
d) Otot penegak rambut ialah yang menyebabkan rambut halus bulu roma berdiri
bila ada sesuatu rangsangan dari luar dan dari dalam tubuh kita. Misalnya
merasa seram, kedinginan, kesakitan, kelaparan dan sebagainya.
e) Matrix disebut juga dengan umbi/tombol atau lembaga rambut. Seperti
dijelaskan di depan bahwa di dalam folicle terdapat rambut. Bagian yang
berdekatan dengan papil lebih subur daripada bagian yang lebih jauh di
atasnya. Bagian yang subur itulah yang disebut matrixatau umbi/tombol atau
lembaga rambut. Mengapa pada bagian itu lebih subur? Ini disebabkan karena
kelompok sel yang terdapat dibagian itu selalu membelah diri, membentuk
bagian rambut baru. Diantara sel-sel umbi juga terdapat sel-sel melanosit.
Bagian paling dalam atau tengah umbi rambut, sel-selnya berwarna keputih-
putihan dan masih lembek (masih muda). Sel-sel ini masih mengandung
parakeratin (sel rambut yang warnanya sudah lebih mantap, sudah keras,
mengandung keratin). Parakeratin adalah zat pendahulu keratin. Sel-sel rambut
yang masih muda ini terdorong ke atas oleh sel-sel yang terjadi kemudian.
Makin ke atas makin mengalami proses keratinisasi penandukan.4
2. Lapisan Batang Rambut
Batang rambut ialah bagian rambut yang kelihatan di atas permukaan kulit.
Seperti yang dijelaskan oleh Yenes (1984:2) bahwa batang rambut ini terbagi pula
atas 3 bagian, yakni:
a) Cuticula (selaput kulit ari) yang berbentuk seperti sisik-sisik ikan dan sangat
berfungsi untuk melindungi lapisan rambut (berada paling luar yang
merupakan pelindung). Di samping itu ia juga berfungsi untuk menentukan
besar kesilnya daya serap zat cair pada rambut seperti air, shampo,
conditioner, obat keriting, zat/cat pewarna rambut, bleaching. Pada rambut
yang kasar lapisan cuticulanya juga kasar. Sedang pada rambut yang halus
lapisan cuticulanya juga halus.
b) Cortex atau kulit ari rambut ialah bagian rambut yang terbesar dan merupakan
lapisan di bawah cuticula. Cortex berfungsi sebagai lapisan yang menentukan
warna karena pigmen (zat warna rambut dikandung oleh lapisan ini). Misalnya
penyerapan zat cair, obat keriting, cat rambut, dan lain-lain. Jadi cortex ini
berhubungan dengan sifat elastisitas rambut.
c) Medulla atau sum-sum rambut. Medulla ini terdapat dibagian paling tengah.
Rambut yang halus sekali ada yang tidak terdapat medullanya. Agar jelasnya
perhatikanlah Gambar di bawah ini, yang menunjukkan penampang dari
batang rambut.4
3. Batang Rambut
Berkaitan dengan struktur maka bentuk-bentuk rambut dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Lurus tidak bergelombang dan tidak keriting. Biasanya rambut yang lurus
dapat memberikan beberapa kemudahan kepada si pemakai misalnya dalam
hal tatanan rambut, baik yang dipotong maupun yang disanggul.
b) Berombak yaitu memperlihatkan gelembung yang besar pada rambut. Hal ini
disebabkan karena folicelnya melengkung dan penampangnya lonjong/oval.
Rambut ini juga termasuk mudah dalam hal penataan, baik yang disanggul
atau disasak maupun yang dipotong pendek.
c) Keriting, biasanya rambut yang keriting berbentuk gelombang kecil-kecil atau
sedang. Ini adalah karena folicelnya amat melengkung sedangkan
penampangnya gepeng.4
2.1.3 Klasifikasi Rambut
Bila kita perhatikan, rambut pada kepala dan tubuh, akan nyata sekali terlihat bahwa
ada 4 jenis rambut, yaitu:
a) Rambut yang panjang dan agak kasar yakni rambut kepala.
b) Rambut yang agak kasar tetapi pendek yang berupa alis.
c) Rambut yang agak kasar tetapi tidak sepanjang rambut dikepala, contohnya
rambut ketiak.
d) Rambut yang halus yang terdapat pada pipi, dahi, lengan, perut, punggung dan
betis.
Hal ini bersamaan pula dengan yang dijelaskan oleh Hermawan (1982), bahwa
rambut dapat dibagi atas 3 (tiga) tipe sebagai berikut:
a) Panjang sebagaimana terdapat pada kepala.
b) Pendek dan gemuk misalnya alis dan bulu mata.
c) Pendek halus dan tak berwarna terdapat diseluruh badan yang disebut juga
dengan lanugo.4
2.1.4 Siklus Pertumbuhan Rambut
Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-
sel daerah matrix/umbi atau tombol rambut secara terus menerus membelah. Rambut
mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok
dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus
pertumbuhan rambut.4
Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam
kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh
permukaan kulit. Di akhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia kandungan, rambut
pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau
rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak
lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut
terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada
juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah
mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar
1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau
seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7
kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal.4
Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu-
waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat
sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil
rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya. Pertumbuhan
rambut mengalami pergantian melalui 3 fase: yaitu fase pertumbuhan (anagen), fase
istirahat (katagen) dan fase kerontokan (telogen), baru kemudian dimulai lagi dengan
fase anagen yang baru. Lama masing-masing fase pun berbeda-beda, fase anagen
lamanya berkisar antara 2-5 tahun dan rata-rata 3 tahun atau 1000 hari. Walaupun
kadang-kadang ada yang sampai lebih dari 10 tahun, sehingga rambutnya bisa lebih
dari 1 (satu) meter panjangnya. Itulah sebabnya maka jangan heran kalau ada wanita
yang rambutnya sampai sepanjang lutut atau mata kaki. Fase katagen singkat saja
hanya beberapa minggu. Sedangkan fase telogen rata-rata berkisar 100 hari.4
2.1.5 Fungsi Rambut
a) Pelindung bagi jaringan-jaringan yang ada di bawahnya, yaitu melindung dari
air, suhu panas/dingin, zat kimia, luka kecil, bakteri, serta rangsangan fisik
lainnya.
b) Penerima rangsang, pengatur panas (thermoregulasi), 
c) Alat eksresi (pengeluaran zat-zat tertentu), tempat penyimpanan lemak
d) Penyerap zat-zat yang larut dalam lemak,
e) Sebagai penghangat, 
f) Penambah kecantikan, status sosial, identitas profesi dan penunjang
penampilan.4

2.2 Sediaan Pewarna Rambut


Sediaan pewarna rambut adalah salah satu kosmetika yang digunakan dalam
tata rias rambut untuk mewarnai rambut agar terlihat lebih menarik dan indah. Warna
rambut manusia bermacam-macam, hitam, merah, cokelat, keemasan (pirang)
bergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Bila sudah
mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, yang kurang disukai
keberadaannya. Untuk mengubah warna rambut diperlukan pengetahuan tentang
warna dasar, yaitu warna primer yang terdiri atas merah, kuning, biru. Warna
sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer, yaitu merah-
kuning (orange), kuning-biru (hijau), merah-biru (violet). Warna tersier adalah
campuran warna sekunder, yaitu merah-orange, orange-kuning, dan sebagainya.
Proses pewarnaan pada rambut biasanya terjadi karena adanya reaksi kimia antara
molekul rambut dengan zat pewarna rambut. Reaksi pada umumnya merupakan
reaksi oksidasi. Rambut pada dasarnya adalah keratin, yaitu sejenis protein yang juga
sama ditemukan pada kulit dan kuku. Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin
di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah
melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang
menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki
bermacam-macam warna.5
Warna alami pada rambut bergantung pada perbandingan dan jumlah dari dua
jenis protein yaitu eumelanin dan phaeomelanin. Eumelanin adalah zat yang berperan
pada pewarnaan rambut cokelat ke corak hitam sedangkan phaeomelanin berperan
pada pewarnaan rambut keemasan, pirang, dan merah. Ketidakikutsertaan salah satu
dari melanin tersebut akan mengakibatkan warna putih atau abu-abu pada rambut.
Manusia telah mewarnai rambut mereka sejak ribuan tahun yang lalu dengan
menggunakan tumbuhan dan mineral alami, contohnya inai, kerak biji kacang kenari,
dan cuka.5
Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berasal dari alam,
sintetik, maupun logam. Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna
yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia,
sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat
semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang
terkandung dalam simplisianya. Pewarna rambut dapat digolongkan berdasarkan
lama bertahannya pewarna dalam helai rambut, dikelompokkan menjadi tiga kategori
pewarnaan rambut.5
2.2.1 Pewarnaan Sementara (Temporary Color)
Pewarna jenis ini adalah pewarna yang paling lembut. Penggunaannya adalah
dengan cara mencuci rambut dengan air larutan bahan pewarna ini sehingga warna
yang terkandung di dalamnya tertinggal pada permukaan kulit ari. Sifat pewarna ini
akan mudah hilang bila rambut dikeramas atau dihapus dengan tisu/ kapas.
Pewarnaan ini digunakan ketika diperlukan saja. Setelah itu, warna tersebut dapat
dihilangkan dengan cara menghapus atau mencuci dengan air. Pewarna rambut
temporer bekerja dengan cara melapisi rambut dengan bantuan asam. Pewarnaan
rambut sementara tersedia sebagai shampoo, gel, semprotan, dan busa.5
Jenis pewarnaan rambut sementara biasanya lebih terang dan lebih hidup
daripada warna rambut semi-permanen dan permanen. Pewarna jenis ini paling
sering digunakan untuk warna rambut untuk acara-acara khusus dan sering
digunakan untuk acara, pesta dan halloween. Molekul-molekul pigmen warna
sementara tidak bisa menembus lapisan kutikula sehingga partikel warna hanya
diserap oleh batang rambut dan mudah dihapus dengan cucian rambut pertama.
Warna rambut sementara dapat bertahan jika rambut pengguna terlalu kering atau
rusak, memungkinkan untuk migrasi dari pigmen ke bagian dalam batang rambut.5
2.2.2 Pewarna Semi Permanen (Semi Permanent Color)
Bahan pewarna ini hanya dapat dipakai sebagai pengganti rona rambut dan
tidak dapat memudakan (mencerahkan) warna. Warnanya dapat meresap ke dalam
kulit ari, tetapi akan hilang setelah enam sampai delapan kali pencucian rambut.
Fungsi bahan ini bisa sebagai penyamar (camouflage) warna rambut yang
sebenarnya atau sekadar mengikuti trend. Pewarna semi permanen tidak
mengandung amoniak dan peroksida yang membuka kutikula rambut sehingga zat
warna tertinggal di bagian rambut saja. Tujuan pemberian bahan pewarna semi
permanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula
digunakan pada saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut.
Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis cat yang bersifat semi
permanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning
kecokelatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan.
Pada pewarna rambut semi permanen sebelum proses pewarnaan, rambut dipanaskan
dengan tujuan membuka lapisan kutikula. Pewarna ini membuat warna rambut
pucat.5
2.2.3 Pewarna Tetap (Permanent Color)
Pewarna tetap dibuat dari cat yang bermolekul kecil, yaitu
parafenilendiamina. Pemakaian pewarna jenis ini, dalam pelaksanaan pengecatan
rambut, memerlukan hidrogen peroksida untuk menghantarkan zat pewarna agar
dapat meresap ke dalam lapisan korteks/kulit rambut sampai pada bagian yang paling
dalam dari lapisan kulit rambut tersebut. Pewarna tetap terdapat dalam berbagai
bentuk dan macam, seperti krim, jelly, dan cairan. Bahan yang digunakan dalam
pewarna rambut ini antara lain, hidrogen peroksida, diaminofenol,
parafenilendiamina, trietanolamina, amonia, resorsinol, dan sulfat. Pewarna ini
berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan
warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli lain menurut
selera atau zaman. Untuk rambut yang telah diwarnai dengan pewarna tetap,
sebaiknya digunakan pula sampo yang berformula lembut dengan sesuai dengan
kondisinya.5

Gambar 2.2 Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut


Keterangan:
a = pewarna rambut temporer
b = pewarna rambut semipermanen
c = pewarna rambut permanen.5

2.3 Karakteristik Sediaan Pewarna Rambut


2.3.1 Pengaruh Konsentrasi Komponen dan Waktu Perendaman
Semakin besar konsentrasi dan semakin lamanya waktu perendaman maka
hasil pewarnaannya semakin terang. Penambahan tembaga (II) sulfat dapat membuat
warna lebih stabil serta memberikan daya lekat yang lebih baik.3 Sehingga untuk
sediaan semipermanen dipilih formula yang memiliki konsentrasi tembaga (II) sulfat
rendah. Lama perendaman yang dilakukan selama 4 jam diperoleh hasil pewarnaan
rambut yang optimal. Sehingga waktu perendaman dapat ditentukan selama 4 jam.3
2.3.2 Stabilitas Terhadap Warna Pencucian
Rambut berwarna yang bersifat sementara atau permanen pada dasarnya
disebabkan simpanan asam yang tercelup ke tangkai rambut bagian luar, atau bisa
juga disebabkan karena molekul-molekul pigmen yang terdapat dalam tangkai
rambut. Dalam beberapa kasus, pigmen warna buatan masuk kedalam tangkai rambut
dan membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkainya. Namun sifat
kesementaraan ini akan mudah hilang jika rambut sering dibasahi atau dikeramas
dengan shampoo yang tidak dikhususkan untuk rambut yang berwarna (pada
umumnya 10 kali pencucian). Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak
mengandung ammonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka
selama proses pewarnaan rambut. Oleh karena itu, pewarna semipermanen tidak
mengandung amoniak dan peroksida yang membuka kutikula rambut sehingga zat
warna tertinggal di bagian rambut saja.3
2.3.3 Stabilitas Warna Terhadap Sinar Matahari
Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam di
bawah sinar matahari. Sesudah rambut terkena sinar matahari langsung warnanya
sedikit berubah, hal ini disebabkan sifat dari pirogalol yang apabila terkena cahaya
ataupun udara akan teroksidasi sehingga warna rambut lebih gelap dari warna
sebelumnya.3

2.4 Pengujian Sediaan Pewarna Rambut Semi-Permanen


2.4.1 Pengamatan Organoleptis
Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik sediaan yang meliputi
bentuk, warna dan bau.
2.4.2 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH. Kulit
kepala ideal yaitu 5-7.
2.4.3 Uji Stabilitas Sediaan
a. Cycling test
Sampel disimpan pada suhu 40C selama 24 jam kemudian dipindahkan pada suhu
40°C selama 24 jam (satu siklus), lakukan 6 siklus dan dilakukan evaluasi fisik.
b. Penyimpanan pada suhu tinggi
Sampel disimpan pada suhu 40°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
c. Penyimpanan pada suhu kamar
Sampel disimpan pada suhu 28°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
d. Penyimpanan pada suhu rendah
Sampel disimpan pada suhu 4°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
2.4.4 Pengamatan Visual
Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali
perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan tekstur rambut dan
warna perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan
setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing-masing fomula diamati hasil
akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color
Levels.
2.4.5 Uji Stabilitas Warna terhadap Pencucian
Rambut yang telah diberikan sediaan pewarna rambut yang telah dibuat dicuci
dengan menggunakan sampo dan dikeringkan. Pencucian dilakukan setiap 2 hari
sekali selama satu bulan, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut
setelah pencucian. Syarat pencucian pewarna rambut permanen dengan
menggunakan sampo dilakukan minimal 7 kali pencucian.
2.4.6 Uji Stabilitas Warna terhadap Sinar Matahari
Rambut yang telah diwarnai dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari
langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10.00-15.00 WIB, setelah itu diamati
perubahan warnanya.
2.4.7 Uji Kesukaan
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
sediaan pewarna rambut yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual
terhadap 30 orang panelis. Pengujian dilakukan dengan cara: setiap panelis diminta
untuk melihat rambut yang telah diberikan pewarna rambut dengan perendaman
selama 4 jam dan berbagai bahan aktif, lalu memberikan penilaian terhadap masing-
masing pewarna rambut berdasarkan tekstur dan warna.

2.5 Praformulasi Bahan


2.5.1 Pirogalol

Pemerian
a. Bentuk Hablur

b. Warna Putih atau hampir tidak berwarna

c. Bau Tidak berbau

d. Rasa Tidakmempunyai rasa


Jarak Lebur 132-134◦C
Sisa Pemijaran Tidak lebih dari 0,1 %
Sangat mudah larut dalam air, memberikan larutan yang
Kelarutan menyerap oksigen dan larutan berwarna coklat tua

Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam


bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara.
Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal
dari tumbuh
-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna
dan dikombinasikandengan pewarna logam lain. Ini bertujuan
Kegunaan
untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat
menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat
sebelum dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat
pembangkit warna dengan
batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).

Penyimpanan Dalam botol bersumbat kaca atau


Penyimpanan bersumbat plastik yang cocok dilengkapi dengan lubang udara
ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya

2.5.2 Tembaga (II) Sulfat

Aspek Keterangan
Pemerian:
a. Bentuk Serbuk hablur
b. Warna Biru
c. Bau Tidak berbau
d. Rasa Tidak mempunyai rasa
Larut dalam 3 bagian air dan dalam bagian 3 gliserol P.
Kelarutan
Sangat sukar larut dalam etanol 95%.
Penyimpanan Disimpan pada wadah yang tertutup rapat
2.5.3 Aqua destilata

Aspek Keterangan
Berat Molekul 18,02
Pemerian:
a. Bentuk Cairan jernih
b. Warna Tidak berwarna
c. Bau Tidak berbau
d. Rasa Tidak mempunyai rasa
Dapat bercampur atau larut dengan pelarut polar dan
Kelarutan
elektrolit
Titik Didih 100° C

Titik Beku 0° C

Kegunaan Sebagai pembawa untuk sediaan steril

pH 5,0 – 7,5
Dalam wadah dosis tunggal dari kaca / plastik tidak lebih
Stabilitas
besar dari 1 liter, disimpan dalam wadah kaca tipe 1 & 2
Sterilitas Memenuhi uji sterilitas, uji keamanan hayati

Penyimpanan Disimpan pada wadah yang tertutup baik

2.5.4 Propilenglikol
Nama Propilenglikol
Cairan kental; jernih; tidak berbau; rasa agak manis;
Pemerian
higroskopis
Dapat bercampur dengan air dan etanol 90% dan kloroform;
Kelarutan larut dalam 6 bagian eter; tidak bercampur dengan eter minyak
tanah dan minyak lemak
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Bahan pelarut

2.5.5 Gliserin
Rumus molekul C3H8O3
Berat molekul 92,09
BM/RM 100,09/CaCO3
Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; berbau
Pemerian khas lemah (tajam/tidak enak); higroskopis; netral terhadap
lakmus
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah, dan dalam
minyak menguap.
Kegunaan Bahan pelembab

2.5.6 1,5-Dihydroxy naftalena


Nama 1,5-Dihydroxy naftalena
Rumus Molekul C10H8O2
Pemerian Abu-abu putih bubuk
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Zat warna

2.5.7 Toluene-2,5-diamine sulfat


Nama Toluene-2,5-diamine sulfat
Pemerian Bubuk abu-abu sampai putih
Larut dalan metanol, etanol, isopropanol, n-propanol, aseton,
Kelarutan etil asetat, sikloheksana,metil etil keton dan
monoklorobenzena
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Zat warna

2.5.8 Isopropil alkohol


Nama Isoprofil alkohol
Pemerian senyawa tak berwarna, mudah terbakar dengan bau menyengat
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Bahan pelarut

2.5.9 Nonoxynol-10
Nama Nonoxynol-10
Pemerian berupa cairan , cairan seperti pasta, atau lilin
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Surfaktan

2.5.10 Sorbitan monostearat


Nama Sorbitan monostearat
Berupa padatan malam, berwarna kuning pucat, dengan
Pemerian
minyak yang lemah
Kelarutan Praktis tidak larut dalam alkohol, larut dalam parafin cair, larut
dalam air panas, larut dalam minyak mineral dan etilasetat
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Bahan surfaktan

2.5.11 Hydroxy ethylselulosa


Nama Hydroxy ethylselulosa
Pemerian Berupa bubuk putih; bebas mengalir; tidak berasa
Kelarutan Praktis tidak larut dalam gliserin; propilenglikol; dan air
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Bahan pengental

2.5.12 Amonium hidroksida


Nama Amonium hidroksida
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,menusuk kuat
Kelarutan mudah larut dalam air
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Pengatur pH

2.5.13 Asam oleat


Nama Asam oleat
cairan kental; kekuningan sampai coklat muda, bau dan rasa
Pemerian
khas
praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
Kelarutan
kloroform, eter, eter minyak tanah
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Bahan pengisi

2.5.14 EDTA

Aspek Keterangan
Pemerian Serbuk kristal; berwarna putih
Kelarutan 1:500 dalam air
Wadah dan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
penyimpanan
Stabil dalam bentuk padat, bentuk garam lebih stabil
Stabilitas
daripada asam bebas
Fungsi Chelating agent
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tabel Formula


Formula III
Komponen Nama Bahan Formula I Formula II Karakteristik bahan
(Kelompok 15)
1,5-
Bahan aktif 1%     Abu-abu putih bubuk
Naphtalenediol
Para
Bubuk abu-abu sampai
Bahan aktif toluenediamine 1%    
putih
sulfate (PTDS)
Ekstrak
Bahan aktif   8%   Aroma khas
mahoni
Ekstrak buah
Bahan aktif     10% Aroma khas
senduduk
Ekstrak biji
Bahan aktif kesumba     10% Aroma khas
keling
Serbuk hablur putih atau
hampir tidak berwarna;
Bahan
Sangat mudah larut dalam
pembangkit Pirogalol   1% 1%
air, memberikan larutan
warna
yang menyerap oksigen dan
larutan berwarna coklat tua
Bahan berupa cairan , cairan seperti
Nonoxynol-10 21%    
surfaktan pasta, atau lilin
POE (20) Berupa padatan malam,
Bahan
Sorbitan 3%     berwarna kuning pucat,
surfaktan
Monostearat dengan minyak yang lemah
praktis tidak larut dalam air;
mudah larut dalam etanol,
Bahan pengisi Oleic acid 6%    
kloroform, eter, eter minyak
tanah
Bahan kelating Serbuk hablur putih; larut
EDTA2Na 0,2% 0,2% 0,2%
agent dalam air
Prisma triklinik atau serbuk
hablur; biru; larut dalam 3
Senyawa Tembaga (II) bagian air dan dalam 3
  1% 1%
logam Sulfat bagian gliserol P; sangat
sukar larut dalam etanol
95%
Cairan jernih, tidak
Bahan Amonium
10%   8% berwarna, bau khas,
pengatur pH Hydroxyda
menusuk kuat
Bahan Hydroxy Berupa bubuk putih; bebas
0,7%    
pengental ethylselulosa mengalir; tidak berasa
senyawa tak berwarna,
Isoprofil
Bahan pelarut 10%     mudah terbakar dengan bau
Alkohol
menyengat
Cairan jernih seperti sirup;
tidak berwarna; rasa manis;
berbau khas lemah
Bahan pelarut Gliserin 3%    
(tajam/tidak enak);
higroskopis; netral terhadap
lakmus
Cairan kental; jernih; tidak
Bahan pelarut Propilenglikol 5%     berbau; rasa agak manis;
higroskopis
Cairan jernih; tidak
Bahan pelarut
Air Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml berwarna; tidak mempunyai
(pembawa)
rasa

3.2 Karakteristik Sediaan


Pada umumnya karakteristik pewarna rambut pirang semipermanen yang baik yaitu
memiliki daya lekat tidak terlalu lama, biasanya akan hilang setelah 4–5 kali keramas
menggunakan sampo, memiliki toleransi terhadap kulit kepala yang baik, tidak
mengandung zat warna yang dilarang, kadar zat aktif yang digunakan tidak melebihi
kadar maksimum, memiliki izin edar dari BPOM, memiliki syarat wadah,
penggunaan, kemasan, label dan penandaan sesuai dengan perundang-undangan.
Adapun karakteristik sediaan dari masing-masing formula yaitu sebagai berikut:
Fomula I Formula II Formula III
Pewarna rambut yang Pewarna rambut yang Pewarna rambut yang
dikhasilkan beraroma khas, dikhasilkan beraroma dikhasilkan beraroma
berwarna cokelat pirang, khas, berwarna pirang khas, berwarna pirang
dan berbentuk cair sedikit terang, dan berbentuk gelap, dan berbentuk cair.
mengental cair

3.3 Komponen Sediaan


Fomula I Formula II Formula III
Bahan aktif Bahan aktif Bahan aktif
Bahan surfaktan Bahan pembangkit warna Bahan pembangkit warna
Bahan kelating Bahan kelating Bahan kelating
Bahan pengatur pH Senyawa logam Senyawa logam
Bahan pengental Bahan pelarut Bahan pelarut
Bahan pelarut

3.4 Metode Pembuatan Sediaan Pewarna Rambut Semipermanen Cair


3.4.1 Metode cair semi emulsi
Metode Cara Kerja Formula I
Fase minyak dicampurkan dengan surfaktan lalu sisihkan (A).
kemudian propilenglikol, gliserin dan isopropil alkohol
dicampurkan dengan zat warna (B). kemudian hydroxyetilselulosa
Metode cair
air EDTA 2Na, ammonium hidroksida di campurkan (C).
semi emulsi
campurkan B dan C aduk hingga rata. Tuangkan sedikit- sedikit
larutan A hingga terbentuk korpus emulsi dan tambahkan sisa
kekurangan air.

3.4.2 Metode pencampuran


Metode Cara Kerja Formula II
Metode 1. Sebanyak 1 kg mahoni dimaserasi dengan etanol 96% yang
pencampuran telah dicampurkan dengan 20 gram asam sitrat, sampai
terendam sempurna. Kemudian ditutup dan dibiarkan selama 1
malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring
dengan kertas saring, filtrat ditampung (filtrat pertama).
Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan etanol 96%
dicampur dengan asam sitrat 20 gram sampai larutan tidak
berwarna lagi (tersari secara sempurna). Hasil yang diperoleh
dicampur dengan filtrat pertama lalu diuapkan dengan bantuan
alat rotary evaporator pada temperatur 50°C sampai tidak
meninggalkan pelarut sehingga didapatkan ekstrak mahoni.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan. Setelah
ditimbang, campurkan pirogalol, tembaga (ii) sulfat, edta, dan
ekstrak mahoni sebanyak 2,5 ml ke dalam lumpang kemudian
digerus homogen, ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga
50 ml, kemudian dipindahkan massa ke dalam gelas beker.

3.4.3 Metode variasi


Metode Cara Kerja Formula III (Kelompok 15)
Metode variasi 1. Sebanyak 1 kg buah senduduk dan biji kesumba keling
dimaserasi dengan etanol 96% yang telah dicampurkan dengan
20 gram asam sitrat, sampai terendam sempurna. Kemudian
ditutup dan dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk, saring dengan kertas saring, filtrat
ditampung (filtrat pertama). Kemudian ampas dimaserasi
kembali dengan etanol 96% dicampur dengan asam sitrat 20
gram sampai larutan tidak berwarna lagi (tersari secara
sempurna). Hasil yang diperoleh dicampur dengan filtrat
pertama lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator
pada temperatur 50°C sampai tidak meninggalkan pelarut
sehingga didapatkan ekstrak buah senduduk dan ekstrak biji
kesumba keeling.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan. Setelah
ditimbang, campurkan pirogalol, tembaga (ii) sulfat, edta,
ammonium hidroksida, dan ekstrak mahoni sebanyak 2,5 ml ke
dalam lumpang kemudian digerus homogen, ditambahkan air
sedikit demi sedikit hingga 50 ml, kemudian dipindahkan
massa ke dalam gelas beker.

3.5 Pengujian Terhadap Rambut


Rambut yang digunakan diambil dari limbah rambut yang sudah tidak terpakai.
Rambut tersebut kemudian dicuci dengan sediaan yang telah dibuat (seperti
menggunakan sampo), didiamkan dengan cara dililit menggunakan handuk yang
telah direndam air hangat, kemudian dikeringkan. Selanjutnya rambut dipotong kira-
kira 7 cm lalu dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan
perendaman selama 1-4 jam dengan satu ikat rambut diambil setiap jamnya untuk
kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk
sesuai dengan waktu perendaman.

3.6 Evaluasi Sediaan


3.6.1 Pengamatan Visual
Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali
perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan tekstur rambut dan
warna perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan
setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing-masing fomula diamati hasil
akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color
Levels.

Uji Evaluasi Formula I Formula II Formula III


(Kelompok 15)
Pengamatan
Medium blond Light blond Lightest blond
visual

3.6.2 Uji Stabilitas Warna terhadap Pencucian


Rambut yang telah diberikan sediaan pewarna rambut yang telah dibuat dicuci
dengan menggunakan sampo dan dikeringkan. Pencucian dilakukan setiap 2 hari
sekali selama satu bulan, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut
setelah pencucian. Syarat pencucian pewarna rambut semipermanen dengan
menggunakan sampo dilakukan minimal 5 kali pencucian.
Formula III
Uji Evaluasi Formula I Formula II
(Kelompok 15)
Pencucian ke-1 : Pencucian ke-1 : Pencucian ke-1 :
cokelat pirang pirang terang pirang gelap
Pencucian ke-2 : Pencucian ke-2 : Pencucian ke-2 :
Uji stabilitas cokelat sedikit gelap pirang cokelat
warna Pencucian ke-3 : Pencucian ke-3 : Pencucian ke-3 :
terhadap cokelat sedikit gelap cokelat kehitaman cokelat kehitaman
pencucian Pencucian ke-4 : Pencucian ke-4 : Pencucian ke-4 :
cokelat gelap cokelat kehitaman cokelat kehitaman
Pencucian ke-5 : Pencucian ke-5 : Pencucian ke-5 :
cokelat gelap hitam hitam
Dari tabel di atas menunjukkan formula II dan III (kelompok 15) baik digunakan
sebagai pewarna rambut semipermanen karena warna rambut kembali menjadi hitam
setelah mengalami pencucian rambut dengan shampoo sebanyak 5 kali pencucian.
3.6.3 Pengamatan Organoleptis
Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik sediaan yang meliputi
bentuk, warna dan bau.
Formula III
Uji Evaluasi Formula I Formula II
(Kelompok 15)
Uji Pewarna rambut Pewarna rambut Pewarna rambut yang
organoleptik yang dikhasilkan yang dikhasilkan dikhasilkan beraroma
beraroma khas, beraroma khas, khas, berwarna pirang
berwarna cokelat
berwarna pirang
pirang, dan gelap, dan berbentuk
terang, dan
berbentuk cair cair
berbentuk cair
sedikit mengental

3.6.4 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH. Kulit
kepala ideal yaitu 5-7.
Formula III
Uji Evaluasi Formula I Formula II
(Kelompok 15)
Pengukuran
6,1 6,5 6,6
pH

3.6.5 Uji Stabilitas Sediaan


1. Cycling test
Sampel disimpan pada suhu 40°C selama 24 jam kemudian dipindahkan pada
suhu 40°C selama 24 jam (satu siklus), lakukan 6 siklus dan dilakukan evaluasi
fisik.
2. Penyimpanan pada suhu tinggi
Sampel disimpan pada suhu 40°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
3. Penyimpanan pada suhu kamar
Sampel disimpan pada suhu 28°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
4. Penyimpanan pada suhu rendah
Sampel disimpan pada suhu 4°C ± 2°C selama satu bulan kemudian dilakukan
evaluasi fisik setiap minggunya.
Uji stabilitas Warna
Bentuk Bau
sediaan Awal Akhir
Cair sedikit
Formula I Cokelat pirang Cokelat Khas
mengental
Formula II Cair Pirang terang Hitam Khas
Formula III Cair Pirang gelap Hitam Khas
(Kelompok 15)
Dari tabel di atas menunjukkan formula II dan III (kelompok 15) baik digunakan
sebagai pewarna rambut semipermanen karena warna rambut kembali menjadi hitam.
3.6.6 Uji Stabilitas Warna terhadap Sinar Matahari
Rambut yang telah diwarnai dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari
langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10.00-15.00 WIB, setelah itu diamati
perubahan warnanya.

Jam Warna
Uji stabilitas terhadap sinar matahari
ke- Sebelum Sesudah
1 Cokelat pirang Cokelat pirang
2 Cokelat pirang Cokelat pirang
Formula I 3 Cokelat pirang Cokelat pirang
4 Cokelat pirang Cokelat pirang
5 Cokelat pirang Cokelat pirang
1 Pirang terang Pirang terang
2 Pirang terang Pirang terang
Formula II 3 Pirang terang Pirang terang
4 Pirang terang Pirang terang
5 Pirang terang Pirang terang
1 Pirang gelap Pirang gelap
Formula III 2 Pirang gelap Pirang gelap
3 Pirang gelap Pirang gelap
(Kelompok 15) 4 Pirang gelap Pirang gelap
5 Pirang gelap Pirang gelap
Tabel di atas menunjukan bahwa sesudah rambut terpapar sinar matahari langsung
warna rambut tetap sama. Hal ini dikarenakan zat warna dapat menembus kutikula
dan masuk kedalam korteks rambut sehingga warna rambut tidak berubah. Sinar
matahari dapat mempengaruhi terjadinya perubahan warna pada hasil aplikasi
pewarna rambut terhadap matahari diperoleh bahwa semua formulasi pewarna
rambut yang dihasilkan stabil pada paparan sinar matahari selama 5 jam.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pada umumnya karakteristik pewarna rambut pirang semipermanen cair yang
baik yaitu memiliki daya lekat tidak terlalu lama, biasanya akan hilang setelah 4-
5 kali keramas menggunakan sampo, dan memiliki toleransi terhadap kulit kepala
yang baik.
2. Komponen penyusun sediaan pewarna rambut pirang semipermanen cair terdiri
dari bahan aktif, bahan surfaktan, bahan pembangkit warna, bahan kelating,
bahan pengatur pH, senyawa logam, bahan pengental, dan bahan pelarut.
3. Metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan pewarna rambut pirang
semipermanen cair yaitu metode cair semi emulsi, pencampuran, dan variasi.
4. Evaluasi yang dilakukan pada pembuatan sediaan pewarna rambut pirang
semipermanen cair yaitu ketiga formula stabil dalam hal uji terhadap sinar
matahari, tetapi yang baik digunakan sebagai pewarna rambut semipermanen
adalah formula II dan III (kelompok 15) karena rambut kembali menjadi hitam
saat pencucian dengan shampo setelah 5 kali pencucian.

4.2 Saran
Berdasarkan dari data yang telah didapatkan, maka dapat disarankan untuk
melakukan pengujian formula pada skala uji laboratorium yaitu meliputi uji praklinis
dan uji klinis.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://dlscrib.com/download/pewarna-rambut-permanen-meetlit-
copy_5a339d56e2b6f5d7398c5c14_pdf, diakses tanggal 04 April 2020 pukul
13:17 WIB.
2. https://idoc.pub/documents/tugas-formulasi-kosmetik-pewarna-rambut-pirang-
d49op6vz7849, diakses tanggal 04 April 2020 pukul 13:26 WIB.
3. http://jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id/index.php/JKM/article/view/21, diakses
tanggal 05 April 2020 pukul 09:53 WIB.
4. http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/mod/page/view.php?id=17745, diakses
tanggal 04 april 2020 pukul 17:10 WIB.
5. http://repository.setiabudi.ac.id/4067/2/BAB%202.pdf, diakses tanggal 04 April
2020 pukul 13:27 WIB.

Anda mungkin juga menyukai