Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330727701

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BERPIKIR KRITIS DISERTAI ARGUMENT


MAPPING PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 SURA....

Article · January 2016

CITATION READS

1 20

3 authors, including:

Tutik Fitri Wijayanti Baskoro Adi Prayitno


Universitas Muhammadiyah Palembang Universitas Sebelas Maret
8 PUBLICATIONS   1 CITATION    41 PUBLICATIONS   30 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Asesmen Berbasis Berpikir Kritis Terintegrasi Nilai Islam View project

All content following this page was uploaded by Tutik Fitri Wijayanti on 30 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BERPIKIR KRITIS DISERTAI


ARGUMENT MAPPING PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5
SURAKARTA
Tutik Fitri Wijayanti1, Baskoro Adi Prayitno 2, Sunarto3
1Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
vithryw@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
baskoro_ap@fkip.uns.ac.id
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
rm.sunarto@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan berpikir kritis yang terjadi di Indonesia, khususnya di
SMAN 5 Surakarta. Tujuan penelitian dan pengembangan yang dilakukan: 1) mengetahui karakteristik modul
berbasis berpikir kritis disertai argument mapping pada materi sistem pernapasan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMAN 5 Surakarta, 2) menguji kelayakan modul berbasis berpikir
kritis disertai argument mapping pada materi sistem pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas XI SMAN 5 Surakarta, dan 3) menguji efektivitas modul berbasis berpikir kritis disertai argument
mapping pada materi sistem pernapasan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMAN
5 Surakarta. Penelitian dan pengembangan modul ajar menggunakan model prosedur Borg & Gall yang telah
dimodifikasi menjadi sembilan tahapan: 1) tahap penelitian dan pengumpulan informasi, 2) tahap perencanaan,
3) tahap pengembangan desain, 4) tahap validasi desain, 5) tahap revisi produk pertama, 6) tahap uji lapangan
terbatas, 7) tahap revisi produk kedua, 8) tahap uji lapangan operasional yang menggunakan desain penelitian
kuasi eksperimen, dan 9) tahap revisi produk akhir setelah dilakukan uji lapangan. Analisis data yang digunakan
selama penelitian dan pengembangan adalah analisis deskriptif, teknik persentase, dan uji Mann-Whitney U Test.
Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan: 1) produk modul berbasis berpikir kritis disertai argument
mapping dikembangkan berdasarkan aspek berpikir kritis menurut Facione (2011) yang divisualisasikan pada
aspek tujuan, materi, kegiatan, dan soal evaluasi. 2) Kelayakan modul berbasis berpikir kritis disertai argument
mapping pada modul siswa dinyatakan berkualifikasi baik dan modul guru berkualifikasi sangat baik. 3) Modul
berbasis berpikir kritis disertai argument mapping efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis, karena
berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U Test menunjukkan adanya perbedaan hasil postes antara kelas yang
menggunakan modul berbasis berpikir kritis disertai argument mapping dengan kelas yang menggunakan modul
sekolah diperoleh sig 0,00 < 0,05.
Kata kunci: Modul ajar, kemampuan berpikir kritis, argument mapping, sistem pernapasan.

Pendahuluan berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat


tinggi. Costa (1985) menyatakan kemampuan
Pembelajaran biologi berbasis berpikir tingkat tinggi memiliki 4 pola berpikir
konstruktivis berpotensi dapat membangun yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif,
kemampuan berpikir siswa. Kemampuan pemecahan masalah, dan pengambilan
berpikir dapat dimulai dengan kemampuan

105
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

keputusan. Diantara 4 pola tersebut, berpikir Siswa Indonesia dinilai mengalami kesulitan
kritis disarankan terlebih dahulu menjawab soal-soal dalam bentuk uraian yang
dikembangkan sebelum mengembangkan pola memerlukan penalaran dan analisis. Hal ini
berpikir yang lain. disebabkan karena lemahnya kemampuan
Berpikir kritis perlu dibekalkan pada berpikir kritis di Indonesia.
siswa sebagai generasi pada abad 21, karena di Permasalahan kemampuan berpikir kritis
abad 21 segala sesuatu akan berkembang juga dialami oleh siswa kelas XI SMA Negeri
dengan cepat seperti halnya ilmu pengetahuan 5 Surakarta, hal ini didasari oleh faktor-faktor
dan teknologi. Berpikir kritis diperlukan untuk sebagai berikut: 1) Jawaban yang diisikan oleh
mencari gagasan dan penemuan baru untuk siswa hanya menyebutkan tanpa mampu
mengatasi permasalahan kehidupan yang memberikan alasan-alasan yang mendasari
kompleks di abad 21. Mimbs (2005) jawaban dan kurang mampu dalam
menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis mengkritisi. 2) Guru menyatakan siswa masih
sangatlah penting bagi siswa yang digunakan kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
sebagai keahlian penting di jaman sekarang. berkategori tinggi. 3) Siswa kurang mampu
Hasruddin (2009) menjelaskan kemampuan dalam mengkritisi materi yang diperoleh dan
berpikir kritis sangat penting bagi siswa untuk hanya menerima konsep pelajaran dari apa
memecahkan masalah dan mengambil yang mereka dapat tanpa menalar dan
keputusan sesuai dengan kebenaran ilmiah. mengembangkan argumen mereka. 4)
Siswa akan lebih paham terhadap suatu konsep Argumen yang diutarakan oleh siswa hanya
materi jika proses belajar siswa menekankan sebagai argumen saja tanpa bisa mendasarinya
pada kemampuan berpikir kritis. menggunakan alasan maupun klaim sebagai
Tanpa kemampuan berpikir kritis penguat argumen. Hasil persentase yang
manusia cenderung akan menerima informasi diperoleh saat tes profil kemampuan berpikir
dari berbagai sumber tanpa berpikir kembali kritis pada aspek analisis adalah 59,85%, aspek
dan menyeleksi informasi yang mereka eksplanasi 50%, aspek evaluasi 68,94%, aspek
dapatkan. Sering terjadi pada siswa-siswa di regulasi diri 47,72%, interpretasi 51,52%, dan
sekolah saat mengemukakan pendapatnya, inferensi 81,82%. Nilai UN di SMAN 5
ditentang oleh siswa lain yang kemudian Surakarta pada materi Sistem Pernapasan juga
menjadi goyah dengan pendapatnya sendiri. menunjukkan masih berada di bawah KKM,
Hal ini terjadi karena kurang kuatnya argumen yakni pada tahun ajaran 2011/2012
yang mereka kemukakan. Argumen kurang memperoleh nilai 67,38, dan di tahun
kuat terjadi karena rendahnya kemampuan 2012/2013 memperoleh nilai 62,70.
berpikir kritis yang belum mampu membangun Tidak hanya permasalahan berpikir
alasan dan klaim dari argumen maupun kritis pada siswa yang terjadi, namun bahan
kesimpulan yang mereka dapatkan. ajar di SMA Negeri 5 Surakarta juga belum
Sanjaya (2006) menyatakan di Indonesia memaksimalkan kemampuan berpikir kritis.
masih lemah proses pembelajaran yang Masalah ini dapat diketahui setelah dilakukan
mendorong siswa untuk menggunakan analisis bahan ajar. Hasil analisis bahan ajar di
kemampuan berpikirnya. Pembelajaran hanya SMAN 5 Surakarta yang diperoleh untuk
digunakan untuk menghapal dan menimbun kemampuan berpikir kritis pada materi Sistem
informasi sehingga siswa kurang mampu Pernapasan hanya 5,45% untuk indikator
dalam berpikir kritis dan sistematis. Zaqiah pembelajaran, 40,39% untuk materi
(2013) menuliskan hasil survei tentang pembelajaran, 10,91% untuk aktivitas, dan
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia 8,79% untuk soal evaluasi. Analisis bahan ajar
dilihat dari hasil laporan Bank Dunia tentang menggunakan aspek berpikir kritis yang
hasil tes membaca siswa kelas IV SD yang dikemukakan oleh Facione (2011) yakni
berada pada peringkat terendah di Asia. Hasil interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
penelitian menunjukkan siswa Indonesia hanya eksplanasi, dan regulasi diri. Aspek berpikir
mampu memahami 36% dari materi bacaan. kritis yang digunakan diintegrasikan dengan

106
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

indikator pembelajaran, materi pembelajaran, membuat argumen secara kuat dan


aktivitas, dan soal evaluasi yang ada pada terorganisasi, membantu mengevaluasi dari
bahan ajar yang akan dianalisis. alasan yang ada, membantu membuat
Permasalahan mengenai kemampuan keputusan yang tepat, dan membantu
berpikir kritis dapat diatasi jika siswa memecahkan alasan yang menjadi
dilatihkan kemampuan untuk meningkatkan pertentangan. Kelebihan ini tentunya akan
daya analisis, mengembangkan kemampuan sangat membantu siswa dalam mengoraganisir
observasi, meningkatkan rasa ingin tahu, argumen mereka secara baik, mengelola alasan
kemampuan bertanya, refleksi, dan membaca dan klaim dari suatu kesimpulan maupun
dengan kritis. Santrock (2009) juga pendapat secara tertata dan jelas. Melalui
menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis kelebihan-kelebihan ini diharapkan modul
dapat dibangun jika guru memberikan biologi yang berbasis berpikir kritis disertai
pembelajaran yang meminta siswa untuk Argument Mapping mampu meningkatkan
berargumen dengan cara bernalar, kemampuan berpikir kritis siswa.
mengevaluasi pendapat orang lain, mencari Berdasarkan latar belakang yang terjadi
jawaban dan alasan-alasan yang lain dalam di SMAN 5 Surakarta diperoleh judul
suatu persoalan. penelitian "Pengembangan Modul
Untuk mengatasi masalah bahan ajar Pembelajaran Biologi Berbasis Berpikir Kritis
yang belum memaksimalkan kemampuan disertai Argument Mapping pada Materi
berpikir kritis, maka dibuatlah modul berbasis Sistem Pernapasan untuk Meningkatkan
berpikir kritis yang disertai Argument Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XII
mapping. Modul dianggap lebih efektif dan di SMA Negeri 5 Surakarta”.
lebih menarik dalam menyajikan materi,
karena modul mampu membuat siswa lebih
cepat menguasai konsep dan mampu Metode Penelitian
meningkatkan motivasi siswa. Nasution (2005)
Metode penelitian dan pengembangan
menjelaskan bahwa modul merupakan suatu
menggunakan model prosedural Borg & Gall
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
(1983) yang dimodifikasi menjadi sembilan
membantu siswa belajar mandiri dalam
tahapan. Prosedur penelitian dan
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan
pengembangan yang dilakukan adalah: 1)
secara khusus dan jelas.
tahap penelitian dan pengumpulan informasi
Modul dapat meningkatkan kemampuan
yang merupakan tahap analisis kebutuhan
berpikir kritis jika isi modul mampu
meliputi studi pustaka dan observasi lapangan.
memancing siswa dalam berpikir untuk
2) Tahap perencanaan untuk merancang
menganalisis atau mengevaluasi informasi.
modul/produk awal dengan menentukan
Modul berbasis berpikir kritis akan lebih
indikator dan KD yang akan digunakan
maksimal dalam memberdayakan kemampuan
kemudian membuat matriks modul. 3) Tahap
berpikir kritis, karena di dalam modul secara
pengembangan desain awal produk yakni
langsung menggunakan aspek dari berpikir
membuat modul sesuai dengan perencanaan.
kritis itu sendiri. Penggunaan langsung aspek
4) Tahap validasi desain produk awal
berpikir kritis juga memiliki kelebihan yang
dilakukan oleh validator ahli. 5) Tahap revisi
lebih fleksibel dalam materi pembelajaran
produk hasil validasi desain sebagai revisi
yang digunakan karena tidak terpaku dalam
produk pertama. 6) Tahap uji lapangan
suatu sintaks seperti model.
terbatas dilakukan oleh praktisi pendidikan
Kelebihan dari modul berbasis berpikir
dan siswa kelompok kecil. 7) Tahap revisi
kritis akan lebih bagus jika disertai dengan
produk kedua setelah dilakukan uji lapangan
Argument Mapping. Austhink (2014)
terbatas. 8) Tahap uji lapangan operasional
menjelaskan kelebihan Argument Mapping
yang menggunakan desain penelitian kuasi
adalah membangun alasan umum dan
eksperimen menggunakan 2 kelas untuk
kemampuan berpikir kritis, membantu
penelitian yaitu kelas yang menggunakan

107
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

modul berbasis berpikir kritis disertai mengenai pertanyaan, konsep, deskripsi atau
argument mapping dan kelas yang lainnya yang dimaksudkan untuk
menggunakan modul sekolah. 9) Tahap revisi mengekspresikan kepercayaan, penilaian,
produk akhir setelah dilakukan uji lapangan. pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat.
Teknik analisis yang digunakan adalah uji Eksplanasi (penjelasan) adalah kemampuan
Mann-Whitney U Test. Teknik analisis untuk menyatakan, membenarkan alasan
statistik dibantu oleh program analisis SPSS bahwa dalam hal atas kenyataan, konseptual,
18 for Windows. metodologi, kriteria yang logis, dan
pertimbangan kontekstual serta menyajikan
penalaran seseorang dalam bentuk argumen
Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meyakinkan. Evaluasi berarti menilai
kredibilitas suatu pernyataan atau representasi
1. Karakteristik Modul Berbasis Berpikir
lain mengenai persepsi, pengalaman, situasi,
Kritis Disertai Argument Mapping untuk
penilaian, keyakinan, atau pendapat, menilai
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
keaktualan dan kelogisan suatu pendapat,
Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.
deskripsi, pertanyaan atau bentuk-bentuk
Modul yang dikembangkan adalah
representasi. Inferensi (kesimpulan) adalah
modul pembelajaran biologi yang berbasis
mengidentifikasi setiap argumen yang
berpikir kritis disertai argument mapping
dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang
menggunakan materi sistem pernapasan.
masuk akal, untuk membentuk dugaan dan
Modul dikembangkan menggunakan
hipotesis, dan untuk mempertimbangkan
kurikulum 2013 pada Kompetensi Inti (KI) 3
informasi yang relevan. Regulasi diri adalah
dan Kompetensi Dasar (KD) 3.8. KI 3 berisi
keterampilan pemeriksaan diri dan koreksi diri.
memahami, menerapkan, dan menganalisis
Argument mapping yang digunakan di
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dalam modul menurut Austhink (2014) adalah
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
membuat diagram yang terdiri dari kotak dan
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi,
garis yang memvisualisasi penalaran dan
seni, budaya, dan humaniora dengan
bukti untuk suatu pernyataan atau klaim dari
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
penalaran, terutama argumen yang kompleks
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
dan perdebatan. Argument mapping
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
meningkatkan kemampuan untuk
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
mengartikulasikan, memahami dan
yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mengkomunikasikan penalaran sehingga
minatnya untuk memecahkan masalah. KD 3.8
meningkatkan berpikir kritis. Davies (2010)
berisi menganalisis hubungan antara struktur
menyatakan argument mapping menggunakan
jaringan penyusun organ pada sistem respirasi
beberapa alasan dari sebuah kesimpulan untuk
dan mengaitkannya dengan bioprosesnya
mewakili interpretasi terbaik dari
sehingga dapat menjelaskan proses pernapasan
pertimbangan rasional yang akan
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi
diperdebatkan secara keseluruhan dalam satu
pada sistem respirasi manusia melalui studi
pemetaan. Hal ini bertujuan untuk mengekstrak
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
esensi logis dari sebuah argumen untuk
Modul dibuat dengan menggunakan
membuat kesimpulan yang lebih eksplisit.
aspek berpikir kritis yang dikemukakan oleh
Karakteristik yang membedakan modul
Facione (2011) yakni interpretasi, eksplanasi,
berbasis berpikir kritis yang disertai argument
analisis, evaluasi, inferensi, dan regulasi diri.
mapping dengan modul lainnya adalah disusun
Interpretasi adalah memahami dan
menggunakan aspek berpikir kritis yang
mengungkapkan makna atau arti dari suatu
dikemas melalui tujuan pembelajaran
berbagai pengalaman, situasi, data, peristiwa,
kemudian diaplikasikan ke dalam materi,
penilaian, konvensi, keyakinan, aturan,
kegiatan, dan soal evaluasi. Kegiatan yang
prosedur, atau kriteria. Analisis berarti
dicantumkan dalam modul berisi aspek
mengidentifikasi, menganalisis suatu hubungan

108
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

berpikir kritis dimulai dari kegiatan praktikum,


membuat rumusan masalah, menyusun Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Validasi pada Modul Siswa
No Validasi Ahli Rata-rata Kualifikasi
hipotesis, serta menjawab pertanyaan- (%)
pertanyaan yang sesuai dengan indikator dan 1. Ahli Materi Ajar 92,86 Sangat Baik
aspek berpikir kritis, kemudian membuat 2. Ahli 100,00 Sangat Baik
Bahhasa/Keterbacaan
argument mapping. Pembuatan argument 3. Ahli Pengembangan 100,00 Sangat Baik
mapping di dalam modul sudah diberikan Modul
arahan agar siswa lebih mudah memetakan 4. Ahli Perangkat 87,92 Baik
Pembelajaran
pendapatnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa 5. Praktisi Pendidikan 1 100,00 Sangat Baik
tidak bingung dalam pembuatan argument 6. Praktisi Pendidikan 2 96,88 Sangat Baik
7. Siswa 84,02 Baik
mapping dan pemetaan argumen menjadi lebih Rata-rata 82,71 Baik
terarah dan kuat.
Sistematika isi modul yang dibuat juga Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Validasi pada Modul Guru
lebih mengutamakan kegiatan siswa yang No Validasi Ahli Rata-rata Kualifikasi
diletakkan sebelum uraian materi dengan (%)
1. Ahli Materi Ajar 88,69 Baik
tujuan siswa akan lebih aktif dan 2. Ahli 96,88 Sangat Baik
mengkonstruk pengetahuan secara efektif. Bahhasa/Keterbacaan
Uraian materi juga diletakkan mengikuti 3. Ahli Pengembangan 95,54 Sangat Baik
Modul
urutan kegiatan sehingga siswa lebih mudah 4. Ahli Perangkat 93,23 Sangat Baik
dalam memahami setiap poin penting yang Pembelajaran
5. Praktisi Pendidikan 1 97,62 Sangat Baik
harus dikuasai oleh siswa. Setiap sub-bab 6. Praktisi Pendidikan 2 96,90 Sangat Baik
materi akan diberikan latihan soal untuk tolak Rata-rata 94,81 Sangat Baik
ukur kemampuan siswa setelah mempelajari
materi. Modul berbasis berpikir kritis disertai 3. Efektivitas Modul Berbasis Berpikir Kritis
argument mapping lebih fleksibel dalam Disertai Argument Mapping untuk
penggunaannya ketika mengajar. Dikatakan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
fleksibel karena modul ini tidak berbasis model Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.
sehingga dalam penggunaannya dapat Uji efektivitas modul berbasis berpikir
digunakan model pembelajaran ataupun cukup kritis disertai argument mapping untuk
mengikuti kegiatan yang ada di dalam modul. meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas XI SMA negeri 5 surakarta
2. Kelayakan Modul Berbasis Berpikir Kritis menggunakan uji Mann-Whitney U Test.
Disertai Argument Mapping untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Tabel 3. Uji Mann-Whitney U Test
Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta. Variabel Sig Kesimpulan
Kelas 0.00 Ada perbedaan nilai
Kelayakan modul berbasis berpikir kritis eksperimendan (sig < 0.05) postes antara kelas
disertai argument mapping untuk kelas kontrol eksperimen dengan kelas
kontrol
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas XI SMA negeri 5 surakarta diuji melalui
tahap: a) Uji validasi ahli: ahli materi ajar, ahli Hasil Tabel 3 menunjukkan signifikansi
bahasa/keterbacaan, ahli pengembangan kurang dari 0,05 yang menyatakan adanya
modul, dan ahli perangkat pembelajaran perbedaan pada nilai postes antara kelas
biologi; b) Uji lapangan terbatas; praktisi eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas
pendidikan oleh guru dan uji kelompok kecil eksperimen merupakan kelas yang diajar
oleh siswa. Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 menggunakan modul berbasis berpikir kritis
rekapitulasi hasil validasi disimpulkan bahwa yang disertai argument mapping sedangkan
modul berbasis berpikir kritis disertai kelas kontrol merupakan kelas yang
argument mapping layak untuk digunakan menggunakan modul sekolah atau disesuaikan
karena berkualifikasi baik untuk modul siswa dengan bahan ajar yang digunakan di sekolah
dan sangat baik untuk modul guru. seperti biasanya.

109
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pembelajaran yang menggunakan modul memetakan argumen mereka sehingga siswa


menurut Prastowo (2012) akan meningkatkan dapat berpikir secara lebih luas dan kritis.
kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri Pemetaan argumen yang lebih luas dan kritis
tanpa tergantung kehadiran guru. Hal ini ini terjadi karena dalam pembuatan argument
terjadi karena di dalam modul memiliki arahan mapping tidak hanya alasan yang dibutuhkan
bagaimana untuk menguasai poin penting di namun juga pertentangan/klaim yang akan
dalam materi, kegiatan yang harus dilakukan terjadi jika alasan tersebut dibuat. Pada
oleh siswa dalam mengkonstruk materi, dan dasarnya di dalam argument mapping
uraian materi yang disusun lebih kompleks dan membutuhkan pro dan kontra sehingga siswa
mudah dipahami oleh siswa. Modul yang dapat menimbang keputusan yang akan
dikembangkan adalah modul berbasis berpikir diambil dalam memecahkan suatu masalah.
kritis yang disertai argument mapping, disusun Berdasarkan perbandingan hasil postes
menggunakan aspek berpikir kritis menurut kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat
Facione (2011) dan dilengkapi dengan dinyatakan sesuai dengan pernyataan Rider
pembuatan argument mapping. dan Thomason (2008). Siswa yang belajar
Berdasarkan hasil postes di kelas menggunakan argument mapping dapat
eksperimen yang menggunakan modul berbasis memahami struktur argumen yang lebih baik,
berpikir kritis yang disertai argument mapping memaksa diri untuk berpikir jernih,
diperoleh nilai rata-rata 75,21 dan nilai rata- memudahkan siswa dalam memetakan
rata di kelas kontrol yang menggunakan modul argumen, dan membantu siswa
sekolah diperoleh 59,69. Nilai rata-rata kelas mengembangkan pemikirannya sendiri.
eksperimen yang lebih tinggi dibanding kelas Kelebihan yang dikemukakan oleh Rider dan
kontrol menunjukkan jika modul berbasis Thomason (2008) ini menguatkan modul yang
berpikir kritis yang disertai argument mapping berbasis berpikir kritis disertai argument
efektif untuk meningkatkan kemampuan mapping untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Sesuai dengan yang dinyatakan berpikir kritis.
oleh Hasruddin (2009) bahwa siswa akan
memiliki pemahaman yang mendalam bila
pada proses pembelajaran menekankan Kesimpulan dan Rekomendasi
kemampuan berpikir kritis. Melalui
1. Karakteristik modul yang dikembangkan
kemampuan berpikir kritis, siswa diberi
menggunakan aspek berpikir kritis dan
kesempatan menggunakan pemikiran dalam
pembuatan argument mapping yang
tingkatan yang lebih tinggi. Untuk
diaplikasikan ke dalam tujuan
memaksimalkan kemampuan berpikir kritis ini
pembelajaran, aktivitas siswa, materi, dan
maka pembelajaran seharusnya
soal-soal evaluasi.
memberdayakan kemampuan berpikirnya.
2. Kelayakan modul berbasis berpikir kritis
Modul berbasis berpikir kritis yang
yang disertai argument mapping pada
disertai argument mapping memiliki kegiatan
materi sistem pernapasan kelas XI SMA
siswa yang disusun berdasarkan indikator
Negeri 5 Surakarta diperoleh hasil 82,71%
berpikir kritis menurut Facione (2011) yang
dengan kualifikasi baik untuk modul siswa,
dibentuk dalam kegiatan praktikum,
sedangkan untuk modul guru diperoleh
pertanyaan, diskusi, merumuskan masalah,
94,81% berkualifikasi sangat baik, sehingga
menjawab rumusan masalah, dan tentunya
dinyatakan layak digunakan.
dilengkapi dengan pembuatan argument
3. Modul berbasis berpikir kritis yang disertai
mapping. Kegiatan pembelajaran di dalam
argument mapping efektif untuk melatihkan
modul yang sangat menekankan kemampuan
kemampuan berpikir kritis pada materi ajar
untuk berpikir tentunya mampu untuk
sistem pernapasan dengan hasil uji statistik
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
diperoleh signifikansi 0,00 < 0,05 yang
Begitu pula dengan kelebihan dari argument
menyatakan adanya perbedaan secara
mapping yang memudahkan siswa untuk
signifikan.

110
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 105-111)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Daftar Pustaka Siswa Sekolah Dasar di Bandung. Skripsi,


dari http://repository.upi.edu. Universitas
Austhink. (2014). Argument Mapping. Pendidikan Indonesia
http://austhink.com/critical/pages/argument_
mapping.html (diakses 20 Agustus 2014).

Borg & Gall. (1983). Educational Research An


Introduction. Newyork: Longman

Costa, A.L. (1985). Developing Minds. A resource


book for teaching thinking. Association for
supervision and curriculum development.
Virginia: Alexandria.

Davies, W.M. (2010). Concept mapping, mind


mapping and argument mapping: what are the
differences and do they matter?. High Educ

Hasruddin. (2009). Memaksimalkan Kemampuan


Berpikir Kritis melalui Pendekatan
Kontekstual. Jurnal Taburasa PPS UNIMED.
Vol. 6 (1).

Facione, P.A. (2011). Critical Thinking: What It Is


and Why It Counts. Measured Reasons and
The California Academic Press, Millbrae, CA.

Mimbs, C.A. (2005). Teaching From The Critical


Thinking, Problem-Based Curricular
Approach: Strategies, Challenges, And
Recommendations. Journal of Family and
Consumer Sciences Education. Vol. 23 (2).

Nasution, S. (2005). Berbagai Pendekatan dalam


Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi
Aksara

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat


Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press

Rider, Y. & Thomason, N. (2008): Cognitive and


Pedaggogical Benefits of Argument Mapping:
L.A.M.P. Guides The Way to Better
Thinking . Knowledge Cartography,
Advanced Information and Knowledge
Processing. Springer-Verlag London.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan.


Jakarta: Salemba Humanika.

Zaqiah, Q.Y. (2013). Implementasi Pembelajaran


Berbasis Kemampuan Otak (Brain Based
Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen pada

111

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai