Anda di halaman 1dari 3

Jadi disini saya akan menjelaskan mengenai algoritma penatalaksanaan dr

peritonitis
Pasien dengen gejala tanda suspek peritonitis seperti yg sudah di paparkan pada sasbel sblmnya
harus dievaluasi untuk menentukan adanya peritonitis sekunder (?). jika ada maka harus dilakukan
foto polos untuk melihat ada udara bebas atau tidak. Apabila tidak baru dilakukan ct dan usg
abdomen untuk mencari kolesistitis, pankreatitis, dll sesuai dengan kecurigaan dari anamnesis. Jika
peritonitis primer dicurigai maka dilakukan drainase cairan peritoneum atau parasentesis jika asites
(+) untuk kemudian diperiksan di lab. Terapi suportif umum dilakukan dan terapi antibiotik empiris
dilakukan sesuai profil patogen yg paling memungkinkan. Jika sudah keluar kultur/pewarnaan maka
bisa dilakukan terapi antibiotik sesuai bakteri yang ditemukan. Jika didapatkan indikasi pembedahan
(tergantung derajat keparahan penyakit) bisa dipersiapkan untuk laparotomi gawat darurat. Tujuan
pendekatan pembedahan adalah untuk hentikan proses penyakit, kurangi kontaminasi bakteri, dan
drainase lebih adekuat. Abses peritoneum bukan indikasi pembedahan karena bisa drainse
perkutaneus. Terapi konservatif dan antibiotik diteruskan hingga gejala-gejala mereda. demam 48
jam, jumlah leukosit normal. Jika tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai abses / peritonitis tersier.

Mungkin tambahan penjelasan, untuk peritonitis primer, sekunder, tersier itu pembagian berdasar
etiologic, sebagai berikut :

Primer : inokulasi langsung / sebaran hematogen

Sekunder : proses patologis organ viseral spt perforasi/trauma (paling sering dijumpai, biasanya krn
penggunaan NSAID ato ibuprofen jadi perforasi gaster)

Tersier : infeksi organ intraabdominal yang rekuren walau sudah terapi adekuat

Karakteristik nyeri yang dapat ditemui :

o Visceral :
 Lokalisasi buruk
 Kualitasnya tumpul, kram, atau terbakar
 Pasien banyak bergerak untuk meredakan nyeri
 Sering berhubungan dengan efek autonomic sekunder,
seperti : mual, muntah, pucat, dan berkeringat
o Parietal :
 Lebih terlokalisasi dan lebih intens dari visceral
 Timbul akibat iritasi peritoneum
 Pasien berbaring kaku untuk meminimalisir nyeri
o Nyeri alih :
 Terlokalisasi dengan baik, tapi terasanya di daerah yang
jauh dari organ yang terkena
 Bisa terasa di kulit atau jaringan lebih dalam
 Timbul akibat konvergensi dari neuron afferent visceral
dengan neuron somatic dari daerah anatomis yang
berbeda

Anda mungkin juga menyukai