Anda di halaman 1dari 2

- RUPTUR UTERI

Figure 1 Patofisiologi ruptur uteri

 Uterus dapat terbagi menjadi 2 bagian besar : corpus dan cervix


 Batas keduanya disebut isthmus uteri (pada kondisi tidak hamil)
 Kehamilan sekitar 20 minggu (ukuran janin > cavum uteri) maka segmen
bawah Rahim isthmus akan terbentuk
 Batas antara korpus (yang kontraktil) dengan segmen bawah rahim disebut
cincin retraksi fisiologis (bandl ring : cincin retraksi patologis)
 Cincin retraksi fisiologis : 2-3 jari diatas simpisis, bila meninggi kemungkinan
bandl ring (patologis) yang kemungkinan pertanda rupture uteri iminens
(mengancam)
 Ruptur uteri terutama oleh peregangan uterus, jika uterus sudah cacat (etiologi
dan faktor resiko sasaran belajar 1) akan menjadi lokus minoris resisten yang
mudah mengalami trauma
 Faktor kausatif pendukung (etiologi sasaran belajar 1) : riwayat pembedahan
uterus, induksi oksitosin yang sembarangan, persalinan lama, presentasi
abnormal, polihidramnion, kelainan bentuk uterus, dll) meningkatkan
kemungkinan risiko.
 Inpartu  korpus uteri kontraksi, segmen bawah rahim tetap pasif, serviks
melunak (effacement dan pembukaan)
 Apabila oleh beberapa hal terjadi partus macet (obstructive labor), sedangkan
his kuat (kontraksi korpus tetap berjalan), maka segmen bawah rahim (yang
pasif) akan tertarik retraksi ke atas sehingga makin renggang dan makin
menipis  cincin retraksi akan ikut meninggi (muncul bandl ring)  jika
sudah tidak kuat menahan segmen bawah rahim rupture.

Algoritma tatalaksana rupture uteri adalah sebagai berikut :

Figure 2 Algoritma penatalaksanaan ruptur uteri (source : medicalguidelines.msf.org)

Anda mungkin juga menyukai