Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“Gangguan Penglihatan (Katarak) ”

Dosen Pembimbing : Ns. Sapta Rahayu Noamperani, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

1. Ibnu Rachman Sufis (P07120219004)


2. Andien Firsty Brylyandita F. (P07120219030)
3. Ayunigtya (P07120219039)
4. Muchlisyah Riyadina (P07120219045)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN+NERS


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................1
“Gangguan Penglihatan (Katarak) ”..................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 3
BAB I........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................. 5
BAB II.......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................ 6
A. Definisi.............................................................................................................................. 6
B. Macam-Macam Katarak....................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala..............................................................................................................8
D. Etiologi.............................................................................................................................. 8
E. Patofisiologi....................................................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan.............................................................................................................. 10
G. Pemeriksaan penunjang...............................................................................................11
H. Askep Teori.................................................................................................................. 11
a) Pengkajian.................................................................................................................... 11
b) Diagnosa Keperawatan...................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................... 18
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................18
A. Kasus.............................................................................................................................. 18
B. Pengkajian....................................................................................................................... 18
C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji...........................................................22
D. Diagnose Keperawatan.....................................................................................................24
E. Rencana Tindakan........................................................................................................... 25
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.........................................................................27
BAB IV...................................................................................................................................... 34
PENUTUP.................................................................................................................................. 34

2
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 34
B. Saran............................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 35

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gangguan Penglihatan
(Katarak)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah keperawatan medikal bedah II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang asuhan keperawatan Gangguan Penglihatan (Katarak) bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sapta Rahayu Noamperani, S.Kep., M.Kep
selaku dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami
harapkan.

Yogyakarta, 9 Maret 2021

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia,
tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti
diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling
utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas
juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar
52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain
adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan
radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten),
dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan katarak?
2. Apa saja macam-macam katarak?
3. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
4. Bagaimana etiologi katarak?
5. Bagaimana patofisiologi katarak?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit katarak?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit katarak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan katarak?
2. Untuk mengetahui macam-macam katarak?
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala katarak?
4. Untuk mengetahui etiologi katarak?
5. Untuk mengetahui patofisiologi katarak?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit katarak?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit katarak?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak?

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut masing-
masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein,
cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada
katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata
mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa
mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk
yang memberikan tantanggan khusus.
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB buku 1 hal 6) Katarak adalah
mengeruhnyalensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired).
Penyebabacquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun
mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM,
trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract
terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata,
namun biasanya satu lensa lebih parahdibandingkan yang lain. Diagnosa katarak
mencakup menurunnya ketajaman penglihatan,hilangnya reflek merah dan terlihat
gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan

B. Macam-Macam Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif.
2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
3. Katarak komplikata.
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit

7
4. Katarak traumatik.
Terjadi akibat ruda paksa atau katarak traumatik
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
1. Katarak kongenital,
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir.
katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahunJenisnya adalah:
a) Katarak lamelar atau zonular.
b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior
d) Katarak inti (katarak nuklear)
e) Katarak sutural
2. Katarak juvenil,
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir, yang terlihat pada
usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
3. Katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
4. Katarak senil,
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia, yang mulai terjadi
pada usia lebih dari 40tahun Ada beberapa macam yaitu:
a) katarak nuklear: Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal: Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform:Terlihat pada stadium dini katarak nuklear ataukortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a) katarak insipiens : Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang
membentuk gerigi dengandasar di perifer dandaerah jernih di antaranya.
b) katarak imatur : Terjadi kekeruhan yang lebih tebaltetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih
pada lensa.
c) katarak matur : Bila proses degenerasi berjala terusmaka akan terjadi
pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritasmelalui kapsul.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:

8
a) katarak insipiens : Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang
membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b) katarak imatur : Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih
pada lensa.
c) katarak matur : Bila proses degenerasi berjala terusmaka akan terjadi
pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritasi melalui kapsul.
d) katarak hipermatur : Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks
lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.

C. Tanda dan Gejala


1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2. Pengelihatan baca yang buruk.
3. Pandangan silau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari yang
terang.
4. Pandanga silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudidimalam
hari.
5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan dengan
cahaya yang terang.
6. Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

D. Etiologi
1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar olehsinar X
atau benda – benda radioaktif.
3. Penyakit mata seperti uveitis.
4. Penyakit sistemis seperti DM.
5. Defek kongenita

9
E. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut masing-
masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein,
cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada
katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata
mengalami rupture (Kowalak, 2003).Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa
mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk
yang memberikan tantanggan khusus.
Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan katarak
ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah,
sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan air.
Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi tidak
dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa
mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan bahan-
bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya menyebabkan
kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai bagian lensa atau
kapsulnya.

Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan Serabut Kompresi Sentral(serat) Jumlah Protein

Keruh Densitas Membentuk massa

10
Keruh

Pembedahan Katarak

Menghambat Jalan cahaya


Pre Operasi Post Operasi

- kecemasan -Gangguan rasa


meningkat nyaman (nyeri)

- Kurang - Resiko tinggi Penglihatan menurun/Buta


Pengetahuan terjadinya infeksi
- Resiko tinggi
terjadinya injuri :
Peningkatan TIO
-Gangguan sensori
persepsi

-Resiko tinggi cedera


fisik visual

F. Penatalaksanaan
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)

Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posteriorditinggalkan untuk mencegah prolaps viterus,
untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan utuk implantasi
lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan dimasukannya lensa
intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih
lanjut.

11
Visus basanya pulih dalam tiga bulan setelah pembedahan. Tehnik yang sering digunakan
dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui
pengisapan (suction) (Istiqomah,2003).

b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)

Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah
kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami
retinal detachmentdan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler.Salahsatu tehnik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan
dengan probe superdingin dan kemudian diangkat. Menurut (Ilyas,2003) pembedahan dengan
cara ini mengurangi penyulit yang sering terjadi pada tehnik ECCE.

G. Pemeriksaan penunjang
Uji laboratorium kultur dan smear kornea atau konjungtiva dapat digunakan untuk
mendiagnosa tentang infeksi. (Muttaqin dan Sari, 2009) Slitlamp memungkinkan dapat
digunakan untuk pemeriksaan struktur anterior mata dalam gambaran mikroskopis.
Dalam pemeriksaan mata yang komprehensif perlu dilakukan pengkajian TIO (Tekanan
Intra Okuler).Alat yang dapat digunakan untuk mengukur TIO yaitu tonometer schiotz.
Pengukuran ini hanya dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun.
Oftalmoskopi jugadapat digunakan untuk pemeriksaan mata bagian dalam.

H. Askep Teori
a) Pengkajian
1. Pengkajian Pre Operatif

Subyektif : keluhan penglihatan

 Kabur secara total


 Hanya melihat baik pada tempat yang redup
 Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
 Ganda / majemuk pada satu mata.Indikator verbal dan non verbal dari
ansietas.Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
 Sifat prosedur

12
 Resiko dan keuntungan
 Obat anestesi
 Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensaintraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).Jumlah
informasi yang dicari klien.

Obyektif :

 Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata yang


penyakit intra okulernya masih aktif.
 Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang
memutih.
 Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan yang
berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
 Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya menderita
presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat membaca
tanpamenggunakan kacamata baca.
 Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak,
terseringadalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan TIO,
kelainan lapang pandang.

2. Pengkajian Post Operasi

Data Subyektif

 Nyeri
 Mual
 Diaporesis
 Riwayat jatuh sebelumnya
 Sistem pendukung, lingkungan rumah.
Data Obyektif
 Perubahan tanda-tanda vital
 Respon yang lazim terhadap nyeri.

13
 Tanda-tanda infeksi :
1) Oedema
2) Kemerahan
3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu
7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil
pemeriksaankultur sensitifitas abnormal.
 Ketajaman penglihatan masing-masing mata
 Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi

b) Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif

1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan


2. Cemas / ansietas

Post Operatif

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)


 Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanyakerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilahseperti ( International Association for the Study of Pain ), awitan yang tiba – tiba
atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat denngan akhir yang dapat
diantisipasiatau dapat diramalkan dan durasinya kurang dri enam bulan
 Batasan Karakteristik
 Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan ( nyeri ) dengan isyarat
 Objektif
 Posisi untuk menghindari nyeri
 Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku )

14
 Respon autonomik ( misalnya, diaforesis; perubahan tekanan darah, pernapasan,
ataunadi; dilatasi pupil )
 Perubahan selera makanPerilaku distraksi ( misalnya, mondar-mandir, mencari
orang dan/ atau aktivitas lain,aktivitas berulang )
 Perilaku ekspresif ( misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang )
 Wajah topeng ( nyeri )Perilaku menjaga atau sikap melindungiFokus menyempit (
misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir, interaksi dengan
orang lain atau lingkungan menurun )
 Bukti nyeri yang dapat diamatiBerfokus pada diri sendiriGangguan tidur ( mata
terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu, danmenyeringai )
 Faktor yang berhubungan
Agens -agens penyebab cedera ( misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis )
 Hasil
 Tingkat Kenyamanan :Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Pengendalian Nyeri : Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
 Tingkat Nyeri : Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
 Intervensi
 Pemberian Analgesik : Menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangiatau menghilangkan nyeri
 Manajemen medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secaraaman dan efektif
 Manajemen Nyeri : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkatkenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
 Bantuan Analgesia yang Dikendalikan oleh Pasien (Patient-Controlled Analgesia)
 (PCA) : Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan analgesik oleh
pasien
 Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif, memantau respons pasien,
danmemberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik
atauterapeutik

15
2. Infeksi, resiko
 Definisi : Berisiko terhadap invasi organisme pathogen
 Faktor Risiko
 Penyakit kronis
 Penekanan sistem imun
 Ketidakadekuatan imunitas dapatan
 Pertahanan primer tidak adekuat ( mis., kulit luka, trauma jaringan, penurunan
kerjasilia, stasis cairan tubuh, perubahan pH sekresi, dan gangguan peristaltis )
 Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai ( mis., hemoglobin turun, leukopenia,
supresi respons inflamasi )
 Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogePengetahuan yang kurang
untuk menghindari pajanan patogenProsedur invasif
 Malnutrisi Agens farmasi ( mis., obat imunosupresi )Pecah ketuban Kerusakan
jaringan Trauma
 Hasil
 Pengendalian Risiko Komunitas : Penyakit Menular : Tindakan komunitas untuk
menghilangkan atau menurunkan penyebaran agens infeksius yang
mengancamkesehatan masyarakat
 Status Imun : resistansi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap
antigeninternal maupun eksternal
 Keparahan Infeksi : Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
 Keparahan Infeksi : Bayi Baru Lahir : Tingkat keparahan infeksi dan gejala
terkaitselama usia 28 pertama kehidupan
 Pengendalian Risiko : Penyakit Menular Seksual (PMS) : Tindakan persona
luntuk mencegah, meghilangkan, atau mengurangi perilaku yang berisiko
menimbulkan penyakit menular seksual
 Penyembuhan Luka : Primer :Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah
penutupan luka secara sengaja
 Penyembuhan Luka : Sekunder : Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada
lukaterbuka
 Intervensi

16
 Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Arteri :Meningkatkan sirkulasi arteri
 Manajemen Penyakit Menular : Bekerja bersama komunitas untuk
menurunkandan mengelola insiden dan prevalensi penyakit menular pada populasi
khusus
 Skrining Kesehatan : Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan
denganmemenafaatkan riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan prosedur
lainnya
 Manajemen Imunisasi / Vaksinasi : Memantau status imunisasi,
memfassilitasiakses untuk memperoleh imunisasi, dan memberikan imunisasi
untuk mencegah penyakit menular
 Perawatan Luka Insisi : Membersihkan, memantau, dan memfasilitasi proses
penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan, klip, atau staples
 Pengendalian Infeksi : Meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius
 Perlindungan Infeksi : Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang
berisiko
 Survailens : Komunitas : Mengumpulkan, menginterpretasi, dan menyintesis data
secara terarah dan kontinu untuk mengambil keputusan di komunitas
 Penyuluhan : Seks yang Aman : Memberikan instruksi tentang pentingnya
perlindungan seksual selama aktivitas seksual
 Penyuluhan : Seksualiatas : Membantu individu memahami dimensi spesifik dan
psikososial pertumbuhan dan perkembangan seksual
 Perawatan Luka : Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan memfasilitasi
proses penyembuhan luka
3. Gangguan sensori perceptual : penglihatan
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan
 Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu.
 Batasan karakteristik
 Subjektif
Mengungkapkan masalah secara verbal
 Objektif

17
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akuratPerforma uji tidak
akuratPerilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan ( sebagai contoh, histeris,
bermusuhan, agitasi, atau apatis )
 Faktor yang berhubungan
 Keterbatasan kognitif Kesalahan dalam memahami informasi yang ada
 Kurang pengalaman Kurang perhatian di dalam belajar
 Kurang kemampuan mengingat kembali
 Kurang familier dengan sumber-sumber informasi
 Hasil
 Pengetahuan : Perilaku Sehat : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan mengenai
promosi dan perlindungan kesehatan
 Pengetahuan : Promosi Kesehatan :Tingkat pemahaman yang
ditunjukkanmengenai informasi yang diperlukan untuk memperoleh dan
mempertahankankesehatan yang optimal
 Pengetahuan : Sumber kesehatan : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan
mengenai sumber perawatan kesehatan yang relevan
 Intervensi
 Edukasi Kesehatan : mengembangkan dan memberikan bimbingan dan pengalaman
belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar perilaku yang kondusif untuk
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas
 Panduan Sistem Kesehatan : memfasilitasi lokasi pasien dan penggunaan
layanankesehatan yang sesuai
 Fasilitasi Pembelajaran : meningkatkan kemampuan untuk memproses
danmemahami informasi
 Peningkatan Kesiapan untuk Belajar : Memperbaiki kemampuan dan
keinginanuntuk menerima informasi

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Tn. D (65 tahun) dirawat di ruang mata karena katarak, besok diprogramkan menjalani
EKEK OS/OD. Tn. D mengatakan, bahwa dua bulan ini pandangannya semakin kabur total,
hanya dapat melihat baik pada tempat yang redup sehingga menyebabkan dirinya sering
tersandung atau terjatuh, klien merasa sangat khawatir, dan klien menarik diri dari
lingkungan sosial. makanya Tn. D bersedia operasi. Setelah operasi pasien mengeluh nyeri
dengan skala 6 dan mengatakan sulit tidur. Pada saat pemeriksaan diketahui. CT/BT, TTV
B. Pengkajian
Pengkajian diambil tanggal : 26 Februari 2021 Jam : 09.50 WIB
a) Pemeriksaan fisik
a. Identitas
a. Nama : Tn D
b. Umur : 65 tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Status perkawinan : menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Bangsa : Indonesia
h. Pendidikan : SMA
i. Pekerjaan : Wiraswasta
j. Alamat : Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta
k. Nomor register : 123Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
b. Keluhan utama
Tn. D mengatakan pandangannya semakin kabur total, hanya dapat melihat baik
pada tempat yang redup

c. Riwayat penyakit sebelumnya

19
 Pasien mengatakan , bahwa dua bulan ini pandangan kabur total hanya bisa
melihat pada tempat redup.
 Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi

d. Riwayat penyakit sekarang


 Pasien mengalami kesulitan melihat karena pandangannya kabur total
 Pasien kesulitan dalam membaca karena pandanganya kabur
 Pasien tidak menggunakan kacamata
 Pasien dapat membedakan warna namun dengan pandangan kabur saat melihat
benda
 Pasien dapat melihat ke lateral sampai sudut 80 derajat dari titik fiksasi, ke medial
50 derajat, ke atas 45 derajat dan ke bawah 50 derajat

e. Riwayat penyakit keluarga


 Genogram
 pasien memiliki riwayat keluarga dengan sakit hipertensi

f. Tanda-tanda vital:
TD : 160/90 mmHg
N : 76 x/menit
S : 37,5 0C
RR : 18 x/menit
g. Sistem Cardio Vascular
Inspeksi: tidak terdapat lesi, sianosis, terlihat ictus cordis

Palpasi: teraba ictus cordis IV

Auskultasi: terdengar suara lup dup

Perusi: terdengar suara sonor pada:

Terdengar suara dull ness

h. Sistem Respirasi

20
RR: 20x per menit

Inspeksi: tida terdapat lesi, sianosis

Palpasi: tidak terdapat nyeri

Auskultasi: tidak ditemukan suara nafas tambahan, suara nafas vasikuler,

Perkusi: terdengar suara sonor pada intercosta VII, Terdengar suara dull ness

i. Sistem Gastrointestinal (GI Tract)


Inspeksi: Tidak terdapat benjolan, tidak kembung, tidak terdapat luka memar dada
pasien simetris.

Auskultasi: Terdengar suara pristaltik 6x per menit

Perkusi: terdengar suara timpani

Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran

j. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran komposmentis

Dilakukan pemeriksaan saraf kranial dengan hasil:

a. Nervus Olfaktorius/I
Tidak ditemukan polip atau sumbatan pada kedua hidung klien.

Untuk fungsi penciuman tidak terganggu.

b. Nervus Optikus/II
Tidak ditemukan kelainan di N II

c. Nervus Okulomotorius, Tochlearis, Abducen/III, IV, VI


 Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang
memutih.
 Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan
kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
 Pada pemeriksaan refraksi meningkat: penderita dapat membaca
tanpamenggunakan kacamata baca.

21
 adanya rasa nyeri karena peningkatan TIO, kelainan lapang pandang
d. Nervus Trigeminus/V
Pemeriksaan motorik dan sensorik normal

e. Nervus Abdusen/VI
Pandangan kabur saat melihat ke arah perawat

f. Nervus Fasialis/VII
Tidak ditemukan klainan pada wajah, wajah simetris.

g. Nervus Autikus/VIII
Fungsi pendengaran klien baik tidak ditemukannya kelainan pada sistem
pendengaran.

h. Nervus Glosofaringeal/IX
Tidak ditemukan kelainan

i. Nervus Vagus/X
Tidak ditemukan kelainan, klien dapat mengucapkan kata „‟ah‟‟

j. Nervus Aksesoris/XI
Tidak ditemukan kelainan pada nervus XI, di buktikan dengan klien bisa
memalingkan ke dua wajah ke kanan-kiri.

k. Nervus Hipoglosal/XII
Mulut simetris. Klien bisa menjulurkan lidah dan menggerakannya ke semua arah.

k. Sistem Muskuloskeletal
a) Atas

Tangan kanan dan kiri dapat digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot kanan 5
dan kiri 5.

b) Bawah

kaki kanan dan kiri tidak terjadi kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 5 dan kiri 5.

22
l. Sistem Genitalia
Tidak dikaji-

b) Perubahan pola fungsi


 Aktivitas / istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
 Makanan/ cairan
pasien sering mengalami Gejala Mual/ muntah.
 Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/ merasa di ruang gelap.
Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.
Hipersekresi air mata.
 Nyeri/ kenyamanan
Pasien mengatakan Ketidaknyamanan ringan/ mata berair.

C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Masalah Keperawatan
1) Gangguan Persepsi Sensori
2) Nyeri Akut
3) Ansietas
b. Data yang Perlu Dikaji
NO ANALISA DATA MASALAH PENYEBAB
1. DS : Gangguan Persepsi Gangguan Penglihatan
Sensori
- Klien mengatakan
penglihatan kabur secara
total
- Klien mengatakan hanya

23
dapat melihat baik pada
tempat yang redup.
DO :

- Respons tidak sesuai


- Konsentrasi buruk

(SDKI Hal 190,


D.0085)
2. DS : Nyeri Akut Agen pencedera fisik
(prosedur operasi dan
- Klien mengatakan nyeri
trauma)
skala 6

DO :

- Klien tampak meringis


- Tekanan darah meningkat
160/90 mmHg
- Sulit tidur

(SDKI Hal 172,


D.0077)
3. DS : Ansietas Krisis situasional

- Klien mengatakan merasa


khawatir dengan kondisi
yang dihadapi
- Klien mengatakan sulit
berkonsentrasi

24
DO :

- Tekanan darah meningkat


160/90 mmHg
- Tampak gelisah
- Sulit tidur

(SDKI Hal 180,


D.0080)

D. Diagnose Keperawatan
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi, trauma)
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

25
E. Rencana Tindakan
No DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan perawatan Dukungan Keyakinan (SIKI Hal 27, I.09259)
berhubungan dengan diharapkan persepsi sensori
O:
gangguan penglihatan membaik dengan kriteria hasil :
- Identifikasi keyakinan, masalah, dan tujuan perawatan
 Menarik diri mennurun (5) - Monitor kesehatan fisik dan mental pasien
 Respons sesuai stimulus T:
membaik (5)
- Berikan harapan yang realistis sesua prognosis
 Konsentrasi membaik (5)
- Fasilitasi memberikan makna terhadap kondisi
kesehatan
SLKI Hal 93, L09083
E:

- Jelaskan bahaya atau risiko yang terjadi akibat


keyakinan negative
- Jelaskan alternative yang berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan dan perawatan
- Berikan penjelasan yang relevan danmudah dipahami.

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan Manajemen Nyeri (SIKI Hal 201, I.08238)
dengan agen pencedera fisik diharapkan tingkat nyeri menurun O :
(prosedur operasi, trauma) dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

26
 Kemampuan menuntaskan kualitas, intensitas nyeri
aktivitas meningkat (5) - Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun (5) T:
 Meringis menurun (5) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

 Kesulitan tidur menurun (5) nyeri

 Tekanan darah membaik (5) - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
 Fokus membaik (5)
strategi meredakan nyeri
 Pola tidur membaik (5)
E:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(SLKI Hal 145, L.08066) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
K:
- Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu..

3 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan ( SIKI Hal 436,, I.09326 Terapi Relaksasi)
krisis situasional diharapkan tingkat ansietas O :
menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmmapuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
 Verbalisasi khawatir akibat
kemmapuan kognitif
kondisi yang dihadapi
- Periksa tekanan darah sebelum dan sesudah latihan

27
menurun (5) - Monitor respons terhadap terapi relaksasi
 Tekanan darah menurun (5) T:
 Konsentrasi membaik (5) - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

 Pola tidur membaik (5) dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain
(SLKI Hal 132, L.09093)
E:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi.

F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/Tgl/ DIAGNOSA PELAKSANAAN EVALUASI
Jam KEPERAWATAN
Senin, 1 Gangguan persepsi sensori - Mengidentifikasi keyakinan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Maret berhubungan dengan gangguan masalah, dan tujuan perawatan 1 x 45 menit, didapatkan hasil:

2021/ penglihatan - Memonitor kesehatan fisik dan S :


Jam mental pasien

28
08.00- - Memberikan harapan yang realistis - Klien mengatakan penglihatan kabur
08.45 sesua prognosis secara total
- Memfasilitasi memberikan makna - Klien mengatakan hanya dapat melihat
terhadap kondisi kesehatan baik pada tempat yang redup.
- Menjelaskan bahaya atau risiko
yang terjadi akibat keyakinan O :
negative
- Respons tidak sesuai
- Menjelaskan alternative yang
- Konsentrasi buruk
berdampak positif untuk memenuhi
A:
keyakinan dan perawatan
- Memberikan penjelasan yang - Gangguan persepsi sensori

relevan dan mudah dipahami. berhubungan dengan gangguan


penglihatan teratasi
P:

- Identifikasi keyakinan, masalah, dan


tujuan perawatan
- Monitor kesehatan fisik dan mental
pasien
- Berikan harapan yang realistis sesua
prognosis
- Fasilitasi memberikan makna terhadap
kondisi kesehatan

29
- Jelaskan bahaya atau risiko yang terjadi
akibat keyakinan negative
- Jelaskan alternative yang berdampak
positif untuk memenuhi keyakinan dan
perawatan
- Berikan penjelasan yang relevan
danmudah dipahami.

Rabu, 3 Nyeri akut berhubungan - Mengidentifikasi lokasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Maret dengan agen pencedera fisik karakteristik, durasi, frekuensi, 1 x 45 menit, didapatkan hasil:
2021/ (prosedur operasi, trauma) kualitas, intensitas nyeri S:
Jam - Mengidentifikasi skala nyeri
- Klien mengatakan nyeri skala 6
08.00- - Memberikan teknik
08.45 nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri O:

- Mengontrol lingkungan yang - Klien tampak meringis


memperberat rasa nyeri - Tekanan darah meningkat 160/90
- Memertimbangkan jenis dan mmHg
sumber nyeri dalam pemilihan - Sulit tidur
strategi meredakan nyeri A:
- Menjelaskan penyebab, periode,
- Nyeri akut berhubungan dengan agen
dan pemicu nyeri
pencedera fisik (prosedur operasi,

30
- Menjelaskan strategi meredakan trauma) teratasi sebagian
nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri
P:
secara mandiri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Mengajarkan teknik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nonfarmakologis untuk mengurangi
- Identifikasi skala nyeri
rasa nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Mengolaborasi pemberian
mengurangi rasa nyeri
analgesic, jika perlu..
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesic, jika
perlu..

31
Jumat, 5 Ansietas berhubungan dengan - Mengidentifikasi penurunan tingkat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Maret krisis situasional energy, ketidakmmapuan 1 x 45 menit, didapatkan hasil:
2021/ berkonsentrasi, atau gejala lain S :
jam yang mengganggu kemmapuan
- Klien mengatakan merasa khawatir
08.00- kognitif
dengan kondisi yang dihadapi
08.45 - Memeriksa tekanan darah sebelum
- Klien mengatakan sulit berkonsentrasi
dan sesudah latihan
- Memonitor respons terhadap terapi
relaksasi O:

- Menciptakan lingkungan tenang - Tekanan darah meningkat 160/90


dan tanpa gangguan dengan mmHg
pencahayaan dan suhu ruang - Tampak gelisah
nyaman - Sulit tidur
- Menggunakan relaksasi sebagai A:
strategi penunjang dengan analgetik
- Ansietas berhubungan dengan krisis
atau tindakan medis lain
situasional teratasi
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
- Menganjurkan mengambil posisi P:
nyaman
- Identifikasi penurunan tingkat energy,

32
- Menganjurkan rileks dan ketidakmmapuan berkonsentrasi, atau
merasakan sensasi relaksasi gejala lain yang mengganggu
- Menganjurkan sering mengulangi kemmapuan kognitif
atau melatih teknik yang dipilih - Periksa tekanan darah sebelum dan
- Mendemonstrasikan dan latih sesudah latihan
teknik relaksasi. - Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi.

33
34
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

B. Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka asuhan
keperawatan pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional. Tenaga
keperawatan harus menjaga agar pasien katarak tidak sampai buta.

35
DAFTAR PUSTAKA
Usmarula, Retno. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Sensori
Visual : Pre Dan Post Operasi Katarak Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah
Pandanarang Boyolali. http://eprints.ums.ac.id/25664/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
(diakses tanggal 9 Maret 2021)
Ferlin, Arlin. 2014. Asuhan Keperawatan dengan Pasien Katarak.
https://id.scribd.com/doc/218927638/Asuhan-Keperawatan-Dengan-Pasien-Katarak
(diakses tanggal 11 Maret 2021)
Yusfarina, Melly. 2014. Asuhan Keperawatan pada Lansia Dengan Katarak.
https://www.academia.edu/4556392/asuhan_keperawatan_pada_lansia_dengan_katarak
(diakses tanggal 11 Maret 2021)
Anas Tamsuri, 2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC Sidarta llyas, 2003,
Ilmu Penyakit Mata Jakarta FKUI

36

Anda mungkin juga menyukai