OLEH :
KELOMPOK 6/A12-A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca supaya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depanya dapat lebih baik lagi dan
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................27
3.2 Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi atau
jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. Tujuan Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan di sarana kesehatan melalui peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya Standar Perencanaan Pelayanan Keperawatan.
b. Adanya Standar Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
c. Adanya Standar Pengaturan Tenaga Keperawatan
d. Adanya Standar Pengarahan Pelayanan Keperawatan
e. Adanya Standar Evaluasi Pelayanan Keperawatan
f. Adanya Standar Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan
7
5. Standar V : Evaluasi Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Evaluasi dilakukan secara objektif sebagai upaya perbaikan untuk tercapainya tujuan
keperawatan.
Rasional :
Evaluasi dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang mendukung
evaluasi pelayanan keperawatn.
b. Adanya mekanisme evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Adanya alat evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
d. Adanya standar pelayanan keperawatan.
Kriteria Proses :
a. Menyusun rencana evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
b. Melaksanakan evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Memberikan umpanbalik hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan
keperawatan.
d. Melaksanakan tindak lanjut hasil pencapaian tujuan.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayan keperawatan.
b. Adanya dokumen tindak lanjut hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan
keperawatan.
c. Adanya dokumen upaya perbaikan pelayanan keperawatan.
6. Standar VI : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan di Sarana Kesehatan
Pernyataan :
Upaya pemntauan yang berkesinambungan yang diperlukan untuk menilai mutu
pelayanan keperawatan di sarana kesehatan.
Rasional :
Program pengendalian mutu dapat menunjang tercapainya pelayanan keperawatan yang
efisien dan efektif di sarana kesehatan.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di sarana
kesehatan.
8
b. Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
c. Adanya standar pelayanan keperawatan.
d. Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
e. Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan.
f. Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
Kriteria Proses :
a. Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih.
b. Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit keperawatan/
supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey kepuasan pasien,
keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde keperawatan.
c. Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian mutu.
d. Menyusun upaya tindak lanjut.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
b. Adanya dokumen umapan balik dan upaya tindak lanjut.
c. Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas.
d. Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan.
e. Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian asuhan
keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia orthostatic, infeksi
nasokomial, drop foot.
10
5. Perawat harus berperan sebagai pengamat, pendengar aktif, dan mempunyai pengertian
yang baik tentang informasi apa yang harus dikumpulkan dimana dan bagaimana
6. Perawat harus mengumpulkan data secara sistematis dan menggunakan pedoman yang
mudah dimengerti
7. Perawat menggunakan teori-teori, seperti hierarki maslow tentang kebutuhan dasar
manusia, teori tentang adapatasi manusia, dan teori De Elizabeth kubler-Ros tentang
reaksi pengalaman lalu
8. Waktu yang diperlukan untuk pengkajian harus diperioritaskan sehingga perawat
pasien dapat berkonsentrasi dalam kegiatan pengumpulan data
9. Perawat harus memahami teknik dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
komunikasi
10. Perawat harus memahami faktor-faktor distraksi baik eksternal maupun internal dari
pasien
11. Kedekatan dan kepercayaan antara perawat pasien harus mendapat prioritas
12. Perawat harus belajar “objective concern”, sering kontak dengan pasien yang memang
memerlukan bantuan perawat lebih karena kondisinya
13. Data harus dikumpulkan sesegera mungkin setelah pasien ada.
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan pada tahap pengkajian adalah
wawancara, observasi dan pemeriksaan. Dalam pengumpulan data, perlu ditetapkan
kualifikasi tenaga keperawatan yang tepat dan juga tempat, fasilitas, serta sarana yang
diperlukan.
11
Perencanaan akan menentukan jenis intervensi keperawatan. Kesehatan merupakan salah
satu alasan utama dalam perencanaan terutama di dalam kebingungan dan disorganisasi
aktivitas keperawatan dibangsal dan asuhan keperawatan yang buruk. Semakin kompleks
jenis asuhan pasien, perencanaan akan semakin penting. Perencanaan mencangkup
pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah pasien. Pengambilan
keputusan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan profesi, filosofi personal, kesediaan
menerima tanggung jawab mengambil keputusan, dan kesediaan membantu anggota tim
lain untuk turut berkontribusi dalam asuhan keperawatan pasien.
1. Tahapan Perencanaan Keperawatan
Tahapan perencanaan keperawatan terdiri atas :
a. Penyusunan prioritas masalah pasien yang telah teridentifikasi
b. Perumusan tujuan untuk setiap masalah pasien
c. Pemilihan intervensi keperawatan spesifik untuk mencapai tujuan
d. Pencatatan informasi pada formulir “rencana asuhan keperawatan”
2. Tujuan Penulisan Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan memperlihatkan apakah perawat betul-betul
membantu pasien dan bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mencapai
tujuan. Selain itu, rencana tersebut mengarahkan apa yang harus dilakukan perawat
untuk mencapai hasil yang diharapkan, agar proses pencapaian menjadi lebih efekif.
Tujuan menulis rencana asuhan keperawatan adalah :
a. Menunjukkan tujuan asuhan keperawatan
b. Sebagai pedoman asuhan yang berorientasi kepada pasien
c. Sebagai alat komunikasi bagi seluruh staf yang terkait dengan pasien
d. Sebagai pedoman supervisi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
e. Sebagai dasar untuk menangani asuhan keperawatan
3. Bagian-bagian penting dalam Rencana Asuhan Pasien
Istilah rencana asuhan pasien disini adalah uraian seluruh asuhan terhadap pasien
yang menjadi tanggung jawab perawat. Asuhan pasien mencangkup tiga aspek; asuhan
umum yaitu asuhan yang dinstruksikan oleh dokter atau kebijaksaaan rumah sakit,
asuhan medis yang diinstruksikan oleh dokter tetapi didelegasikan kepada yang lain,
dan asuhan keperawatan yan diinstruksikan dan menjadi tanggung jawab perawat.
Bagian-bagian rencana asuhan pasien adalah sebagai berikut :
a. Asuhan umum pasien (general patient care). Hal ini mencangkup keperluan makan-
minum, jumlah aktivitas fisik, kebersihan diri, keamanan, dan kenyamanan.
12
b. Asuhan medis yang didelegasikan (delegated medical care). Tanggung jawab utama
dokter adalah diagnosis dan terapi untuk mengobati penyakit atau mengurangi
gejala. Dokter mendelegasikan kepada staf keperawatan atau spesialis teknik.
Misalnya, pemberian infus dalam rangka diagnosis dan tujuan terapi medis.
c. Intervensi keperawatan (nursing intervetion or nursing orders). Intervensi ini
merupakan tanggung jawab perawat yang ditujukan untuk mengatasi respons pasien
terhadap penyakitnya.
13
menjawab pertanyaan yang diajukan pasien. Dan tugas konferensilah untuk membantu
setiap orang.
2. Tujuan Konferensi
a. Merencanakan asuhan pasien secara individual
Konferensi akan membahas bentuk asuhan pasien secara individual dan
komprehensif. Setiap staf yang terlibat dapat memberikan masukan. Hal ini akan
menambah pengetahuan bagi seluruh staf. Selain ifu, staf merasa diperhatikan, yang
pada akhirnya akan meningkatkan motivasi kerja dan kepercayaan diri.
b. Mengoordinasi semua pelayanan yang sesuai
Perbedaan jenis pelavanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit,
sehingga jenis-jenis pelayanan ini dapat digunakan semaksimal mungkin oleh
pasien. Selama konferensi, kelompok menjadi lebih sadar dan mengerti.
c. Meningkatkan semangat komperatif
Selama konferensi, staf bekerja sama , belajar lebih banyak tentang pasien
serta terlibat dalam perencanaan dan pemberian asuhan pasien, semangat kerja
dirangsang oleh perasaan puas yang timbul jika mereka masing-masing mampu
bekerja dengan baik hal ini akan menimbulkan semangat komperatif.
d. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf keperawatan
Dalam konferensi, semua hal tentang pasien akan didiskusikan bersama.
Semua instruksi terhadap pasien dapat disampakan pada saat Konferensi. Dalam
diskusi ini, tergambar peran masing-masing dari orang yang terlibat dalam asuhan
pasien. Disampaikan pula informasi tentang bagaimana berbicara dengan pasien,
apa yang akan dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan, serta interpretasi tentang
kebijaksanaan rumah sakit. Selain itu, dibahas pula etika dalam menjaga
kerahasiaan informasi tentang pasien. Secara umum, sebisa mungkin harus dijaga
agar hanya sedikit topik yang berkemebang diluar masalah spesifik pasien.
Konferensi rencana asuhan keperawatan harus direncanakan. Beberapa
perencanaan awal sangat diperlukan agar konferensi berjalan dengan baik dan
dapat menyebar dengan baik disetiap orang dalam perencanaa asuhan keperawatan.
3. Perencanaan Awal Konferensi Mencakup Hal-Hal Sebagai Berikut :
a. Perencanaan asuhan individual
b. Pemilihan waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu waktu asuhan keperawatan
pasien. Perawat harus memilih waktu yang tidak berbenturan dengan pekerjaan orang
lain, sehingga orang tersebut dapat datang tepat waktu. Oleh sebab itu, hendaknya
14
konferensi merupakan bagian dari kegiatan rutin, dan pemimpinlah yang bertanggung
jawab Selain itu, waktu harus digunakan seefektif mungkin untuk konferensi tiap
pasien, lebih kurang 20-30 menit. Akan tetapi, untuk konferensi awal. lebih baik
digunakan waktu yang relatif pendek jika sudah diterima, baru digunakan waktu sesuai
kebutuhan.
c. Pemilihan pasien : sebaiknya pasien dipilih satu hari sebelum konferensi. Kondisi
pasien juga perlu dipertimbangkan. Artinya, data masalah yang dikonferensikan harus
yang terbaru.
d. Persiapan pemimpin konferensi
16
Laporan adalah tanggung jawab mendasar dari administrasi dan manajemen. Laporan
perawat adalah salah satu bentuk dan orientasi yang tujuannya memberikan informasi
tentang situasi yang ada dan terjadi saat ini, yang digunakan untuk mempersiapkan
personel kerja pada hari ini. Baik perawat maupun pembantu perawat harus mempunyai
harus mempunyai pengetahuan yang sama tentang kondisi pasien. Pengetahuan ini
mencakup masalah pasien, metode untuk membantu memecahkan masalah pasien, serta
pengobatan dan perkembangan kondisi pasien
b. Membuat rencangan laporan agar lengkap dan membntu
(1). Setiap laporan harus berisi kebenaran dan menggambarkan kondisi pasien.
(2). Perawat selalu memanggil tiap pasien dengan nama
(3). Perawat selalu menggunakan rencana asuhan pasien sebagai pedoman dalam
memberikan gambaran yang lengkap tentang pasien.
(4). Perawat harus mempertahankan laporan pada tingkat professional.
c. Melakukan tugas dengan baik
(1). Perencanaan asuhan keperawatan pasien harus menggambarkan intruksi-intruksi
keperawatan yang harus dilaksanakan selama 24 jam. Jika pasien harus pindah tempat
perawatan,rencana asuhan harus dipindahkan ke tempat yang baru.
(2). Rencana asuhan keperawatan pasien harus digunakan sebgai dasar untuk dokumentasi
asuhan keperawatan. Pendokumentasikan dalam bentuk catatan pasien
menggambarkan perkembangan kondisi pasien dan menggambarkan semua kegiatan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai tanggung jawab terhadap
masyarakat.
17
a. Penggunaan metode evaluasi yang tepat, yaitu mempelajari rencana asuhan
keperawatan, mengobservasi perilaku pasien sebagai respons terhadap asuhan
keperawatan, mempelajari catatan berorientasi masalah, serta pencatatan keperawatan.
b. Audit keperawatan secara periodik
c. Pengumpulan umpan balik dari pasien tentang asuhan keperawatan yang diberikan
H. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Metode penugasan merupakan suatu aspek penting dalam dunia keperawatan, hal ini
dibutuhkan agar perawat mampu bekerja secara maksimal. Untuk itu dalam pemilihan
metode penugasan perlu memperhatikan berberap hal berikut: jumlah tenaga perawat,
kualifikasi staff, dan klasifikasi pasien. Berikut ini merupakan metode penugasan yang
tengah berkembang saat ini :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak dipakai saat perang
dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode ini banhyak dipakai karena jumlah
perawat serta kemampuan perawat masih terbatas.
18
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
b. Metode Penugasan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif. Metode ini bertujuan untuk : memfasilitasi pelayanan keperawatan;
menerapkan proses keperawatan standard; dan menyatukan kemampuan anggota tim
yang beragam. Konsep dari metode ini adalah ketua tim sebagai perawata professional
harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Komunikasi juga
merupakan hal yang sangat penting dalam metode ini, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketuan. Selai itu peran kepala ruang sangat penting dalam model tim
ini.
Kepala ruangan
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
19
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2) Biaya lebih besar
Perawat primer
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
20
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
Kepala ruangan
Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-masing pihak
harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-masing, berikut merupakan tanggung
jawab masing –masing peran.
1) Tanggung Jawab Karu :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan
managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui
konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
21
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3) Tanggung Jawab Anggota Tim :
a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
observasi terus menerus
ikut ronde keperawatan
berinterkasi dengan pasien dan keluarga
berkontribusi dengan katim/karu bila ada masalah
22
Verbal hand over
Tape recorded hand over
Bedside hand over
Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat ketergantungan,
jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa dipakai dalam operan.
5. Proses timbang terima
Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh masalah,
kebutuhan, dan segala tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang
penting lainnya selama masa perawatan.
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang,
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan akan bertugas
hadir, serta siapkan hand over sheet..
Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab yang
dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab.Hal ini seharusnya tidak
23
memperpanjang waktu serah terima, hanya 2-3 menit dan harus fokus isu-isu
keselamatan klien tertentu.
Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR) model
dapat digunakan oleh setiap tenaga kesehatan profesional untuk
mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien.
Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over Currie (2002)
mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’, yaitu
Confidential : Pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa keluar area
keperawatan.
Uninterrupted : Memanfaatkan daerah yang tenang, tidak ada gangguan.
Dimulai di awal shift.
Brief : Jaga informasi tetap relevan. Hindari pelabelan atau
stereotip.
Accurate : Pastikan bahwa semua informasi benar dan tidak ada klien
yang terlewat.
Named nurse : Perawat yang melapor adalah perawat yang bertanggung
jawab langsung terhadap klien.
Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
2. Tujuan
Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
24
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Karakteristik
Klien dilibatkan secara langsung.
Klien merupakan fokus kegiatan.
Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
Konsuler memfasilitasi kreativitas.
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat pelaksana dan
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
4. Peran perawat dalam ronde keperawatan
Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5. Tahap ronde keperawatan
Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
25
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/kepala
ruang tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
26
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: manajemen
operasional (manajemen pelayanan keperawatan) : pelayanan keperawatan di RS dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial yaitu:
1. Manajemen puncak (kabid keperawatan)
2. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor)
3. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan adalah
proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang
keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien. Langkah dalam proses keperawatan ini
berlangsung terus menerus dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah
ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya.
2.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih banyak lagi melakukan penelitian seputar
manfaat dari manajemen keperawatan guna memperkaya ilmu keperawatan yang dapat
dikembangkan di masyarakat dan rumah sakit.
27
DAFTAR PUSTAKA
28