Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN KEPERAWATAN I

Manajemen Nursing Service dan Manajemen Nursing Proscess

OLEH :
KELOMPOK 6/A12-A

GUSTI AYU PUTU WAHYU SARTIKA 17.321.2665


I GUSTI AGUNG DIANA RATRI ASTUTI 18.321.2832
I MADE AGUNG SURYA DIYASA 18.321.2834
NI LUH PUTU WIDI WULANDARI 18.321.2843
NI MADE VINA WIDYA YANTI 18.321.2849
NI PUTU ARI ADNYANI 18.321.2852
PUTU DIAH WULANDARI 18.321.2862

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca supaya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depanya dapat lebih baik lagi dan
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 20 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan............................................................3


2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................27
3.2 Saran............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan professional merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu , keluarga dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan manusia.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendali
mutu keperawatan.
Manajer pelayanan keperawatan bertanggung jawab untuk mengelola secara optimal
pelayanan/asuhan klien dan menghasilkan peningkatan kesehatan klien dengan menggunakan
biaya seefektif mungkin dalam memanfaatkan sumber yang diperlukan. Sedangkan tujuan
sarana pelayanan kesehatan adalah memberikan asuhan yang penuh empati kepada klien
tanpa diskriminasi, memperlakukan klien berdasarkan nilai kemanusiaan, memampukan klien
memenuhi kebutuhan dasarnya dan memberikan informasi tentang kondisi kesehatannya
serta berperan serta dalam pengambilan keputusan terkait dengan diri klien.
Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan
pelayanan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk bertindak
profesional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan untuk
mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat
diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. Terdapat beberapa
metode pemberian asuhan keperawatan dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya. Pada
akhirnya, diharapkan pimpinan keperawatan dapat memilih metode pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan, dan keadaan
pasien yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Defenisi tersebut

1
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi atau
jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana manajemen pelayanan keperawatan?
2. Bagaimana manajemen proses keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi penugasan mata kuliah Manajemen Keperawatan I.
2. Mengembangkan teori tentang manajemen pelayanan keperawatan.
3. Mengembangkan teori tentang manajemen proses keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar dapat memperdalam dan mempraktekkan tentang manajemen pelayanan
keperawatan.
2. Agar dapat memperdalam dan mempraktekkan tentang manajemen proses
keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan


A. Pengertian Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen pelayanan keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

B. Komponen Manajemen Pelayanan Keperawatan


1. Standar Struktur (standar input) adalah karakteristik organisasi dalam tatanan
asuhan yang diberikan, yang meliputi :
a. Filosofi dan obyektif
b. Organisasi dan administrasi
c. Kebijakan dan peraturan
d. Staffing dan pembinaan
e. Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap   posisi klinis)
f. Fasilitas dan peralatan
2. Standar Proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberian dan penerimaan
asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis
mencakup :
a. Fungsi tugas, tanggung jawab, dan
b. Akuntabilitas
c. Managemen kinerja klinis
d. Monitoring dan evaluasi kinerja klinis
3. Standar Outcomes adalah hasil asuhan keperawatan dalam  kaitannya dengan status
pasien. Standar ini berfokus pada asuhan pasien yang prima, meliputi :
a. Kepuasan pasien
b. Keamanan pasien
c. Kenyamanan Pasien

3
C. Tujuan Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan di sarana kesehatan melalui peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a.    Adanya Standar Perencanaan Pelayanan Keperawatan.
b.    Adanya Standar Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
c.    Adanya Standar Pengaturan Tenaga Keperawatan
d.   Adanya Standar Pengarahan Pelayanan Keperawatan
e.    Adanya Standar Evaluasi Pelayanan Keperawatan
f.     Adanya Standar Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan

D. Jenis-Jenis Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan


1. Standar I : Perencanaan Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Perencanaan pelayanan keperawatan disusun berdasarkan hasil pengumpulan dan
analisis data, hasil kegiatan pelayanan perawatan dan sumber daya (manusia, fasilitas,
peralatan, dan dana) yang tepat dan memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.
Rasional:
Perencanaan pelayanan keperawatan merupakan fungsi utama pengelolaan dan
landasan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai pendukung
penyusun perencanaan.
b. Adanya visi, misi sarana pelayanan kesehatan
c. Adanya falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacu pada visi,
misi
d. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan secara tepat
dan memadai
e. Adanya srandar antara lain standar ketenagakerjaan, standar fasilitasi dan
peralatan pelayanan keperawatan dan kebidanan
f. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan
g. Adanya mekanisme perencanaan pelayanan keperawatan
4
Kriteria Proses:
a. Melaksanakan koordinasi dengan unit pelayanan terkait
b. Melibatkan unsure pengelolaan dan staf sesuai tingkat manajerial
c. Melaksanakan perencanaan secara “ bottom up”
Kriteria Hasil:
a. Adanya dokumen yang menunjukan perencanaan keperawatan meliputi : aspek
ketenagaan , fasilitas dan peralatan serta upaya pengendalian mutu pelayanan
b. Perencanaan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
rencana induk perencanaan sarana kesehatan
2. Standar II : Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
Pernyataan:
Pengatran sumber daya ( manusia, fasilitas, peralatan dan dana) melalui integrasi dan
koordinasi untuk mencapai tujuan pelayanan
Rasional:
Pengaturan sumber daya manusia berkesinambungan pelayanan keperawatan secara
efektif dan efesien
Kreteria Struktur :
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung pengorganisasian.
b. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja structural dan fungsional
pelayanan keperawatan di sarana pelayanaan kesehatan
c. Adanya uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas dan tertulis bagi
tiap tenaga keperwatan.
d. Adanya tenaga keperawatan yang ditunjuk untuk menduduki jabatan tertentu.
e. Adanya dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pimpinan keperawatan.
Kriteria Proses :
a. Memahami uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang bagi tiap tenaga
keperawatan.
b. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan
wewenang.
c. Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan.
Kriteria Hasil :
a. Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan, sesuai dengan
persyaratan.
5
b. Pelayanan keperawatan bagian integral di dalam struktur organisasi saran
kesehatan.
c. Adanya dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya keperawatan
meliputi : ketenagaan, fasilitas, peralatan.
d. Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi
3.  Standar III : Pengaturan Ketenagaan Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai kompetisi dan potensi pengembangan untuk
terlaksananya pelayanan keperawatan yang bermutu.
Rasional :
Pengelolaan manajemen keperawatan dapat terlaksana secara efektif dan efisien apabila
didukung dengan pengaturan tenaga keperawatan yang bermutu.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan tentang pendayagunaan tenaga keperawatan.
b. Adanya standar tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
keperawatan.
c. Adanya pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan.
Kriteria Proses :
a. Mengidentifikasi jenis dan kulifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan keperawatan.
b. Menetapkan jumlah dan jenis tenaga keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan pola tenaga keperawatan.
c. Menjadi anggota tim rekrutmen tenaga keperawatan.
d. Melaksanakan program orientasi bagi tenaga baru.
e. Melaksanakan model penugasan.
f. Menyusun jadwal dinas yang fleksibel.
g. Melaksanakan program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan (retention)
tenaga keperawatan.
h. Menyusun program pengembangan staf keperawatan.
i. Melaksanakan penilaian kinerja.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan.
b. Adanya jadwal dinas yang menggambarkan komosisi tenaga keperawatan yang
seimbang kompetensinya pada setiap tugas gilir (shift)
6
c. Adanya dokumen hasil penilaian kinerja tenaga keperawatan
d. Adanya dokumen pelaksana program pengembangan staf.
e. Adanya dokumen pelaksana program orientasi.
f. Adanya dokumen pelaksana program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan
(retention).
g. Adanya dokumen model penugasan asuhan pelayanan keperawatan.
4.  Standar IV : Pengarahan Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Pengarahan yang terstruktur untuk mencapai pelayanan keperawatan bermutu sesuai
tujuan organisasi sarana kesehatan.
Rasional :
Iklim kerja yang kondusif diciptakan melalui kemampuan interpersonal manajer
pelayanan keperawatan dalam memotivasi dan membimbing staf sehingga
meningkatkan kinerja staf meningkat.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayan keperawatan yang mendukung
fungsi pengarahan.
b. Adanya tenaga kperawatan yang memiliki kemampuan, dan keterampilan
manajerial.
c. Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan.
d. Adanya fasilitas yang mendukung lingkungan kerja yang kondusif untuk
pembinaan.
Kriteria Proses :
a. Melaksanakan pembinaan tenga keperawatan berdasarkan hasil evaluasi kerja.
b. Memberikan umpan balik.
c. Melaksanakan tindak lanjut hasil program pembinaan antara lain pemberian
penghargaan dan sanksi.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen pelaksana program pembinaan.
b. Adanya peningkatan kemampuan tenaga keperawatan yang dibina.
c. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan antara lain
pemberian penghargaan dan sanksi.

7
5. Standar V : Evaluasi Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Evaluasi dilakukan secara objektif sebagai upaya perbaikan untuk tercapainya tujuan
keperawatan.
Rasional :
Evaluasi dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang mendukung
evaluasi pelayanan keperawatn.
b. Adanya mekanisme evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Adanya alat evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
d. Adanya standar pelayanan keperawatan.
Kriteria Proses :
a. Menyusun rencana evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
b. Melaksanakan evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Memberikan umpanbalik hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan
keperawatan.
d. Melaksanakan tindak lanjut hasil pencapaian tujuan.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayan keperawatan.
b. Adanya dokumen tindak lanjut hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan
keperawatan.
c. Adanya dokumen upaya perbaikan pelayanan keperawatan.
6.  Standar VI : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan di Sarana Kesehatan
Pernyataan :
Upaya pemntauan yang berkesinambungan yang diperlukan untuk menilai mutu
pelayanan keperawatan di sarana kesehatan.
Rasional :
Program pengendalian mutu dapat menunjang tercapainya pelayanan keperawatan yang
efisien dan efektif di sarana kesehatan.
Kriteria Struktur :
a. Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di sarana
kesehatan.
8
b. Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
c. Adanya standar pelayanan keperawatan.
d. Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
e. Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan.
f. Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
Kriteria Proses :
a. Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih.
b. Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit keperawatan/
supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey kepuasan pasien,
keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde keperawatan.
c. Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian mutu.
d. Menyusun upaya tindak lanjut.
Kriteria Hasil :
a. Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
b. Adanya dokumen umapan balik dan upaya tindak lanjut.
c. Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas.
d. Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan.
e. Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian asuhan
keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia orthostatic, infeksi
nasokomial, drop foot.

2.2 Manajemen Proses Keperawatan


A. Pengertian Manajemen Proses Keperawatan
Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap
dalam keperawatan (dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi).
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan
perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan di masa datang. Pengkajian ini meliputi proses
pengumpulan data, memvalidasi, dan menginterprestasikan informasi tentang pasien
sebagai individu yabg unik.
Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan dengan menganalisis data yang
telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan diagnosis keperawatan,
yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan aktual maupun potensial.
9
Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosis
keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan
alternatif untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal. Semua
kegiatan keperawatan harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia melalui
penetapan tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan.
Semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan harus
direncanakan untuk menunjang tujuan pengobatan medis, dan memenuhi rencana
keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berati perawat mengarahkan,
menolong, mengobservasikan dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat
dalam asuhan pasien tersebut. Pemantauan yang terus menerus terhadap personil
keperawatan dan pasien, termasuk evaluasi perilaku dan pendidikan, merupakan supervisi
keperawatan yang penting.
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan
pertimbangan sistematis dan standart dari tujuan yang dipilih sebelumnya, dibandingkan
dengan penerapan praktik yang aktual dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat dibuat jika tujuan yang diidentifikasikan
sebelumnya cukup direalitas dan dapat dicapai oleh perawat, pasien dan keluarga.
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus-menerus oleh perawat,
melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para manajer keperawatan
sebelumnya. Para manajer keperawatan (terutama manajer pada tingkat bawah) terlibat
dalam proses manajerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka
memengaruhi dan mengerakkan bawah. Hal itu dilakukan agar mampu memberikan
asuhan keperawatan yang memadai dengan kode etik dan standart praktik keperawatan.

B. Manajemen Pada Tahap Pengkajian


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian adalah :
1. Perawat memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetauhuan fisiologi,
psikologi, sosial dan cultural
2. Perawat memiliki pemahaman tentang proses keperawatan
3. Perawat memiliki pemahaman tentang diri perawat sendiri, respon fisiologis, dan
psikologis
4. Perawat harus menerima pasien apa adanya

10
5. Perawat harus berperan sebagai pengamat, pendengar aktif, dan mempunyai pengertian
yang baik tentang informasi apa yang harus dikumpulkan dimana dan bagaimana
6. Perawat harus mengumpulkan data secara sistematis dan menggunakan pedoman yang
mudah dimengerti
7. Perawat menggunakan teori-teori, seperti hierarki maslow tentang kebutuhan dasar
manusia, teori tentang adapatasi manusia, dan teori De Elizabeth kubler-Ros tentang
reaksi pengalaman lalu
8. Waktu yang diperlukan untuk pengkajian harus diperioritaskan sehingga perawat
pasien dapat berkonsentrasi dalam kegiatan pengumpulan data
9. Perawat harus memahami teknik dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
komunikasi
10. Perawat harus memahami faktor-faktor distraksi baik eksternal maupun internal dari
pasien
11. Kedekatan dan kepercayaan antara perawat pasien harus mendapat prioritas
12. Perawat harus belajar “objective concern”, sering kontak dengan pasien yang memang
memerlukan bantuan perawat lebih karena kondisinya
13. Data harus dikumpulkan sesegera mungkin setelah pasien ada.
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan pada tahap pengkajian adalah
wawancara, observasi dan pemeriksaan. Dalam pengumpulan data, perlu ditetapkan
kualifikasi tenaga keperawatan yang tepat dan juga tempat, fasilitas, serta sarana yang
diperlukan.

C. Manajemen Pada Tahap Diagnosis


Diagnosis keperawatan merupakan keputusan profesional dari perawat yang
menggambarkan kondisi pasiennya. Proses diagnosis mencakup pengelompokan data,
analis, dan merumuskan diagnosis. Diagnosis keperatawan ada yang bersifat aktual,
potensial, dan possible. Perawat yang akan merumuskan diagnosis keperawatan harus
mempunyai pengetahuan yang luas tentang fisiologi-patologi, area masalah keperawatan,
serta kemampuan berfikir secara objektif yang kritis. Diagnosis keperawatan yang telah
dirumuskan harus dimasukkan dalam daftar masalah keperawatan klien dan ditanda
tangani oleh perawat yang bersangkutan.

D. Manajemen Pada Tahap Perencanaan


Jika perawat ingin memberikan asuhan keperawatan yang efektif kepada pasien,
perawat harus menggunakan lebih banyak pikiran dalam menyusun perencanaan.

11
Perencanaan akan menentukan jenis intervensi keperawatan. Kesehatan merupakan salah
satu alasan utama dalam perencanaan terutama di dalam kebingungan dan disorganisasi
aktivitas keperawatan dibangsal dan asuhan keperawatan yang buruk. Semakin kompleks
jenis asuhan pasien, perencanaan akan semakin penting. Perencanaan mencangkup
pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah pasien. Pengambilan
keputusan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan profesi, filosofi personal, kesediaan
menerima tanggung jawab mengambil keputusan, dan kesediaan membantu anggota tim
lain untuk turut berkontribusi dalam asuhan keperawatan pasien.
1. Tahapan Perencanaan Keperawatan
Tahapan perencanaan keperawatan terdiri atas :
a. Penyusunan prioritas masalah pasien yang telah teridentifikasi
b. Perumusan tujuan untuk setiap masalah pasien
c. Pemilihan intervensi keperawatan spesifik untuk mencapai tujuan
d. Pencatatan informasi pada formulir “rencana asuhan keperawatan”
2. Tujuan Penulisan Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan memperlihatkan apakah perawat betul-betul
membantu pasien dan bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mencapai
tujuan. Selain itu, rencana tersebut mengarahkan apa yang harus dilakukan perawat
untuk mencapai hasil yang diharapkan, agar proses pencapaian menjadi lebih efekif.
Tujuan menulis rencana asuhan keperawatan adalah :
a. Menunjukkan tujuan asuhan keperawatan
b. Sebagai pedoman asuhan yang berorientasi kepada pasien
c. Sebagai alat komunikasi bagi seluruh staf yang terkait dengan pasien
d. Sebagai pedoman supervisi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
e. Sebagai dasar untuk menangani asuhan keperawatan
3. Bagian-bagian penting dalam Rencana Asuhan Pasien
Istilah rencana asuhan pasien disini adalah uraian seluruh asuhan terhadap pasien
yang menjadi tanggung jawab perawat. Asuhan pasien mencangkup tiga aspek; asuhan
umum yaitu asuhan yang dinstruksikan oleh dokter atau kebijaksaaan rumah sakit,
asuhan medis yang diinstruksikan oleh dokter tetapi didelegasikan kepada yang lain,
dan asuhan keperawatan yan diinstruksikan dan menjadi tanggung jawab perawat.
Bagian-bagian rencana asuhan pasien adalah sebagai berikut :
a. Asuhan umum pasien (general patient care). Hal ini mencangkup keperluan makan-
minum, jumlah aktivitas fisik, kebersihan diri, keamanan, dan kenyamanan.
12
b. Asuhan medis yang didelegasikan (delegated medical care). Tanggung jawab utama
dokter adalah diagnosis dan terapi untuk mengobati penyakit atau mengurangi
gejala. Dokter mendelegasikan kepada staf keperawatan atau spesialis teknik.
Misalnya, pemberian infus dalam rangka diagnosis dan tujuan terapi medis.
c. Intervensi keperawatan (nursing intervetion or nursing orders). Intervensi ini
merupakan tanggung jawab perawat yang ditujukan untuk mengatasi respons pasien
terhadap penyakitnya.

E. Manajemen Pada Konferensi Keperawatan


Perawat profesional bertanggung jawab terhadap penyusunan rencana keperawatan
dan mempertahankannya agar tetap baru (up to ote keperawatanlah yang akan
mempertahankan rencana asuhan keperawatan tetap baru setiap hari dan
mempergunakannya secara konstan, karena hal the merupakan persyaratan awal bagi
asuhan keperawatan yang efektif agar Informasi terbaru sangat diperlukan dalam rencana
asuhan keperawatan. Informasi terbaru ini dapat diperoleh :
a. Selama ronde kunjungan pasien
b. Pada saat pengecekan kardleks atau chart pasien dengan interval yang teratur
c. Pada saat laporan diberikan, misalnya laporan pergantian dinas dan peda saat
pelaporan semua kondisi terbaru pasien
d. Pada perubahan-perubahan yang dibuat oleh primary nurse. Jika dirawat dengan
penugasan primary nurse, perawat bertanggung jawat terhadap pasien 24 jam atau
hari selama pasien dirawat di rumah sakit. Semun perubahan dilakukan oleh
primary nurse, kecuali pada saat tidak dinas yang didelegasikan kepada associate
nurse
e. Pada konferensi keperawatan. Konferensi ini merupakan waktu untuk me- lengkapi
semua informasi tentang kondisi pasien dan untuk meyakinkan apakah semua
bagian dan perencanaan dapat digunakan.

1. Konferensi Rencana Asuhan Keperawatan


Diskusi kelompok dan rencana asuhan keperawatan cenderung mengurangi
metode fungsional yang lama untuk asuhan keperawatan. Hal itu karena semua staf
yang terlibat dalam asuhan keperavatan lebih menyadani bahwa pasien perlu lebih
dihargai dan dibantu semaksimal mungkin. Dalam hal ini, perawat mempunyai tugas
untuk membangun dinamika kelompok dan tim kerja. Seluruh staf harus dapat

13
menjawab pertanyaan yang diajukan pasien. Dan tugas konferensilah untuk membantu
setiap orang.
2. Tujuan Konferensi
a. Merencanakan asuhan pasien secara individual
Konferensi akan membahas bentuk asuhan pasien secara individual dan
komprehensif. Setiap staf yang terlibat dapat memberikan masukan. Hal ini akan
menambah pengetahuan bagi seluruh staf. Selain ifu, staf merasa diperhatikan, yang
pada akhirnya akan meningkatkan motivasi kerja dan kepercayaan diri.
b. Mengoordinasi semua pelayanan yang sesuai
Perbedaan jenis pelavanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit,
sehingga jenis-jenis pelayanan ini dapat digunakan semaksimal mungkin oleh
pasien. Selama konferensi, kelompok menjadi lebih sadar dan mengerti.
c. Meningkatkan semangat komperatif
Selama konferensi, staf bekerja sama , belajar lebih banyak tentang pasien
serta terlibat dalam perencanaan dan pemberian asuhan pasien, semangat kerja
dirangsang oleh perasaan puas yang timbul jika mereka masing-masing mampu
bekerja dengan baik hal ini akan menimbulkan semangat komperatif.
d. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf keperawatan
Dalam konferensi, semua hal tentang pasien akan didiskusikan bersama.
Semua instruksi terhadap pasien dapat disampakan pada saat Konferensi. Dalam
diskusi ini, tergambar peran masing-masing dari orang yang terlibat dalam asuhan
pasien. Disampaikan pula informasi tentang bagaimana berbicara dengan pasien,
apa yang akan dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan, serta interpretasi tentang
kebijaksanaan rumah sakit. Selain itu, dibahas pula etika dalam menjaga
kerahasiaan informasi tentang pasien. Secara umum, sebisa mungkin harus dijaga
agar hanya sedikit topik yang berkemebang diluar masalah spesifik pasien.
Konferensi rencana asuhan keperawatan harus direncanakan. Beberapa
perencanaan awal sangat diperlukan agar konferensi berjalan dengan baik dan
dapat menyebar dengan baik disetiap orang dalam perencanaa asuhan keperawatan.
3. Perencanaan Awal Konferensi Mencakup Hal-Hal Sebagai Berikut :
a. Perencanaan asuhan individual
b. Pemilihan waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu waktu asuhan keperawatan
pasien. Perawat harus memilih waktu yang tidak berbenturan dengan pekerjaan orang
lain, sehingga orang tersebut dapat datang tepat waktu. Oleh sebab itu, hendaknya
14
konferensi merupakan bagian dari kegiatan rutin, dan pemimpinlah yang bertanggung
jawab Selain itu, waktu harus digunakan seefektif mungkin untuk konferensi tiap
pasien, lebih kurang 20-30 menit. Akan tetapi, untuk konferensi awal. lebih baik
digunakan waktu yang relatif pendek jika sudah diterima, baru digunakan waktu sesuai
kebutuhan.
c. Pemilihan pasien : sebaiknya pasien dipilih satu hari sebelum konferensi. Kondisi
pasien juga perlu dipertimbangkan. Artinya, data masalah yang dikonferensikan harus
yang terbaru.
d. Persiapan pemimpin konferensi

F. Manajemen Pada Tahap Implementasi


Perawat profesional harus menggunakan semua teknik manajemen, yang salah
satunya adalah supervise. Selain itu, untuk membantu staf memberikan asuhan
keperawatan dengan baik. Rencana asuhan keperawatan adalah daftar intruksi dokter dan
kegiatan rutin, biasanya mencakup pengobatan, serta intruksi keperawatan
1. Menggunakan Rencana Asuhan dalam Mengorganisasi pekerjaan
a. Perencanaan adalah bagian dari menjemen asuhan pasien
Mengimplementasikan rencana asuhan pasien tidak hanya mengorganisasikan kegiatan-
kegiatan, tetapi juga mencakup observasi, pengambilan keputusan, dan komunikasi.
b. Pengetahu diperlukan untuk perencanaan yang baik
Tujuan utama keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan yang berorientasi
pada pasien. Perawat harus bekerjasama dan menerima pasien sebagai individu dan
menyadari adanya masalah pada pasien. Staf keperawatan harus mempunyai
pengetahuan terkait kondisi dan masalah pasien.
c. Perencanaan penting untuk kegiatan yang efektif
Dalam manajemen asuhan pasien yang baik, perencanaan dan organisasi sangat
penting, tidak hanya untuk menyediakan asuhan keperawatan yang baik tetapi juga
untuk koordinasi semua aktivitas keperawatan.
d. Mengatur pekerjaan diri kita sendiri
Asuhan keperawatan akan efektif jika bisa memenuhi kebutuhan pasien yang mencakup
kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual. Mengatur pekerjaan mempunyai arti menyusun
prioritas mana yang paling penting untuk keselamatan pasien dan bagi pekerja staf,
sehingga setiap pasien akan menerima asuhan sesuai kebutuhan dan pada waktu yang
tepat.
15
e. Menjawab enam pertanyaan : what, why, when, who, where and how.
(1). Jawaban terhadap pertanyaan what (apa) dan why (kenapa) akan menguraikan
tentang apa dan mengapa asuhan keperawatan penting bagi pasien serta fasilitas
dan sarana apa yang diperlukan.
(2). Jawaban untuk when (kapan) menguraikan tentang waktu serta berapa lama asuhan
keperawatan diberikan, sehingga dapat dinilai efisien asuhan keperawatannya.
(3). Jawaban terhadap pertanyaan how (bagaimana) harus merujuk kepada kebijakan
rumas sakit, manual prosedur, dan rencana asuhan keperawatan pasien. Jawaban
akan memberikan gambaran tentang metode, strategi, tahap- tahap dan asuhan
keperawatan yang dibeikan. Selain itu, juga dilihat apakah metode dan strategi
yang dipilih benar-benar efisien sehhingga akan menigkatakan kualitas asuhan
keperawatan.
(4) Jawaban terhadap pertnyaan where (di mana) menunukkan tempat di mana asuhan
keperawatan dilaksanakan. Sedangkan jawaban untuk pertanyaan who (siapa)
mencakup siapa yang harus melaksanakan asuhan keperawatan, apakah dapat
didelegasikan kepda pembantu perawat atau kepad praktisi. Jadi intinya, memilih
orang yang tepat untuk suatu tugas adalah penting.
2. Menggunakan Rencana Asuhan Pasien dalam Orientasi
Orientasi adalah kegiatan pengenalan untuk mempelajari situasi, lingkungan, dan
program tempat kerja. Beberapa orientasi harus mencakup informasi yang terkait. Artinya,
tidak hanya mencakup situasi fisik dan rumah sakit, tetapi mencakup juga tugas dan
tanggung jawab spesifik dan setiap orang. Orientasi harus dilaksanakan terus-menerus
selama beberapa hari sampai seeorang merasa diterima dalam lingkungan ruangan,
sehingga ia bisa bekerja dengan tenang dan aman. Hal itu terutama untuk tenaga perawat
baru.
3. Menggunakan Rencana Asuhan Pasien sebagai Pedoman untuk Supervisi
Perencanaan dan organisasi dipakai dasar untuk supervisi yang efektif. Supervisi
mencakup semua aktivitas yang diyakini manajemen akan membantu mencapai tujuan
administrasi. Supervisi dalam keperawatan mencakup pelaporan, pembagian tugas,
pemberian arahan, pengamat, penilai, pembimbing, dan pendidik pekerja. Supervise
meyakinkan bahwa semua pasien menerima asuhan seperti yang seharusnya.
Beberapa yang perlu di perhatikan dalam kegiatan supervisi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan laporan pasien dengan lengkap

16
Laporan adalah tanggung jawab mendasar dari administrasi dan manajemen. Laporan
perawat adalah salah satu bentuk dan orientasi yang tujuannya memberikan informasi
tentang situasi yang ada dan terjadi saat ini, yang digunakan untuk mempersiapkan
personel kerja pada hari ini. Baik perawat maupun pembantu perawat harus mempunyai
harus mempunyai pengetahuan yang sama tentang kondisi pasien. Pengetahuan ini
mencakup masalah pasien, metode untuk membantu memecahkan masalah pasien, serta
pengobatan dan perkembangan kondisi pasien
b. Membuat rencangan laporan agar lengkap dan membntu
(1). Setiap laporan harus berisi kebenaran dan menggambarkan kondisi pasien.
(2). Perawat selalu memanggil tiap pasien dengan nama
(3). Perawat selalu menggunakan rencana asuhan pasien sebagai pedoman dalam
memberikan gambaran yang lengkap tentang pasien.
(4). Perawat harus mempertahankan laporan pada tingkat professional.
c. Melakukan tugas dengan baik
(1). Perencanaan asuhan keperawatan pasien harus menggambarkan intruksi-intruksi
keperawatan yang harus dilaksanakan selama 24 jam. Jika pasien harus pindah tempat
perawatan,rencana asuhan harus dipindahkan ke tempat yang baru.
(2). Rencana asuhan keperawatan pasien harus digunakan sebgai dasar untuk dokumentasi
asuhan keperawatan. Pendokumentasikan dalam bentuk catatan pasien
menggambarkan perkembangan kondisi pasien dan menggambarkan semua kegiatan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai tanggung jawab terhadap
masyarakat.

G. Manajemen Pada Tahap Evaluasi


Evaluasi adalah tahap akhir dalam rangkaian pemecahan masalah yang merupakan
bagian dari tanggung jawab perawat profesional. Beberapa konsep dasar untuk membantu
dalam mengevaluasi pencapaian asuhan keperawatan adalah :
1. Selalu berpikir kritis dalam proses evaluasi
2. Kriteria evaluasi harus dikembangkan untuk menyakinkan validitas, sehingga evaluasi
menjadi lebih objektif
3. Standar asuhan keperawatan harus didefinisikan dengan jelas dan digunakan secara
konsisten
Evaluasi asuhan keperawatn sangat menetukan gambaran dan kualitas asuhan
keperawatan. Untuk ha ini, seharunya ditampilkan:

17
a. Penggunaan metode evaluasi yang tepat, yaitu mempelajari rencana asuhan
keperawatan, mengobservasi perilaku pasien sebagai respons terhadap asuhan
keperawatan, mempelajari catatan berorientasi masalah, serta pencatatan keperawatan.
b. Audit keperawatan secara periodik
c. Pengumpulan umpan balik dari pasien tentang asuhan keperawatan yang diberikan
H. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Metode penugasan merupakan suatu aspek penting dalam dunia keperawatan, hal ini
dibutuhkan agar perawat mampu bekerja secara maksimal. Untuk itu dalam pemilihan
metode penugasan perlu memperhatikan berberap hal berikut: jumlah tenaga perawat,
kualifikasi staff, dan klasifikasi pasien. Berikut ini merupakan metode penugasan yang
tengah berkembang saat ini :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak dipakai saat perang
dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode ini banhyak dipakai karena jumlah
perawat serta kemampuan perawat masih terbatas.

Kelebihan metode penugasan fungsional adalah sebagai berikut:


1. Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan nyang baik.
2. Baik diguanakan dalam kondisi keterbatasan tenaga perawat.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.

18
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
b. Metode Penugasan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif. Metode ini bertujuan untuk : memfasilitasi pelayanan keperawatan;
menerapkan proses keperawatan standard; dan menyatukan kemampuan anggota tim
yang beragam. Konsep dari metode ini adalah ketua tim sebagai perawata professional
harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Komunikasi juga
merupakan hal yang sangat penting dalam metode ini, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketuan. Selai itu peran kepala ruang sangat penting dalam model tim
ini.

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim


Staf perawat

Staf perawat Staf perawat Staf perawat


Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

L Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat

19
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2) Biaya lebih besar

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
20
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-masing pihak
harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-masing, berikut merupakan tanggung
jawab masing –masing peran.
1) Tanggung Jawab Karu :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan
managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui
konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
21
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3) Tanggung Jawab Anggota Tim :
a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
 observasi terus menerus
 ikut ronde keperawatan
 berinterkasi dengan pasien dan keluarga
 berkontribusi dengan katim/karu bila ada masalah

I. Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan


Timbang terima keperawatan
1. Pengertian
Proses timbang terima keperawatan (operan) adalah komunikasi yang terjadi di antara
dua shift keperawatan dengan tujuan khusus untuk menyampaikan informasi tentang
keadaan klien di bawah perawatan/asuhan perawat. Proses operan keperawatan
merupakan cara komunikasi yang digunakan perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
menyampaikan informasi kebutuhan asuhan keperawatan dan kondisi klien saat
perubahan shift.
2. Tujuan
 Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan aman,
menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift selanjutnya.
 Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai klien.
 Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
3. Masalah pada timbang terima keperawatan
 Ada informasi yang tertinggal, tidak disampaikan perawat, atau informasi
bukan dilaporkan secara langsung oleh perawat yang bertanggung jawab
terhadap klien.
 Adanya distraksi berupa kegaduhan (berisik), interupsi, dan staf yang tidak
memperhatikan.
 Kurangnya kerahasiaan, tidak adanya privasi di nurse station..
4. Jenis/metode timbang terima

22
 Verbal hand over
 Tape recorded hand over
 Bedside hand over
 Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat ketergantungan,
jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa dipakai dalam operan.
5. Proses timbang terima
 Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
 Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh masalah,
kebutuhan, dan segala tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang
penting lainnya selama masa perawatan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang,
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
 Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
 Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan akan bertugas
hadir, serta siapkan hand over sheet..
 Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab yang
dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab.Hal ini seharusnya tidak

23
memperpanjang waktu serah terima, hanya 2-3 menit dan harus fokus isu-isu
keselamatan klien tertentu.
 Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR) model
dapat digunakan oleh setiap tenaga kesehatan profesional untuk
mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien.
 Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over Currie (2002)
mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’, yaitu
Confidential : Pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa keluar area
keperawatan.
Uninterrupted : Memanfaatkan daerah yang tenang, tidak ada gangguan.
Dimulai di awal shift.
Brief : Jaga informasi tetap relevan. Hindari pelabelan atau
stereotip.
Accurate : Pastikan bahwa semua informasi benar dan tidak ada klien
yang terlewat.
Named nurse : Perawat yang melapor adalah perawat yang bertanggung
jawab langsung terhadap klien.
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.

Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
2. Tujuan
 Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
 Meningkatkan validitas data klien.
 Menilai kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

24
 Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Karakteristik
 Klien dilibatkan secara langsung.
 Klien merupakan fokus kegiatan.
 Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
 Konsuler memfasilitasi kreativitas.
 Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat pelaksana dan
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
4. Peran perawat dalam ronde keperawatan
 Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
 Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5. Tahap ronde keperawatan
 Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
 Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

25
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/kepala
ruang tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
 Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan

26
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: manajemen
operasional (manajemen pelayanan keperawatan) : pelayanan keperawatan di RS dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial yaitu:
1. Manajemen puncak (kabid keperawatan)
2. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor)
3. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan adalah
proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang
keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien. Langkah dalam proses keperawatan ini
berlangsung terus menerus dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah
ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya.

2.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih banyak lagi melakukan penelitian seputar
manfaat dari manajemen keperawatan guna memperkaya ilmu keperawatan yang dapat
dikembangkan di masyarakat dan rumah sakit.

27
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani. 2011. Konsep dasar Manajemen Keperawatan.Malang : Politeknik Kesehatan RS


dr. Soepraoen.

Tia. 2011. Manajemen Asuhan Keperawatan. Tersedia pada


www.scribd.com/doc/66794726/Manajemen-Asuhan-Keperawatan. Diakses pada,
Minggu, 21 Februari pukul 11.00 WITA.

Ningsih, Santi. 2013. Manajemen Standar Pelayanan Keperawatan. Tersedia pada


santiningsih44./2013/11/manajemen-standar-pelayanan-keperawatan. Diakses pada
Minggu, 21 Februari pukul 11.00 WITA.

28

Anda mungkin juga menyukai