Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Mata Kuliah : Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran SD

Dosen Pengampu: Azka Falaih Rizqiyana,M.Pd

Disusun oleh Kelompok 8 PGSD 3A :

1. Erima Arum Lestari (2019406405054)


2. Devi Safitri (2019406405014)
3. Juliana Putri (2019406405028)
4. Nadya Widia Hastuti (2019406405016)
5. Shalsa Mahani Yusron (20194064050131)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik”.
Sholawat dan salam tidak luput kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti. Adapun penyusunan
makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil
Pembelajaran SD.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Azka Falaih Rizqiyana,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah


Evaluasi Pembelajaran
2. Rekan-rekan yang sudah membantu menyelesaikan makalah ini. Hingga
tersusun laporan yang sampai dihadapan pembaca saat ini.

Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai “Pengukuran Ranah


Kognitif, Afektif Dan Psikomotorik”.

Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memimta kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu ,15 Desember


2020

Penulis

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengukuran ....................................................................... 3

2.2 Pengukuran Ranah Kognitif ................................................................ 5

2.3 Pengukuran Ranah Afektif................................................................... 7

2.4 Pengukuran Ranah Psikomotorik ........................................................ 8

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14

3.2 Saran...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran adalah sebagai sekumpulan aturan untuk menetapakan suatu


bilangan yang mewakili objek, sifat atau karekteristik, atribut atau tingkah laku.
Aspek pengukuran menggunakan ranah, kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mentak (otak),ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi, sedangkan ranah psikomotorik adalah adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan(skill)  atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu.

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan


pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Selain kegiatan menilai
hal yang tidak kalah penting dalam proses evaluasi adalah kegiatan awal dalam
proses evaluasi. Pengukuran disini tidak hanya dilihat dari satu aspek semata,
melainkan dari berbagai aspek yang menyangkut diri peserta didik, yang mana
aspek – aspek tersebut akan sangat mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai
dalam kegiatan evaluasi pendidikan. Datang dari alasan tersebut, penulis akan
mencoba mengupas masalah – masalah terkait dengan pengukuran, dimana
pengukuran disini dapat digolongkan menjadi 3 yaitu pengukuran ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ?


2. Bagaimana pengukuran ranah kognitif?
3. Bagaimana pengukuran ranah afektif ?
4. Bagaimana pengukuran ranah psikomotorik?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah antara lain untuk mengetahui :
1. Pengertian pengukuran.
2. Pengukuran ranah kognitif.
3. Pengukuran ranah afektif.
4. Pengukuran ranah psikomotorik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengukuran

Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statistika terapan


yang bertujuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik
sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan
variabel. Pengukuran juga didefinisakan sebagai sekumpulan aturan atau prosedur
dalam kuantifikasi terhadap atribut yang dapat mewakili objek, sifat atau
karakteristik tertentu. 

Menurut Reynolds, et al. yang dikutip oleh kusaeri Suprananto dalam


bukunya, bahwa pengukuran adalah sebagai sekumpulan aturan untuk
menetapakan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat atau karekteristik, atribut
atau tingkah laku.

Menurut Azwar yang dikutip oleh kusaeri Suprananto dalam bukunya,


bahwa pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka(kuantifikasi) terhadap
atribut atau variabel sepanjang garis kontinum. Dengan demikian, secara
sederhana pengukuran dapat dikatakan sebagai suatu prosedur membandingkan
antara atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya.

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu dengan


satu ukuran, pengukuran bersifar kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif. Mengadakan evaluasi meliputi ke dua langkah yakni mengukur dan
menilai

3
Arikunto dan Jabar menyatakan pengertian pengukuran (measurement)
sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu
sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Pengertian pengukuran di atas, tampaknya akan lebih mudah di pahami


bila mencermati contoh berikut. Apabila seseorang ingin memberikan gambaran
mengenai kecepatan kendaraan maka diperlukan suatu angka yang dapat
mendeskripsikan kecepatan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran
kecepatan. Pernyataan yang mengatakan bahwa sebuah kendaraan “berjalan
cepat” tidak memberikan informasi yang akurat mengenai kecepatan karena
besarnya sangan subjektif, tergantung pada  orang yang memaknai. Tetapi, bila
dinyatakan bahwa sebuah kendaraan berjalan dengan kecepatan 45 km/jam maka
angka tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih ojektif mengenai
kecepatan yang dimaksudkan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu


kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.

1. Karakteristik pengukuran

Pengukuran memiliki tiga karakteristik sebagai berikut :

1) Pengukuran merupakan perbandingan antara atribut yang diukur


dengan alat ukurnya. Artinya, apa yang diukur adalah atribut atau
dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri. Pengertian ini
memberikan makna bahwa benda yang dimensi diukur merupakan
subjek pengukuran, bukan objek pengukuran. Misalnya bila
seseorang  mengukur sebuah meja maka yang diukur bukanlah meja
sebagai sebuah benda, melainkan dimensi dari meja, seperti panjang,
lebar atau harganya.
2) Hasil pengukuran bersifat kuantitatif atau berupa angka. Suatu proses
pengukuran akan dinyatakan selesai apabila hasilnya telah diwujudkan
dalam bentuk angka, disertai oleh satuan ukuran yang sesuai. Sebagai
contoh, hasil dari pengukuran panjang, seperti 30 cm, atau 20 km.

4
3) Hasil pengukuran bersifat deskriptif, yaitu hanya sebatas memberikan
angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh. Sebagai contoh,
kendaraan yang melaju dengan kecepatan 50 km/jam tanpa diberi
keterangan bahwa kecepatan tersebut tinggi, sedang atau sengat tinggi.

2.2 Pengukuran Ranah Kognitif (al-Nahiyah al-Fikriyah)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mentak (otak). Menurut
Bloom, yang dikutip oleh Anas Sudijono dalam bukunya, bahwa ranah kognitif
adalah segala upaya yang menyangkut aktifitas otak. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang tersebut adalah:

1) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat–


ingat kembali(recall) atau memanggil kembali tentang nama, istilah, ide,
gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan
proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif
pada jenjang pengetahuan peserta didik dapat mengahafal surat al-Ashr,
menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan
agama islam di sekolah.

2) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk


mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau member uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah
kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya adalah: peserta didik atas
pertanyaan guru pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang

5
makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashr secara lancer dan
jelas.

3) Aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan


atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan
proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu
contoh hasil belajar kognitif jenjang penerpan misalnya adalah: peserta
didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedidiplinan yang
diajarkan Islam seoerti tersebut di atas, dalam kehidupan sehari-hari, baik
di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau


menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahmi hubungan di antara bagian-bagian atau factor-
faktor lainnya. Jenjang analis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh: Peseta didik dapat merenung dan memikirkan
dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di
rumah, di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran islam.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan


dari proses yang memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara
logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau
berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang analisis. Contoh peserta didik dapat menulis karangan
teentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana yang telah diajarkan dalam
islam.

6) Penilaian (evaluation) merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam


ranah kognitif menurut taksonomi bloom, penilaian disini merupakan

6
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide, misalnya jiaka seorang dihadpakan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan criteria yang ada.

2.3  Ranah Afektif(al-Mauqifiyyah/Affective Domain)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri nilai belajar afektif akan tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama islam akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti
pelajaran agama disekolah.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif hasil belajar yang perlu dipahami guru,
secara hierarkhis, kategori ini dimulai dari tingkat yang sederhana sampai ke
tingkat yang kompleks.

1) Reciving atau attending, yaitu kepekaan dalam menerima


rangsangan(stimulasi) dari luar yang datang dari peserta didik dalm bentuk
masalah, situasi, atau gejala. Yang termasuk dalam tipe ini adalah
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,kontrolo, dan seleksi atas
gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Yang termasuk dalm tipe ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus
dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing atau penilain, yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang
datang kepadanya, yang termasuk dalam tipe ini adalah kesedian
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai,
dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4) Organization atau organisasi, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu
system organisasi, temasuik hubungan satu nilai dengan nilai lain,

7
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua system
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya.

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif.


Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat(dalam arti pengukuran
formal) karena perubahan perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-
waktu. Pengubahan sikap seseorang waktu yang relatif lama. Demikian juga
pengembangan minat dan penghargaan nilai-nilai. Di dalam petunjuk pelaksanaan
penilaian pendidikan sejarah perjuangan bangsa, disebutkan bahwa tujuan
penilaian ranah kognitif adalah mengukur pengembangan penalaran, sedangkan
tujuan pengukuran afektif adalah sebagai berikut;

1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk mempebaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program pebaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang
dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan
tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan
penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.

Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian
kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya.

2.4 Ranah Psikomotorik (an-Nahiyah al-Harokah/Psychomotoric Domain)

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan


(skill)  atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan

8
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecendrungan
untuk berprilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akanmenjadi
hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan ranah afektifnya.

Perkataan psikomor berhubungan dengan kata” motor, sensory motor atau


peseptual-motor. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot
sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagianya. Yang termasuk ke
dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu
melipat kertas damapai merakit suku cadabg televise serta computer. Secara
mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan (skill) dan
kemampuan (abilities). Contoh:  seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan
alat-alat.” “seberapa terampil para siswa menggunakan alat-alat.

Ranah psikomotor menjadi lebih rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu:

1) Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap


stimulus tanpa sadar. Misalnya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.
2) Gerakan Dasar (basic fundamental movements) gerakan ini muncul tanpa
latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
ditebak seperti gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar. Gerakan berpindah:
merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-
loncat, berputar mengitari, memanjat. Gerakan manipulasi: menyusun
balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan
melepas objek, blok atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
3) Gerakan persepsi (Perceptual obilities) gerakan sudah lebih meningkat
karena dibantu kemampuan perseptual. Seperti menangkap bola dan
mendrible bola. Gerakan sambil menjaga keseimbangan memilih satu
objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi, menulis
alfabet,  dan membedakan suara berbagai binatang.

9
4) Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities) gerak lebih efisien,
berkembang melalui kematangan dan belajar seperti menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat
beban,dan menarik-mendorong.
5) Gerakan terampil (Skilled movements) dapat mengontrol berbagai tingkat
gerak-terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
(kompleks) seperti melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga,
menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik,
bermain piano, dan memanah.
6) Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication)
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan seperti melakukan senam
tingkat tinggi dan bermain drama (acting).

Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain adalah yang disebutkan anita
Harrow yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya, bahwa kebanyakan
para guru tidak dapat menuntut pencapaian 100 persen dari tujuan yang
dirumskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh siswa-
siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau
gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya. Selain itu telah dikemukakan
tersebut, harrow juga memberikan saran mengenai bagaimana melakukan
pengukuran terhadap ranah psikomotor ini. Menurutnya, penentuan kriteria untuk
mengukur keterampilan siswa harus dilkukan dalam jangka waktu sekurang-
kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut diperkirakan para penilai belum
dapat menangkap gambaran tentang pola keterampilan yang mencerminkan siswa.

Garis besar Taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut :

1) Gerakan Refleks (refleks movement) : Respon gerakan yang tidak disadari


yang dimiliki sejak lahir. Segmental Reflexes, Intersegmental Reflexes,
Suprasegmental Reflexes Kesemuanya berhubungan dengan gerakan-
gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan bagian-bagian sumsum tulang
belakang
2) Dasar gerakan-gerakan (basic fundamental movement): gerakan-gerakan
yang menuntun kepada keterampilan yang sifatnya kompleks.

10
− Locomotor Movement: Gerakan-gerakan yang mendahului kemampuan
berjalan(meramgkak, tertatih-tatih, berjalan lari, melompat,
menggelinding, memanjat)
− Nonlocomotor Movements; Gerakan-gerakan dinamis didalam suatu
ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu.
− Manipulative Movements; Gerakan-gerakan yang terkoordinasikan seperti
dalam kegiatan bermain piano, menggambar, naik sepeda, mengetik dan
sebagainya.           
3) Perceptual abilities : Kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan.
4) Physical abilities : Kemapuan yang diperlukan untuk mengembangkan
gerakan-gerakan keterampilan tingkat tinggi.
- Ketahanan (Endurance)
- Kekuatan  (Strength)
- Flexibility
- Kecerdasan otak (Agility)
5) Skilled movements : Gerakan-gerakan yang memerlukan belajar misalnya
keterampilan dalam menari, olahraga dan rekreasi.
- Simple adaptive skills
- Compound adaptive skills
- Complex adaptive skills
6) Nondiscoursive communication : kemampuan untuk berkomunikasi
dengan menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimic), postur
dan sebagainya

            Contoh-contoh hasil belajar ranah afektif dapat menjadi hasil belajar
psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukakan perilaku dan pebuatan
nyata. Perhatikan perbandingan antara hasil belajar afektif dan hasil belajar
psikomotorik berilut.

Hasil belajar afektif Hasil belajar psikomotorik

11
-          Kemauan untuk menerima -          Peserta didik segera memasuki kelas
pembelajaran ketika guru dating dan duduk paling depan
dengan mempersiapkan kebutuhan belajar

-          Perhatian peserta didik -          Peserta didik mencatat bahan


terhadap apa yang dijelaskan guru pelajaran dengan baik dan sistematik

-          Penghargaan peserta didik -          Peserta didik sopan, ramah dan


terhadap guru hormat kepada guru pada saat guru
menjelaskan pelajaran

-          Hasrat untuk bertanya kepada -          Peserta didik mengangkat tangan dan


guru bertanya kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jelas

-          Kemauan untuk mempelajari -          Peserta didik pergi keperpustakaan


bahan pembelajaran lebih lanjut untuk belajar lebih lanjut atau meminta
informasi kepada guru tentang buku lain
yang harus dipelajari

-          Kemauan untuk menerapkan -          Peserta didik melakukan latihan diri


hasil pelajaran untuk memcahkan masalah berdasarkan
konsep bahan yang telah diperolehnya atau
menerapkannya dalam praktik kehidupan

-          Senang terhadap guru dan mata -          Peserta didik akrab dan mau bergaul,
pelajaran yng diberikannya mau berkomunikasi dengan guru, dan
bertanya atau meminta daran bagaimana
cara mempelajari mata pelajaran yang
mudah dimengerti

12
Contoh yang lain, tentang pokok bahasan” kependudukan dan keluarga
berencana”

kognitif Afektif Psikomotorik

Penguasaan materi Hasrat untuk mempelajari Bartanya kepada guru


kependudukan seperti lebih banyak maslah tentang masalah
pertambahan penduduk, kependudukan kemauan kependudukan, terampil
sebab-sebab penduduk untuk serta mengatasi dan dapat membuat
bertambah, akibat yang kepadatan penduduk, grafik jumlah penduduk,
ditimbulkan oleh mendukung upaya yang membuat poster
pertambahan penduduk berkenan dengan kependudukan, dapat
pengendalian jumlah memberi contoh
penduduk

Memhami konsep – Mendukung program KB, Memberi penjelasan


konsep keluarga kemauan menunda usia tentang pentingnya KB
berencana  seperti kawin, hasrat mengetahui pada keluarganya
pengertian dan tujuan KB lebih banyak tentang /tetangganya.
program Kb

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengukuran adalah suatu prosedur untuk memberikan angka ( biasanya


disebut skor ) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang
sedemikian sehingga mempertahankan hubungan, senyatanya antara
seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur.

2. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mentak (otak).


Menurut Bloom, yang dikutip oleh Anas Sudijono dalam bukunya, bahwa
ranah kognitif adalah segala upaya yang menyangkut aktifitas otak.

3. Pengukuran ranah kognitif meliputi : pengetahuan ,pemahaman,


penerapan, analisis, sistesis, penilaian.

4. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Pengukuran ranah afektif tidak dapat
dilakukan setiap saat(dalam arti pengukuran formal) karena perubahan
perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan
sikap seseorang waktu yang relatif lama.

5. Pengukuran ranah afektif meliputi : menerima ( receiving ), menjawab


(responding ), menilai ( valuing ), organisasi ( organizing ), karakteristik

14
dengan suatu nilai kompleks nilai ( characterization by a value or value
complex ).

6. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan


(skill)  atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
belajar afektif (kecendrungan untuk berprilaku). Menurut Harrow,
penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilkukan
dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu
tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran
tentang pola keterampilan yang mencerminkan siswa.

7. Pengukuran ranah psikomotor meliputi : gerakan refleks (refleks


movement), dasar gerakan-gerakan (basic fundamental movement),
perceptual abilities, physical abilities, skilled movements, nondiscoursive
communication.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah

ini yang berjudul “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif Dan Psikomotorik”.

Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara:


Jakarta.

Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. PT. Remaja Rosda    


Karya: Bandung.

Muslich, Masnur. 2011. Penilaian Berbasis kelas dan kompetensi. PT. Refika


Aditama: Bandung.

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. PT. Remaja


Rosdakarya: Bandung.

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi pendidikan. PT Rajagrafindo Persada:


Jakarta.

Suprananto, Kusaeri.2012. Pengukuran dan Penilaian.  Graha Ilmu: Yogyakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai