Anda di halaman 1dari 22

LECTURE NOTES

TAXN6040
Taxation

Week 2
Overview of Income Tax and
Final Income Tax

TAXN6040 – Taxation
LEARNING OUTCOMES

LO 2 : Analyze tax subject and tax object, deductible and non deductible expenses, and
specific income taxes applied for income tax calculation

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Tax subject
2. Tax object
3. Tax Payers
4. Deductible expense
5. Non-deductible expense
6. Tax rate
7. Taxable income
8. Final income taxes

TAXN6040 – Taxation
ISI MATERI
Subjek Pajak
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
Subjek Pajak Penghasilan meliputi :
1. Orang pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
3. Badan
Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap; dan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;
h. ruang untuk promosi dan penjualan;
i. pertambangan dan penggalian sumber alam;
j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

TAXN6040 – Taxation
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan;
n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia; dan
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

Subjek Pajak Dalam Negeri


1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
reksadana.
3. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
b. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.

TAXN6040 – Taxation
Subjek Pajak Luar Negeri
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
Tidak termasuk Subjek Pajak
1. Kantor perwakilan negara asing;
2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
a. bukan warga Negara Indonesia; dan
b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut; serta
c. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b. tidak menjalankan usaha; atau
c. kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
a. bukan warga negara Indonesia; dan
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

TAXN6040 – Taxation
Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Yang termasuk objek pajak antara lain:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam
bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;

TAXN6040 – Taxation
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.

Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak juga dapat diartikan pihak yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.

TAXN6040 – Taxation
Deductible Expenses
Dasar Hukum : UU No 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1

Deductible expenses adalah beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Deductible Expenses dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu pertama, beban atau biaya
yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Kedua,yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya
administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan
pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu
tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, kerugian-
kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Biaya-biaya yang diijinkan Undang-Undang untuk dikurangkan terhadap Penghasilan


( deductible expenset) adalah sebagai berikut.

Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya


a pembelian bahan, termasuk :
1 Biaya Pembelian Bahan
2 Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk :
Misalnya: upah borongan, upah harian dst untuk
Upah menye-lesaikan suatu pekerjaan
Imbalan atas pekerjaan yang berhubungan dengan
perburuhan
Gaji ( lihat juga psl 9 huruf f dan j )
Imbalan atas pekerjaan namun tidak ada
hubungan perburuhan, misalnya: honorarium
akuntan, honorarium konsultan, imbalan jasa
Honorarium audit, dan jasa-jasa ahli lainnya.
Bonus Misalnya imbalan atas prestasi kerja

TAXN6040 – Taxation
Pemberian kepada pegawai karena perusahaan
Gratifikasi memperoleh laba yang besar.
Contoh: tunjangan isteri, anak, kemahalan,
tunjangan ke-sehatan, tunjangan transport, THR
Tunjangan dalam bentuk uang dsb.
3 Bunga, Sewa dan Royalty
Harus digunakan dalam rangka menjalankan
usaha. Bunga atas pinjaman yang tertanam
dalam deposito tidak dapat dikurangkan.
Bunga (SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)
Misalnya sewa gudang, sewa tempat usaha, sewa
alat-alat berat dsb.
Sewa Tidak termasuk:sewa sewa rumah untuk pegawai.
Royalty Contoh: imbalan atas pemakaian merk dsb
Dalam rangka menjalankan tugas perusahaan
4 Biaya perjalanan misalnya: tiket pesawat, biaya hotel dsb.
Misalnya biaya untuk mengelola limbah mercuri
untuk bidang usaha pertambangan emas, agar
5 Biaya pengelolaan limbah mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Untuk asuransi yang berkaitan dengan usaha.
contoh : asuransi kebakaran, asuransi kerugian,
asuransi kenda-raan perusahaan dsb.
6 Premi assuransi Lihat psl 9 huruf d
Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
7 Biaya Promosi dan Penjualan Keuangan.
8 Biaya administrasi Contoh: alat tulis, kantor dsb
Rincian tersebut diatas merupakan contoh, karena disebutkan termasuk, berarti ada
pengurangkan lain yang diakui secara fiskal, misalnya:
Dapat dikurangkan asal dalam rangka
Biaya menjalankan usaha dengan syarat dibuatkan
representasi/intertainment, daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT
jamuan tamu PPh.

TAXN6040 – Taxation
(SE-27/PJ.22/1986)
· Biaya langganan telepon biasa sepenuhnya
dapat dikurangkan;
· Biaya langganan telepon seluler atau biaya
pulsa telepon seluler untuk pegawai karena
jabatannya dapat dikurangkan sebesar 50%.
Telepon (Kep-220/PJ/2002)
· Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan rutin
untuk kendaraan operasional perusahaan
seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya,
termasuk untuk kendaraan antar jemput
karyawan;
· Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil sedan
untuk pegawai tertentu perusahaan dapat
dibebankan sebagai biaya sebesar 50%
(Kep-220/PJ/2002)
Biaya pemeliharaan kendaraan
Listrik dan air untuk
perusahaan
9 Pajak selain PPh Contoh : PBB, dan pajak-pajak daerah
b Penyusutan dan Amortisasi Diatur lebih lanjut pada psl 11
Iuran kepada Dana Pensiun,
yang pendiriannya disahkan
c oleh Menkeu Maksudnya untuk dana pensiun karyawannya.
Kerugian karena Pengalihan Contoh : perusahan menjual sebagian alat
Harta yang dimiliki dan produksinya, dalam hal harga jual lebih rendah
d digunakan dalam perusahaan dari nilai sisa buku fiskalnya.
Misalnya perusahaan telah meminjam dana dari
LN, yang pada saat mengembalikan kurs
valasnya telah mengalami kenaikan terhadap
e Rugi Selisih Kurs rupiah.
f Biaya Penelitian dan

TAXN6040 – Taxation
pengembangan yang dilakukan
di Indonesia
g Beasiswa, magang, pelatihan
Piutang yang nyata tidak dapat
ditagih dengan syarat
a. Telah dibebankan sebagai
biaya dalam perhitungan L/R
Komersial;
b. Harus disertai Daftar
Nominatif yang diserahkan
kepada DJP.
c. Penagihannya telah
diserakan kepada Pengadilan
negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang
negara, atau adanya perjanjian
tertulis tentang penghapusan
piutang
h
Sumbangan dalam rangka
penang-gulangan Bencana
Nasional sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan
i Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka
peneli-tian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia,
sesuai dengan ketentuan dalam
j Peraturan Pemerintah;
Biaya pembangunan
infrastruktur sosial sesuai
k dengan ketentuan dalam

TAXN6040 – Taxation
Peraturan Pemerintah;
Sumbangan fasilitas pendidikan
yang ketentuannya diatur
l dengan Peraturan Pemerintah.
Sumbangan dalam rangka
pembinaan olahraga, sesuai
dengan ketentuan dalam
m Peraturan Pemerintah;

Keterangan sumbangan :
Sumbangan dan/atau biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:
• Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya
• pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun
Pajak sumbangan diberikan;
• didukung oleh bukti yang sah; dan
• lembaga yang menerima sumbangan dan/ atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.

Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 untuk
1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal
Tahun Pajak sebelumnya.
Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak
pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan.

Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang. Biaya pembangunan
infrastruktur sosial iberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.
Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:
• nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan;

TAXN6040 – Taxation
• nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan; atau
• harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri.

Non Deductible Expenses


Dasar Hukum : UU No 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1

Pengeluaran dan biaya yang tidak berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan yang merupakan objek Pajak
Penghasilan maka tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Selain itu pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi
kewajaran tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, yaitu :

Uraian Keterangan, contoh dan pengaturan lebih lanjut


a Pembagian Laba Contoh : dividen, SHU Koperasi
Biaya untuk kepentingan pribadi
b pemegang saham Contoh: biaya service mobil pribadi pemegang saham
Pembentukan/pemupukan dana Contoh: pencadangan untuk piutang tak tertagih
c cadangan misalnya dalam hal terjadi penjualan kredit
Kecuali untuk:
· Cadangan piutang tak tertagih a. Untuk bank umum besarnya cadangan yang dapat
untuk usaha bank, Badan Usaha dikurangkan sebagai biaya adalah:
lain yang usahanya menyalurkan
§ 50% dari kredit yang digolongkan diragukan, setelah
kredit, SGU dng hak opsi, peru- dikurangi anggunan;
sahaan pembiayaan konsumen, § 100% dari kredit yang digolongkan macet, setelah
perusahaan anjak piutang. dikurangi nilai anggunan.

· Cadangan untuk usaha b. Untuk bank perkreditan rakyat, besarnya


asuransi, termasuk cadangan cadangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya
untuk ban-tuan sosial yang adalah:

TAXN6040 – Taxation
dibentuk Jamsostek. § 0.5% dari kredit yang digolongkan lancar;
· Cadangan penjaminan untuk
§ 3% dari kredit yang digolongkan kurang lancar,
Lembaga Penjamin Simpanan. setelah dikurangi dengan nilai anggunan yang
· Cadangan biaya reklamasi dikuasai;
untuk usaha pertambangan; 50% dari kredit yang digolongkan diragukan, setelah
· Cadangan untuk biaya dikurangi dengan nilai anggunan yang dikuarai;
penanaman kembali usaha
§ 100% dari nilai kredit yang digolongkan macet, yang
kehutanan; masih tercatat dalam pembukuan, setelah dikurangi
· Cadangan biaya penutupan dengan nilai anggunan yang dikuasai.
dan pemeliharaan tempat c. Untuk SGU sebesar 2,5% dari rata-2 saldo
pembuangan limbah industri. piutang ;
Dengan syarat-syarat yang d. Besarnya cadangan cadangan premi untuk
diatur dalam Peraturan Menteri menutup klaim yang jatuh tempo ditentukan oleh
Keuangan perhitungan aktuaria dan mendapatkan pengesahan
oleh Badan Pengawasan Modal dan Lambaga
Keuangan.
(Kep MK-80/95, jo Kep MK-68/1999, jo Kep MK-
204/2000, jo. Per Men-03/2006)

Premi asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna yang
dibayar sendiri oleh Wajib
d Pajak.Orang Pribadi. Bandingkan dengan asuransi pada uraian pasal 6.
Kecuali dibayar oleh pemberi
kerja dan dihitung sebagai Bila asuransi dibayar oleh pemberi kerja maka premi
penghasilan bagi pegawai ybs. tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.
Contoh:
· Pengobatan cuma-cuma untuk untuk pegawai,
dimana perusahaan langsung membayar kepada RS/
Penggantian sehubungan dengan klinik
pekerjaan/jasa dalam bentuk· Pemberian beras, gula dsb.
e natura dan kenikmatan · Fasilitas perumahan;

TAXN6040 – Taxation
Kecuali :
makan/minum bagi semua
karyawan/pegawai;
· antar jemput karyawan;
· imbalan dalam bentuk natura Daerah tertentu dimaksud adalah daerah terpencil
di daerah tertentu; yang layak dikembangkan
· berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Contoh: pakaian kerja yang berkaitan dengan
Yang diatur lebih lanjut keselamatan kerja, seragam satpam, seragam pabrik,
berdasarkan Peraturan Menteri pakaian proyek dsb.
Keuangan.
Jumlah yang melebihi kewajaran
yang dibayar kepada pemegang
saham, dan yang mempunyai
hubungan istimewa.
f
Hibah, bantuan, sumbangan dan
g warisan
Kecuali:
· Zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau
disyah-kan oleh pemerintah atau
· Sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia,
yang diterima oleh Lembaga
keagamaan yang dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah,
Yang ketentuannya diatur
berdasar-kan Peraturan

TAXN6040 – Taxation
Pemerintah.
h Pajak Penghasilan
Biaya untuk kepentingan pribadi Contoh: biaya bahan bakar dan servis mobil pribadi
i WP dan keluarganya WP.OP
Gaji yang dibayarkan kpd
anggota persekutuan, firma, CV Dalam hal WP berbentuk firma atau CV tidak atas
yang modalnya tidak terbagi saham-saham, maka pemberian imbalan kepada
j atas saham anggota persekutuan tidak boleh dikurangkan.
Sanksi bunga, denda, kenaikan Contoh: sanksi bunga atas keterlambatan menyetor
k serta sanksi pidana pajak PPh, sanksi denda dsb

Kompensasi Kerugian
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan setelah dikurangkan dari penghasilan
bruto didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto atau
laba fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun
didapatnya kerugian tersebut.

Contoh :
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu miliar
dua ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut
:
2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp800.000.000,00

TAXN6040 – Taxation
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2012 Rp NIHIL (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 100.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa
pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,
sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu
lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

Tarif Pajak
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak
adalah sebagai berikut:
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:
• Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
di atas Rp 500.000.000,- 30%

TAXN6040 – Taxation
• Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Tarif Pajak PPh Badan digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang bagi Wajib Pajak
Badan yang memperoleh penghasilan dari Objek Pajak Non Final berdasarkan Pasal 4 ayat 1
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh.
Tarif Pajak PPh Badan dari penghasilan Non Final adalah berdasarkan Pasal 17 dan 31
E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh.

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015 dibagi menjadi
dua bagian, yaitu sebagai berikut :
✓ Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015 berdasarkan Pasal
17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan,
yaitu sebagai berikut :
1. Tarif Pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari
Penghasilan Kena Pajak.
2. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar
5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif tersebut yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
3. Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif tersebut (25 %) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah).
4. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
5. Tarif Pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena pajak
Wajib Pajak Badan yang tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak
Badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46
Tahun 2013.

TAXN6040 – Taxation
• Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015 berdasarkan PP
Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Atas peredaran usaha bruto bulan Januari sampai dengan Desember
2015 dari Wajib Pajak Badan yang mempunyai kriteria tertentu
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh Final Pasal 4
ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran usaha bruto dan bersifat final.

Ketentuan Perhitungan Pasal 31E:


a. Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-
PPh terutang = 50% x 25% x Seluruh PKP

b. Peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,- PPh terutang :

PKP dari bagian bruto yang memperoleh fasilitas:

Rp 4,8 Miliar x PKP


Peredaran Bruto

PKP dari bagian bruto yang tidak memperoleh fasilitas :


Keseluruhan PKP – PKP yang memperoleh fasilitas

Penghasilan Kena Pajak


Pengahasilan Kena Pajak Badan dapat dihitung dengan langkah – langkah sebagai berikut.
1. Penghasilan neto komersial dalam negeri xxx
2. Penghasilan neto komersial luar negeri xxx +
3. Jumlah penghasilan neto komersial (1+2) xxx
4. Penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk objek pajak (xxx)
5. Penyesuaian fiskal positif xxx
6. Penyesuaian fiskal negatif (xxx)

TAXN6040 – Taxation
7. Fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (xxx)
8. Penghasilan neto fiskal (3 - 4 + 5 - 6 - 7) xxx

Penghasilan Final
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final)
yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka
atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutangatas penghasilan tersebut,
sehingga wajib pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.
Dengan demikian maka penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh
final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT Tahunan dengan
penghasilan lain yang non final. Atas pelunasan pemotongan atau pembayaran PPh final
tersebut juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan.

Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2)


Adalah pajak atas penghasilan sebagai berikut:
1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Karena bersifat final, maka pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dapat dikreditkan;
Omset terkait transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dimasukkan dalam omset
usaha, namun dimasukkan dalam omset penghasilan yang telah dipotong PPh Final;

TAXN6040 – Taxation
SIMPULAN

1. Dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan menjelaskan yang termasuk subjek pajak
dan objek pajak supaya dapat mengidentifikasi yang termasuk memenuhi kriteria
sebagai wajib pajak.
2. Peraturan perpajakan membagi biaya yang dalam 2 macam yaitu biaya yang
diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan neto (dedectible expense) dan biaya
yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan neto ( non deductble
expense)
3. Tarif pajak secara umum dibagi menjadi 2 macam yaitu tarif untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
4. Wajib Pajak perlu menghitung Penghasilan Kena Pajak nya dalam rangka untuk
menghitung Pajak yang harus dibayar ke pemerintah.
5. Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan
dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama
tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final
(PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan
pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh
terutangatas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah melakukan
pelunasan kewajiban pajaknya

TAXN6040 – Taxation
DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Resmi. (2017). Perpajakan : Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta. ISBN: 978-979-061-715-5.
2. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
3. http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-subjek-pajak-penghasilan
4. www.pajak.go.id/content/seri-kup-penetapan-dan-ketetapan-pajak

TAXN6040 – Taxation

Anda mungkin juga menyukai