INDONESIA
SEHAT
2010
PEDOMAN PENGELOLAAN
OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Dukungan
snggunaan yianajemen
RTEMEN
.AYANAN
2
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan Rl
615.1
Ind lndonesia.Departemen Kesehatan. Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan.
p Pedoman pengelolaan obat publik dan per -
bekatan kesehatan. — Jakarta: Departemen
Kesehatan, 2002.
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama KEPUTUSAN MENTERl KESEHATAN REPUBLIK INDO
NESIA TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT
PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN;
Kedua Pedoman Pengelolaan Obat Rublik dan Perbekalan
Kesehatan, sebagaimana dimaksud pada diktum pertama
sebagai landasan kerja bagi Pelaksana Pengelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan;
Ketiga Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam
meiaksanakan semua keglatan Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan wajib mengacu dan
menyeragamkan semua keglatan dengan ketentuan yang
tercantum dalam Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lamplrari Keputusan Inl;
Keempat Keputusan Inl berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apablla dikemudlan harl ternyata terdapat
kekellruan dalam keputusan Inl akan dllakukan perbalkan
sebagaimana mestlnya.
DITETAPKAN DI:JAKARTA
PADA TANGGAL:21 Nopember2002
Menteii Kesehatan
Dr. Achmad
Tembusan disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Koordinator Bidang Kesra;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Keuangan;
4. Gubemur di seluruh Indonesia;
5. Bupati/Wali di seluruh Indonesia;
6. Sekretaris Jenderal Depkes;
7. Inspektur Jenderal Depkes;
8. Para Direktur Jenderal dilingkungan Depkes;
9. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes;
10. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Depkes;
11. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi diseluruh Indonesia;
12. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia
SAMBUTAN DIREiaUR JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
Fuji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rakhmat dan karunia Nya, Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan telah dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Buku Pedoman inl digunakan sebagal acuan bag! Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Propinsi/Kabupaten/Kota maupun Pusat dalam
proses pelaksanaan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
SKMENKESR.I Halaman
SAMBUTAN DIRJEN YANFAR DAN ALKES
KATA PENGANTAR j
DAFTAR ISI jj
BAB I PENDAHULUAN ^
A. Latar Belakang ^
B. Tujuan 4
C. Batasan g
BAB II ORGANISASI UNIT PENGELOLA OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN
A. Bentuk Organlsasi
B. Keuntungan Organlsasi Minimal yang ada dl Kab/Kota
C. Tugas Pokok dan Fungsl Unit Pengelola Obat Publlk
dan Perbekalan Kesehatan
D. Tenaga untuk melaksanakan fungsl organlsasi 3
E. Pelatlhan Tenaga Unit Pengelola Obat Publlk dan
Perbekalan Kesehatan g
F. Anggaran
BAB III PENGELOLAAN OBAT Dl KABUPATEN/KOTA ^4
A. Perencanaan ^4
B. Penyimpanan ^3
0. DIstrlbusI 25
D. Laporan Pemakalan dan Lembar Permlntaan Obat(LPLPO) 30
E. Pencatatan dan Pelaporan 33
F. Penghapusan Obat 42
BABIVPENUTUP 43
DAFTAR4 PUSTAKA 47
DAFTAR SINGKATAN 43
DAFTAR LAMPIRAN 49
11
Lampiran :
Keputusan Menteri Kesehatan R.I
Nomor : 1426/Menkes/SK/XI/2002
Tanggal : 21 Nopember2002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Otonomi Daerah
Penerapan Undang - Undang Nomor 25 terltang Otonomi Daerah
membawa Implilkasi terhadap organisasi kesehatan di Propinsi,
Kabupaten maupun Kota. Demikian pula halnya dengan organisasi
pengeloiaan obat. Bila sebelum penerapan UU No : 25 di seluruh
Kabupaten/Kota terdapat Gudang Farmasi, maka dengan
diserahkannya GFK kepada daerah organisasi tersebut tidak selaiu
eksis di setiap Kabupaten/Kota. Untuk Kabupaten/Kota yang maslh
mempertahankan Gudang Farmasi (GFK) dengan segala
konsekuensinya, minimal pengeloiaan obat betjalan sebagaimana
semula. Dalam artian ada penanggung jawab, personal terlatih, sistem
pengeloiaan obat dan juga sarana baik gedung, komputer maupun
kendaraan roda empat. Berbeda dengan Kabupaten/Kota yang
melikuidasi GFK. Kemungkinan pengeloiaan obat tidak berjalan
sebagaimana mestinya menjadi relatif besar, karena personal terlatih
di pindah tugaskan atau sarana diubah peruntukannya. Demikian pula
halnya dengan mekanisme pengeloiaan obat yang telah dibina
bertahun-tahun dirubah tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
Selain kemungkinan tersebut, ada altematif lain yang bahkan menjadi
lebih baik seperti: bila semula ada UPTD Farmasi dan GFK dijadikan
satu wadah, sarana (gedung dsb), personal dan mekanisme
pengelplaan obat, ada pelatihan lanjutan bagi petugas terlatih dan
Pedoman Pengeloiaan - 1
sebagainya. Adanya Otonomi Daerah membuka berbagai peluang
terjadi perbedaan yang sangat mendasar di masing-masing
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan obat.
Pertanyaannya adalah apakah semua itu ditujukan untuk menjamin
ketersediaan maupun peningkatan akses terhadap obat bagi
masyarakat ?.
2. Kebutuhan setiap daerah yang berbeda.
Keberadaan GFK di Kabupaten/Kota yang sifatnya seragam di seiuruh
indonesia pada dasamya hanyaiah untuk menjamin pengeloiaan obat
pubiik khususnya dipelayanan kesehatan dasar, dapat menjamin
ketersediaan obat dan aksesibilitas pubiik terhadap obat.Akan tetapi
organisasi yang seragam mungkin di era otonomi daerah dianggap
tidak cocok iagi mengingat masing-masing daerah m.6mpunyai
kebutuhan lokai spesifik yang akan berbeda antara satu Kabupaten/
Kota dengan yang lainnya. Sehingga perubahan organisasi
pengelolaan obat banyak dilakukan oleh masing-masing Kabupaten/
Kota.
Kebutuhan dimaksud misalnya adalah pengelolaan obat pubiik tidak
hanya mencakup pelayanan kesehatan dasar tetapi termasuk juga
peiayanan rujukan. Hal ini didasarkan kepada keterbatasan tenaga
Apotekerterlatih,serta keinginan terciptanya pengelolaan yang efisien
dan efektif. Disisi lain pengembangan organisasi membutuhkan cukup
banyak apoteker beserta asisten apoteker. bitempatjain mungkin
keberadaan GFK sudah dianggap memadai untuk mengelola obat
pubiik yang ada di wHayahnya. Masih banyak kebutuhan lokal spesifik
yang sangat beragam.
2 - Pedoman Pengelolaan
Hal ini dapat kita buktikan biia seorang pasien datang kepada seorang
dokter atau dokter gigl dipastikan pasien tersebut akan mendapat
resep. Atau seballknya blla dokter tidak member! resep, maka pasien
akan bertanya kepada dokter atau dokter gig! untuk mendapatkan
resep. Biia di ibaratkan tenaga medis adalah tentara yang sedang
berperang di medan tempur, maka obat adalah amunlsl yang mutlak
harus dimlllkl untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Mellhat begitu
vltalnya obat dalam pelayanan kesehatan, maka pengeiolaan yang
benar, eflslen dan efektif sangat diperlukan oleh Kabupaten/Kota.
Pedoman Pengeiolaan' 3
Bonefialui mekainsnie Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
BL Tojuan
t. UnnojinrD
TeffsedEariya Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
HCesebalaii cf Kdmpalen/kola
2. KbajBus
Adaniya keseragaman pelaksanaan tugas pengelolaan obat publik
dan peitrekalan kesehatan di Kabupaten/Kota secara efektif dan
eSUsiien, aidaia lain:
a. lerflaksanaiiya peiencanaan dan pengadaan kebutuhan obat
yang efektS dan efisien
ii. lerlaksananya cfslriMJSi obat yang merata dan teratur secara
tepatwaktudan tempat dengan masa tunggu yang pendek.
CL
PubBc dan Perbekalan Kesehatan di Kabupaten/Kota secara
berdayaguna dan berhasi guna.
4 -Patanun Pengelolaan
d. Terjaminnya mutu, keabsahan dan ketepatan obat serta
kerasionaian penggunaan obat.
e. Peningkatan pemanfaatan informasi pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan untuk perencanaan kebutuhan obat di
Kabupaten/Kota.
C. Batasan
Pedoman Pengelolaan' 5
BAB II
ORGANISASI
UNFT PENGELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN
KESEHATAN
A. Bentuk organisasi
6 - Pedomart Pengelolaan
B. Keuntungan Organisasi Minimal yang ada di Kabupaten/Kota.
C. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Pedoman Pengelolaan - 7
e. Melakukan evaluasi dan pencatatan pelaporan LPLPO dan obat
program kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya
f. Melaksanakan kegiatan pelatihan penggunaan obat rasional bagi
tenaga kesehatan di unit pelayanan kesehatan dasar
g. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis pengelolaan obat publik
dan perbekalan kesehatan serta pengendalian penggunaan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar
h. Pro-aktif membantu perencanaan dan pelaksanaan pengadaan
obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota
i. Melaksanakan kegiatan administrasi unit pengelola obat publik
dan perbekalan kesehatan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan unit vertikal di atasnya.
8 - Pedoman Pengelolaan
3. Pelaksana evaluasi, pencatatan dan perencanaan kebutuhan obat
publik dan perbekalan kesehatan adalah Apoteker atau Asisten
Apoteker dengan jumlah minimal 1 (satu) orang dan dapat dibantu
oleh tenaga lulusan SMU.
4. Pelaksana penyedia informasi obat, pelatihan dan monitoring
penggunaan obat rasional adalah seorang Apoteker dan dibantu oleh
tenaga lulusan SMU.
5. Pelaksana Administrasi:
a. Adminsitrasi Umum adalah tenaga lulusan D3 dan atau lulusan
SMU sesuai dengan kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
b. Bendahara adalah seorang tenaga lulusan D3 atau SMU.
Pedoman Pengelolaan' 9
• Pengelolaan obat Puskesmas
• Perencanaan dan pengelolaan obat terpadu
• Pemanfaatan data LPLPO
• Komputer(spread sheet, word prosessor
10 - Pedoman Pengelolaan
F. Anggaran
Pedoman Pengelolaan' 11
e. Gaji pegawai, termasuk honor satpam penjaga gedung unit
pengelola obat publik dan perbekaian kesehatan
2. Kebutuhan pengembangan pengelolaan obat publik dan perbekaian
kesehatan meliputi:
a. Pelatihan Pengelola Obat Puskesmas dan Penggunaan Obat
Rasional
3 Sarana
Ketersediaan sarana yang ada di Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekaian Kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya
organisasi. Adapun sarana yang minimal sebaiknya tersedia adalah
sebagai berikut ;
a. Gedung, dengan luas 300 m2-600 m2
b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1-3 unit
c. Komputer + Printer, dengan jumlah 1-3 unit
d. Telepon & Facsimile, dengan jumlah 1 unit
12 - Pectoman Pengelolaan
e. Sarana penylmpanan:
Rak :10-15 unit
Pallet : 40-60 unit
Lemari : 5 - 7 unit
Lemari Khusus : 1 unit
LPLPO
Kartu Rencana Distribusi
• Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum
Jumlahnya disesuaikan dengan item obat dan unit pelayanan
kesehatan yang dilayanl.
Pedoman Pengelolaan - 13
BAB III
PENGELOLAAN OBAT Dl KABUPATEN / KOTA
A. PERENCANAAN
rencana
14 - Recbman Pengelolaan
e. Apabila jenis obat banyak, maka kita memillh berdasarkan Drug
of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
2. Jahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
bulanan maslng-masing jenis obat dl unit pelayanan kesehatan/
Puskesmas selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok
optimum.
informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah :
a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit
pelayanan kesehatan/ Puskesmas.
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian
setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/ Puskesmas.
0. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat
Kabupaten/ Kota.
3. Tahap Perhitungarr Kebutuhan Obat.
Menentukan kebutuhan obat nrierupakan tantangan yang berat yang
harus dihadapi oleh Apotekeryang bekerja dl Pelayanan Kesebatan
Dasar (PKD) ataupun di Unit Pengelolan Obat/ Gudang Farmasi
Kabupaten/ Kota.
Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat teijadi apabila
informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis
kebutuhan pengobatan.
Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat
secara terpadu serta melaiuitahapan seperti diatas, makadiharapkan
obat yang direncanakan dapattepatjenis dan tepatjumlah serta tepat
waktu.
Tidak ada cara terbaik untuk menentukan kebutuhan obat.
Pendekatan dapat dilakukan melaiui metoda:
a. Metoda Konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metoda konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
Pedoman Pengetolaan' 15
3) Perhltungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
b. Metoda Morbiditas
Metoda morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan
lead time. Langkah-langkah dalam metoda ini adalah:
1) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekwensi
penyakit.
3) Menyediakan standar/ pedoman pengobatan yang digunakan.
4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat.
5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
B. PENYIMPANAN
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengari
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
16'Pedoman Pengelolaan
Pengaturan Tata Ruang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adaiah sebagai berikut:
1. Kemudahan bergerak.
Pedoman Pengelolaan - 17
Penggunaan pallet memberikan keuntungan:
• SirkulasI udara dari bawah dan perllndungan terhadap banjir
• Peningkatan efisiensi penanganan stok
• Dapat menampung obat lebih banyak
• Pallet lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus.
■ Vaksin memerlukan '^Id Chain" khusus dan harus dilindungi
dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
■ Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari
khusus dan selalu terkunci.
■ Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus
disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di
bangunan khusus terpisah dari gudang induk
5. Pencegahan kebakaran.
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti dus, kartun dan Iain-Iain. Alat pemadam kebakaran
harus dipasang padatempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah
yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara
berkala, untuk memastikan masih berfungsi atautidak.
18 -Pedoman Pengelolaan
4. SImpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,cahaya
dan kontaminasi bakterl pada tempat yang sesuai.
5. Simpan obat dalam rak dan beiikan nomor kode, pisahkan obat dalam
dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.
6. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
7. Apabtla persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap
dalam boks masing-masing,ambil seperlunya.
8. Obat-obatan yang mempunyal batas waktu pemakaian perlu
diiakukan rotasi stok agar obattersebut tidak selalu berada dibelakang
sehingga obat dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis.
Pedoman Pengetolaan - 19
2. JumlaK obat yang diterima
3. Jumlah obat yang keluar
4. Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluwarsa
5. Jangka waktu kekosongan obat
Petunjuk pengisian
20 - Pedoman Pengelolaan
6) Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus dislmpan
dalam tempat khusus. Contoh : Eter, film dan lain-lain.
c. Obat-obat dislmpan menurut sistem FIFO (First In First Out)
d. Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan
bersama obat pada lokasi penyimpanan
e. Bagian judul pada kartu stok diisi dengan :
• Nama obat
• Kemasan
• Isi kemasan
Fungsi:
1. Kartu Stok Induk digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa).
2. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis obat yang berasal dari semua sumber anggaran
3. Tiap baris data hanya diperuntukan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi
obat
Pedoman Pengelolaan - 21
• Mat kendali bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan terhadap keadaan fisik obat daiam tempat penyimpanan.
• Mat bantu untuk penyusunan iaporan, perencanaan pengadaan dan
distribusi serta pengendalian persediaan
1. Kartu stok Induk diletakkan di ruang Kepala Unit Pengelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan.
2. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
3. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/
daluwarsa) langsung dicatat didalam kartu stok
4. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
1. Mat kontrol bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
22 - Pedoman Pengelolaan
pengeluaran obat di Kartu Stok Induk (Formulir II) berdasarkan BAPPB,
SBBK atau dokumen lain yang sejenis.
b. Kartu Stok Induk adalah :
1. Sebagai pencerminan obat-obat yang ada di gudang
2. Alat pembantu bag! Ordonatur untuk pengeluaran obat
3. Alat pembantu dalam mehentukan kebutuhan
c. Bagian judul pada kartu induk Persediaan Obat diisi dengan :
• Nama obat tersebut
• Satuan obat
• Sumber/asal obat
• Jumlah persediaan mirijmum yang harus ada dalam persediaan,
dihitung sebesar stok tunggu (6 bulan)
• Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan,
dihitung sebesar stok kerja + stok tunggu + stok pengaman (± 20
bulan)
Pedoman Pengelolaan' 23
Tanda-tanda perubahan mutu obat
1. lablet
Terjadinya perubahan wama, bau atau rasa
Kerusakan berupa noda, berblntik-bintik, lubang, sumbing, pecah,
retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
2. Kapsul.
Perubahan warna isi kapsul
Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya
3. Tablet salut.
Pecah-pecah, terjadi perubahan wama
Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
4. Cairan.
Menjadi keruh atau timbul endapan
Konsistensi berubah
Wama atau rasa berubah
Bau berubah
6. Injeksi.
Kebocoran wadah (vial, ampul)
Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
Larutan yang seharusnya jemih tampak keruh atau ada endapan
Wama larutan berubah
24'Pedoman Pengelolaan
Tindak lanjut t^hadap obat yang terbukti rusak adalah:
• Dikumpulkan dan disimpan terpisah
• Dikembalikan / diklaim sesuai aturan yang berlaku
» Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku
C. DISTRIBUSI
a. Perencanaan Distribusi.
Pedoman Pengelolaan' 25
Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
26 - Pedoman Pengelolaan
3) Penyusunan peta lokasf, Jalur dan jumlah pengiriman.
Agar alokasi biaya pengiriman dapat dipergunakan secara efektif dan
efislen maka UPOPPK perlu membuat peta lokasi dari unit-unit
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Jarak (km) antara Unit
Pengeioia Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dengan setiap unit
pelayanan kesehatan dicantumkan pada peta lokasi.
Dengan mempertimbangkah jarak, biaya transportasi atau
kemudahan fasilitas yang tersedia, dapat ditetapkan rayonisasi dari
wilayah pelayanan distribusi.
Disamping itu diiakukan pula upaya untuk memanfaatkan kegiatan-
kegiatan tertentu yang dapat membantu pengangkutan obat ke UPK
misalnya kunjungan rutin petugas Kabupaten ke UPK, pertemuan
dokter Puskesmas yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota dan
sebagainya.
Atasdasar ini dapat ditetapkan jadwal pengiriman untuk setiap rayon
distribusi misalnya ada rayon distribusi yang dapat dilayani sebulan
sekali, ada rayon distribusi yang dapat dilayani triwulan dan ada yang
hanya dapat dilayani tiap enam bulan disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
Buatlah daftar rayon dan jadwal distribusi tiap rayon berikut dengan
nama unit pelayanan kesehatan di rayon tersebut lengkap dengan
nama dokter Kepala UPK serta penanggung jawab pengeioia obatnya.
Pedoman Pengelolaan - 27
b. DistribusI obat program kapada Puskssmas dilakukan atas permlntaan
penanggung jawab program yang diketahui olah Kapala Dinas Kasshatan
Kabupatan/Kota.
28 - Pedoman Pengelolaan
6. Sebelum dllakukan pengepakan atas obat-obatan yang akan dikirim,
maka perlu dllakukan pemerlksaan terhadap :
- j^nis dan jumlah obat
- kualltas / kondisi obat
Isi kemasan dan kekuatan sedlaan
- keiengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat
No. Batch
7. Tiap pengeluaran obat dari Unit Pengeiola Obat Publlk dan Perbekalan
Kesehatan harus segera dicatat pada kartu stok obat dan kartu stok induk
obat serta Buku Marian Pengeluaran Obat.
Fungsi:
Fungsi:
Sebagai dokumen yang memuatsemua catatan pengeluaran, balk mengenai
data obatnya maupun dokumen yang menyertai pengeluaran obat tersebut.
Pedoman Pengelolaan - 29
Manfaat Informasi yang didapat:
Sebagal sumber data untuk perencanaan dan pelaporan.
Petunjuk pengisian
b. Buku Harian Pengeluaran Obat ditutup tiap hari dan dibubuhi paraf/
tanda tangan Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan.
30 - Pedoman Pengelolaan
Formulir yang digunakan sebagai Dokumen Bukti Mutasi Obat adalah
formulir LPLPO atau disebut juga formulir Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat.
Formulir ini dipakai untuk permintaan dan pengeluaran obat.
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap 3
(tiga)
• Asli untuk Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Kabupaten/Kota
• Tindasan 1 dikirim untuk instansi penerima (RS/Puskesmas)
• Tindasan 2 untuk arsip Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kegunaan LPLPO
1) Sebagai bukti pengeluaran obat di Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
Pedoman Pengelolaan - 31
Kolom pada Dokumen Bukti Mutasi Obat
1) Nomor urut masing-masing obat dalam daftar formulir ini
2) Nama dan kekuatan obat bersangkutan
3) Satuan bentuk sedlaan, misalnya Tablet, Kapsul, SIrop, Tube dll
4) Jumlah satuan obat bersangkutan pada akhir bulan lalu, yaitu sama
dengan kolom sisa stok (8) darl formulir LPLPO pada awal bulan
sebelumnya
5) Jumlah satuan obat bersangkutan yang diterima selama bulan lalu.
Data diambil dari kolom pemberian (15) darl formulir LPLPO bulan
lalu. Jika pada bulan sebelumnya terdapat lebih dari 1 (satu)formulir
LPLPO (karena ada pengajuan tambahan obat), maka kolom Ini diisi
dengan jumlah kolom (15) dari beberapa LPLPO tersebut
6) Jumlah persediaan satuan masing-masing obat untuk bulan lalu, yaitu
hasil penjumlahan kolom (4) dan (5) pada baris yang sama
7) Nomor urut masing-masing obat dalam daftar formulir ini
8) Satuan bentuk sediaan, misalnya Tablet, Kapsul, Sirop, Tube dll
9) Jumlah satuan obat bersangkutan pada akhir bulan lalu, yaitu sama
dengan kolom sisa stok (8) dari formulir LPLPO pada awal bulan
sebelumnya
10) Jumlah persediaan satuan masing-masing obat yang dikeluarkan
selama bulan lalu, yaitu hasil pengurangan kolom (6) dan (8) pada
baris yang sama
11) Jumlah satuan obat dalam tempat simpanannya pada saat LPLPO
disusun. Data dapat dilihaj pada baris terakhir kolom sisa stok (7),
dalam masing-masing kartu stoktiapjenis obat. Kolom ini tidak boleh
dibiarkan kosong
12) Diisi oleh petugas UPOPPK
13) Jumlah satuan masing-masing obat yang dimintakan distribusinya.
Kolom ini hanya diisi jika sedang mengajukan permintaan obat
14) Keterangan *)
(*). Kolom Keterangan diisi dengan keterangan sebagai berikut:
" Untuk mengajukan tambahan obat guna mengatasi
kekosongan obat, diisi dengan kata "kosong".
32 - Pedoman Pengelolaan
■ Untuk mengajukan tambahan obat guna mengatasi kenaikan
kejadian penyakit,diisi dengan "jenis penyakitbersangkutan"
■ Untuk pelaporan data kekosongan obat diisi dengan langgai
mulai terjadinya kekosongan obaf
■ Kolom (16) ini disi jika kolom sisa stok (8) pada bans yang
sama berisi angka 0(nol).
■ Kolom kunjungan resep : diisi dengan data kunjungan yang
mendapat resep satuan kerja bersangkutan selama bulan laiu.
Kolom ini hanya diisi ketika melakukan pelaporan data obat
saja.
34 - Pedoman Pengelolaan
E. PENCATATAN DAN PELAPORAN
PENGERTIAN
Pencatatan dan pelaporan data obat di Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib balk obat-obatan
yang diterima, dislmpan,didi^tribusikan maupun yang digunakan di unit-
unit pelayanan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Pedoman Pengelolaan• 35
catatan pada kartu Realisasi Pengadaan Obat untuk memberikan umpan
balik kepada sumber dana obat agar mempercepat pengadaan obat yang
aiokasinya telah disetujui.
n Jikatemyata semua pengadaan telah dilakukan, maka petugas UPOPPK
n harus segera menyesuaikan stok optimum obat bersangkutan untuk
n; seiuruh UPK.
Tingkat kecukupan sisa stok obat dl Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dalam mendukung rencana distribusi harus selalu
dilaporkan kepada kepala DInas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Sebagai unit kerja yang secara fungsional berada dl bawah dan langsung
bertanggung jawab kepada Kepala DInas Kesehatan Kabupaten/Kota,
maka Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memlllkl
kewajiban untuk melaporkan keglatan pengelolaan obat yang
dilaksanakan.
36'Pedoman Pengelolaan
d. Laporan Mutasi Obat ini dibuat rangkap 4, untuk:
• Asli dikirim kepada atasan langsung (Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota).
Tindasan 1 dikirim kepada Petugas Penyimpanan dan Penyaluran
Tindasan 2 dikirim ke Pemillk Obat
Tindasan 3 untuk arsip
e. Bagian judul pada Formulir Laporan Mutasi Obat diisi:
Triwuian I (Januari s/d Maret)
Triwulan II (April s/d Juni)
Triwuian III (Juli s/d September)
Triwulan IV (Oktober s/d Desember) (a)
Tempat, tanggal dan penanda tanganan laporan tersebut (b)
Nama Kepala UPOPPK (c)
f. Kolom pada Formulir laporan Mutasi Obat diisi sebagai berikut:
Kolom (1), Nomor urut obat
Kolom (2), Nama kode obat
Kolom (3), Nama obat yang akan dilaporkan
Kolom (4), Satuan kemasan obat (dos, kaleng, botol dan Iain-
lain
Kolom (5), Sisa permuiaan triwulan
Kolom (6), Penerimaan selama satu triwulan
Kolom (7), Pengeluaran selama satu triwulan
Kolom (8), Sisa pada akhir triwulan
Kolom (9), Bila diperlukan
Fungsi:
Pedoman Pengelo!aan - 37
b. Lembar Permlntaan Obat Puskesmas
c. Dokumen Bukti Mutasi Obat
d. Surat Pengiriman Obat
Petunjuk Pengisian:
Kolom pada Formulir Laporan Kegiatan Distribusi diisi dengan data yang
diperoleh dari dokumen LPLPO.
Kolom 1 : diisi dengan nomor urut
Kolom (2 s/d 7): diisi sesuai dengan dokumen LPLPO
Kolom total kunjungan resep(8 s/d 10): diisi dengan data kunjungan yang
mendapat resep satuan kerja bersangkutan selama bulan lalu.
38'Pedoman Pengelolaan
e. Sarana penylmpanan:
Rak :10-15 unit
Pallet : 40-60 unit
Lemari : 5- 7 unit
Lemarl Khusus : 1 unit
Pedoman Pengelolaan' 13
BABIII
A. PERENCANAAN
14'Redoman Pengelolaan
Laporan Peiigelolaan Obat Tahunan / Profile Pengelolaan Obat
Kabupaten/Kota
Fungs!:
Mengukurtingkat kineija pengelolaan obat dl Daerah Kabupaten/Kota selama
satu tahun anggaran.
Pedoman Pengelolaan' 41
Manfaat Informasi
F. PENGHAPUSAN OBAT
PENGERTiAN
42 - Pedoman Pengelolaan
Pen^iapusan Barang Milik Daerah.
DaftarObat
Pedoman Pengelolaan' 43
a. Formulir Berlta Acara Pemeriksaan Obat diisi dengan :
- Nama,tempat Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Kabupaten/Kota
Hari, tanggal, bulan dan tahun yang
dilaksanakan pemeriksaan oleh Panitia
Nama-nama anggota Panitia
Jabatan anggota Panjtia
Nomor dan tanggal surat penunjukan Panitia Pemeriksaan Obat untuk
dihapuskan
Cara-cara Penghapusan.
44 - Pedoman Pengelolaan
Penghapusan dengan cara Pemusnahan.
a). Ke'pala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, membentuk Panitia
Pemusnahan, dengan tugas-tugas antara lain :
Menentukan cara-cara pemusnahan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dan konsultasikan dengan BPOM
Menyiapkan obat-obatan yang akan dimusnahkan
- Menyiapkan pelaksanaan pemusnahan,sesuai dengan tata cara yang
disetujui, misalnya obat sediaan tablet dengan cara direndam,ditanam
atau dibakar, larutan dengan cara dituang isinya.
- Menetapkan lokasi pemusnahan yang jauh dari pemukiman dan lokasi
tersebut memang tempat pembuangan.
Membuat Berita Acara Pemusnahan
- Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada Bupati/
Walikota setempat.
b). Berdasarkan laporan dari Panitia Pemusnahan,Kepala Dinas Kabupaten/
Kota setempat melaporkan kepada Bupati/Walikota,tentang pelaksanaan
Surat Keputusan Pemusnahan, yaitu :
- Surat pengantar laporan pelaksanaan dari Panitia Pemusnahan
Berita Acara Pemusnahan.
Pedoman Pengelolaan - 45
BAB IV
PENUTUP
46 - Pedoman Pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pengelolaan - 47
DAFTAR SINGKATAN
48 - Pedoman Pengelolaan
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Pengelolaan• 49
LAMPIRAN FORMUURI
KARTU STOK
I
Q)
JENISOBAT
3 KEMASAN
ISI KEMASAN
S SATUAN
I
(D
SUMBER DANA:PUSAT/ ASKES / PROGRAM / DAU PROPINSI / DAU KAB / KOTA / LAIN
O
D)
fi)
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LAMPHAN FORMUUR-a.
KARTUSTOKINDUK
'
1
1
1
It
O
m*
3
LAMPIRAN FORMUUR-II)
5 KARTU RENCANA OlSTRiBUSI
PUSKESMAS:
' ■
zz. •
'
> .
t
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA.
QUDANQFARMASI: LAMPIRAN
FORMUUR-iV
ALAMAT :
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
-■
I
Q)
:a
I
CD
O
©•
Q)
3
FORMUUR V
LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAN OBAT(LPLPO)
DOKUME
KAB/KOTA PUSKESMAS
PROPINSI
KETERANGAN;
Lembar Putih : Puskesmas
Lembar Merah : Dinkes Kab/Kota
Lembar Biru/Hijau : GFK Kab/Kota
Lembar Kuning : Askes
LAMPIRAN FORMUUR-Vt
DINASKESEHATAI^ KABUPATEN/KOTA
GUDANQ FARMASI
ALAMAT
Otbuat untuk
(a)
Surat Kidman No. ...(b)
Kepada:
(c)
di
KOLI
BANYAKNYA NOMOR MERK ISI BERAT KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
(9) (8)
Pedoman Pengelolaqn
LAMPIRAN
FORMUUR-VIl
OINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
I
Q>
QUOANG FARMASI:
ALAMAT (b)
3
LAPORANMUTASIOBAT
J
I
CD
TRIWULAN :
(a)
S/D BULAN 200.
O
Q>
Q>
3
NO NO.KODE NAMAOBAT SATUAN SISAPADA PENERIMAAN PENGELUARAN SiSA
URUT SELAMA3BLN SELAMA3BLN PAOA KETERANGAN
SID S/D
1 2 3 4 S 6 7 S 9
(c)
KEPALAGUDANG FARMASI/UPOPPK
(d)
LAMPIRAN FORMULIR'VW
JENISOBAT SATUAN STDK PENE- PERSE- PEMA- STOK TINQKAT TOTAL KUNJUNGAN RESEP
NO
AWAL RIMAAN DIAAN KAIAN OPTIMUM KECU- UMUM ASKE8 T1DAK
KUPAN BAYAR
1 2 3 4 s 6 7 9 9 10 11 12
>r
s
I
Q>
5"
I
(b
o
S*
Q>
3
Lampiran Formulir IX
Pedoman P^engelolaan
LAMPIRAN FORMUUR-X
OiNAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
qud^qfarma'^
ALAMAT (b)
I
S (C)
5 KERALA GUDANG FARMASIAJPOPPK
I
(D
O
S"
Q>
:3
Lampiran Formulir XI
DINA&KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
UNIT PENGELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
ALAMAT
BERITAACARA
PEMERIKSAAN/PENELITIAN OBAT UNTUK DIHAPUS
NO.
Pada hari ini tanggal bulan Tahun
,kami yang bertanda tangan dibawah Ini:
1. Nama Jabatan/NIP:
2. Nama Jabatan/NIP:
3. Nama Jabatan/NIP:
Berdasarkan Surat Keputusan No tanggal
tentang Pembentukan Panltia Pemeiiksaan/PenelitI obat untuk dihapus, maka
selaku Ketua panltia dengan Wakllnya yang ditunjuk, menyatakan telah
memeiiksa obat-obatan yang akan dihapus dengna hasll pemerlksaan seperti
terlampir.
Demlklan Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenamya sebanyak
( )rangkap untuk dipergunakan sebagalmana mestlnya.
200
Panltia Pemerlksa / Penelitl
1. Nama
Jabatan/NIP
2. Nama
Jabatan/NIP
3. Nama
Jabatan/NIP
Mengetahul:
Kepala UPOPPK Kabupaten/Kota
( )
NIP.
Pedoman Pengelolaan
Formulir - XII
LAMPIRAN
JUMLAH
.200.